Anda di halaman 1dari 12

Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan

Volume 4, Nomor 1, Januari 2011 (23-34)


ISSN 1979-5645

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi


Daerah Tahun 2007-2011 di Kota Makassar

Ermhita Savitry (Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Hasanuddin)


Hasrat Arief Saleh (Ilmu Pemerintahan Universitas Hasanuddin)
Indar Arifin (Ilmu Pemerintahan Universitas Hasanuddin
Email: ermhita15@yahoo.com

Abstract
This writing to determine the level of development of the financial capacity of Makassar in order
to support the implementation of regional autonomy and Local Revenue Contribution to the
Budget Revenue and Expenditure Makassar fiscal year 2007-2011. The results of the study, the
ratio of the regional of financial independence obtained an average yield of 18.30% on the
pattern of relationships are instructive. The ratio of the degree of fiscal decentralization and
routine capability index ratio shows the ability of local finance is less, amounting to 15.39% and
24.99%. In harmony ratio, routine expenditure is greater than the gap of development
expenditure amounted to 25.60%. The ratio of growth, overall experience negative growth, due
to an increase in local revenue and total revenue not followed by construction spending growth,
but it is followed by the growth of expenditures. Local Revenue Contribution to the Budget
Revenue and Expenditure, still less, amounting to 15,39%. By looking at the results of the
analysis, development of the financial ability of the city of Makassar in the implementation of
regional autonomy were deemed to be lacking.
Keywords: Regional autonomy, financial, Makassar City

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan keuangan Kota
Makassar dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan konstribusi Pendapatan
Asli Daerah terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Makassar tahun
anggaran 2007-2011. Hasil penelitian, rasio kemandirian keuangan daerah yang memperoleh
hasil rata-rata sebesar 18,30% atau berada pada pola hubungan instruktif. Rasio derajat
desentralisasi fiskal dan rasio indeks kemampuan rutin yang menunjukkan kemampuan
keuangan daerah masih kurang, yaitu sebesar 15,39% dan 24,99%. Pada rasio keserasian,
pengeluaran belanja rutin lebih besar dibandingkan dengan belanja pembangunan dengan gap
sebesar 25,60%. Rasio pertumbuhan, secara keseluruhan mengalami pertumbuhan yang
negatif, karena peningkatan pendapata asli daerah dan total pendapatan daerah tdak diikuti
oleh pertumbuhan belanja pembangunan, tetapi diikuti oleh pertumbuhan belanja rutin.
Konstribusi PAD terhadap APBD, masih kurang, yaitu sebesar 15,39%. Dengan melihat hasil
analisis tersebut, perkembangan kemampuan keuangan Kota Makassar dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah dianggap masih kurang.
Kata kunci: Otonomi Daerah, Keuangan, kota Makassar

23
Analisis Kemampuan Keuangan Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah
Tahun 2007-2011 di Kota Makassar (Ermhita Savitry, Hasrat Arief Saleh, Indar Arifin)

PENDAHULUAN minya. Dimana daerah mampu membiayai


penyelenggaraan pemerintahan daerahnya
Dalam rangka pelaksanaan otonomi dae- dengan tingkat ketergantungan kepada
rah, sesuai dengan Undang-Undang Nomor pemerintah pusat mempunyai proporsi yang
32 tahun 2004 Undang-Undang Nomor 12 semakin mengecil.
tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah dan Keuangan daerah merupakan sumber daya
Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 ten- yang dominan dalam menopang kemampuan
tang Perimbangan Keuangan antara otonomi daerah. Hampir tidak ada satupun
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, kegiatan pemerintah di daerah yang tidak
serta Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun memerlukan biaya. Oleh sebab itu
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. pengelolaan keuangan daerah merupakan
Dituntut kemandirian Pemerintah Daerah da- satu variable yang penting dalam kerangka
lam pembiayaan penyelenggaraan pelaksanaan otonomi daerah dan
pemerintah dan pembangunan. Anggaran pemerintahan di daerah pada umumnya .
belanja rutin maupun pembangunan tidak Menurut S. Pamudji dalam Kaho, bahwa
lagi berasal dari pusat, tetapi lebih banyak Pemerintah Daerah tidak akan dapat
berasal dari sumber-sumber daerah sendiri. melaksanakan fungsinya dengan efektif dan
Hal ini berarti pemerintah daerah memiliki efisien tanpa biaya yang cukup untuk
tanggungjawab yang lebih besar dalam memberikan pelayanan dan pembangunan .
pengelolaan keuangan daerah. Kemampuan keuangan daerah dalam era
Dalam Penjelasan Umum UU No. 32 Tahun otonomi daerah sering diukur dengan
2004 dinyatakan bahwa penyelenggaraan menggunakan kinerja PAD. Besar-kecilnya
fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana penerimaan PAD seringkali dihubungkan
secara optimal apabila penyelenggaraan uru- dengan keberhasilan daerah dalam menjalani
san pemerintah diikuti dengan pemberian otonomi daerah. Pajak dan Retribusi daerah
sumber-sumber penerimaan yang cukup (yang merupakan komponen penyumbang
kepada daerah, dengan mengacu kepada Un- PAD terbesar) seyogyanya mampu
dang-Undang tentang Perimbangan Keu- membiayai belanja pemerintah daerah
angan antara Pemerintah Pusat dan (Kuncoro, 2007) .
Pemerintah Daerah, dimana besarnya dis- Hal ini pula yang menjadi penyebab
esuaikan dan diselaraskan dengan pembagian munculnya permasalahan di daerah, seperti:
kewenangan antara Pemerintah dan Daerah. masih adanya arogansi pemerintah pusat
Semua sumber keuangan yang melekat pada yang hingga kini belum menyerahkan
setiap urusan pemerintah yang diserahkan kewenangan pengelolaan sumber daya alam
kepada daerah menjadi sumber keuangan kepada daerah. Sikap pemerintah pusat yang
daerah. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah demikian ini sangat menyulitkan departemen
harus lebih jeli dan tanggap memandang dan keuangan untuk menghitung secara pasti
mengoptimalkan pemanfaatan potensi dae- berapa penghasilan yang didapati dalam
rah sebagai pendapatan daerah. pengelolaan sumber daya alam di daerah.
Kriteria penting untuk mengetahui secara Selain itu, berkaitan dengan pajak, salah
nyata kemampuan daerah dalam mengatur satunya yaitu Pajak Penghasilan (PPh),
dan mengurus rumah tangganya adalah ke- dimana selama ini daerah telah memberikan
mampuan selfsupporting bidang keuangan. fasilitas yang ikut mendukung kelancaran
Faktor keuangan merupakan faktor yang usaha penyediaan sarana, perizinan dan
esensial dalam mengukur tingkat kemam- situasi usaha yang kondusif, namun selama
puan daerah dalam melaksanakan otono- ini daerah tidak memperoleh “bagi hasil

