Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

pendidikan dapat mendorong peningkatan kualitas manusia dalam bentuk

meningkatnya kempetensi kognitif, maupun psikomotor. Masalah yang dihadapi

dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas kehidupan sangat kompleks,

banyak faktor yang harus dipertimbangkan karena pengaruhnya peada kehidupan

manusia tidak dapat diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan

faktor yang dapat meningkatkat kualitas sumber manusia suatu bangsa. Bgi suatu

bangsa pendidikan merupakan hal yang sangat penting, dengan pendidikan manusia

menjai lebih mampu dalam beradaptasi dengan lingkungan, dengan pendidikan

mausia juaga akan mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

Oleh karena itu membangun pendidikan menjadi suatu keharusan,baik dilihat dari

perspektif internal (kehidupan intern bangsa) maupun dalam perspektif eksternal (kai

tannya dengan kehidupan bangsa-bangsa lain. Pengertian tersebut menggambarkan

bahwa pendidikan merupakan pengkondisian situasi pembelajaran bagi peserta didik

guna memungkinkan mereka mempunyai kompetensi–kompotensi yang dapat

bermanfaat bagi kehidupan dirinya sendiri maupun masyarakat. Hala ini sejalan

dengan fungsi pendidikan yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

1
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Salah satu faktor yang amat menentukan dalam upaya meningkatkan kualitas

SDM melalui Pendidikan adalah tenaga Pendidik (Guru/Dosen), melalui mereka pen-

didikan diimplementasikan dalam tataran mikro, ini berarti bahwa bagaimana kualitas

pendidikan dan hasil pembelajaran akan terletak pada bagaimana pendidik melaksana

kan tugasnya secara profesional serta dilandasi oleh nilai dasar kehidupan yang tidak

sekedar nilai materil namun juga nilai transenden ysng dapat mengilhami pada proses

pendidikan ke arah suatu kondisi ideal dan bermakna bagi kebahagiaan hidup peserta

didik, pendidik serta masyarakat secara keseluruhan.

Dengan demikian, nampak bahwa Pendidik diharapkan mempunyai pengaruh

yang signifikan pada pembentukan sumberdaya manusia (human capital) dalam aspek

kognitif,afektif maupun keterampilan,baik dalam aspek fisik,mental maupun spiritual.

Hal ini jelas menuntut kualitas penyelenggaraan pendidikan yang baik serta pendidik

yang profesional, agar kualitas hasil pendidikan dapat benarbenar berperan optimal

dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu pendidik dituntut untuk selalu memperbaiki,

mengembangkan diri dalam membangun dunia pendidikan.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah itu profesi?
2. Apakah tujuan pengembangan atau peningkatan profesionalitas guru?
3. Bagaimana pengembangan sikap professional ?
4. Bagaimana model pengembangan professional guru?
5. Bagaimana strategi peningkatan profesionalitas guru ?
6. Apakah tantangan dan solusi pengembangan atau peningkatan
profesionalitas?
7. Bagaimana implikasi pengembangan sikap profesionalitas guru dalam
praktis pendidikan ?

C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan pengertian profesi.
2. Menjelaskan tujuan pengembangan atau peningkatan profesionalitas guru?
3. Menjelaskan pengembangan sikap professional.
4. Menjelaskan model pengembangan professional guru.
5. Menjelaskan strategi peningkatan profesionalitas guru.
6. Menjelaskan tantangan dan solusi pengembangan atau peningkatan
profesionalitas.
7. Menjelaskan implikasi pengembangan sikap profesionalitas guru dalam
praktis pendidikan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mempersyaratkan
pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental bukan
pekerjaan manual. Kemampuan mental yang dimaksudkan disini adalah adanya suatu
persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instumen untuk melakukan perbuatan
praktis. Profesi megacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja
berdasarkan standar yang tiggi.
Kebijakan bersifat universal, tanpa mengecualikan ideologi negara, ada
beberapa isu krusial memunculkan banyak gagasan diantaranya adalah, pertama,
diperlukan ekstrakapasitas untuk menyediakan guru yang professional sejati dalam
jumlah yang cukup. kedua,regulasi yang implementasinya taat asa dalam penempatan
dan penugasan guru. Ketiga, untuk mewujudkan hak semua warga negara atas
pendidikan yang berkualitas melalui pendanaan dan pengaturan negara atas sistem
pendidikan. Keempat, meningkatkan kesejahteraan dan status guru serta tenaga
kependidikan.
Dilihat dari dimensi sifat dan substansinya, setidaknya ada empat ranah yang
tersedia untuk mewujudkan guru yang benar-benar professional. yaitu, penyediaan
guru berbasis pergurun tinggi, induksi guru pemula berbasis sekolah, profesionalisasi
guru berbasis prakarsa institusi , provesionalissasi guru brbsis individu.
Mereka yang diangkat sebagai guru merupakan lulusan lembaga penyedia
calon guru. Guru telah menggariskan bahwa hal ini menjadi kewenangan lembaga
pendidikan tenaga kependidikan, penyediaan guru berbasis perguruan tinggi. Ciri-ciri
utama masyarakat madan adalah adanya kemandirian yang cukup tinggi dari individu
dan kelompok dalam masyarakat, utamanya ketika berhadapan dengan negara,
adanya ruang public bebas sebagai wahana bagi keterlibatan politik dalam secara
aktif dari dari warga negara melalui wacana dan praksis yang berkatan dengan

