Anda di halaman 1dari 1

ABSTRAK Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah hebat dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan

kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan
membahayakan janin di dalam kandungan. Pada umumnya HG terjadi pada minggu ke 6 - 12 masa kehamilan, yang dapat
berlanjut sampai minggu ke 16 – 20 masa kehamilan. Area Postrema terletak di luar dari sawar darah otak (Blood-Brain
Barrier) sehingga ia sangat peka terhadap toksin dan zat kimia perangsang muntah dalam aliran darah. Termasuk dalam
hal ini adalah tingginya kadar hCG dan juga keton dalam darah wanita hamil. KATA KUNCI Hiperemesis Gravidarum, HCG,
Patofisiologi KASUS Pasien G1P0A0 dari UGD merasa hamil 4 bulan dengan keluhan mual dan muntah >10 kali dalam
sehari. Keluhan ini dirasakan sejak tanggal 18/12/2011, dan semakin memberat pada hari hari berikutnya. Setiap kali
makan dan minum pasien selalu muntah, badan terasa lemas, dan nafsu makan menurun. Keluahan pusing, perdarahan
negatif. Abdomen tidak tampak membesar, tidak terlihat masa tumor, tidak terlihat adanya sikatrik atau luka bekas
operasi. Tidak teraba masa tumor, nyeri tekan (+) pada region epigastrica, defance muscular (-) USG : Janin tunggal,
melintang, DJJ (+), gerakan (+), BPD≈15mg. DIAGNOSIS Hiperemesis Gravidarum TERAPI - Infus RL : D5 : NaCl = 1:2:1
- Drip Primperan - Neurobion 1x1 im - Asam Folat 1x1 DISKUSI Di dalam tubuh kita, mual (nausea) dan muntah
(vomiting) diatur oleh pusat muntah yaitu CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone) di area postrema di batang otak yaitu di
Medulla Oblongata. Area Postrema terletak di luar dari sawar darah otak (Blood-Brain Barrier) sehingga ia sangat peka
terhadap toksin dan zat kimia perangsang muntah dalam aliran darah. Termasuk dalam hal ini adalah tingginya kadar hCG
dan juga keton dalam darah wanita hamil. Tingginya keton pada ibu hamil disebabkan karena hipoglikemik (turunnya gula
darah) karena muntah yang berkepanjangan dan tidak terkoreksi. Sehingga keadaan muntah yang tidak diperbaiki akan
menyebabkan muntah semakin hebat. Ini disebut dengan circulus vitreosus (lingkaran setan).CTZ akan merangsang
muntah melalui syaraf Trigeminus (N V), syaraf Fasialis (NVII), syaraf Glossofaring (N IX), syaraf Vagus (N X) dan syaraf
Hipoglossus (XII) pada saluran cerna bagian atas dan juga melalui syaraf spinal pada otot diafragma. Sebelum seseorang
muntah, ia akan mengalami gejala peringatan (Warning Sign) yaitu: berkeringat banyak, pupil mata melebar, mual,
hipersalivasi (rasa ingin meludah), dan pucat. Hiperemesis geavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah
pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan
alkolosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor
psikologik merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum kehamilan sudah
menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih
berat. Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam
hidroksibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah
menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian
pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.
Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang
toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi
muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Disamping
dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung
(Sindrom Mallory-Weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan
dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif. KESIMPULAN Pada kasus ini pasien
mengalami rasa mual dan muntah hebat yang dikarenakan oleh kenaikan kadar HCG dan kenaikkan hormone estrogen
akibat kehamilan. Walaupun sebenarnya kadar HCG mulai menurun pada usia kehamilan 14 minggu, namun tidak jarang
dijumpai hiperemesis gravidarum sampai dengan usia kehamilan 20 minggu. Kadar HCG 700mIu/ml pada kebanyakan
kasus sudah dapat menyebabkan terjadinya mual dan muntah, semakin tinggi kadar HCG akan semakin hebat gejala mual
dan muntah. Seperti pada kasus mola hidatidosa kadar HCG meningkat melebihi 10.000 Iu/ml. Untuk menangani
hiperemesis gravidarum pada pasien ini, pasien dirawat inapkan. Untuk sementara waktu pasien ini dipuasakan, hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi mual dan muntah akibat motililas lambung yang menurun. Terapi yang diberikan pada
pasien ini berupa infuse RL : D5 : KaEn Mg 3 = 1 : 2 : 1. Tujuan dari pemberian infuse ini adalah untuk mengganti cairan,
elektrolit, serta memberikan asupan energi yang hilang akibat muntah hebat yang dialami oleh pasien tersebut. Selain itu
untuk mengurangi mual pasien diberikan drip primperan (metochlorpramide). Neurobion secara intramuscular juga
diberikan sebagai neuroprotektan akibat deficit vitamin B1, B6, dan B12 akibat muntah yang berlebihan. Metochlopramide
merupakan benzamida tersubstitusi yang merangsang motilitas saluran pencernaan makanan tanpa mempengaruhi sekresi
lambung, empedu atau pankreas. Metoclopramide mempunyai aktivitas parasimpatomimetik dan mempunyai sifat
antagonis reseptor dopamin dengan efek langsung pada kemoreseptor "trigger zone". Metoclopramide HCl kemungkinan
juga mempunyai sifat antagonis reseptor serotonin. Efek samping dari pemberian metoclopamide kadang kadang
memberikan efek ekstrapiramidal jika diberikan dalam dosis yang berlebihan. Dalam kasus ini pemberian metoclopamide
diberikan secara drip, bukan secara bolus iv. Walaupun Ondansetron mempunyai efek samping yang lebih ringan jika
dibandingkan dengan metoclopamide, namun biasanya pemberian ondansetron diberikan jika dengan terapi metoclopanide
pasien tidak menunjukkan perbaikan. Ondansetron suatu antagonis reseptor 5HT3 yang bekerja secara selektif dan
kompetitif dalam mencegah maupun mengatasi mual dan muntah. DAFTAR PUSTAKA Cunningham., et al. 2005. Obstetri
Williams. Ed 21. Alih bahasa , Hartono A, et al. EGC: Jakarta. Marc-Yvon Arsenault, MD, MSc, FRCSC, Montreal QC. The
Management of Nausea and vomiting in Pregnancy. J Obstet Gynaecol Can 2002;24(10):817-23. Anne-Marie Neill,
Catherine Nelson-Piercy. Hyperemesis gravidarum. The Obstetrician & Gynaecologist.2003;5:204–7. Jueckstock et al.
Managing hyperemesis gravidarum: a multimodal challenge. BMC Medicine 2010, 8:46. PENULIS Jatuwarih
Pintautami(2007.031.0024). Bagian Obstetri dan Ginekologi. RS Panembahan Senopati Bantul.

Anda mungkin juga menyukai