24
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2011

pajak” dari hasil penerimaannya. Berdasarkan juga memiliki sumber pendapatan yang
UU No. 17 tahun 2000 daerah akan potensial untuk dioptimalkan
memperoleh bagian 20%, hanya sebagai pemberdayaannya. Sebagai kota, Makassar
objek pajak perorangan, namun sebagai memiliki beberapa potensi yang dapat
objek badan usaha, daerah tidak dijadikan sumber penerimaan Pendapatan
memperolehnya. Perusahaan besar belum Daerah, yaitu: (1) PAD yang terdiri dari Pajak
memberikan konstribusi apa-apa kecuali Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan
ekses keberadaannya di daerah dan resiko Milik Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan
sosial yang dialami masyarakat setempat. Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain
Dampak dari munculnya permasalahan Pendapatan Asli Daerah Yang Sah. (2) Dana
diatas adalah daerah akan tetap selalu Perimbangan yang terdiri dari Bagi Hasil
menggantungkan diri pada bantuan Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi
pemerintah pusat yang tentunya tidak Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Bagi Hasil
menguntungkan bagi pemerintah pusat Pajak dan Bantuan Keuangan dari Pemerintah
karena daerah dianggap sebagai beban, dan Provinsi. (3) Lain-lain Pendapatan Yang Sah .
bagi pemerintah daerah sendiri hal ini Total Pendapatan Asli Daerah Kota
merupakan faktor yang menghambat Makassar tahun 2009 sebesar Rp
kemandirian daerah dalam mengurus rumah 170.698.725.818,79. Pada tahun 2010
tangganya sendiri. Daerah akan kesulitan meningkat menjadi Rp 210.068.212.205,64
dalam mengelola sumber-sumber atau sebesar 18,74% jika dibandingkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD). dengan tahun 2009. Kemudian pada tahun
Pengukuran tingkat kemampuan keuangan 2011 sebesar Rp 351.692.552.587,60 atau
daerah yang banyak dilakukan saat ini antara meningkat 40,27% dari tahun sebelumnya.
lain dengan melihat rasio antara PAD dengan Total dana perimbangan pada tahun 2009
APBD. Prinsipnya, semakin besar sumbangan sebesar Rp 833.834.215.606 tahun 2010
PAD kepada APBD akan menunjukkan sebesar Rp 861.280.547.227 dan tahun 2011
semakin kecil ketergantungan daerah kepada sebesar Rp 905.873.927.525.
pemerintah pusat. satu hal yang perlu dicatat Jika dipersentasekan, maka total dana
adalah peningkatan PAD bukan berarti perimbangan dari tahun 2009 ke tahun 2010
daerah harus berlomba-lomba membuat meningkat sebesar 3,19% dan pada tahun
pajak baru, tetapi diharapkan daerah 2011 meningkat lagi sebesar 4,92% dari total
memiliki tingkat kejelian yang tinggi dan dana perimbangan tahun 2010. Sedangkan
kemampuan dalam melihat dan total lain-lain pendapatan yang sah pada
memanfaatkan sumber-sumber potensial tahun 2009 sebesar Rp 211.184.779.475
yang dimiliki. Sebaliknya, ketidakmampuan tahun 2010 sebesar Rp 380.188.360.973,21
pemerintah daerah dalam melihat dan atau meningkat sebesar 44,45%. Dan pada
memanfaatkan sumber-sumber pendapatan tahun 2011 meningkat menjadi sebesar Rp
potensial yang ada dapat mengakibatkan 417.004.035.010,37 atau naik sebesar 19,28%
rendahnya kemampuan keuangan daerah dari total lain-lain pendapatan yang sah pada
yang pada akhirnya akan menghambat tahun 2010.
kelancaran pelaksanaan otonomi daerah. Berdasarkan tren diatas, dapat dilihat
Kota Makassar merupakan kota terbesar bahwa terjadi peningkatan jumlah dari tahun
keempat di Indonesia dan terbesar di ke tahun dalam kurun waktu 2009-2011 baik
Kawasan Timur Indonesia (KTI). Sebagai salah dari jumlah PAD, Dana Perimbangan, dan
satu daerah otonom yang terdiri dari 14 Lain-lain Pendapatan yang Sah Kota
kecamatan dan 143 kelurahan , Makassar Makassar. Sebagai daerah otonom, Kota