4
kepentingan publik, dan adanya kemapuan membatasi kuasa negara agar ia tidak
intervensionis.
Pengembangan profesi adalah usaha profesi yaitu setiap kegiatan yang
dimaksudkan untuk meningkatkan profesi mengajar dan mendidik. Usaha
mengembangankan profesi ini bisa timbul dari dua segi, yaitu dari segi eksternal
yaitu pimpinan yang mendorong guru untuk mengikuti penataran atau kegiatan
akademik yang memberikan kesmpatan guru untuk belajar lagi, sedangkan dari segi
internal guru dapat berusaha belajar sendiri untuk dapat berkembang dalam
jabatannya.
Ada tiga pilar pokok yang ditunjukkan untuk suatu profesi, yaitu:
1. Pengetahuan, adalah segala fenomena yang diketahui yang disistematikan
sehingga memiliki daya prediksi, daya control, dan daya aplikasi tertentu.
Pada tingkat lebih tinggi, pengetahuan bermakna kapasitas kognitif yang
dimilikioleh seorang melalui proses belajar.
2. Keahlian, bermakna penguasaan subtansi keilmuan yang dpat dijadikan acuan
dalam bertindak. Keahlian juga bermakna kepakaran dalam cabang lmu
tertentu untuk dibedakan dengan kepakaran lainnya.
3. Persiapan akademik, mengandung makna bahwa untuk mencapai derajat
profesi atau memasuki jenis profesi tertentu diperlukan persyaratan
pendidikan khusus, berupa pendidikan prajabatan yang dilaksanakan pada
lembaga pendidikan formal, khususnya jenjang perguruan tinggi.

B. Tujuan pengembangan atau peningkatan profesionalitas guru.


Tujuan pengembangan pendidik melalui pembinaan guru adalah untuk
memperbaiki proses belajar mengajar yang di dalamnya melibatkan guru dan siswa,
melalui serangkaian tindakan, bimbingan dan arahan. Perbaikan proses belajar
mengajar yang pencapainnya melalui peningkatan profesional guru tersebut
diharapkan memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu pendidikan. Tujuan
kegiatan pengembangan profesi guru adalah untuk meningkatkan mutu guru agar

5
guru lebih profesional dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi,
kegiatan tersebut bertujuan untuk memperbanyak guru yang profesional, bukan
untuk mempercepat atau memperlambat kenaikan pangkat/golongan. Selanjutnya
sebagai penghargaan kepada guru yang mampu meningkatkan mutu profesionalnya,
diberikan penghargaan, di antaranya dengan kenaikan pangkat/golongannya.
Dalam kaitannya dengan program bimbingan penulisan karya ilmiah, maka
penulisan karya tulis ilmiah sendiri yang merupakan salah satu kegiatan
pengembangan profesi guru, bukanlah sebagai tujuan akhir tetapi sebenarnya
merupakan wahana untuk melaporkan kegiatan yang telah dilakukan guru untuk
meningkatkan mutu pendidikan, khususnya pembelajaran di sekolah.
Menurut Sudarwan Danim dalam menjelaskan bahwa pengembangan
profesionalisme guru dimaksudkan untuk memenuhi tiga kebutuhan. Pertama,
kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang efisien
dan manusiawi serta melakukan adaptasi untuk penyusunan kebutuhan-kebutuhan
sosial. Kedua, kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk membantu staff
pendidikan dalam rangka mengembangkan pribadinya secara luas. Ketiga, kebutuhan
untuk mengembangkan dan mendorong kehidupan pribadinya, seperti halnya
membantu siswanya dalam mengembangkan keinginan dan keyakinan untuk
memenuhi tuntutan pribadi yang sesuai dengan potensi dasarnya.
Tujuan lain dari pengembangan profesionalitas guru yaitu:
a. Kebutuhan sosial adaptasi untuk penyusunan kebutuhan-kebutuhan sosial.
meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang efisien dan manusiawi.
b. Kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk membantu staff pendidikan dalam
rangka mengembangkan pribadinya secara luas.
c. Kebutuhan untuk mengembangkan dan mendorong kehidupan pribadinya, seperti
halnya membantu siswanya dalam mengembangkan keinginan dan keyakinan
untuk memenuhi tuntutan pribadi yang sesuai dengan potensi dasarnya.

