Anda di halaman 1dari 7

NAMA : RIKA OCTAVIANI

NIM : 37.13.3.098

SEM/ JURS : VII/ MPI-3

M. K : KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL

1) Kemukakan bahwa kebijakan moratorium Ujian Nasional adalah sesuatu yang tepat
untuk diterapkan saat ini?
Jawab: Sesuai dengan data dan kajian yang telah dilakukan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemdikbud) berencana akan melakukan moratorium Ujian Nasional (UN),
mulai tahun 2017 mendatang. Sebagai gantinya, Kemdikbud akan mendorong pelaksanaan
Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) sebagai metode evaluasi capaian belajar siswa
menggantikan UN.

“Nantinya, kelulusan siswa akan ditentukan oleh tiap-tiap sekolah dengan standar
nasional yang ditetapkan pemerintah pusat,” kata Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy dalam Rapat Kerja (Raker) bersama
Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), Kamis (1/12).

Ujian nasional (UN) lebih membebani siswa ketimbang menjadi peranan sosioedukatif untuk
melihat kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran di sekolah. UN secara psikologis
dianggap membuat stres siswa (anak didik). Penghapusan UN untuk sementara waktu
(moratorium) merupakan sesuatu yang menggembirakan bagi pihak yang berpegang teguh
pada filosofi pendidikan transformatif.
Wacana Moratorium UN Mendigbud, tentu didasarkan atas berbagai pertimbangan
matang. Sebab yang menyangkut kepentingan peserta didik diseluruh Indonesia dari berbagai
jenjang pendidikan. Membaca pemberitaan dari berbagai media, setidaknya terdapat dua
alasan penting mengapa harus ada Moratorium UN. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kulitas sekolah belum merata
Menurut Mendigbud Muhadjir Effendy, kualitas sekolah di Indonesia belum merata.
Di seluruh Indonesia, hanya 30% yang memilki kua;itas diatas standart nasional.
Sementara 70% lainnya masih dibawah standart nasional yang ditentukan.
2. Biaya UN fantastis
Alasan kedua mengenai adanya wacana Moratorium UN adalah karena biaya UN
yang fantastis. Pelaksanaan UN membutuhkan dana dari APBN hingga Rp 500 Milyar
pertahunnya. Menurut Mendigbud, angka tersebut lebih baik digunakan untuk
meningkatkan kulaitas 70% sekolah yang masih dibawah standart. Dengan cara
membimbing, mengawasi serta merevitalisasi sekolah.
Dijelaskan Mendikbud bahwa sejak tahun 2015, UN tidak lagi dijadikan penentu
kelulusan siswa pada suatu jenjang pendidikan. Ia menegaskan, UN cenderung membawa
proses belajar ke orientasi yang tidak tepat. Moratorium UN dan pelaksanaan USBN
didasarkan pada hasil kajian yang menyatakan bahwa hasil UN belum dapat menjadi
instrumen peningkatan mutu pendidikan. “Bentuk UN selama ini kurang mendorong
berkembangnya kemampuan siswa secara utuh,” tuturnya. (DNA/BKM Kemdikbud/ES)
Sebagai seorang mahasiswa fakultas ilmu tarbiyan dan keguruan tentu saya
mengapresiasi wacana Mendigbud untuk melakukan Moratorium UN. Saya percaya, hal ini
dilakukan demi memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air. Perbaikan
kualitas sekolah dari berbagai sisi ,ulai dari sarana prasarana, kurikulum, kompetensi guru
hingga model evaluasi pembelajjaran menjadi kunci utamanya.