25
Analisis Kemampuan Keuangan Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah
Tahun 2007-2011 di Kota Makassar (Ermhita Savitry, Hasrat Arief Saleh, Indar Arifin)

Makassar melaksanakan urusan media informasi lain yang ada hubungannya


desentralisasi, yang terdiri dari 26 (dua puluh dengan masalah yang diteliti, dan observasi
enam) urusan wajib, dan 5 (lima) urusan yaitu mengamati secara langsung objek yang
pilihan. Untuk melaksanakan kebijakan di teliti serta interview dan wawancara men-
urusan tersebut Kota Makassar dalam dengan menggunakan pedoman wa-
melaksanakan program-program dan wancara
kegiatan-kegiatan sebagai wujud dari
operasionalisasi urusan desentralisasi. Salah HASIL DAN PEMBAHASAN
satu urusan wajib pemerintah Kota Makassar
yang dibiayai oleh APBD pada tahun 2009 Dalam rangka pelaksanaan otonomi dae-
adalah Urusan Kependudukan dan Catatan rah dan penguatan kapasitas fiskal daerah,
Sipil, dengan uraian program: 1) Program Pemerintah Daerah diberi kewenangan yang
Pelayanan Administrasi Perkantoran dengan lebih besar untuk mewujudkan kemandirian
alokasi anggaran Rp. 650.740.000 realisasi keuangan melalui desentralisasi fiskal yang
fisik 95,26%; 2) Program Peningkatan Sarana diatur dengan peraturan perundang-un-
dan Prasarana Aparatur alokasi anggaran dangan. Beberapa peraturan yang terkait
sebesar Rp. 798.679.000 realisasi fisik langsung dengan hal tersebut adalah Undang-
99,88%; 3) Program Peningkatan Disiplin Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Aparatur dengan alokasi anggaran Rp. Pemerintahan Daerah, Undang-Undang No-
26.400.000 realisasi fisik 100%; 4) Program mor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Peningkatan Pengembangan Sistem Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Dae-
Pelaporan dengan alokasi anggaran sebesar rah. 1. Tingkat Kemampuan Keuangan Daerah
Rp. 50.000.000 realisasi fisik 100%; dan 5) dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Tahun
Program Penataan Administrasi 2007-2011 di Kota Makassar
Kependudukan dengan nilai alokasi anggaran Analisis rasio keuangan terhadap realisasi
sebesar Rp. 5.991.524.150,- realisasi fisik APBD dilakukan untuk meningkatkan kualitas
99,99%. pengelolaan keuangan daerah. Disamping
Dengan adanya urusan wajib dan urusan meningkatkan kuantitas pengelolaan keu-
pilihan sebagai dampak dari adanya urusan angan daerah, analisis rasio terhadap realisasi
desentralisasi, maka dibutuhkan kejelian APBD juga dapat digunakan sebagai alat un-
dalam melihat dan mengolah sumber-sumber tuk menilai efektivitas pelaksanaan otonomi
pendapatan daerah yang ada di Kota daerah. Sebab kebijakan ini yang mem-
Makassar. Dari situlah kita dapat melihat berikan keleluasaan bagi pemerintah daerah
apakah pemerintah Kota Makassar sudah untuk mengelola keuangan daerahnya seha-
mampu mengoptimalkan tiap-tiap sumber rusnya bisa meningkatkan kinerja keuangan
pendapatan yang ada untuk mempercepat daerah yang bersangkutan.
atau mendukung pelaksanaan otonomi Rasio keuangan yang digunakan dalam
daerah. pembahasan pada bab ini adalah rasio-rasio
yang merupakan penjabaran dari Indeks Ke-
METODE PENELITIAN mampuan Keuangan (Bappenas:2003), yang
terdiri atas: Rasio Kemandirian Keuangan
Metode yang penelitian yang digunakan Daerah, Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal,
adalah deskriptif dengan menggunakan Rasio Indeks Kemampuan Rutin, Rasio
teknik pengumpulan data studi kepustakaan Keserasian dan Rasio Pertumbuhan Keuangan
dengan membaca buku, majalah, surat kabar, Pemerintah Daerah Kota Makassar tahun
dokumen- dokumen, undang-undang dan anggaran 2007-2011, sehingga dapat

