Anda di halaman 1dari 17

Chelsea Phinatha (406148029)

BAB 1
Laporan Kasus

I. Status Penderita
Identitas pasien
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 57 tahun
No. Rm : 5821XX
Alamat : Panjunan 06/01 Kudus
Pekerjaan : IRT
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa

II. Anamnesis
Autoanamnesis pada tanggal 26 Januari 2017 di Poli Mata RSUD Kudus

Keluhan Utama:
Mata kiri penglihatan berkurang

Riwayat Penyakit Sekarang:


 Lokasi : mata kiri
 Onset : ±6 bulan yang lalu
 Kualitas : pasien mengaku keluhan tersebut mengganggu aktivitas
 Kuantitas : pasien mengatakan mengalami kesulitan saat melihat jauh
 Gejala Penyerta : silau (+), berair (-), rasa pegal pada mata (-), nyeri (-) ,
mata merah (-), kotoran mata berlebihan (-), gatal pada mata (-), rasa
mengganjal (-)
 Faktor yang memperingan: -
 Faktor yang memperberat: --
 Kronologi:
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Kudus dengan keluhan mata kiri penglihatan
berkurang. Pasien mengaku tetap dapat melihat walaupun sangat buram. Keluhan disertai

Ilmu Kesehatan Mata RSUD Kudus


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Januari - 11 Februari 2017
Chelsea Phinatha (406148029)

dengan adanya rasa silau saat melihat cahaya. Kurang lebih 2 tahun yang lalu pasien
memiliki riwayat gigi bermasalah yang tidak langsung ditangani. Nyeri yang dirasakan
sangat berat dan nyeri terasa sampai mata. Sebelumnya mata pasien disertai keluhan mata
gatal, berair dan ada kotoran, merah, tetapi tidak nyeri, keluhan pada mata ini kurang
lebih 1 tahun lalu. Mata kanan pasien juga mengalami penurunan penglihatan tapi tidak
separah mata kiri, pasien mengaku mata kanannya seperti ada kabut berwarna putih.
Pasien mengaku idak ada riwayat trauma pada kedua mata.

Riwayat Penyakit Dahulu:


 Riwayat Kelainan pada mata sejak lahir (-)
 Riwayat trauma pada mata (-)
 Riwayat keluhan yang sama (-)
 Riwayat DM (-)
 Riwayat HT (-)
 Riwayat Alergi (-)
 Riwayat memakai kacamata (-)
 Riwayat operasi mata (-)
 Pengunaan obat dalam waktu lama (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat diabetes melitus (-)

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien seorang IRT dan pembayaran ditanggung BPJS.

Pemeriksaan fisik
Status Generalis
Vital sign
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,5OC
Pernafasan : 18x/menit
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Status Gizi : cukup

Status Ophtalmologi

Ilmu Kesehatan Mata RSUD Kudus


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Januari - 11 Februari 2017
Chelsea Phinatha (406148029)

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)


6/120 Visus 1/~
- Koreksi -
Gerak bola mata normal, Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-), eksoftalmus (-), Bulbus okuli enoftalmus (-), eksoftalmus (-),
strabismus (-) strabismus (-)
Edema (-), hiperemis (-), nyeri Edema (-), hiperemis (-), nyeri tekan
tekan (-), blefarospasme (-), (-),
lagoftalmus (-), ektropion (-), Palpebra blefarospasme (-), lagoftalmus (-),
entropion (-) ektropion (-), entropion (-)

Ilmu Kesehatan Mata RSUD Kudus


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Januari - 11 Februari 2017
Chelsea Phinatha (406148029)

Edema (-), Edema (-),


injeksi silier (-), injeksi cilier (-),
injeksi konjungtiva (-), Konjungtiva injeksi konjungtiva (-),
infiltrat (-), infiltrat (-),
hiperemis (-) hiperemis (-)
Putih Sklera Putih
Bulat, jernih, Bulat, jernih,
edema (-), edema (-),
arkus senilis (+) Kornea arkus senilis (+)
keratik presipitat (-), infiltrat ( -), keratik presipitat (-), infiltrat (-),
sikatriks (-) sikatriks (-)
Jernih, kedalaman dangkal, Camera Oculi Jernih, kedalaman dangkal
hipopion (-), hifema (-) Anterior hipopion (-), hifema (-)
Edema (-), synekia (-), Kripta (-), Edema(-), synekia (+), Kripta (-),
shadow test (+), oklusi pupil(-) Iris shadow test (-), oklusi pupil(+)
Bulat, Ireguler,
Diameter ± 4mm Pupil Diameter ± 3mm
refleks pupil L/TL: +/+ refleks pupil L/TL: +/+
keruh Lensa keruh
Sulit dinilai Vitreus Sulit dinilai
Sulit dinilai Retina Sulit dinilai
(-) Fundus Refleks (-)
N0 TIO N0

III. RESUME
Subyektif
 mata kiri penglihatan berkurang
 Pasien mengaku tetap dapat melihat walaupun sangat buram.
 Keluhan disertai dengan adanya rasa silau saat melihat cahaya.