6
C. Pengembangan Sikap Profesional
Dalam meningkatkan mutu professional maupun layanan guru harus pula

meningkatkan sikap profesionalnya. Pengembangan sikap professional dapat

dilakukan baik selagi dalam pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas (dalam

jabatan).

1. Pengembangan sikap selama pendidikan pra jabatan

Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan,

sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan nanti. Pembentukan sikap

yang baik harus dibina sejak calon guru memulai pendidikannya di lembaga

pendidikan guru. Berbagai usaha dan latihan, contoh-contoh dan aplikasi penerapan

ilmu, keterampilan dan sikap professional dirancang dan dilaksanakan selama calon

guru berada dalam pendidikan prajabatan. Pembentukan sikap dapat diberikan dengan

memberikan pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan khusus yang di rencanakan.

2. Pengembangan sikap selama dalam jabatan

Usaha yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan sikap profesional

keguruan dalam masa pengabdiannya sebagai guru, dapat dilakukan dengan cara

formal melalui kegiatan mengikuti penataran, lokarya, seminar atau kegiatan ilmiah

lainnya. Secara informal melalui media massa televise, radio, Koran, dan majalah

maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan sekaligus meningkatkan sikap professional keguruan.

7
D. Model Pengembangan Profesionalime Guru
Castetter menyampaikan lima model pengembangan untuk guru sebagaimana
dikutip oleh Udin Syaepudin Saud, seperti pada tabel berikut ini:

Model Pengembangan Guru Keterangan


Individual Guided Staff Para guru dapat menilai kebutuhan
Development (Pengembangan guru mengajar mereka dan mampu belajar
yang dipandu secara individu) aktif serta mengarahkan diri sendiri.
Para guru harus dimotivasi saat
menyeleksi tujuan belajar berdasar
penilaian personil dari kebutuhan
mereka.
Observasi dan penilaian dari instruksi
Observation/Assessment menyediakan guru dengan data yang
(Observasi atau Penilaian) dapat direfleksikan dan dianalisis untuk
tujuan peningkatan belajar siswa.
Refleksi oleh guru pada praktiknya
dapat ditingkatkan oleh observasi
lainya.
Involvement in a Pembelajaran orang dewasa lebih
development/improvement process efektif ketika mereka perlu untuk
(Keterlibatan dalam suatu proses mengetahui atau perlu memecahkan
pengembangan/peningkatan) suatu masalah. Guru perlu untuk
memperoleh pengetahuan atau
keterampilan melalui keterlibatan pada
proses peningkatan sekolah atau
pengembangan kurikulum.
Training (Pelatihan) Ada teknik-teknik dan perilaku-perilaku

8
yang pantas untuk ditiru guru dalam
kelas. Guru-guru dapat merubah
perilaku mereka dan belajar meniru
perilaku dalam kelas mereka.
Inquiry (Pemeriksaan) Pengembangan profesional adalah studi
kerjasama oleh para guru sendiri untuk
permasalahan dan isu yang timbul dari
usaha untuk membuat praktik mereka
konsisten dengan nilai-nilai bidang
pendidikan.

