Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi merupakan keadaan masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh, yang
kemudian berkembang biak dan menimbulkan penyakit (Bambang, 2001).
Mikroorganisme terdiri dari bakteri, fungi, dan protozoa (Pratiwi, 2008).
Mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan infeksi. Kebanyakan penyakit infeksi
bakteri disebabkan oleh kelompok bakteri enterik, yaitu Gram negatif, aerobik, dan
motil (Tambayong, 2000).
Penyakit tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex. Tuberkulosis di Indonesia merupakan masalah
utama kesehatan masyarakat karena Indonesia adalah negara dengan pravalensi
tuberkulosis ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India. World Health
Organization (1999) menyatakan jumlah kasus tuberkulosis di Indonesia adalah
583.000 orang per tahun dan menyebabkan kematian sekitar 140.000 orang per
tahun. WHO memperkirakan bahwa tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang
paling banyak menyebabkan kematian pada anak dan orang dewasa (Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia, 2006; Anonim, 2008).
Stteptomycin merupakan salah satu obat anti Tuberculosis. Streptomycin
merupakan antibiotik golongan aminoglikosida, antibiotik ini bekerja dengan cara
menghambat sintesis protein (Pratiwi, 2008).
Streptomycin adalah antibiotik yang dapat menghambat peryumbuhan bakteri
Gram positif maupun gram negatif yang kemudian disebut Broad Spectrum
Antibiotic. Spektrum antibakteri Streptomycin terutama terhadap kuman gram
negatif seperti E. Coli, salmonela, vibrio, pasteurella, proteus, pseudomonas dan
brucella. Terhadap kuman gram positif juga secara invitro efektif terhadap
stafilokokus, streptokokus penyebab mastitis dan leptopirosis dan infeksi
Corynbacterium equi penyebab penumonia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah yang dapat
diangkat adalah “Bagaimanakah kerja streptomycin sebagai obat anti tuberculosis?”

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu
1. Untuk mengetahui cara kerja streptomycin sebagai obat anti tuberculosis
2. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian penggunaan streptomycin sebagai
obat tuberculosis.

D. Manfaat
Sebagai pembelajaran dan wawasan bagi penulis untuk mengetahui peran
streptomycin sebagai salah satu obat anti tuberculosis.
BAB II
FARMASI-FARMAKOLOGI

A. Sifat Fisiko-Kimia Obat


Streptomisin adalah aminoglikosida yang larut air yang berasal dari
Streptomyces griseus. Rumus molekul untuk Streptomisin Sulfat adalah
(C21H39N7O12) 2-3H2SO4 dan berat molekul ialah 1.457,41. Struktur kimia
streptomycin tersusun atas tiga unit senyawa, yaitu streptidin, streptosa dan N-metik-
Lglukosamina. Ikatan antara streptidin dan streptosa dan ikatan antara streptosa dan
N-metik-L-glukosamina adalah ikatan glikosida. Ikatan glikosida antara streptidin
dan streptosa lebih lemah jika dibandingkan dengan ikatan glikosida antara streptosa
dan N-meyil-L-glukosamina.
Strepromycin berbentuk bubuk atau bubuk butiran tidak berbau, rasanya sedikit
pahit, mudah larut dalam air, tetapi praktis tidak larut dalam etanol (95%), klorofom,
dan eter
Nama kimia streptomycin:
O-2-Deoxy-2-methylamino-α-L-glucopyranosyl-(1→2)-O-5-deoxy-3-C-formyl-α-L-l
yxofuranosyl-(1→4)- N 3,N 3-diamidino-D-streptamine

Gambar A.1
Struktur Kimia
Streptomycin
B. Farmasi Umum
1. Dosis
Kadar
larutan tergantung
dari cara pemberian
yang
direncanakan;dan
cara penyuntikan
tergantung dari jenis dan lokasi infeksi. Suntikan IM merupakan cara yang paling sering
diberikan. Dosis total sehari berkisar 1-2 g(15-25 mg/kg BB); 500 mg - 1 g disuntikkan
setiap 12 jam. Untuk infeksi berat dosis harian dapat mencapai 2-4 g dibagi dalam 2-4
kali pemberian.Dosis untuk anak ialah 20-30 mg/kgBB sehari, dibagi untuk dua kali
penyuntikkan.
2. Preparat
Untuk suntikan tersedia bentuk bubuk kering dalam vial yang mengandung
1 atau 5 g zat.
3. Cara Penggunaan
C. Farmakologi Umum
Penderita TB berat yang mengancam nyawa, seperti meningitis dan penyakit
diseminata, dan terapi infeksi yang resisten terhadap obat lain (Chambers,
Henry F., 2011).
1.1.e) Kontraindikasi
Ibu hamil, pasien usia lanjut, orang dewasa yang memiliki ukuran tubuh kecil,
dan pasien dengan gangguan fungsi ginjal (Chambers, Henry F., 2011)
DAFTAR PUSTAKA

Chambers, Henry F. 2011. Obat Antimikobakterium dalam Farmakologi Dasar & Klinik.
Jakarta:EGC

Depkes RI., 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, 667, 706, 708, Jakarta, Badan
Penerbit FKUI.

Nattadiputra, S & Munaf, S., 2009, Aminoglikosida dan Beberapa Antibiotika Khusus,
Kumpulan Kuliah Farmakologi, 631, Jakarta, EGC.

Tambayong, Jan, 2000, Mikrobiologi untuk Keperawatan, 10-11,l 71-72, Widya Medika,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai