Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia adalah penyelenggaraan upayakesehatan untuk mencapai
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk dalammewujudkan derajat kesehatan yang optimal
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Pembangunan kesehatan
bertujuanmeningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dengan perkataan lain, masyarakat
diharapkan mampu berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan dalam menjaga,
memelihara dan meningkatkankesehatannya sendiri serta berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatanmasyarakat(www.depkesRI.com.2010. Diakses tanggal 18 Mei 2013)Dalam 50 tahun
terakhir ini telah terjadi fenomena demografis yangditandai dengan bertambahnya usia harapan
hidup dengan jumlah penduduk usia lanjut dan persentasenya juga meningkat yang berdampak
pada semuaaspek kehidupan sosial, ekonomi, kesehatan, dan psikologi. Perjalanan penyakit pada
usia lanjut pun mempunyai ciri tersendiri, yaitu bersifat menahun, semakin berat dan sering
muncul. Penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker dan penyakit degeneratif lainnya
merupakan penyakit yang banyak ditemukan padaorang berusia lanjut, sebagai akibat proses
ketuaan yang dialaminya. Oleh karena itu kelompok usia lanjut memerlukan perhatian dan upaya
khusus di bidangkesehatan (Depkes RI, 2003 Diakses tanggal 18 Mei 2013).Salah satu penyakit
degeneratif adalah gangguan pada sistemmuskuloskeletal. Sistem muskuloskeletal merupakan
jaringan ikat yang terdiriatas tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, dan jaringan khusus.
Komponenutama yang menghubungkan struktur ini merupakan penunjang bentuk tubuh
danmengurus pergerakkan (Muttaqin, 2008).Penyebab kegagalan menangani tantangan ini akan
membuahkan lanjutusia tidak mandiri, sakit-sakitan, dan tidak dapat berpartisipasi aktif
dalamkehidupan sosial dan ekonomi, bahkan menjadi beban bagi sektor lain.(Nugroho, 2008).
Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, makaakan terjadi perubahan-perubahan
pada tubuh manusia. Perubahan-perubahantersebut terjadi sejak awal kehidupan hingga usia
lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Salah satu masalah kesehatan yang sering
ditemukan pada lansiaadalah penyakit rematik atau nyeri pada persendian. Lebih dari 355 juta
orang didunia ternyata menderita penyakit rematik. Menurut Organisasi KesehatanDunia (WHO)
melaporkan bahwa 20% penduduk dunia terserang penyakitreumatik. Dimana dari 20% tersebut
adalah pendrita rematik yang berusia 55tahun yang dimana usia tersebut masuk kedalam kategori
usia lanjut.(www.google.com http:www.kesehatanremati.com di akses tanggal Diakses tanggal
18 Mei 2013). Penyakit pada sendi ini adalah akibat degenerasi atau kerusakan pada permukaan
sendi tulang yang banyak ditemukan pada lanjut usia, terutama yanggemuk. Hampir 8% orang
yang berusia 50 tahun ke atas mempunyai keluhan pada sendinya, misalnya linu, pegal. Dan
kadang-kadang terasa seperti nyeri.Bagian yang terkena biasanya ialah persendian pada jari-jari,
tulang punggung,sendi penahan berat tubuh yaitu lutut dan panggul (Nugroho,
2008).Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi sesudah orangmelakukan pengindraan
terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasadan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dantelinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalammembentuk tindakan seseorang
(over behavior)
. (Notoatmodjo, 2003).Pengetahuan tentang penyakit rematik belum tersebar secara luas,
sehingga banyak mitos yang keliru beredar di tengah masyarakat yang justru
menghambat penanganan penyakit itu. Hal yang perlu jadi perhatian adalah angka
kejadian penyakit rematik ini yang relatif tinggi, yaitu 1-2 % dari total populasi diIndonesia
diperkirakan angka naik terus meningkat hingga tahun 2025 denganindikasi lebih dari 25 % akan
mengalami kelumpuhan.(Wiyono, 2010).Di negara kita belum tersedia data epidemiologis
penyakit reumatik yang berbasis populasi secara nasional. Namun demikian beberapa penelitian
telahdilakukan pada populasi setempat maupun
hospital based
di beberapa daerahseperti Bandung. Di klinik reumatik RS Hasan Sadikin dalam kurun waktu 2

tahun (2003-2005) terdapat 2100 kasus baru reumatik. (Wachjudi, 2006). DiSukabumi pun masih
banyak terjadi kasus penyakit yang menyerang lansia.Berikut data 10 penyakit terbanyak pada
lansia di kota Sukabumi.
Tabel 1.1Data 10 Penyakit Terbanyak Pada Lansia di Kota Sukabumi PeriodeBulan Januari-Desember 2012

Tabel 1.1Data 10 Penyakit Terbanyak Pada Lansia di Kota Sukabumi PeriodeBulan Januari-Desember 2012No. Nama
Penyakit Jumlah Persentase
1. Gastritis 218 22.8
2. ISPA 132 13.8
3. Hipertensi 112 11.7
4. Diare 102 10.7
5. Reumatik 101 10.6
6.Myalgia 858.88
7. DM 78 8.15
8. Ashma 62 6.48
9. Prutitus (Dermatitis) 38 3.97
10. Nyeri Persendian 29 3.03
Jumlah 957 100 % Sumber :
Data Dasar Program Lansia Kota Sukabumi tahun 2012

Pada tabel 1.1 diketahui penyakit rematik merupakan urutan ke 5 dari 10 besar penyakit pada
lansia di kota Sukabumi, yaitu sebanyak 101 kasus dengan persentase 10.6%.Di Kota Sukabumi
terdapat 15 Puskesmas yang dimana terdapatkunjungan lansia dengan penyakit rematik berikut
data kunjungan lansia dengan penyakit rematik.

