Anda di halaman 1dari 7

BAB III

PUPUK ORGANIK PADAT

A. Teori
Berdasarkan komponen utama penyusunnya, pupuk dibedakan atas pupuk
organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari
materi makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi)
oleh bakteri pengurai, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan dan
manusia.
Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik akan banyak
memberikan keuntungan karena bahan dasar pupuk organik berasal dari
limbah pertanian, seperti jerami, sekam padi, kulit kacang tanah, ampas tebu,
belotong, batang jagung, dan bahan hijauan lainnya. Kotoran ternak yang
banyak dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik adalah kotoran sapi,
kerbau, kambing, ayam, itik, dan babi. Disamping itu, dengan berkembangnya
permukiman, perkotaan dan industri maka bahan dasar kompos semakin
beraneka. Bahan yang banyak dimanfaatkan antara lain tinja, limbah cair,
sampah kota dan permukiman (Isroi, 2009).
Karakteristik umum yang dimiliki pupuk organik, ialah kandungan unsur
hara sangat rendah dan sangat bervariasi, penyediaan hara terjadi secara
lambat, menyediakan hara dalam jumlah terbatas (Damanhuri dan Padmi,
2010).
Pupuk organik juga memilik keunggulan dan kelemahan (Novita, 1999).
Keunggulan dari pupuk organik adalah :
1. Meningkatkan kandungan air dan dapat menahan air untuk kondisi
berpasir.
2. Meningkatkan daya tahan terhadap pengikisan.
3. Meningkatkan pertukaran udara, jumlah pori-pori dan sifat peresapan air
untuk kondisi tanah liat.
4. Menurunkan tingkat kekerasan lapisan permukaan tanah.
5. Aman (ramah lingkungan).
6. Efektif dan ekonomis (murah dan mudah di dapat).
7. Aplikasi yang mudah (bisa diaplikasikan sebelum atau sesudah masa
tanam).
Kelemahan dari pupuk organik yaitu diperlukannya dalam jumlah yang
sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan unsur hara dari suatu pertanaman,
hara yang dikandung untuk bahan yang sejenis sangat bervariasi baik dalam
pengangkutan maupun penggunaannya dilapangan, dan kemungkinan akan
menimbulkan kekahatan unsur hara apabila bahan organik yang diberikan
belum cukup matang (Novita, 1999).
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik padat yaitu
kotoran sapi, serbuk gergaji, kapur gamping, abu sekam, bioaktivator,
molase, dan air secukupnya. Pupuk dari kotoran sapi memiliki kandungan
serat yang tinggi. Serat atau selulosa merupakan senyawa rantai karbon yang
akan mengalami proses dekomposisi lebih lanjut. Proses dekomposisi
senyawa tersebut memerlukan unsur N yang terdapat dalam kotoran.
Sehingga kotoran sapi tidak dianjurkan untuk diaplikasikan dalam bentuk
segar, perlu pematangan atau pengomposan terlebih dahulu.
Penggunaan serbuk gergaji mempunyai keuntungan, diantaranya
mempunyai bobot yang ringan, lebih seragam, kompak, mampu
menyimpan air dan kaya akan nutrisi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
tanaman, dalam bentuk 0,24% N, 0,20% P, dan 0,45% K. Selain itu,
serbuk gergaji mengandung komponen kimia yang sama yang terkandung di
dalam kayu, yakni komponen selulosa, lignin, hemiselulosa dan zat ekstraktif.
Debu dari kayu cukup kaya akan zat makanan bagi tumbuhan terutama
CaCO3 (Darusman, 1983).
Kapur gamping berfungsi untuk menaikkan pH pada pupuk organik
dikarenakan dalam proses pembuatannya kadar keasaman pupuk turun.
Dengan naiknya pH maka mikroorganisme dapat merombak pupuk dengan
baik. Abu sekam padi memiliki fungsi mengikat logam. Selain itu, abu sekam
padi berfungsi untuk menggemburkan tanah, sehingga bisa mempermudah
akar tanaman menyerap unsur hara dan cocok dicampur dengan pupuk
organik.
Pada proses pembuatan pupuk organik ditambahkan bioaktivator yang
mengandung mikroorganisme yang dapat mereduksi lignin, selulosa, protein,
lipid, amilum, dan mikrorganisme yang dapat melakukan fiksasi nitrogen.
Mikroorganisme yang terkandung dalam bioaktivator dapat mempercepat laju
pengomposan bahan organik sehingga kandungan fosfat dapat dimanfaatkan
langsung oleh tumbuhan.
Kelebihan penggunaaan bioaktivator yaitu bioaktivator mengandung strain
terpilih berdaya adaptasi tinggi yang dikemas dalam bahan pembawa alami
sehingga dapat mempertahankan daya hidup mikroba hingga satu tahun, tidak
mencemari lingkungan karena tidak mengandung senyawa kimia,
mempercepat proses pengomposan, lebih mudah, lebih murah dan tidak
memerlukan bahan tambahan lain serta meningkatkan kandungan bahan
organik tanah, memperbaiki struktur tanah, dan ketersediaan hara dalam tanah
(Oktalinda, 2006).
Molase mengandung nutrisi cukup tinggi untuk kebutuhan bakteri,
sehingga dijadikan bahan alternatif sebagai sumber karbon dalam media
fermentasi. Molase banyak mengandung gula dan asam-asam organik
sehingga cocok sebagai bahan baku dalam pembuatan pupuk organik.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a) Cangkul.
b) Garu.
c) Gembor.
d) Ember.
e) Terpal.
f) Alat pengangkut bahan .
g) Tempat pembuatan pupuk organik padat.
2. Bahan
a) Kotoran sapi 80% (yg sudah di kering anginkan).
b) Serbuk gergaji 5%.
c) Kapur gamping 2%.
d) Abu sekam 10%.
e) Bioaktivator 0,25%.
f) Molase 0,25%.
g) Air secukupnya.

C. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menyiapkan tempat pembuatan pupuk organik padat.
3. Memasukkan kotoran sapi 1/3 bagian di lapisan pertama.
4. Memberi serbuk gergaji, kapur, dan abu sekam diatasnya secara rata.
5. Mengocor dengan molase dan bioaktivator yang telah dilarutkan dalam air
secara rata.
6. Membuat ulangan seperti lapisan pertama pada lapisan ke 2.
7. Pada lapisan ke 3 memasukkan kotoran sapi.
8. Mengocor dengan molase dan bioaktivator yang telah dilarutkan dalam air
secara rata.
9. Menutup menggunakan terpal agar proses dekomposisi berlangsung
dengan baik
10. Melakukan pembalikan satu minggu sekali.
11. Setelah matang, mengayak pupuk untuk memisahkan bahan yang tidak
diharapkan
12. Pupuk organik padat siap diaplikasikan.
D. Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Pupuk Organik Padat
Waktu Parameter
Pengamatan Warna Tekstur Bau
Kuning
Minggu ke 1 Lembek Berbau
kecokelatan
Minggu ke 2 Kecokelatan Agak remah Agak Berbau
Hitam
Minggu ke 3 Remah Tidak Berbau
Kecokelatan

E. Pembahasan
Pertanian berkelanjutan adalah kegiatan pertanian yang berlanjut baik
dalam segi aspek ekologi maupun aspek ekonomi. Salah satu upaya agar
kegiatan pertanian tetap berjalan dan berkelanjutan dari aspek ekologis yaitu
mengurangi penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Penggunaan pupuk
kimia yang berlebihan dapat merusak lingkungan baik biotik maupun abiotik.
Lingkungan biotik adalah unsur lingkungan yang hidup seperti manusia,
hewan, dan tumbuhan sedangkan lingkungan abiotik adalah unsur lingkungan
yang tidak hidup seperti tanah, air, udara, dan sebagainya. Penggunaan pupuk
kimia yang berlebihan menyebabkan makhluk hidup dan lingkungan
terganggu sehingga kegiatan budidaya pertanian pun akan terganggu.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
menggunakan pupuk organik padat dimana bahan-bahannya berasal dari
material makhluk hidup seperti kotoran hewan, sisa-sisa tanaman, ataupun
bahan lain dari makhluk hidup yang berbentuk padat. Pada praktikum kali ini,
pembuatan pupuk organik padat menggunakan kotoran sapi yang sudah
dikering anginkan, serbuk gergaji, kapur gamping, abu sekam 10%.,
bioaktivator, dan molase. Kotoran sapi merupakan bahan utama pembuatan
pupuk organik padat, kapur gamping dapat meningkatkan pH saat proses
pembuatan pupuk organik, bioaktivator mengandung mikroorganisme yang
dapat memacu proses dekomposisi, serbuk gergaji dapat mengoptimalkan
penyerapan air dan unsur hara pada tanaman, abu sekam dapat digunakan
untuk menggemburkan tanah dan mengandung unsur hara yang memadai, dan
molase berfungsi sebagai sumber energi dari mikroorganisme yang
menjalankan proses dekomposisi.
Pada pembuatan pupuk organik padat, setelah bahan-bahan tercampur rata,
bahan tersebut kemudian ditutup dengan menggunakan terpal untuk
melindungi pupuk dari sinar matahari dan hujan agar suhu dan kelembaban
tetap optimal. Setiap satu minggu sekali dilakukan pembalikan dan
memercikkan air agar suhu, kelembaban, dan aerasi tetap optimal sehingga
mikroorganisme dapat melakukan proses dekomposisi dengan optimal.
Ciri-ciri pupuk organik padat yang sudah matang dan siap diaplikasikan
yaitu berwarna hitam kecokelatan, tidak berbau, bertekstur remah, suhu stabil,
dan pH netral. Berdasarkan hasil pengamatan pada minggu pertama warna
pupuk masih kuning kecokelatan, bertekstur lembek, dan berbau. Pada minggu
kedua warna pupuk berubah menjadi kecokelatan, bertekstur agak remah, dan
agak berbau. Sedangkan pada minggu ketiga warna pupuk sudah menjadi
hitam kecokelatan, bertekstur remah dan tidak berbau. Hal tersebut
menandakan bahwa pupuk telah matang dan siap diaplikasikan.
DAFTAR PUSTAKA

Damanhuri, E. dan T. Padmi 2010. Pengelolaan Sampah. Diktat Kuliah Program


Studi. Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Darusman A. 1983. Pemanfaatan Serbuk Gergaji Untuk Pertanian. Jakarta: Bina.


Rimbaguna.

Isroi. 2009. Pupuk Organik Granul, Sebuah Petunjuk Paraktis, Peneliti pada Balai.
Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor.

Novita, N. 1999. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Anorganik dan


Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Gambir (Uncaria
gambir Roxb.) di Lapangan. [Skripsi]. Jurusan Budidaya Pertanian.
Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang. 45 hal.

Oktalinda, Y. 2006. Pengaruh Jenis dan Takaran Bahan Organik Terhadap Sifat
Kimia Tanah dan Serapan N, P, K Tanaman Melon (Cucumis Melo. L)
Pada Regosol. [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas.
Padang. 109 hal

Anda mungkin juga menyukai