Dengan demikian, terdapat banyak sekali program-program dan strategi-


strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan profesionalitas
guru yang sudah dikemukakan di atas salah satunya yaitu dengan memberikan
tunjangan profesi berupa sertifikat pendidik atau yang akrab dikenal dengan
sertifikasi guru. Tunjangan profesi yang diprogramkan oleh pemerintah tidak hanya
untuk memberikan tunjangan profesi dan kesejahteraan belaka tetapi juga
dimaksudkan agar guru mampu meningkatkan mutu, dedikasi, dan kinerja untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

E. Strategi Peningkatan Profesionalitas Guru


1. Prinsip-prinsip pengembangan atau peningkatan profesionalitas.
1) Prinsip umum
a. Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural,dan kemajemukan bangsa.
b. Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.

9
c. Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung
sepanjang hayat.
d. Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas
guru dalam proses pembelajaran.
e. Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan pengendalian mutu layanan pendidikan.
2) Prinsip khusus
a. Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam
kompetensi dan indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan
secara keilmuan.
b. Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi guru sebagai
tenaga pendidik
c. profesional yakni memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional.
d. Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru berhubungan
secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
e. Konsisten, adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara kompetensi
dan indikator.
f. Aktual dan kontekstual, yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat
mengikuti perkembangan Ipteks.
g. Fleksibel, rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan jaman.
h. Demokratis, setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk
diberdayakan melalui proses pembinaan dan pengembangan
profesionalitasnya, baik secara individual maupun institusional.
i. Obyektif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesinya dengan
mengacu kepada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan
indikator-indikator terukur dari kompetensi profesinya.

10
j. Komprehensif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesinya untuk
mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam
memberikan layanan pendidikan dalam rangka membangun generasi yang
memiliki pengetahuan, kemampuan atau kompetensi, mampu menjadi
dirinya sendiri, dan bisa menjalani hidup bersama orang lain.
k. Memandirikan, setiap guru secara terus menerus diberdayakan untuk
mampu meningkatkan kompetensinya secara berkesinambungan, sehingga
memiliki kemandirian profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsi
profesinya.
l. Profesional, pembinaan dan pengembangan profesi guru dilaksanakan
dengan mengedepankan nilai-nilai profesionalitas.
m. Bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan profesi guru
dilaksanakan berdasarkan tahapan waktu atau tahapan kualitas kompetensi
yang dimiliki oleh guru.
n. Berjenjang, pembinaan dan pengembangan profesi guru dilaksanakan
secara berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat kesulitan
kompetensi yang ada pada standar kompetensi.
o. Berkelanjutan, pembinaan dan pengembangan profesi guru dilaksanakan
sejalan dengan perkembangan ilmu pentetahuan, teknologi dan seni, serta
adanya kebutuhan penyegaran kompetensi guru;
p. Akuntabel, pembinaan dan pengembangan profesi guru dapat
dipertanggungjawabkan secara transparan kepada publik;
q. Efektif, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi guru harus
mampu memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak yang terkait dengan
profesi lebih lanjut dalam upaya peningkatan kompetensi dan kinerja guru.
r. Efisien, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi guru harus
didasari atas pertimbangan penggunaan sumberdaya seminimal mungkin
untuk mendapatkan hasil yang optimal.

11
F. Tantangan dan solusi pengembangan atau peningkatan profesionalitas.
Terkait dengan guru, secara umum tantangan yang dihadapi guru di era
globalisasi dan multicultural ini adalah bagaimana pendidikan mampu mendidik dan
menghasilkan siswa yang memiliki daya saing tinggi, atau justru malah “mandul”
dalam menghadapi gempuran berbagai kemajuan yang penuh dengan kompetensi
dalam berbagai sector, mampu menghadapi tantangan di bidang politik dan ekonomi,
mampu melakukan riset secara koprehensif di era reformasi serta mampu
membangun kualitas kehidupan sumber daya manusia. Di samping itu, dilihat dari
segi aktualisasinya pendidikan merupakan proses interaksi antara guru (pendidik)
dengan siswa (peserta didik) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah
ditentukan. Guru, siswa dan tujuan pendidikan merupakan komponen utama
pendidikan. Ketiganya membentuk triangle, yang jika hilang salah satunya, maka
hilang pulalah hakikat pendidikan. Namun demikian, dalam situasi tertentu tugas
guru dapat dibantu oleh unsur lain, seperti media teknologi tetapi tidak dapat
digantikan.
Oleh karena itulah, tugas guru sebagai pelaku utama pendidikan merupakan
pendidik professional. Peranan guru sebagai pendidik profesional akhir-akhir ini
mulai dipertanyakan eksistensinya secara fungsional karena munculnya fenomena
para lulusan pendidikan yang secara moral cenderung merosot dan secara intelektual
akademik juga kurang siap untuk memasuki lapangan kerja atau bahkan dalam
bersaing untuk memasuki dunia pendidikan tinggi. Jika fenomena ini dijadikan tolok
ukur, maka peranan guru sebagai pendidik profesional baik langsung maupun tidak
langsung menjadi dipertanyakan.

