Tabel 43.3
Otot betis dan/atau fasia plantaris-peregangan spesifik dapat meringankan nyeri jangka
pendek (2 sampai 4 minggu) dan memperbaiki fungsinya. Frekuensi peregangan betis dapat
dilakukan antara 3 kali sehari atau 2 kali sehari menggunakan penyookong (3 menit) atau
intermiten ( 20 detik) waktu peregangan, karena tak satu pun dosis menghasilkan
efeksignifikan yang lebih baik secara statistik.
Night Splints (1 sampai 3 bulan) harus dipertimbangkan pada pasien dengan gejala terkhir
lebih dari 6 bulan. lama waktu yang dianjurkan untuk memakai splint adalah 1 hingga
3 bulan. Tipe night splint (posterior, anterior, atau tipe kaos kaki) tidak menunjukkan
sebuah hasil
Dexamethasone 0.4 % atau pemberian asam asetat melalui iontoporesis dapat
mengurangi nyeri jangka pendek (2 sampai 4 minggu) dan memperbaik fungsi.
Rekomenddasi level C (bukti lemah)
Keefektifan terapi manual dan mobilisasi saraf dalam mengurangi nyeri jangka pendek (1
sampai 3 minggu) didukung oleh bukti yang minimal.
Calcaneal or dye taping mengurangi nyeri 7 sampai 10 hari.
Pengobatan
Peregangan pada fascia plantar dan/atau tendon achilles secara tradisional menjadi
pengobatan utama pada fasitis plantaris. Fascia plantar-latihan peregangan khusus bertujuan
untuk menghasilkan ketegangan jaringan maksimal melalui regangan terkontrol dari plantar
fasia dengan mereproduksi mekanisme windlass. membandingkan dua protokol latihan ini
dalam studi prospektif, acak, studi kontrol dan menemukan bahwa 8 minggu plantar fascia-
peregangan spesifik menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri pada 52% pasien,
dibandingkan hanya 22% pada peregangan tendn achilles. Setelah 2 tahun di follow up,
ternyata tidak ada perbedaan antara kedua grup tersebut. Pada multicenter, uji klinis
random, perbandingan agen elektropisikal dan latihan pada terapi fisik manual dan latihan
ditemukan terapi fisik manual dan latihan memberi hasil yang lebih baik pada 4 minggu dan
6 minggu evaluasi follow up.
Manfaat Walking cast dalam periode singkat telah dianjurkan untuk menyokong tumit
dan imobilisasi pada fasia plantar untuk memimalisir mikrotrauma berulang. Namun,
keberhasilan dari casting telah didukung oleh studi retrospektif, prospektif yang tidak
dipublikasi, uji kontrol. Dilaporkan hasil ight splinting besar, random, uji kontrol adalah
sebaliknya. Dengan 1 laporan setelah night splinting 1 bulan. Dan selain itu di laporkan tidak
ada keuntungannya.
Injeksi corticosteroid, botolinum toxin A(bTX-A), atau autogus darah yang berasal
dari fasia pantar telah di urai. Kebanyakan dalam seri kecil, tetapi tidak ada bukti yang cukup
untuk secara jelas mendefinisikan keefektifannya. Efek dari kortikosteroid injeksi berjangka
pendek dan komplikasinya seperti ruptur fasia plantar dan atrofi bantalan lemak plantar
mempunyai hubungan dengan pengobatan tersebut.
Acevedo dan Beskin dalam tinjauan retrospektif dari 765 pasien yang diobati untuk
plantar fasciitis dengan injeksi steroid dilaporkan 36% pasien mengalami rupture fasia
plantar akibat injeksi tersebut. Dari catatan adalah 50% pasien yang mengalami ruptur
dilaporkan hanya sedikit yang mengalami perbaikan pada 27 bulan follow up. Studi terbaru
dilaporkan minimal untuk tidak beresio pecah.
One doble blind, random, uji kontrol menemukan adanya perbaikan signifikan injeksi
BTX-A dibanding injeksi saline, tidak ada efek samping; namun follow up hanya sebentar (8
minggu) dan hanya 23 pasien (43 kaki) yang diinklusi. Prospektif lain, random, uji control
melibatkan 64 pasien mebandingkan injeksi darah autologous dan injeksi kortikosteroid dan
dismpulkan bahwa walaupun injeksi darah autologous efektif untuk mengurangi nyeri dan
kekakuan pada fasitis plantar, injeksi kortikosteroid paling cepat meredakan dan
perbaikannya. Keuntungan injeksi kortikosteroid adalah mempertahankan pasiennya
setidaknya 12 bulan.
Injeksi plasma kaya trombosit (PRP) telah menjanjikan dalam pengobatan fasitis
plantaris. Pada studi level 1, Monto menunjukka perbaikan yang lebih besar pada pasien
dengan pemberian PRP daripada pemberian injeksi kortikosteroid. Dan juga peningkatan
skor subjektive pada grup PRP dapat dipertahankan selama 2 tahun follow up. Sedangkan
grup kortikosteroid pulih kembali 1 tahun.
Hal 288c