2) Kemukakan nilai positif dan negatif yang terjadi setelah IAIN menjadi UIN?
Jawab: Kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan menjadi inspirasi tersendiri mengiringi
lahirnya universitas di dunia Islam. Kebangkitan universitas-universitas Islam di era modern
di abad ke-20 merupakan indikasi bagi era kebangkitan pendidikan Islam. Ada beberapa
perbedaan mendasar yang membedakan UIN dengan IAIN, secara filosofi misalnya, struktur
bangunan keilmuan di IAIN dibangun atas paradigma dikotomik, sehingga ilmu agama dan
ilmu umum menempati tempat tersendiri di IAIN. Sementara itu UIN memandang ilmu
secara integratif dengan tidak mengatakan bahwa ini ilmu agama, itu ilmu dunia, keduanya
menempati tempat yang sama di Universitas Islam Negeri.
1. Dampak Positif IAIN menjadi UIN
 Membuka peluang yang lebih besar bagi pendidikan Islam untuk berkontribusi
ditengah-tengah masyarakat informasi.
 Perubahan IAIN menjadi UIN akan memberikan peluang dan kesempatan bagi
sekolah menengah Umum (SMU) untuk belajar di UIN. Karena IAIN selama
ini secara Umum hanya menampung tamatan Madrasah Aliyah dan pondok
pesantren atau sekolah berbasis agama lainya dan belum banyak memberikan
peluang bagi tamatan SMU. Dengan demikian perubahan IAIN menjadi UIN
ini mengemban Misi pemberdayaan umat untuk masa depan.
 Dengan pendirian Universitas Negri (UIN) di satu sisi merupakan wujud
keagamaan para elit muslim pengambil kebijakan atas ketidaksesuaianya lagi
IAIN dalam memasuki era Globalisasi, tetapi disisi lain merupakan realisasi
kesadaran makna Pendidikan Islam yang luas mencakup berbagai bidang
keilmuan dan tidak dikotomis anatara ilmu pengatuhuan agama dan umum.
 Membuka akses terhadap input yang lebih besar, serta memberikan harapan
agar alumni UIN mampu melakukan mobilitas vertikal di masyarakat, tidak
melulu menjadi pegawai Depag dan lain sebagainya.
 Menjadikan lulusannya mudah diterima dimanapun dan lebih dihargai
Ijazahnya daripada IAIN, dan tidak dibedakan antara luusan dari Universitas
Umum dengan UIN.
 perubahan IAIN menjadi UIN ini mengemban Misi pemberdayaan umat untuk
masa depan. Hal ini sejalan dengan fikiran Alvin Toffler yang mengatakan
bahwa semua proses pendidikan adalah suatu kegiatan yang lahir dari suatu
pandangan ke massa depan, bahkan membentuk gambaran masa depan, atau
dengan pesan Nabi Muhammad SAW yang mengingatkan bahwa generasi
muda sekarang hendaknya di didik sesuai dengan prinsip bahwa mereka akan
hidup pada zamanya sendiri bukan pada zaman kita.
2. Dampak Negatif IAIN menjadi UIN
 Diranah perguruan tinggi semacam UIN mahasiswa yang diterima ironisnya
lebih banyak berasal dari SMA dibandingkan dari MA. Sedangkan dari SMA
lebih berminat di fakultas ilmu umum dibandingkan fakultas ilmu agama.
Nantinya fakultas-fakultas seperti Ushuludin, Dakwah, Adab tidak banyak
peminatnya, bahkan fakultas agama akan tersisihkan dengan adanya fakultas
umum.
 Lulusan pesantren dengan ijazah pesantren yang tidak dikenal tidak bisa
melanjutkan ke UIN, kondisi semacam ini meneguhkan kenyataan banyaknya
Mahasiswa UIN yang tidak mampu mebaca kitab arab.