G. Implikasi Pengembangan Sikap Profesionalitas Guru Dalam Praktis


Pendidikan
Sebelum dan sesudah memperoleh sertifikat pendidik sebagai guru dan dosen
profesional, diharapkan minimal memiliki tujuh indikator yang harus melekat dan
terus menerus dibangun guru dan dosen dalam rangka mengembang kualitasnya.

12
Indikator pertama yang harus terus dibangun guru dan dosen adalah
keterampilan mengajar. Guru dan dosen yang mempunyai kompetensi pedagogik
tinggi adalah guru dan dosen yang senantiasa memilih strategi, metode, dan model
pembelajaran yang tepat, guru dan dosen lebih jauh diharapkan mampu mengelola
kelas sehingga suasana pembelajaran (kualitas pembelajaran) baik dan tujuan
pembelajaran yang diterapkan akan tercapai. Sejalan dengan kenyataan ini, guru dan
dosen harus secara berkesinambungan meningkatkan pengetahuannya tentang
berbagai strategi, metode, dan model pembelajaran terkini sehingga guru dan dosen
tidak hanya terpaku menggunakan strategi metode dan model pembelajaran yang
monoton.
Indikator kedua adalah wawasan konten pengetahuan yang ia ajarkan.
Kompetensi ini secara umum dikenal dengan sebutan kompetensi professional. Guru
dan dosen hendaknya secara terus menerus mengembangkan dirinya dengan
meningkatkan penguasaan konten pengetahuan secara terus menerus sehingga
pengetahuan yang dimilikinya akan senantiasa berkembang. Kompetensi dapat
diperoleh melalui:
a. Kualifikasi Akademik, sesuai dengan UUGD No. 14 tahun 2005 dan PP No.19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa kualifikasi pendidikan
untuk guru minimal S1 dan untuk Dosen minimal S2.
b. Pendidikan dan Latihan, Short Courses, TOT, kursus
c. Researh Based Learning dari hasil penelitian dan P2M serta hasil publikasi dan
situasi jurnal terbaru.
d. Tutorial and Exercise merupakan wahana pengembangan profesionalisme guru
melalui KKG, MGMP, MKKS, dan dosen untuk melalui Team Teaching,
General Studium, Program Academic Recharging (PAR), Derasering, dan lain-
lain.
Kompetensi ini juga berhubungan dengan kemampuan guru dan dosen dalam
memahami kurikulum yang berlaku sehingga proses pembelajaran yang
dilaksanakannya benar-benar berorientasi pada kurikulum yang berlaku. LPTK yang

13
berkualitas bukanlah lembaga pendidikan guru yang hanya memberikan pengetahuan
berbagai model dan strategi pembelajaran kepada para mahasiswa sehingga
mahasiswa memperoleh konsep teori dan gambaran aplikasinya dalam
micro/preteaching dan PPL. Dengan menerapkan berbagai model dan strategi tersebut
langsung kepada para mahasiswa, kreativitas mahasiswa akan meningkat dan para
calon guru ini akan memahami benar bahwa menjadi guru pada dasarnya adalah
usaha untuk senantiasa menjadi pembelajar yang professional.
Indikator ketiga yang harus dikembangkan oleh guru dan dosen adalah dinamis
terhadap perubahan kurikulum Kurikulum dapat berubah sesuai dengan kebutuhan
pengguna lulusan dan masukan dari para pakar.
Indikator keempat yang harus melekat pada guru dan dosen adalah penggunaan
alat pembelajaran/media pembelajaran yang baik. Pengembangan alat/media
pembelajaran dapat berbasis kompetensi lokal maupun modern dan berbasis ICT
Indikator kelima yang harus mempunyai oleh guru dan dosen adalah
penguasaan teknologi. Penguasaan teknologi mutlak diperlukan oleh guru/dosen. K
omunikasi interpersonal berhubungan dengan kemampuan guru dan dosen
dalam menjalin komunikasi dengan peserta didik, sehingga guru dan dosen akan
benar-benar memahami karakteristik dan mengetahui kebutuhannya. Selain
kemampuan berkomunikasi dengan seluruh unsur sekolah dan orang tua siswa.
Melalui berbagai jenis komunikasi ini guru diharapkan mampu memainkan peran
pentingnya dalam mencetak lulusan yang unggul.
Indikator keenam adalah sikap professional guru dan dosen. Guru dan dosen
adalah agen pembelajaran dan sekaligus sebagai agen pembentuk karakter bangsa.
Pendidikan karakter mempunyai makna yang tinggi, karena pendidikan karakter
dalam pembelajaran mampu menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik, sehingga
peserta didik menjadi paham tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan
nilai yang baik dan mau melakukannya.
Indikator ketujuh adalah guru dan dosen hendaknya menjadi teladan bagi
peserta didiknya. Untuk memperoleh jawaban tentang ciri-ciri ideal seorang guru

