Ganjar Dan Enceng Gondok
Ganjar Dan Enceng Gondok
Gugur Gunung Resik-Resik Rawa Pening ini diikuti ribuan peserta dari berbagai
kalangan. Di antaranya BPBD dan SAR se-Jateng, pecinta alam, komunitas
peduli lingkungan, TNI, dan masyarakat umum. Kegiatan yang sudah kali kedua
dilaksanakan ini, dipimpin Ganjar didampingi Bupati Semarang Mundjirin.
Sebagian peserta turun ke air kemudian menarik enceng gondok ke pinggir
kemudian ditarik ke atas. Sebagian lagi menggunakan perahu karet mendorong
enceng gondok ke pinggir. Menurut panitia, enceng gondok nantinya dibuat
pupuk untuk tanaman.
Menurut Ganjar, obyek wisata Rawa Pening sebaiknya tidak hanya menikmati
keindahan dan kuliner. Wisatawan bisa diberdayakan untuk peduli lingkungan,
misalnya dengan diajak membersihkan enceng gondok di danau. Kegiatan ini
dirasa bisa jadi daya tarik baru bagi masyarakat.
ECENG GONDOK DI RAWA PENING
Halaman selanjutnya
Halaman
12
Tags
rawa pening
eceng gondok
Ganjar Pranowo
Tuntang
wisata edukasi
lingkungan alam
Baca Juga
Achmad Sukina: Dakwah MTA Sebarkan Kasih Sayang
Bukan Permusuhan
Ganjar Pranowo Beri Kuliah Umum di FKIP UNS Solo
Tegaskan NKRI Harga Mati
Ganjar: Kemasan Produk Kreatif Jangan Seperti Istri Cantik
Dasteran Kumal
Ganjar: Kendala Ekonomi Kreatif Cuma Masalah Modal dan
Cara Menjual
Ganjar Suka Ada Alat Pengganti Cantrang di Pameran
Produk Inovasi Jawa Tengah 2017
Penulis: m nur huda
Editor: iswidodo
Sumber: Tribun Jateng
Thursday, November 19, 2009
http://rowopening.blogspot.co.id/2009/11/kajian-enceng-gondok-rawapening.html
Pertama. Enceng gondok adalah tumbuhan air yang pertumbuhannya sangat pesat, bila
dibiarkan maka akan menutupi seluruh permukaan rawapening dan tidak akan menyisakan
space untuk nelayan melemparkan jala maupun memasang jaring. Untung sekarang banyak
nelayan yang berubah profesi sebagai pencari enceng gondok untuk bahan kerajinan,
sehingga membantu mengontrol pertumbuhan enceng gondok. Enceng gondok mempunyai
akar yang menggantung didalam air dan merupakan tempat persembunyian yang ideal buat
jenis juvenil anak udang untuk menghindar dari pemangsa. Selain juvenil anak udang juga
banyak juvenil anak ikan yang berlindung dari predator diantara akar enceng gondok ini.
Memang juvenil ikan dan udang sukanya mencari makan didekat permukaan. Jadi akar
enceng gondok ini membantu meningkatkan prosentase keselamatan regenerasi ikan dan
udang. Sementara di permukaan enceng gondok menjadi surga bagi burung untuk mencari
makan dan bersarang.
Regenerasi enceng gondok yang cepat juga diikuti dengan umurnya yang pendek, enceng
yang mati akan terendapkan di dasar rawa menjadi gambut. Dan laju pengendapan gambut
di rawapening ini juga relatif tinggi bila dilihat dengan skala waktu geologi, untuk
mendangkalkan sebuah rawa. Untungnya lagi sekarang banyak nelayan yang mengambil
gambut untuk pupuk sehingga membantu mengurangi laju pendangkalan.
Enceng gondok ini sering membuat koloni yang kuat dan luas, saling mengikat, kadang ada
gambut yang naik kepermukaan disebabkan kandungan gas metan, terikat oleh akar
enceng gondok dan membentuk seperti pulau enceng gondok yang apabila diinjak orang
tidak tenggelam. Koloni enceng gondok ini sering terbawa angin musiman kemana angin
mengarah dan menabrak menghacurkan semua yang dilewati, seperti branjang, karamba,
jaring, gubuk semuanya ambruk diterjang masa enceng gondok yang masiv dan luas
didorong oleh angin yang kuat.