3) Kemukakan fakta- fakta empiris bahwa akreditasi yang telah terselenggara saat ini
mampu memastikan setiap satuan pendidikan yang dinilai dengan level A, B, dan C
sesuai dengan fakta tersebut?
Jawab: Akreditasi dipahami sebagai suatu proses evaluasi dan penilaian mutu institusi
perguruan tinggi dan program studi yang dilakukan oleh tim pakar sejawat di luar lembaga
pendidikan tinggi berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan.
Sejatinya akreditasi dimaksud adalah sebuah pengakuan publik atau pengakuan eksternal
kepada instansi dalam hal ini Perguruan Tinggi dengan standar tertentu semata-mata untuk
memberi jaminan kepada masyarakat bahwa lembaga atau kampus tersebut layak dan
menjadi acuan utama untuk terjadinya proses belajar, sehingga outputnyapun dijamin dan
bisa digunakan oleh masyarakat pengguna lulusan dalam hal ini dunia kerja.
Tujuan dan manfaat akreditasi program studi adalah memberikan jaminan bahwa
program studi yang terakreditasi telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh BAN-PT
dengan merujuk pada standar nasional pendidikan yang termaktub dalam Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, sehingga mampu
memberikan perlindungan bagi masyarakat dari penyelenggaraan program studi yang tidak
memenuhi standar yang ditetapkan itu. Mendorong program studi untuk terus menerus
melakukan perbaikan dan mempertahankan mutu yang tinggi.
Akreditasi sangat penting, sebab itu untuk melihat tingkat keseriusan, kemajuan yang
dicapai oleh prodi. Tak sedikit perusahaan memberikan standar lulusan dari perguruan tinggi
minimal B untuk dapat di proses selanjutnya dalam penyeleksian karyawan atau pengawai
mereka. Bahkan beasiswa seperti Beswan Djarum menetapkan akreditasi jurusan minimal B
sebagai persyaratan memperoleh beasiswa.
Menurut BAN-PT akreditasi ini bertujuan untuk: (1) Menjamin mutu program studi/
institusi perguruan tinggi telah memenuhi standar yang ditetapkan (2) Mendorong perbaikan
mutu program/ institusi secara berkelanjutan (3). Hasil akreditasi digunakan untuk berbagai
hal seperti alokasi dana atau bantuan dari pihak luar.
Fakta empiris bahwa akreditasi yang telah terselenggara saat ini mampu memastikan
setiap satuan pendidikan yang dinilai dengan level A, B, dan C sesuai dengan fakta sesuai
dengan penelitian SRIHANI (2006) ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH
DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3
Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali). Thesis thesis, Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Dari proses akreditasi yang dilaksanakan SD Negeri Donohudan 3, diperoleh hasil
nilai/ score 80 dengan status terakreditasi B (Baik). Dampak dari pelaksanaan akreditasi ini
menunjukkan adanya peningkatan mutu pendidikan bagi sekolah yang telah terakreditasi. Hal
ini dapat diukur dari indikator mutu, diantaranya mutu input dapat dibuktikan dengan
banyaknya siswa baru yang berasal dari TK, mutu proses dibuktikan dengan
meningkatnyaprosentase kehadiran siswa, mutu output dibuktikan dari menurunnya
prosentase angka kelulusannya. Mutu guru dibuktikan dari meningkatkan angka kehadiran
kedisiplinan dari tertib administrasi. Mutu sarana dan prasarana dibuktikan dengan
meningkatnya kelengkapan sarana sekolah, dan mutu biaya dibuktikan dengan meningkatnya
bantuan dari partisipasi masyarakat.
4) Dalam konteks analisis kebijakan pendidikan, apakah MBS yang telah diterapkan
sekarang telah sesuai dengan kebutuhan strategi pencapaian tujuan pendidikan
nasional?
Jawab:
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada
sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi,
dan pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta
menjalin kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Dengan adanya
implementasi Manajemen Berbasis Sekolah diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan
yang ada saat ini.
Dalam MBS, pemberdayaan dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja sekolah agar dapat
mencapai tujuan secara optimal, efektif, dan efisien. Pada sisi lain, untuk membedayakan
sekolah harus pula ditempuh upaya-upaya memberdayakan peserta didik dan masyarakat
setempat, disamping mengubah paradigm pendidikan yang dimiliki oleh para guru dan kepala
sekolah. Dalam strategi implementasi MBS meliputi tahap sosialisasi, tahap piloting, dan
tahap diseminasi.