26
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2011

diketahui bagaimana kecendurungan yang Pembiayaan adalah setiap penerimaan


terjadi tiap tahunnya dalam kurun waktu lima yang perlu dibayar kembali dan/atau penge-
tahun terakhir. luaran yang akan diterima kembali, baik pada
Data yang digunakan adalah data yang be- tahun anggaran yang bersangkutan maupun
rasal dari arsip dokumen pada bagian verifi- tahun-tahun anggaran berikutnya, yang da-
kasi dan pembukuan kantor pemerintah Kota lam penganggaran pemerintah daerah teru-
Makassar (Balai Kota) yang berupa data Ang- tama dimaksudkan untuk menutupi defisit
garan Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau memanfaatkan surplus anggaran.
dan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) untuk Hasil perhitungan dan analisis beberapa
tahun anggaran 2007-2011. Dari hasil APBD Rasio keuangan terhadap APBD Kota Makas-
dan LRA tersebut nantinya akan diketahui sar tahun anggaran 2007-2011: 2. Rasio Ke-
bagaimana kinerja keuangan Kota Makassar mandirian Keuangan Daerah. Konsekuensi
selama lima tahun anggaran tersebut. pembebanan tugas dan tanggung jawab ke
APBD merupakan rencana pelaksanaan daerah yang semakin besar, kepada daerah
semua pendapatan daerah dan semua bel- telah diserahkan sumber pendanaan yang
anja daerah dalam rangka pelaksanaan terus meningkat secara signifikan dari tahun
desentralisasi dalam tahun anggaran ter- ke tahun, melalui skema transfer. Hal ini
tentu. Dengan demikian, pemungutan semua dapat dilihat berdasarkan hasil perhitungan
penerimaan daerah dalam rangka pelaksa- sumber pendapatan dari pihak ekstern yaitu
naan desentralisasi bertujuan untuk memen- berupa bantuan dari pemerintah pusat atau
uhi target yang ditetapkan dalam APBD. provinsi ditambah dengan pinjaman.
Laporan Realisasi Anggaran Kota Makassar Kemandirian keuangan daerah merupakan
merupakan laporan yang mengungkapkan kemampuan pemerintah daerah dalam
kegiatan keuangan pemerintah kota yang meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)
menunjukkan ketaatan terhadap APBD. seperti pajak daerah, retribusi dan lain-lain.
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan Oleh karena itu, otonomi daerah dan pem-
ikhtisar sumber, aplikasi dan penggunaan bangunan daerah bisa diwujudkan hanya
sumber daya ekonomi yang dikelola oleh apabila disertai kemandirian keuangan yang
pemerintah kota dalam satu periode efektif. Ini berarti bahwa pemerintahan dae-
pelaporan. Dalam Peraturan Menteri Dalam rah secara finansial harus bersifat inde-
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pe- penden terhadap pemerintah pusat dengan
doman Pengelolaan Keuangan Daerah, dise- jalan sebanyak mungkin menggali sumber-
butkan unsur yang dicakup dalam Laporan sumber PAD seperti pajak, retribusi dan se-
Realisasi Anggaran terdiri dari: bagainya serta mengoptimalkan sumber-
Pendapatan adalah semua pen- sumber PAD yang telah ada.
erimaan kas daerah yang menambah ekuitas Rumus yang digunakan untuk menghitung
dana dalam periode tahun anggaran yang rasio ini adalah: Rasio Kemandirian= (Penda-
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah patan Asli Daerah (PAD))/(Bantuan
daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh Pemerintah Pusat/Provinsi+ Pinjaman)x 100%
pemerintah daerah. Nordiawan (2008:48) mengemukakan
Belanja adalah semua pengeluaran kas bahwa Dana Perimbangan adalah dana yang
daerah yang mengurangi ekuitas dana dalam bersumber dari pendapatan APBN yang di-
periode tahun anggaran yang bersangkutan, alokasikan kepada daerah untuk mendanai
dan tidak akan diperoleh kembali pem- kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
bayarannya oleh pemerintah daerah. desentralisasi. Latar belakang lain adanya
transfer dana pusat ke daerah ini antara lain

27
Analisis Kemampuan Keuangan Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah
Tahun 2007-2011 di Kota Makassar (Ermhita Savitry, Hasrat Arief Saleh, Indar Arifin)

untuk mengatasi ketimpangan fiskal vertikal ditambah dengan jumlah pinjaman (jika ada)
(antara pusat dan daerah), mengatasi ketim- yang diperoleh oleh pemerintah Kota Makas-
pangan fiskal horizontal, serta guna mencapai sar.
standar pelayanan untuk masyarakat. Komponen Dana Alokasi Umum
Ketimpangan fiskal horizontal muncul aki- merupakan komponen penyumbang terbesar
bat tidak seimbangannya kapasitas fiskal dae- terhadap pendapatan dari pihak ekstern. Hal
rah dengan kebutuhan fiskalnya. Dengan kata ini dipengaruhi oleh bobot daerah, yang
lain, kemampuan daerah untuk menghasilkan dinilai berdasarkan indeks penduduk, indeks
pendapatan asli daerah tidak mampu me- luas daerah, indeks harga bangunan, dan
nutupi kebutuhan belanja daerah. Sesuai indaks kemiskinan relatif yang dikemudian
dengan PP No 55 tahun 2005 pasal 2, “Dana dibagi 4 (empat) dan dikalikan dengan
perimbangan mencakup Dana Bagi Hasil, Da- pengeluaran daerah rata-rata. Berbeda
na Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khu- dengan pemberian Dana Alokasi Khusus
sus”Jumlah dana perimbangan ditetapkan (DAK) yang hanya mempertimbangkan untuk
setiap tahun dalam APBN. pembiayaan kebutuhan yang bersifat khusus,
Pembagian dana untuk daerah melalui misalnya kebutuhan beberapa jenis
bagi hasil berdasarkan daerah penghasil prasarana baru, pembangunan jalan di
cenderung menimbulkan ketimpangan antar kawasan terpencil, dan sebagainya.
daerah dengan mempertimbangkan kebu- Komponen terbesar kedua adalah dana
tuhan dan potensi daerah. Alokasi DAU bagi penyesuian. Dana penyesuaian adalah dana
daerah yang potensi fiskalnya besar namun yang dialokasikan untuk membantu daerah
kebutuhan fiskalnya kecil akan memperoleh dalam rangka melaksanakan kebijakan
alokasi DAU yang relatif kecil. Sebaliknya dae- tertentu Pemerintah dan DPR sesuai
rah yang memiliki potensi fiskalnya kecil na- peraturan perundangan, yang terdiri atas
mun kebutuhan fiskalnya besar akan mem- dana insentif daerah, Dana Tambahan
peroleh alokasi DAU yang relatif besar. Penghasilan Guru Pegawai Negeri Sipil
Dengan maksud melihat kemampuan APBD Daerah (PNSD), dana-dana yang dialihkan
dalam membiayai kebutuhan-kebutuhan dae- dari Kementerian Pendidikan Nasional ke
rah dalam rangka pembangunan daerah yang Transfer ke Daerah, berupa Tunjangan Profesi
dicerminkan dari penerimaan umum APBD Guru dan Bantuan Operasional Sekolah
dikurangi dengan belanja pegawai. Ketim- (BOS), Dana Penyesuaian Infrastruktur
pangan ekonomi antara satu provinsi dengan Daerah, dan sebagainya. , selama lima tahun
provinsi lain tidak dapat dihindari dengan terakhir rasio kemandirian keuangan daerah
adanya desentralisasi fiskal. Disebabkan oleh Kota Makassar, hanya pada tahun kelimalah
minimnya sumber pajak dan Sumber Daya (tahun 2011) yang mencapai hasil sebesar
Alam yang kurang dapat digali oleh 25,54% dengan pola hubungan konsultatif.
Pemerintah Daerah. Untuk menanggulangi Pola hubungan ini menggambarkan bahwa
ketimpangan tersebut, Pemerintah Pusat campur tangan pemerintah pusat sudah
berinisiatif untuk memberikan subsidi berupa mulai berkurang, karena daerah dianggap
DAU kepada daerah. Bagi daerah yang tingkat sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi
kemiskinannya lebih tinggi, akan diberikan daerah. Akan tetapi, apabila dilihat secara
DAU lebih besar dibanding daerah yang kaya keseluruhan maka dapat disimpulkan bahwa
dan begitu juga sebaliknya. rasio kemandirian keuangan daerah selama
Rincian tentang komponen sumber-sum- lima tahun pada Kota Makassar memiliki rata-
ber pendapatan dari pihak ekstern berupa rata tingkat kemandirian masih rendah dan
bantuan bantuan pemerintah pusat/provinsi, dalam kategori kemampuan keuangan kurang