Terkadang ada perahu orang mancing yang terjebak dijepit enceng gondok, pernah
tetanggaku Mas Kasri maniak mancing, mancing pas musim angin, tiba-tiba terjepit di
tengah tengah 2 koloni besar enceng gondok yang luas, yang berjalan terbawa angin,
terperangkap sampai 3 hari 3 malam tidak bisa lepas dari enceng gondok, tau tau sudah
ditengah-tengah eceng gondok, berteriak teriak sampai capek tidak ada yang mendengar,
akhirnya menangis sambil narikin enceng gondok satu persatu. Padahal Mas Kasri itu
preman, badan bertato hihe.... nangis juga sama enceng gondok. Makanya kalo mancing
pas musim angin jangan ke tengah, lihat kanan kiri, ojo mandeng iwak wae
mbul!!!
Satu hal yang sering luput dari pengamatan dan pertimbangan ekologis tentang
keberadaan enceng gondok adalah adanya ganggang rawa(Hydrilla verticillata).
Ganggang rawapening ini juga mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat dan super
ekspansive, tidak kalah dengan enceng gondok. Sebabnya adalah memang merupakan jenis
ganggang super ekspansive dan sebab kedua adalah kejernihan dan kedangkalan rawa
yang menyebabkan intesitas cahaya matahari membantu maksimal pertumbuhan ganggang
ini. Bagi yang pernah memelihara jenis cabomba aquatica di aquarium akan tahu berapa
pesatnya pertumbuhan jenis ganggeng ini, aku dulu pernah juag memelihara di akuarium,
tak kasih lampu, luar biasa, tiap minggu aku harus ngobok obok akuarium untuk
memotongi, membuang dan mengatur ulang tanaman ini di akuarium, karena kalau tidak,
dalam 2 minggu akuariumku sudah penuh dengan ganggang ini. Makanya jenis ganggang
ini tidak dirokemendaiskan untuk tanaman hias akuarium, karena kecepatan tumbuhnya
yang luar biasa.
Pernah suatu kali aku berenang di rawapening, kaki tidak leluasa berenang karena
tersangkut sangkut ganggang jenis Hydrilla. Saya chek kedalaman air memakai galah
dayung bambu sekitar 4 meteran, dan ganggan ini tumbuh sampai 30 cm dari permukaan.
Bayangkan bahwa dasar rawa pening adalah sebuah hutan ganggang yang rapat dengan
panjang sulur-sulurnya sekitar 4 meteran, dengan cabang yang lebat. Untuk ada enceng
gondok yang menutupi hampir separo rawapening sehingga membantu menutupi ganggang
dari matahari, sehingga membantu mengontrol isi rawa dari keganasan ganggang
ekspansive ini. Ganggang dijumpai tumbuh pesat di rawapening, terutama dangkalan yang
jarang tertutup enceng gondok.
Bayangkan jika 90% kolom air rawapening dipenuhi ganggang ini, kemudian pada malam
hari ganggang ini akan menghisap habis kandungan oksigen di rawa pening!!! mau kemana
ikan mencari oksigen, untung ada enceng gondok, yang membantu membunuh ganggang
super ekspansive ini, dengan menutup akses matahari ke dalam air.
Kalau tidak ada enceng gondok, mungkin rawapening sudah penuh dengan ganggang ini,
dan ikan rawa hanya akan didominasi ikan labirin yaitu betok, gabus (betik & kutuk) dan
ikan yang mengambil oksigen ke permukaan, yaitu sepat (iwak idolamu kabeh mbul...).
Mujair akan musnah, grascarp, tawes tidak bisa hidup kalau malam hari oksigen habis oleh
disedot ganggang, memang sih.... kalau siang memproduksi osigen, tapi kalau malam
menghabiskannya. Sekali lagi 'untung ada enceng gondok'
Gambar;
kiri; Cabomba aquatica, menyukai tempat berarus dan jernih seperti di depan muara kali
muncul
kanan; Hydrilla verticillata, mendominasi hampir 90% dasar rawapening
Memang enceng gondok ini banyak dikeluhkan oleh pencari ikan dan para pemilik keramba.