5) Berikan analisis yang bersifat faktual, apakah tepat untuk mengatakan bahwa
kurikulum tahun 2013 merupakan perbaikan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
dan juga kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)?
Jawab:
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Prof Dr Ir Musliar Kasim, MS
dengan tegas menepis anggapan bahwa kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang baru.
Menurutnya, kurikulum yang akan diterapkan mulai tahun ajaran 2013/2014 merupakan
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Hal ini diungkapkannya dihadapan peserta
sosialisasi kurikulum 2013, yang dilaksanakan di Program Pascasarjana Universitas Negeri
Makassar, Jumat, 8 Februari 2013.
Perubahan kurikulum dilakukan untuk menjawab tantangan zaman yang terus berubah
agar peserta didik mampu bersaing di masa depan.Alasan lain dilakukannya perubahan
kurikulum adalah kurikulum sebelumnya dianggap memberatkan peserta didik. Terlalu
banyak materi pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik, sehingga malah
membuatnya terbebani. Perubahan kurikulum ini juga melihat kondisi yang ada selama
beberapa tahun ini. KTSP yang memberi keleluasaan terhadap guru membuat kurikulum
secara mandiri untuk masing-masing sekolah ternyata tak berjalan mulus.
Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana
amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di
mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Paparan
ini merupakan bagian dari uji publik Kurikulum 2013, yang diharapkan dapat menjaring
pendapat dan masukan dari masyarakat.
Jadi sudahlah sangat jelas bahwasannya benar adanya kurikulum tahun 2013 merupakan
perbaikan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan juga kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) guna tercapainya tujuan pendidikan nasional.
6) Apakah hasil sertifikasi guru sudah sesuai dengan tujuan profesionalitas guru.
Analisis dilakukan dengan contoh nyata yang berbasis data pemerintah di sektor
penidikan?
Jawab:
Diakui bersama bahwa kualitas seseorang adalah tergantung pada kompetensi yang ada
di dalam dirinya, semakin banyak kompentensi yang dimiliki maka secara langsung kualitas
dirinya semakin tinggi. Dengan kompetensi yang dimiliki oleh guru maka seharusnya dapat
menjadikan sebagai sarana pengembangan dunianya secara maksimal. Untuk itu kepedulian
semakin ada dalam mengaktualisakan diri secara utuh terhadap dunia pendidikan yang
digelutinya.
Dengan adanya program sertifikasi guru diharapkan kinerja guru akan meningkat
sehingga mutu pendidikan di Indonesia juga akan meningkat ke arah yang lebih baik. Setelah
disertifikasi, diharapkan guru dapat memenuhi empat komponen seperti yang tertuang dalam
Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 10 dan Peraturan Pemerintah tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 28. Kompetensi guru meliputi empat komponen, yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, professional, dan sosial. Namun, dalam praktiknya, banyak guru
yang tidak dapat memenuhi keempat komponen tersebut dan dari beberapa penelitian juga
menunjukan bahwa kinerja guru tidak meningkat setelah adanya sertifikasi dan cenderung
masih sama sebelum adanya sertifikasi.
Jakarta, CNN Indonesia -- Kebijakan sertifikasi guru ternyata tidak hanya menimbulkan
dampak positif berupa peningkatan kesejahteraan guru. Tujuan utama sertifikasi yang
menyasar peningkatan kompetensi dan mutu guru justru tidak tercapai.
Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Sopan Adrianto pun mengatakan hal yang
sama. Tunjangannyang diberikan terkait sertifikasi ternyata tidak berdampak pada kinerja.
"Pasca Uji Kompetensi dari, 32 ribu guru yang mendapat nilai 0-5 (dari skala 10) ada 22
ribu tahun 2012. Dari 22 ribu itu kami melihat bahwa sertifikasi tunjangan ini pengaruhnya
tidak berdampak luar biasa dari kinerja," kata Sopan memaparkan data di wilayah DKI
Jakarta.
"Kami temukan pedagogiknya (guru yang tersertifikasi) lebih rendah dibandingkan
profesionalitasnya. Artinya guru tidak mampu menyampaikan (materi) pada muridnya," jelas
Sopan.
Ia juga mengklaim dengan adanya sertifikasi ini guru bukan memikirkan bagaimana
meningkatkan profesionalitas dan kompetensi tapi hanya memikirkan bagaimana
memperbanyak sertifikasi. "Seluruh guru bukannya mikirin profesional tapi malah mengejar
bagaimana sertifikasi sebanyaknya," ucap Sopan.
Jika kita cermati secara baik, hakikat tujuan sertifikasi adalah untuk peningkatan
profesionalisme guru yang pada dasarnya memberdayakan profesi guru melalui kualifikasi
akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik. Tetapi pada kenyatannya hasil sertifikasi guru
belum sesuai dengan tujuan profesionalitas guru.

Anda mungkin juga menyukai