Ilmu Kesehatan Mata RSUD Kudus


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Januari - 11 Februari 2017
Chelsea Phinatha (406148029)

 Sebelumnya mata pasien disertai keluhan mata gatal, berair dan ada kotoran,
merah, tetapi tidak nyeri.
 Riwayat gigi bermasalah (+), trauma (-)

Obyektif
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)
6/120 Visus 2/60
Bulat, jernih, Bulat, jernih,
edema (-), edema (-),
arkus senilis (+) Kornea arkus senilis (+)
keratik presipitat (-), infiltrat ( -), keratik presipitat (-), infiltrat (-),
sikatriks (-) sikatriks (-)
Jernih, kedalaman dangkal, Camera Oculi Jernih, kedalaman dangkal
hipopion (-), hifema (-) Anterior hipopion (-), hifema (-)
Edema (-), synekia (-), Kripta (-), Edema(-), synekia (+), Kripta (-),
shadow test (+), oklusi pupil(-) Iris shadow test (-), oklusi pupil(+)
Bulat, Ireguler,
Diameter ± 4mm Pupil Diameter ± 3mm
refleks pupil L/TL: +/+ refleks pupil L/TL: -/-
keruh Lensa keruh

IV. DIAGNOSA BANDING


OD OS
- Katarak Senilis Imatur - Katarak komplikata ec uveitis kronis
- Katarak Senilis Matur - Katarak komplikata ec glaukoma
- Katarak Senilis Hipermatur - Katarak komplikata ec retinitis pigmentosa
- Katarak komplikata ec ablatio retina
- Katarak Senilis Imatur
- Katarak Senilis Matur

V. DIAGNOSA KERJA

Ilmu Kesehatan Mata RSUD Kudus


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Januari - 11 Februari 2017
Chelsea Phinatha (406148029)

 OS Katarak Komplikata ec. uveitis kronis


 OD Katarak Senilis Imatur
VI. DASAR DIAGNOSIS
- Pada anamnesis
 mata kiri penglihatan berkurang
 Pasien mengaku tetap dapat melihat walaupun sangat buram.
 Keluhan disertai dengan adanya rasa silau saat melihat cahaya.
 Sebelumnya mata pasien disertai keluhan mata gatal, berair dan ada kotoran,
merah, tetapi tidak nyeri.
 Riwayat gigi bermasalah (+), trauma (-)

- Pada pemeriksaan
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)
6/120 Visus 2/60
Bulat, jernih, Bulat, jernih,
edema (-), edema (-),
arkus senilis (+) Kornea arkus senilis (+)
keratik presipitat (-), infiltrat ( -), keratik presipitat (-), infiltrat (-),
sikatriks (-) sikatriks (-)
Jernih, kedalaman dangkal, Camera Oculi Jernih, kedalaman dangkal
hipopion (-), hifema (-) Anterior hipopion (-), hifema (-)
Edema (-), synekia (-), Kripta (-), Edema(-), synekia (+), Kripta (-),
shadow test (+) Iris shadow test (-)
Bulat, Ireguler,
Diameter ± 4mm Pupil Diameter ± 3mm
refleks pupil L/TL: +/+ refleks pupil L/TL: -/-
keruh Lensa keruh

VII. PENATALAKSANAAN
Farmakologi :
- Cendo Lytrees 3x1 tetes ODS
- Inmatrol 3x1 tetes OS
Non-farmakologi :

Ilmu Kesehatan Mata RSUD Kudus


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Januari - 11 Februari 2017
Chelsea Phinatha (406148029)

- menjelaskan bahwa penglihatan buram yang dialami pasien karena kekeruhan


pada lensa
- operatif : EKEK + IOL
VIII. PROGNOSIS

Okuli dekstra Okuli sinistra


Ad vitam ad bonam Dubia ad bonam
Ad sanationam ad bonam Dubia ad malam
Ad kosmetikam ad bonam Dubia ad malam
Ad functionam ad bonam Dubia ad malam

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
KATARAK

A. Definisi
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat
bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, biasanya berkaitan dengan proses penuaan.

B. Faktor Risiko
Faktor resiko terjadinya katarak sangat bervariasi bergantung dari proses patogenesis.
proses umur, genetik, makanan, diabetes melitus, radiasi ultraviolet, merokok merupakan faktor
penyebab terjadinya katarak.
Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor
intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yang berpengaruh antara lain adalah umur,
jenis kelamin dan faktor genetik, sedangkan faktor ekstrinsik yang berpengaruh antara lain
adalah pendidikan dan pekerjaan yang berdampak langsung pada status sosial ekonomi dan
status kesehatan seseorang serta faktor lingkungan, dalam hubungannya dengan paparan sinar
ultraviolet.

Ilmu Kesehatan Mata RSUD Kudus


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Januari - 11 Februari 2017
Chelsea Phinatha (406148029)

C. Klasifikasi Katarak
Berdasarkan waktu perkembangannya katarak diklasifikasikan menjadi katarak kongenital,
katarak juvenil dan katarak senilis.
1. Katarak kongenital dapat berkembang dari genetik, trauma atau infeksi prenatal dimana
kelainan utama terjadi di nukleus lensa. Kekeruhan sebagian pada lensa yang sudah
didapatkan pada waktu lahir dan umumnya tidak meluas dan jarang sekali mengakibatkan
keruhnya seluruh lensa
2. Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir.Kekeruhan
lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa.Biasanya konsistensinya
lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft cataract. Katarak juvenil biasanya merupakan
bagian dari satu sediaan penyakit keturunan lain.
3. Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Telah diketahui bahwa
katarak senilis berhubungan dengan bertambahnya usia dan berkaitan dengan proses
penuaan lensa.

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Massif
Cairan Lensa Normal Bertambah (air Normal Berkurang (air
masuk)dangkal + masa lensa
keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma

Berdasarkan stadiumnya, katarak dibagi menjadi stadium insipien, stadium imatur,stadium


matur, dan stadium hipermatur.
1. Stadium insipien. Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus.
Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-
jari roda),terutama mengenai korteks anterior, sedangkan aksis relatif masih jernih.
Gambaran ini disebut spokes of a wheel yang nyata bila pupil dilebarkan.
2. Stadium imatur. Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan terutama
terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan

Ilmu Kesehatan Mata RSUD Kudus


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Januari - 11 Februari 2017
Chelsea Phinatha (406148029)

di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena
kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini
akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat di pupil ada daerah yang terang
sebagai refleks pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang
gelap,akibat bayangan iris pada lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).
3. Stadium matur . Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga semua
sinar yangmelalui pupil dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa. Tak ada
bayangan iris. Shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara. Shadow
test membedakan stadium matur dari imatur, dengan syarat harus diperiksa lebih lanjut
dengan midriatika,oleh karena pada katarak polaris anterior juga terdapat shadow test (-),
karena kekeruhan terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan pupil, akan tampak bahwa
kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja. Kadang-kadang, walaupun masih
stadium imatur, dengankoreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari, bahkan
dapat lebih buruk lagi1/300 atau satu per tak hingga, hanya ada persepsi cahaya, walaupun
lensanya belumkeruh seluruhnya. Keadaan ini disebut vera matur.
4. Stadium hipermatur. Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair,
sehingga nukleus lensa turun oleh karena daya beratnya ke bawah. Melalui pupil, pada
daerah yang keruh, nukleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian bawah,
dengan warna yang lain daripada bagian yang diatasnya, yaitu kecoklatan. Pada stadium ini
juga terjadikerusakan kapsul lensa, yang menjadi lebih permeabel, sehingga isi korteks
yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang di bawahnya terdapat nukleus lensa.
Keadaan ini disebut katarak Morgagni.
Pada perjalanan dari stadium I ke stadium IV, dapat timbul suatu keadaan yang disebut
intumesensi yaitu penyerapan cairan bilik mata depan oleh lensa sehingga lensamenjadi
cembung dan iris terdorong ke depan, bilik mata depan menjadi dangkal. Hal ini tidak
selalu terjadi.Pada umumnya terjadi pada stadium II.
Selain itu terdapat jenis katarak lain :
Katarak rubella :
 Ditularkan melalui Rubella pada ibu hamil
Katarak Brunesen
 Katarak yang berwarna coklat sampai hitam, terutama pada nucleus lensa
 Dapat terjadi pada pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi.
Katarak Komplikata :
 Katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan proses degenerasi.
 Mempunyai tanda khusus yaitu selamanya dimulai di korteks atau dibawah kapsul
menuju ke korteks atau dibawah kapsul menuju sentral