28
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2011

dengan pola hubungan instruktif yaitu Berdasarkan undang-undang/peraturan


peranan pemerintah pusat sangat dominan pemerintah, dan daerah hanya menjalankan
dari pada daerah. serta akan menerima bagian dalam bentuk
Hal ini dapat dilihat dari rasio kemandirian dana perimbangan. Dana perimbangan itu
yang dihasilkan masih berkisar antara 0,00%- sendiri terdiri dari: Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil
25,00% Rasio kemandirian yang masih rendah Bukan Pajak/Sumber Daya Alam, Dana
mengakibatkankemampuan keuangan daerah Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan
Kota Makassar dalam membiayai penerimaan lainnya.
pelaksanaan pemerintahan dan Iswady (Kepala Sub Bagian Keuangan Dinas
pembangunan masih sangat tergantung pada Pendapatan Daerah Kota Makassar)
penerimaan dari pemerintah mengatakan bahwa: “Meningkatnya sumber
pusat.Kemandirian keuangan daerah menjadi pendapatan dari bantuan pusat berupa dana
sangat penting, baik dari sisi pendapatan transfer atau dana perimbangan didasarkan
(revenue), maupun dari sisi pengeluaran pada indikator penentuan besarnya
(expenditure) agar Pemerintah Daerah penerimaan yang diterima oleh suatu daerah.
memiliki kemampuan yang lebih kuat untuk Indikatornya, salah satunya yaitu jumlah
mendesain dan melaksanakan kegiatan- penduduk. Penduduknya Kota Makassar tiap
kegiatan yang bersifat stimulan bagi tahunnya terus bertambah, ruas wilayah
peningkatan kesejahteraan rakyat sesuai walaupun tidak bertambah tetap dimasukkan
dengan aspirasi dan karakteristik dalam komponen perhitungan pemberian
masyarakatnya masing-masing. dana perimbangan, ada juga yang
Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah memasukkan pulau-pulau yang dimiliki
Kota Makassar terus menerus menggiatkan daerah, berapa jumlah Pegawai Negeri Sipil
upaya mengoptimalkan peningkatan (PNS) karena sebagian besar Dana
pendapatan daerah, khususnya Pendapatan Perimbangan atau dana transfer yang
Asli Daerah (PAD), karena menajemen diterima dari pemerintah pusat yang
pemungutan PAD berada di dalam ranah dibelanjakan daerah untuk membayar gaji
kebijakan Pemerintah Daerah sendiri, PNS. Jadi kalau gaji PNS bertambah, otomatis
berbeda dengan Dana Perimbangan yang biasanya ada juga penambahan terkait
kebijakannya merupakan domain dengan dana transfer dari pemerintah pusat.
Pemerintahan Pusat. Jadi kalau trendnya bertambah, iya pasti.
Rasio kemandirian yang masih rendah Terendahnya bertambah bisa juga
dapat disebabkan pada sumber penerimaan mengindikasikan bahwa tingkat
daerah dan dasar pengenaan biaya, ketergantungan daerah terhadap pusat tidak
tampaknya Pendapatan Asli Daerah masih bisa lepas. Tapi sedapat mungkin,
belum dapat diandalkan bagi daerah untuk kedepannya pemerintah kota berharap
otonomi daerah, karena relatif rendahnya ketergantungan tersebut dapat berkurang
basis pajak/retribusi yang ada di daerah dan dan juga pasti menjadi harapan pemerintah
kurangnya pendapatan asli daerah yang pusat. Besarnya dana transfer ke daerah,
dapat digali oleh pemerintah daerah. Hal ini artinya daerah itu masih membutuhkan
dikarenakan sumber-sumber potensial untuk pemerintah pusat dalam hal pembiayaan
menambah Pendapatan Asli Daerah masih untuk memenuhi kebutuhan rutinnya”.
dikuasai oleh pemerintah pusat, sedangkan Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah
untuk basis pajak yang cukup besar masih daerah harus mampu mengoptimalkan
dikelola oleh pemerintah pusat, yang di penerimaan dari potensi pendapatannya
dalam pemungutan/pengenaannya yang telah ada. Inisiatif dan kemauan