Kadang kalau lagi musim angin, enceng gondok yang membentuk koloni besar dan luas ini
akan berjalan tertiup angin dan akan menerjang dan menghancurkan apa saja yang dilwati,
termasuk branjang dan karamba. Selain itu juga menutup akses menuju karamba dan
branjang, serta menghilangkan space untuk menjala, memasang jaring, memasang icir dan
juga bagi pemancing akan kesusahan menuju spot terdalam yang banyak ikannya.
TRIBUNJATENG/SUHARNO/dok
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono tinjau Rawa Pening di Kabupaten Semarang. Dia minta pembersihan eceng
gondong Rawa Pening dipercepat, Jumat 7 April 2017
Baca Juga
INDAHNYA Rel Kereta Api Membelah Rawa Pening, Buktikan
di Sini
HORE, Usaha Kecil Menengah Akan Diakomodasi Masuk
Rest Area Tol
Pelaksana Proyek Tol Semarang-Solo Siap Penuhi Target
Menteri PUPR
Tol Semarang-Solo Sudah Dioperasionalkan Sebelum
Lebaran 2018
Sebar 20 Ribu Benih Ikan, Hendi Manfaatkan Saluran Irigasi
Jadi Tempat Pembibitan
Penulis: deni setiawan
Editor: iswidodo
Sumber: Tribun Jateng
2016/12/19 16:50:37 WIB
Halaman 1 dari 2
Danau seluas 2.670 hektar itu kini 80% luasannya tertutup eceng
gondok. Padahal Rawa Pening termasuk salah satu danau prioritas di
Indonesia dari 800-an danau yang tercatat dan memiliki potensi wisata
yang tinggi karena lokasinya yang strategis.
Menurutnya ada berbagai masalah di Rawa Pening yaitu termasuk danau paparan banjir dengan fungsi
utama reservoir air, pembangkit listrik tenaga air sekaligus wisata yang semakin terancam. Kemudian
tutupan eceng gondok yang meluas diiringi sedimentasi.
"Banyak pihak telah melakukan kajian dan penerapannya di lapangan termasuk perguruan tinggi yang
perlu didorong peran aktifnya," tandas Arief.
Foto: Angling Adhitya P/detikcom
"Selama 5 tahun kebutuhan energi kami pakai limbah jamu 50% dan
gas 50%. Diteliti dan dikabarin membuatnya (dari Eceng Gondok)
gampang dan cepat. Saking senangnya seminggu saya tidak tidur,"
kata Irwan.
Gulma Eceng gondok menjadi masalah besar di Danau Tondano Sulawesi Utara
Gulma Eceng Gondok ( eichhornia crassipes )adalah salah satu tumbuhan air
mengapung, selain dikenal dengan nama eceng gondok, juga di kenal dengan
nama Kelipuk ( Palembang ), di Lampung di sebut Ringgak, di daerah Kalimantan
tepatnya suku Dayak di kenal dengan nama ilung-ilung, di Manado di sebut
Tumpe.
Eceng gondok ditemukan secara tidak sengaja oleh ilmuwan bernama Carl
Fredrich Phillip Von Martius seorang botani berkebangsaan Jerman pada tahun
1824, ketika sedang ekspedisi di sungai Amazon Brasil, eceng gondok
mempunyai kecepatan tumbuh yang luar biasa, sehingga dianggap sebagai gulma
yang bisa merusak ekosistem perairan, terbukti saat ini hampir semua danau di
Indonesia bermasalah dengan tumbuhan ini.
Gulma eceng gondok dikumpulkan dan diangkut dari tengah Danau Limboto,
menjadikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat pesisir Danau Limboto. Sekali
angkut bisa dapat 300 kg gulma eceng gondok Saya mengajak petani seputar
Danau Limboto untuk mengumpulkan eceng gondok menggunakan perahu, lalu di
timbang dan di beli dengan harga Rp 25.000 / ton, ( dua puluh lima ribu Rupiah )
dimana saat itu upah tani harian hanya Rp 20.000,- ( dua puluh ribu Rupiah ) /
hari, saking banyaknya satu hari mereka bisa kumpulkan 2 ton kalau mereka
rajin, jika malas 1 ton sudah cukup buat mereka.