Ilmu Kesehatan Mata RSUD Kudus


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Januari - 11 Februari 2017
Chelsea Phinatha (406148029)

 Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular ayng sewaktu-waktu menjadi katarak
lamelar.
Katarak Diabetik :
 Akibat adanya penyakit Diabetes Mellitus.
 Meningkatkan insidens maturasi katarak
 Pada lensa terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsularyang sebagian jernih dengan
pengobatan.
Katarak Sekunder
 Adanya cincin Soemmering (akibat kapsul pesterior yang pecah) dan
 Mutiara Elsching (epitel subkapsular yang berproliferasi)
Katarak Traumatika
Dapat terjadi akibat trauma mekanik, agen-agen fisik (radiasi, aruslistrik, panas dan dingin)

D. PATOFISIOLOGI
Lensa mengandung tiga komponen anatomis yaitu :
 Nukleus à zone sentral
 Korteks à perifer
 Kapsul anterior dan posterior
Sebagian besar katarak terjadi karena suatu perubahan fisik dan perubahan kimia pada
protein lensa mata yang mengakibatkan lensa mata menjadi keruh. Perubahan fisik
(perubahan pada serabut halus multiple (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar
lensa) menyebabkan hilangnya transparansi lensa.
Perubahan kimia pada protein inti lensa mengakibatkan pigmentasi progresif sehingga
nukleus menjadi kuning atau kecokelatan juga terjadi penurunan konsentrasi glutation dan
kalium, peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium serta peningkatan hidrasi lensa.
Perubahan ini dapat terjadi karena meningkatnya usia sehingga terjadi penurunan enzim yang
menyebabkan proses degenerasi pada lensa.
Penyebab pada katarak senilis belum diketahui pasti, namun diduga terjadi karena:
a. Proses pada nukleus
Oleh karena serabut-serabut yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong ke arah tengah,
maka serabut-serabut lensa bagian tengah menjadi lebih padat (nukleus), mengalami
dehidrasi, penimbunan ion kalsium dan sklerosis. Pada nukleus ini kemudian terjadi

Ilmu Kesehatan Mata RSUD Kudus


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Januari - 11 Februari 2017
Chelsea Phinatha (406148029)

penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi lebih hipermetrop. Lama kelamaan
nukleus lensa yang pada mulanya berwarna putih menjadi kekuning-kuningan, lalu
menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitam-hitaman. Karena itulah dinamakan katarak
brunesen atau katarak nigra.
b. Proses pada korteks
Timbulnya celah-celah di antara serabut-serabut lensa, yang berisi air dan penimbunan
kalsium sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan membengkak, menjadi
lebih miop. Berhubung adanya perubahan refraksi ke arah miopia pada katarak kortikal,
penderita seolah-olah mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang
bertambah (Wijana, 1983).
Perubahan lensa pada usia lanjut :
1. Kapsul
- Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
- Mulai presbiopia
- Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
- Terlihat bahan granular

2. Epitel → makin tipis


- Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
- Bengkak dan fakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
- Lebih irregular
- Pada korteks kerusakan serat sel jelas
- Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus lensa
4. Korteks tidak berwarna karena :
- Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.
- Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

E. Gejala Klinis
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada pemeriksaan
mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :
1. Silau
Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai dari
penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada saat siang
hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan ini
khususnya dijumpai pada tipe katarak posterior subkapsular. pemeriksaan silau (test glare)
dilakukan untuk mengetahui derajat gangguan penglihatan yang disebabkan oleh sumber
cahaya yang diletakkan di dalam lapang pandangan pasien.
2. Diplopia monokular atau polypia
Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus lensa, menyebabkan
daerah pembiasan multipel di tengah lensa.Daerah ini dapat dilihat dengan refleks merah