29
Analisis Kemampuan Keuangan Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah
Tahun 2007-2011 di Kota Makassar (Ermhita Savitry, Hasrat Arief Saleh, Indar Arifin)

pemerintah daerah sangat diperlukan dalam partisipasi prakarsa dan kreativitas


upaya meningkatkan PAD. Pemerintah masyarakat dalam pembangunan serta akan
daerah harus mencari alternatif-alternatif mendorong pemerataan hasil-hasil
yang memungkinkan untuk dapat mengatasi pembangunan (keadilan) di seluruh daerah
kekurangan pembiayaannya, dan hal ini dengan memanfaatkan sumber daya serta
memerlukan kreatifitas dari aparat pelaksana potensi yang tersedia di daerah.
keuangan daerah untuk mencari sumber- Dari hal tersebut diatas kemandirian fiskal
sumber pembiayaan baru baik melalui daerah menggambarkan kemampuan
program kerjasama pembiayaan dengan pemerintah daerah dalam meningkatkan
pihak swasta dan juga program peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) seperti pajak
PAD misalnya pendirian BUMD sektor daerah, retribusi dan lain-lain. Karena itu
potensial maupun penyertaan modal otonomi daerah dan pembangunan daerah
keperusahaan daerah dengan mendapatkan bisa diwujudkan hanya apabila disertai
imbalan berupa deviden. kemandirian fiskal yang efektif. Ini berarti
Hal ini sesuai pula dengan Kebijakan bahwa pemerintahan daerah secara finansial
Umum Anggaran di bidang Pendapatan harus bersifat independen terhadap
Daerah Tahun 2011 yang tetap diarahkan pemerintah pusat dengan jalan sebanyak
pada upaya peningkatan pendapatan daerah mungkin menggali sumber-sumber PAD
melalui optimalisasi pengelolaan pendapatan seperti pajak, retribusi dan sebagainya. 4.
daerah sesuai potensi dan kewenangan yang Rasio Indeks Kemampuan Rutin. Indeks
ada berdasarkan ketentuan peraturan Kemampuan Rutin (IKR) dapat dihitung
perundang-undangan yang berlaku, dengan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
tetap mengedepankan pertimbangan aspek IKR= PAD/(Total Pengeluaran Rutin) x
keadilan dan kemampuan masyarakat. 3. 100%
Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal. Dalam penelitian ini, pengeluaran rutin
Desentralisasi fiskal daerah menunjukkan atau belanja rutin diperoleh dari bagian
seberapa besar ketergantungan pemerintah belanja operasi. Hal ini dikarenakan adanya
daerah terhadap pemerintah pusat dalam perubahan peraturan mengenai kelompok
membiayai pembangunan. belanja dalam Peraturan Menteri Dalam
Untuk mengetahui seberapa besar tingkat Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang kemudian
ketergantungan tersebut maka dilakukan diubah kedalam Peraturan Menteri Dalam
dengan menggunakan ukuran apa yang Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
disebut Derajat Desentralisasi Fiskal. Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal dapat bahwa Indeks Kemampuan Rutin selama lima
dihitung dengan menggunakan rumus tahun pada pemerintahan Kota Makassar
sebagai berikut: masih dalam skala yang kurang, karena masih
DDF= PADt/TPDt x 100% berada dalam skala interval antara 20,01% -
Dimana: 40,00% yaitu sebesar 24,99% (rata-rata IKR)
DDF = Derajat Desentralisasi Fiskal dan ini berarti bahwa Pendapatan Asli Daerah
PADt = Total PAD tahun t (PAD) mempunyai kemampuan yang kurang
TPDt = total untuk membiayai pengeluaran rutin, hal ini
Penerimaan Daerah tahun t Kemandirian terjadi karena PAD Kota Makassar sangat
fiskal daerah merupakan salah satu aspek kecil jika dibandingkan dengan nilai belanja
yang sangat penting dari otonomi daerah rutin, dan selama ini lebih banyak tergantung
secara keseluruhan. Manfaat dari pada sumber keuangan yang berasal dari
kemandirian adalah mendorong peningkatan pemerintah pusat. 5. Rasio Keserasian