14
yang dapat dijadikan teladan oleh peserta didik, paling tidak harus melakukan dua
pendekatan, sebagai berikut:
Sertifikasi guru dan dosen sebagai upaya peningkatan mutu yang diikuti
dengan peningkatan kesejahteraan, diharapkan dapat meningkatkan mutu
pembelajaran dan meningkatkan mutu layanan yang pada akhirnya meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Keberadaan guru/dosen yang
bermutu merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang
berkualitas, hampir semua bangsa di dunia ini selalu mengembangkan kebijakan yang
mendorong keberadaan guru dan dosen yang berkualitas. Salah satu kebijakan yang
dikembangkan oleh pemerintah di banyak negara adalah kebijakan intervensi
langsung menuju peningkatan mutu dan memberikan jaminan dan kesejahteraan
hidup guru dan dosen yang memadai.
Selain implikasi-implikasi yang terdapat pada uraian di atas, terdapat pula
implikasi dalam bentuk lain. Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses
pendidikan di sekolah sekaligus memegang tugas dan fungsi ganda, yaitu sebagai
pengajar dan sebagai pendidik. Sebagai pengajar guru hendaknya mampu
menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai
pendidik guru diharapkan dapat membimbing dan membina anak didik agar menjadi
manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri.
a. Sikap Terhadap Teman Sejawat
Dalam ayat Kode Etik Guru disebutkan bahwa guru memelihara hubungan
seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. Ini berarti sebagai
berikut:
 Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam
lingkungan kerjanya.
 Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya.

15
Dalam hal ini ditunjukkan bahwa betapa pentingnya hubungan yang harmonis
untuk menciptakan rasa persaudaraan yang kuat di antara sesama anggota profesi
khususnya di lingkungan kerja yaitu sekolah, guru hendaknya menunjukkan suatu
sikap yang ingin bekerja sama, menghargai, pengertian, dan rasa tanggung jawab
kepada sesama personel sekolah. Sikap ini diharapkan akan memunculkan suatu rasa
senasib sepenanggungan, menyadari kepentingan bersama, dan tidak mementingkan
kepentingan sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain, sehingga
kemajuan sekolah pada khususnya dan kemajuan pendidikan pada umumnya dapat
terlaksana. Sikap ini hendaknya juga dilaksanakan dalam pergaulan yang lebih luas
yaitu sesama guru dari sekolah lain.
b. Sikap Terhadap Anak Didik
Dalam Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa guru berbakti membimbing
peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila”.
Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami seorang guru dalam
menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni: tujuan pendidikan nasional, prinsip
membimbing, dan prinsip pembentukan manusia Indonesia yang seutuhnya.
Tujuan Pendidikan Nasional sesuai dengan UU. No. 2/1989 yaitu membentuk
manusia Indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila. Prinsip yang lain adalah
membimbing peserta didik, bukan mengajar, atau mendidik saja. Pengertian
membimbing seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarso
sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Kalimat ini
mengindikasikan bahwa pendidikkan harus memberi contoh, harus dapat memberikan
pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik.
Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia sebagai
kesatuan yang bulat dan utuh, baik jasmani maupun rohani, tidak hanya berilmu
tinggi tetapi juga bermoral tinggi pula. Dalam mendidik guru tidak hanya
mengutamakan aspek intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan
perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, sosial, maupun
yang lainnya sesuai dengan hakikat pendidikan.