Ilmu Kesehatan Mata RSUD Kudus


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Januari - 11 Februari 2017
Chelsea Phinatha (406148029)

retinoskopi atau oftalmoskopi direk.Tipe katarak ini kadang-kadang menyebabkan diplopia


monokular atau polypia.
3. Halo
Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi
spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.
4. Distorsi
Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang, sering dijumpai pada
stadium awal katarak.
5. Penurunan tajam penglihatan
Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa nyeri. Umumnya pasien
katarak menceritakan riwayat klinisnya langsung tepat sasaran, dan pasien menceritakan
kepada dokter mata, aktivitas apa saja yang terganggu. Dalam situasi lain, pasien hanya
menyadari adanya gangguan penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Setiap tipe
katarak biasanya mempunyai gejala gangguan penglihatan yang berbeda-beda, tergantung
pada cahaya, ukuran pupil dan derajat miopia. Setelah didapat riwayat penyakit, maka
pasien harus dilakukan pemeriksaan penglihatan lengkap, dimulai dengan refraksi.
Perkembangan katarak nuklear sklerotik dapat meningkatkan dioptri lensa, sehingga terjadi
miopia ringan hingga sedang.
6. Sensitivitas kontras
Sensitivitas kontras mengukur kemampuan pasien untuk mendeteksi variasi tersamar
dalam bayangan dengan menggunakan benda yang bervariasi dalam hal kontras,
luminance, dan frekuensi spasial. Sensitivitas kontrak dapat menunjukkan penurunan
fungsi penglihatan yang tidak terdeteksi dengan Snellen. Namun, hal tersebut bukanlah
indikator spesifik hilangnya tajam penglihatan oleh karena katarak.
7. Myopic shift
Perkembangan katarak dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan lensa, yang umumnya
menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan katarak nuklear ditandai
dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena meningkatnya miopia akibat
peningkatan kekuatan refraktif lensa nuklear sklerotik, sehingga kacamata baca atau
bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut ”second sight”. Namun, seiring dengan
perubahan kualitas optikal lensa, keuntungan tersebut akhirnya hilang juga.

Ilmu Kesehatan Mata RSUD Kudus


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Januari - 11 Februari 2017
Chelsea Phinatha (406148029)

F. Diagnosis
ANAMNESIS :
 Penurunan ketajaman penglihatan secara bertahap (gejala utama katarak)
 Mata tidak merasa sakit, gatal , atau merah
 Gambaran umum gejala katarak yang lain seperti :
1. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
2. Perubahan daya lihat warna
3. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan
mata
4. Lampu dan matahari sangat mengganggu
5. Sering meminta resep ganti kacamata
6. Penglihatan ganda (diplopia)

PEMERIKSAAN FISIK MATA


1. Pemeriksaan ketajaman penglihatan
2. Melihat lensa dengan penlight dan loop
Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa
dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow).Bila letak
bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedangkan bayangan dekat dan kecil
dengan pupil terjadi katarak matur.
3. Slit lamp
4. Pemeriksaan opthalmoskop (sebaiknya pupil dilatasi)

G. PENATALAKSANAAN
Tidak ada terapi medis untuk katarak. Ekstraksi lensa diindikasikan apabila penurunan
penglihatan mengganggu aktivitas normal penderita. Indikasi pembedahan pada katarak senilis :
- Bila katarak menimbulkan penyulit seperti uveitis atau glukoma, meskipun visus masih baik
untuk bekerja, dilakukan operasi juga setelah keadaan menjadi tenang.
- Bila sudah masuk dalam stadium matur karena dapat meninmbulkan penyulit
- Bila visus meskipun sudah dikoreksi, tidak cukup untuk melakukan pekerjaan sehari-hari atau
visus < 6/12.

Terapi pembedahan :
1. EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler)
Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK. Pada EKIK dilakukan
pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa. Pada teknik ini dilakukan sayatan 12-14
mm, lebih besar dibandingkan dengan teknik EKEK. Dapat dilakukan pada zonula zinn
yang telah rapuh/ berdegenerasi/ mudah diputus.2

Ilmu Kesehatan Mata RSUD Kudus


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Januari - 11 Februari 2017
Chelsea Phinatha (406148029)

a. Keuntungan :
- Tidak timbul katarak sekunder
- Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi, cryoprobe, forsep
kapsul)
b. Kerugian :
Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :
- Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
- Astigmatisma yang signifikan
- Inkarserasi iris dan vitreus
- Lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis, endolftalmitis.

2. EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler)


Dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan nukleus dan korteks.
Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior ditinggal. Cara ini umumnya
dilakukan pada katarak dengan lensa mata yang sangat keruh sehingga sulit dihancurkan
dengan teknik fakoemulsifikasi. Selain itu, juga dilakukan pada tempat-tempat di mana
teknologi fakoemulsifikasi tidak tersedia. Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebar,
karena lensa harus dikeluarkan dalam keadaan utuh. Setelah lensa dikeluarkan, lensa buatan/
Intra Ocular Lens (IOL) dipasang untuk menggantikan lensa asli, tepat di posisi semula.
Lalu dilakukan penjahitan untuk menutup luka. Teknik ini dihindari pada penderita dengan
zonulla zinii yang rapuh.2
a. Keuntungan :
1. Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK
2. Karena kapsul posterior utuh maka :
- Mengurangi resiko hilangnya vitreus durante operasi
- Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL
- Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea, perlengketan vitreus dengan
iris dan kornea
- Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa molekul antara aqueous
dan vitreus
- Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat menyebabkan
endofthalmitis.
b. Kerugian :
Dapat timbul katarak sekunder.

3. Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran-getaran
ultrasonik untuk mengangkat nucleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (2-5 mm),
sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi, disamping perbaikan penglihatan
juga lebih baik. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan

Ilmu Kesehatan Mata RSUD Kudus


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Januari - 11 Februari 2017
Chelsea Phinatha (406148029)

katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis yang padat, dan keuntungan
insisi limbus yang kecil agak berkurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler.
Kerugiannya kurve pembelajaran lebih lama, biaya tinggi, dan komplikasi saat operasi bisa
lebih serius.1,4
Teknik ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih rendah, proses
penyembuhan dan rehabilitasi visual lebih cepat. Teknik ini membuat sistem yang relatif
tertutup sepanjang fakoemulsifikasi dan aspirasi, oleh karenanya mengontrol kedalaman
COA sehingga meminimalkan risiko prolaps vitreus.5

Persiapan operasi :
1. Status oftalmologik
 Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi
 TIO normal
 Saluran air mata lancar
2. Keadaan umum/sistemik
 Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan, waktu
perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal
 Tidak dijumpai batuk produktif
 Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut harus
terkontrol.
Perawatan pasca operasi :
1. Mata dibebat
2. Diberikan tetes antibiotika dengan kombinasi antiinflamasi
3. Tidak boleh mengangkat benda berat, menggosok mata, berbaring di sisi mata yang baru
dioperasi, dan mengejan keras.
4. Kontrol teratur untuk evaluasi luka operasi dan komplikasi setelah operasi.
5. Bila tanpa pemasangan IOL, maka mata yang tidak mempunyai lensa lagi (afakia)
visusnya 1/60, sehingga perlu dikoreksi dengan lensa S+10D untuk melihat jauh. Koreksi
ini diberikan 3 bulan pasca operasi. Sedangkan untuk melihat dekat perlu diberikan
kacamata S+3D.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi operasi katarak bervariasi berdasarkan waktu dan luasnya. Komplikasi dapat
terjadi intra operasi atau segera sesudahnya atau periode pasca operasi lambat. Oleh karenanya
penting untuk mengobservasi pasien katarak paska operasi dengan interval waktu tertentu yaitu
pada 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, dan 3 bulan setelah operasi katarak. Angka komplikasi katarak
adalah rendah. Komplikasi yang sering terjadi endoftalmitis, ablasio retina, dislokasi atau
malposisi IOL, peningkatan TIO, dan edema macula sistoid.

Ilmu Kesehatan Mata RSUD Kudus


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Januari - 11 Februari 2017
Chelsea Phinatha (406148029)

H. PROGNOSIS
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak
sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis, karena adanya ambliopia dan kadang-kadang
anomali saraf optikus atau retina. Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah
operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital
bilateral inkomplit yang proresif lambat.Prognosis penglihatan pasien dikatakan baik apabila:
 Fungsi media refrakta baik
Dilakukan dengan melihat kejernihan serta keadaan media refrakta mulai dari kornea, iris,
pupil dan lensa melalui lampu sentolop maupun slit lamp.
 Fungsi retina baik
Dilakukan dengan pemeriksaan persepsi warna, dengan cara menyorotkan cahaya merah
dan hijau di depan mata yang kemudian dengan sentolop cahaya diarahkan ke mata.
 Fungsi makula baik
 Fungsi optik disc baik
 Fungsi N. Opticus (N.II) baik
 Fungsi serebral baik
 Tidak terdapat kelainan refraksi
 Tidak ada amblopia

Ilmu Kesehatan Mata RSUD Kudus


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Januari - 11 Februari 2017
Chelsea Phinatha (406148029)

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, H.S., 2009, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta.
PERDAMI, 2009, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, Sagung Seto: Jakarta.
Vaughan, D.G., 2009, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta
Wijana, N., 1993, Ilmu Penyakit Mata, Jakarta

Ilmu Kesehatan Mata RSUD Kudus


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Januari - 11 Februari 2017

Anda mungkin juga menyukai