30
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2011

Rasio keserasian yang digunakan dalam daerah tahun anggaran 2007-2011 dianggap
analisis ini menggunakan rumus sebagai masih kurang. Hal ini dapat dilihat berdasar-
berikut: Rasio Belanja Operasional= (Total kan hasil perhitungan rasio: a. Rasio ke-
Belanja Operasi)/(Total Belanja APBD) Rasio mandirian keuangan daerah selama lima ta-
Belanja Modal= (Total Belanja Modal)/(Total hun terakhir yang menghasilkan jumlah rata-
Belanja APBD) ratanya sebesar 18,30% dengan pola hub-
Belanja Operasional yang kemudian dalam ungan yang instruktif. Dari hasil tersebut, ter-
Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 disebut gambar dengan jelas masih besarnya
sebagai belanja rutin, yang telah dibahas ketergantungan pemerintah Kota Makassar
pada rasio Indeks Kemampuan Rutin (IKR), terhadap sumber-sumber dana bantuan dari
dan belanja modal yang kemudian diubah pihak ekstern, baik dari pemerintah pusat
menjadi belanja pembangunan. maupu dari pemerintah provinsi, dengan
Belanja Pembangunan disusun atas dasar komponen bantuan terbesar adalah Dana
kebutuhan nyata masyarakat sesuai dengan Alokasi Umum (DAU) dan Dana Penyesuaian.
tuntutan dan dinamika yang berkembang b. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, selama
untuk meningkatkan pelayanan dan 5 (lima) tahun menunujukkan angka rata-rata
kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. sebesar 15,39% dengan kemampuan keu-
Dalam pembangunan daerah, masyarakat angan yang tergolong kurang. Hasil ini
perlu dilibatkan dalam proses menunjukkan bahwa pemerintah Kota Ma-
perencanaannya, sehingga kebutuhan kassar belum mampu membiayai penge-
mereka dapat dijabarkan dalam kebijakan- luarannya sendiri. Pemerintah Kota Makassar
kebijakan yang akan ditetapkan berdasarkan masih bergantung kepada pemerintah pusat
prioritas dan kemampuan daerah. dalam hal pembiayaan pengeluaran. c. Ber-
Belanja pembangunan terdiri dari dua dasarkan kemampuan PAD untuk membiayai
komponen, yaitu: pengeluaran rutin daerah, yang sering dise-
Belanja barang dan jasa. Belanja ini but juga dengan Rasio IKR (Indeks Kemam-
merupakan semua pengeluaran Pemerintah puan Rutin) rata-rata hanya sebesar 24,99%
Daerah yang tidak berhubungan secara dengan pola kemampuan keuangan yang
langsung dengan aktivitas atau pelayanan masih berada dalam interval 20,01% - 40,00%
publik. Kelompok belanja barang dan jasa yang dinilai kurang. Artinya, PAD Kota Makas-
terdiri atas: Belanja barang dan belanja sar belum mampu membiayai belanja rutin
pemeliharaan yang merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah kota. d. Ber-
pemerintah daerah untuk penyediaan barang dasarkan hasil perhitungan rasio keserasian,
dan jasa dan pemeliharaan barang daerah pemerintah Kota Makassar masih lebih
yang tidak berhubungan langsung dengan memprioritaskan belanja rutin daripada bel-
pelayanan publik. anja pembangunan. Hasil rata-rata dari rasio
Belanja Modal merupakan pengeluaran pembangunan sebesar 37,20% dan rasio bel-
Pemerintah Daerah yang manfaatnya anja rutin sebesar 62,80%. Terdapat kesen-
melebihi satu tahun anggaran dan akan jangan sebesar 25,60%. Angka-angka ini
menambah aset atau kekayaan daerah dan menunjukkan bahwa pemerintah kota belum
selanjutnya akan menambah belanja seperti memperhatikan pembangunan daerah. Hal
biaya operasi dan pemeliharaan. ini disebabkan keterbatasan dana yang di-
miliki oleh pemerintah kota sehingga
KESIMPULAN pemerintah kota lebih berkonsentrasi pada
Tingkat kemampuan keuangan daerah Ko- pemenuhan belanja rutin dan penghematan
ta Makassar dalam pelaksanaan otonomi pada belanja lainnya. e. Berdasarkan rasio

31
Analisis Kemampuan Keuangan Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah
Tahun 2007-2011 di Kota Makassar (Ermhita Savitry, Hasrat Arief Saleh, Indar Arifin)