16
c. Sikap Tempat Kerja
Untuk menyukseskan proses pembelajaran guru harus bisa menciptakan suasana
kerja yang baik, dalam hal ini adalah suasana sekolah. Dalam kode etik dituliskan
bahwa guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, guru harus aktif mengusahakan
suasana baik itu dengan berbagai cara, baik dengan penggunaan metode yang sesuai,
maupun dengan penyediaan alat belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas
yang mantap, ataupun pendekatan lain yang diperlukan.
Selain itu untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran guru juga harus
mampu menciptakan hubungan yang harmonis antar sesama perangkat sekolah, orang
tua siswa, dan juga masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan dengan mengundang orang
tua sewaktu pengambilan rapor.
d. Sikap Terhadap Pemimpin
Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun yang
lebih besar, guru akan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak atasan.
Dari organisasi guru, ada strata kepemimpinan mulai dari cabang, daerah, sampai ke
pusat. Begitu juga sebagai anggota keluarga besar depdikbud, ada pembagian
pengawasan mulai dari kepala sekolah, kakandep, dan seterusnya sampai kementeri
pendidikan dan kebudayaan. Kerja sama juga dapat diberikan dalam bentuk usulan
dan kritik yang membangun demi pencapaian tujuan yang telah digariskan bersama
dan kemajuan organisasi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan sikap seorang guru
terhadap pemimpin harus positif dan loyal terhadap pimpinan.
e. Sikap Terhadap pekerjaan
Dalam undang-undang No.14 Tahun 2005 pasal 7 ayat 1, tentang guru dan
dosen, disebutkan profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsi psebagai berikut.
 Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme .

17
 Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia
Hal ini berarti seorang guru sebagai pendidik harus benar-benar berkomimen
dalam memajukan pendidikan. Guru harus mampu melaksanakan tugasnya dan
melayani pesrta didik dengan baik. Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan
masyarakat, guru harus selalu dapat menyesuaikan kemampuan dengan keinginan
masyarakat, dalam hal ini peserta didik dan para orang tuanya. Keinginan dan
permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat yang
biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, guru
selalu dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan mengembangkan
pengetahuan dan keterampilannya.
Dalam butir keenam, guru dituntut secara pribadi maupun kelompok untuk
meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Guru sebagaimana juga dengan profesi
lainnya, tidak mungkin dapat meningkatkan mutu dan martabat profesinya bila guru
itu tidak meningkatkan atau menambah pengetahuan dan keterampilannya, karena
ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu berkembang sesuai dengan
kemajuan zaman. Berdasarkan pasal 7 ayat 1, disebutkan guru sebagai tenaga
pendidik memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
Untuk meningkatkan mutu profesi, guru dapat melakukan secara formal
maupun informal. Pada umumnya, bagi guru yang telah berstatus sebagai PNS,
pemerintah memberikan dukungan anggaran yang digunakan untuk
meningkatkan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru ( Pasal 13 Ayat
1 ). Secara informal, guru dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui
media massa ataupun membaca buku teks dan pengetahuan lainnya.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mempersyaratkan
pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental
bukan pekerjaan manual.
2. Tujuan pengembangan pendidik melalui pembinaan guru adalah untuk
memperbaiki proses belajar mengajar yang di dalamnya melibatkan guru dan
siswa, melalui serangkaian tindakan, bimbingan dan arahan.
3. Castetter menyampaikan lima model pengembangan untuk guru yaitu
individual guided staff development, observation/assessment, involvement in
a development/improvement process, training (pelatihan), inquiry
(pemeriksaan).

3.2 Saran
Pengembangan profesi sebaiknya dilaksanakan dengan cara yang bijaksana kare
na ini merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pengembangan profesi
sebaiknya melibatkan lembaga-lembaga yang dapat bekerja sesuai dengan
semestinya. Dalam profesi sebaiknya diikuti pengembangan tentang teknologi
sehingga profesi yang dijalankan tidak terkesan membosankan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Djam’an, S. 2008. Profesi Keguruan. Jakarta : Universitas Terbuka.

Pantiwati, Y. 2001. Upaya Peningkatan Professionalisme Guru Melalui Program

Sertifikasi Guru Bidang Studi. Malang : Universitas Malang.

Soetjipto. 1994. Profesi Keguruan. Jakarta : Rieka Cipta.

Surya, H.M. 1998. Peningkatan Profesionalisme Guru. Jakarta: Erlangga.

20

Anda mungkin juga menyukai