Mahasiswa UNG diajak untuk ikut serta membuat pupuk hijau. Inovasi
bioteknologi + gula pasir = Bioaktivator di semprot merata pada tumpukan gulma
eceng gondok. Gulma eceng gondok saya cooper, atau cincang, lalu di tumpuk
setinggi 10 cm, lalu di taburi kapur dan limbah kotoran ayam dan di siram dengan
campuran bioteknologi di semprot secara merata, lalu dilakukan penumpukan
dan diulang terus sampai menjadi gunungan, dan setelah 3 bulan menjadi pupuk
hijau siap dipakai.
Semua kegiatan saya lakukan bersama petani dan mahasiswa dari Universitas
Negeri Gorontalo, tujuan nya untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman
membuat pupuk hijau dari eceng gondok. Gulma eceng gondok dikumpulkan ,lalu
di timbang dan langsung di cincang memakai mesin cincang, lalu ditumpuk jadi
gunungan sambil di campur dengan kapur dan pupuk kandang, tujuan nya agar
pupuk hijaunya menjadi pupuk lengkap yang sudah siap pakai, dan bisa
mengurangi ketergantungan dari penggunaan pupuk kimia.
Semua proses pembuatan pupuk hijau saya jelaskan secara mendetail, dan
Gubernur Gorontalo Bapak Fadel Muhammad dan rombongan menyimak dengan
serius. Pupuk hijau dibuat dengan cara berbeda dalam hal proses fermentasi
memakai para-para dari bambu, untuk mempercepat proses dekomposisi pupuk
hijau.
Gulma eceng gondok di hancurkan dengan mesin pembuat kompos
Hasil nya setelah di cincang siap di proses menjadi pupuk hijau.
Kapur di tabur secara merata dilapisan setelah hasil cincangan gulma eceng
gondok
Di siram dengan cairan bioaktivator yang terbuat dari Inovasi Bioteknologi + gula
pasir + air.
Model fermentasi para-para, bambu di tengah sebagai cerobong hawa, supaya
temperature media pupuk hijau tidak terlalu panas.
Hasil cincangan Eceng gondok dalam tahapan proses dekomposisi Pupuk hijau
sudah siap di pakai pada tanaman jagung.
Aplikasi pupuk hijau pada tanaman jagung, sebagai penutup lubang tanam
setelah benih jagung di tanam.
Hasilnya tanaman jagung tumbuh subur dan berhasil mendapatkan panen 14,7
ton / hektar pipilan kering di kadar air 25%.
Ditahun 2011 saya juga membantu membersihkan Danau Tondano dari Eceng
gondok, dibuat pupuk hijau yang dipakai untuk menanam tanaman jagung manis,
tanaman sayuran, tanam padi dan tanaman di polybag.
Eceng gondok di kumpulkan secara manual
Dikumpulkan dengan alat berat dari sungai Tondano
Di cincang dengan alat cincang modifikasi yang bisa di pindah-pindahkan
Hasil cincangan dimasukan ke dalam karung lalu di angkut ke tempat pembuatan
pupuk hijau
Sebagai innovator, Saya sangat senang melihat dan membaca di televisi sudah
banyak inovasi pembuatan dan pemanfaatan eceng gondok, di Jawa Timur di
manfaatkan sebagai sumber energi biogas, lalu di buat pupuk untuk
pemeliharaan ikan bandeng, dipakai untuk menggantikan pupuk kimia dengan
hasil ikan bandeng yang tumbuh lebih cepat dan dagingnya lebih enak, dan
banyak lagi inovasi-inovasi yang lahir dari masyarakat baik dari mahasiswa
maupun praktisi pertanian, semua dengan satu tujuan, menjadikan masalah
adalah berkat dan tentunya dengan inovasi untuk kemajuan pertanian ramah
lingkungan di Indonesia. Inovasi membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin
David Bekam
/davebekam
Selengkapnya:http://www.kompasiana.com/davebekam/dulu-masalah-sekarang-
menjadi-berkat_560d26fe739773f3085878fd
http://www.solopos.com/2017/01/13/rawa-pening-dikeruk-kapal-khusus-784000
Operator mengoperasikan kapal khusus pengeruk tanaman eceng gondok yang menutupi permukaan
Danau Rawa Pening di Bawen, Kabupaten Semarang, Jateng, Rabu (11/1/2017).