pertumbuhan (growth ratio), PAD Kota Ma- sesuai potensi dan kewenangan yang ada
kassar mengalami pertumbuhan ditiap peri- berdasarkan ketentuan peraturan perun-
ode tahun anggaran (2007-2011), Total Pen- dang-undangan yang berlaku, dengan tetap
dapatan Daerah juga mengalami pertum- mengedepankan pertimbangan aspek keadi-
buhan pada tiga tahun terakhir (2009-2011), lan dan kemampuan masyarakat. Optimal-
sama halnya dengan belanja rutin yang juga isasi pengelolaan pendapatan daerah dil-
mengalami pertumbuhan pada tahun 2009- akukan dengan mensinergikan program in-
2011, namun belanja pembangunan men- tensifikasi dan ekstensikasi sumber-sumber
galami penurunan dari tahun 2008-2010 yang pendapatan daerah.
kemudian mengalami kenaikan pada tahun
2011. Dari hasil perhitungan tersebut, dapat DAFTAR PUSTAKA
disimpulkan bahwa kondisi pertumbuhan
APBD Kota Makassar menunjukkan rata-rata Adi, Priyo Hari. (2012). Jurnal Studi Pem-
yang negatif, karena pertumbuhan PAD dan bangunan Interdisiplin
TDP tidak diikuti oleh pertumbuhan belanja
pembangunan, melainkan diikuti oleh belanja Badan Perencanaan dan Pembangunan Na-
rutin. Berdasarkan Rasio Pertumbuhan, sional, Direktorat Pengembangan
secara keseluruhan mengalami Konstribusi Otonomi Daerah. (2003).
Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar ter- Dalam Angka (2010). Makassar: Badan Pusat
hadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Statistik Kota Makassar.
Daerah tahun anggaran 2007-2011 dinilai
masih sangat rendah, yaitu 15,39%, 2. Kon- Bastian, Indra. (2007). Audit Sektor Publik.
stribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Jakarta: Salemba Empat.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kota Makassar dalam menunjang pelaksa- Bella, Rohana. (2002). Potensi Objek Penda-
naan otonomi daerah tahun anggaran 2007- patan Asli Daerah (Retribusi) Kota
2011 masih relatif kecil. Berdasarkan hasil Makassar. Makassar: Badan
perhitungan konstribusi PAD, hasil rata-rata Penelitian dan Pengembangan
yang diperoleh adalah sebesar 15,39%. Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.
Artinya, rata konstribusi PAD terhadap APBD
selama lima tahun hanya sebesar 15,39%. Brannen, Julia. (1996). Memadu Metode
Angka yang sangat rendah, namun merupa- Penelitian Kualitatif & Kuantitatif.
kan angka tertinggi pencapaian konstribusi Samarinda: Pustaka Pelajar.
PAD, karena sebelumnya, hasil rata-rata han-
ya berkisar satu digit, yaitu berada 9,00%- Djaenuri, Aries, dkk. (2003). Sistem
10,00%. Rendahnya konstribusi PAD terhadap Pemerintahan Daerah. Jakarta:
Total Pendapatan APBD, mengharuskan Pusat Penerbitan Universitas Ter-
pemerintah kota lebih memperketat aturan buka.
yang ada, serta lebih lihai mencari sumber-
sumber pendanaan alternatif. Salah satunya Farian, Endi. (2010). Skripsi. Analisis Perkem-
adalah pendirian Badan Usaha Milik Daerah bangan Kemampuan Keuangan
(BUMD) sektor potensial yang berbentuk Pe- Daerah dalam Mendukung
rusahaan Daerah. Pelaksanaan Otonomi Daerah di
Pemerintah Kota Makassar harus beru- Kabupaten X
paya peningkatan pendapatan daerah melalui
optimalisasi pengelolaan pendapatan daerah

32
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2011

Halim, Abdul. (2009). Problem Desentralisasi Peraturan Menteri Dalam Negeri RI. (2007).
dan Keuangan Pemerintahan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Pusat-Daerah Peluang dan Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Tantangan dalam Pengelolaan Perubahan Peraturan Menteri Dalam
Sumber Daya Daerah. Negeri Nomor 13 Tahun 2006
Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana tentang Pedoman Pengelolaan
UGM. Keuangan Daerah. Bandung:
Fokusmedia.
Haris, Syamsuddin. (2007). Desentralisasi dan
Otonomi Daerah: Desentralisasi, Rosidin, Utang. (2010). Otonomi Daerah dan
Demokratisasi, dan Akuntabilitas Desentralisasi. Bandung: CV
Pemerintah Daerah. Jakarta: LIPI Pustaka Setia.
Press.
Saragih, Juli Panglima. (2003). Desentralisasi
Kaho, Josef Riwu. (1991). Prospek Otonomi Fiskal dan Keuangan Daerah da-
Daerah di Negara Republik Indo- lam Otonomi. Jakarta: Ghalia In-
nesia: Identifikasi Beberapa donesia.
Faktor yang Mempengaruhi
Penyelenggaraannya. Jakarta: CV. Sarwono, Jonathan. (2011). Mixed Methods:
Rajawali. Cara Menggabung Riset Kuanti-
(2010). Prospek Otonomi Daerah di Negara tatif dan Riset Kualitatif secara
Republik Indonesia (Identifikasi Benar. Jakarta: Elex Media Kom-
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi putindo.
Penyelenggaraan Otonomi Daerah).
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Soendari, Tjutju. (2012). Metode Penelitian
Deskriptif.
Ladjin, Nurjanna. (2008). Tesis. Analisis Ke- Ulum, Ihyaul. 2009. Audit Sektor Publik Suatu
mandirian Fiskal di Era Otonomi Pengantar. Malang: Bumi Aksara.
Daerah (studi kasus di Provinsi
Sulawesi Tengah). Undang-Undang RI. (2009). Undang-Undang
Pemerintah Kota Makassar. Informasi Republik Indonesia Nomor 28
Laporan Penyelenggaraan Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
Pemerintahan Daerah (ILPPD) Ko- dan Retribusi Daerah.
ta Makassar Tahun 2009.
Undang-Undang RI. (2004). Undang-Undang
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Republik Indonesia Nomor 32
(2010). Peraturan Daerah Nomor Tahun 2004 tentang Pemerintah
10 tahun 2010 tentang Pajak Daerah.
Daerah.
Undang-Undang RI. 2004. Undang-Undang
Peraturan Pemerintah RI. (2000). Peraturan Republik Indonesia Nomor 33
Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Tentang Pengelolaan dan Keuangan antara Pusat dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
Daerah.

33
Analisis Kemampuan Keuangan Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah
Tahun 2007-2011 di Kota Makassar (Ermhita Savitry, Hasrat Arief Saleh, Indar Arifin)

Wulandari, Anita. 2001. Kemampuan


Keuangan Daerah. Jurnal
Kebijakan dan Adminislrasi

Yuliati. 2001. Analisis Kemampuan Keuangan


Daerah dalam menghadapai
Otonomi Daerah, Manajemen
Keuangan Daerah. Yogyakarta:
UPPYKPN.

34

Anda mungkin juga menyukai