(JIBI/Solopos/Antara/Aditya Pradana Putra)
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada 2017 ini
menganggarkan dana Rp330 miliar untuk penanganan tujuh danau prioritas restorasi di
Indonesia, salah satunya adalah Danau Rawa Pening di Bawen, Kabupaten Semarang,
Jawa Tengah (Jateng). Kucuran dana itu diharapkan mampu mendukung program
prioritas pariwisata berbasis sumber daya danau.
Permukaan Rawa Pening di Bawen itu, kini, senantiasa tertutupi tanaman eceng gondok.
Kendati bermanfaat bagi sebagian warga sekitar yang bekerja sebagai pembuat karya
kerajinan, eceng gondok itu memicu pendangkalan danau. Untuk itu, Kementerian PUPR
mendatangkan kapal khusus pengeruk tanaman eceng gondok yang menutupi permukaan
danau tersebut.
Eceng Gondok bisa diubah jadi bahan
bakar
Senin, 19 Desember 2016 15:47 WIB | 6.896 Views
Pewarta: Zuhdiar Laeis
http://www.antaranews.com/berita/602350/eceng-gondok-bisa-diubah-jadi-bahan-bakar
Seorang pekerja membawa tumbuhan eceng gondok (eichornia crassipes) dengan perahu, di
Rawa Pening, Kebondowo, Banyubiru, Kabupaten Semarang, Selasa (27/1). Tumbuhan eceng
gondok dijual dengan harga Rp 10.000 per-ikat yang digunakan untuk pembuatan berbagai
kerajinan bahan dasar eceng gondok. (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)
Ungaran (ANTARA News) - PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk
mendorong pemanfaatan eceng gondok yang selama ini banyak terdapat di Danau
Rawa Pening, Kabupaten Semarang, menjadi energi.
"Danau Rawa Pening sekarang ini kan penuh dengan eceng gondok yang dianggap
sebagai tumbuhan pengganggu lingkungan perairan," kata Direktur PT Sido Muncul
Irwan Hidayat di Ungaran, Kabupaten Semarang, Senin saat peluncuran program
Pembangunan Pariwisata Kabupaten Semarang dengan Menyelamatkan Sumber
Air Danau Rawa Pening, di Agrowisata pabrik PT Sido Muncul.
"Selama lima tahun ini, kebutuhan energi (bahan bakar, red.) memakai limbah jamu
50 persen dan gas 50 persen. Wood pellet diolah dari ampas limbah padat jamu.
Ternyata, dari eceng gondok juga bisa," katanya.
Meski demikian, Irwan mengakui perlunya dukungan dari pemerintah dan berbagai
pihak untuk mendorong masyarakat sekitar Danau Rawa Pening mampu
memproduksi eceng gondok menjadi "pellet" bahan bakar.
Jadi, kata dia, warga yang tinggal di sekitar danau yang terkenal dengan legenda
Baruklinting itu bisa memproduksi "pellet" eceng gondok yang nantinya akan dibeli
oleh kalangan industri.
"Pemanfaatan eceng gondok untuk pellet bahan bakar ini diharapkan mampu
mengurangi pertumbuhan tanaman itu, khususnya di Danau Rawa Pening menjadi
sumber energi baru yang bermanfaat," katanya.
"Dulu, ini (eceng gondok, red.) pernah diambil untuk jadi pupuk jamu di kawasan
Dieng. Namun, sudah tidak lagi. Setidaknya ada empat kecamatan yang melingkupi
kawasan Danau Rawa Pening," katanya.
Sementara itu, politikus Partai Golkar Tantowi Yahya yang hadir pada kesempatan
itu mengatakan sebenarnya tanaman eceng gondok tidak selalu tumbuh dan
berkembang biak di setiap danau atau sungai.
"Banyak danau yang bebas dari eceng gondok. Saya baru tahu kalau ternyata
stimulannya (tumbuhnya eceng gondok, red.) itu sampah rumah tangga. Ini
pengetahuan yang berharga," kata anggota Komisi I DPR RI itu.
Maka dari itu, Tantowi mengingatkan seluruh pihak, termasuk masyarakat untuk
menjaga kebersihan danau yang ada di sekitarnya, termasuk Danau Rawa Pening
dari sampah rumah tangga agar tetap bersih.
Turut hadir pada kesempatan itu, mantan Kepala BIN Jenderal (Purn) AM
Hendropriyono, sejumlah anggota Komisi X DPR RI, beberapa staf khusus dan staf
ahli menteri, serta Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.