Tabel 1.2Data Kunjungan Lansia Dengan Penyakit Reumatik Di Kota Sukabumi Periode Januari- Desember Tahun
2012No. Puskesmas JumlahPresentase(%)
1 Salabatu 176 5.89
2 Sukabumi 275 9.21
3Cipelang 296 9.91
4 Karang tengah 232 7.77
5 Benteng 237 7.93
6 Suka karya 258 8.64
7 Pabuaran 135 4.52
8 Tipar 149 4.99
9 Gedong panjang 175 5.86
10 Nangleng 129 4.32
11 Cibeureum 141 4.72
12 Limus nunggal 187 6.26
13 Baros 168 5.62
14 Cikundul 224 7.5
15 Lembursitu 205 6.86
Jumlah 2987 100 %Sumber :
Laporan LB1 SP3 Dinas Kesehatan Kota Sukabumi tahun 2012
BerdasarkanTabel 1.2

Data Kunjungan Lansia Dengan Penyakit Reumatik di

Puskesmas Cipelang menempati peringkat pertama dari 15 Puskesmas yangada di Kota


Sukabumi dengan jumlah kunjungan sebanyak 296 dengan persentasi9.91%. Puskesmas
Cipelang mempunyai dua wilayah kerja binaan yaitu kelurahan kelurahan Sriwidari. dan
Gunung Puyuh Berikut tabel 1.3 jumlahlansia di kelurahan sriwidari dan gunung puyuh.
Tabel 1.3Jumlah Lansia Di Posbindu Kelurahan Sriwidari dan Gunung PuyuhWilayah Kerja Puskesmas Cilpelang
Tahun 2012No Kelurahan 60-69

Tahun>70tahunJumlahPosbindu
1 Sriwidari 389 261 102 Gunung Puyuh 205 144 6Total 594 410 16Berdasarkan Tabel 1.3
menyatakan bahwa Puskesmas Cipelang ada duakelurahan binaan dimana kelurahan sriwidari
terdapat jumlah Lansia sebanyak 389 untuk yang berusia 60-69 tahun dan 261 lansia yang
berusia >70 tahun.Puskesmas Cipelang menyediakan pelayanan bagi lansia dengan program
sepertiPosbindu dan klinik lansia. Adapun jumlah lansia yang berada di wilayah kerjaPuskesmas
Cipelang ssberdasarkan laporan rekapitulasi tahunan
Posbindu
diklinik lansia tahun 2012 dapat di lihat pada tabel 1.4

Tabel 1.4

Data Kunjungan Lansia Pada Posbindu Di Wilayah Kerja PuskesmasCipelang

pada bulan Mei

Kota Sukabumi Tahun 2013

No Kelurahan Nama Posbindu RwUsia LansiaJumlahLansia (%)45-59 60-69 >70


1 SRIWIDARI Melati 1 (40-59) 20 (60-69) 7 (>70) 10 Jml: 3 % :7,8
2 SRIWIDARI ROS 2 14 13 7 34 7
3 SRIWIDARI TERATAI 4 10 8 20 28 6
4 SRIWIDARI DAHLIA 5 30 22 8 60 12
5 SRIWIDARI KENANGA 7 9 9 7 25 5
6 SRIWIDARI TANJUNG 8 9 10 18 37 8
7 SRIWIDARI CEMPAKA PUTIH 10 15 10 5 30 6
8 SRIWIDARI CEMPAKA KUNING 11 2 3 4 9 2
9 SRIWIDARI FLAMBOYAN 6/12 15 9 4 28 6
10 SRIWIDARI PWRI 3 8 19 13 40 8
11 GUNUNG PUYUH ASTER 2 11 15 8 34 7
12 GUNUNG PUYUH DAHLIA 3 15 5 5 25 5
13 GUNUNG PUYUH FLAMBOYAN 4 15 11 6 32 7
14 GUNUNG PUYUH MELATI 5 10 6 6 22 4
15 GUNUNG PUYUH CEMPAKA 12 9 15 8 32 7
16 GUNUNG PUYUH PANTI KASIH 6 0 8 11 19 4
JUMLAH 192 170 140 492 100
Sumber :laporan tahunan posbindu di wilayah kerja Puskesmas Cipelang
Pada tabel 1.3 Di ketahui jumlah kunjungan Lansia pada bulan meidi Posbindu Cempaka Putih
yang berada di RW 10 terdapat jumlah kunjunganlansia yaitu sebanyak 30 orang. Pengambilan
RW 10 sebagai tempat penelitiandikarenakan data pada saat pengajuan judul, latar belakang
diambil berdasarkandata yang ada yaitu pada tahun 2012, sehingga pada saat itu data tertinggi
adalahdi RW 10. Sedangkan data yang ditampilkan saat ini adalah data terbaru bulan

Mei 2013 dan bukanlah data jumlah lansia melainkan data kunjungan Lansia
ke posbindu.Reumatik merupakan penyakit yang menyerang sistem muskuloskeletalyang terdiri
dari sendi, tulang, otot, jaringan ikat atau ligamen (Brunner &Suddart. 2002), Agar Rematik
tidak berdampak lebih lanjut pada lansia,olehkarena itu para lansia harus lebih mengenal tentang
perawatan rematik sesegeramungkin. Maka dari itu peran perawat sebagai promotif, preventif,
kuratif, danrehabilitatif diharapkan dapat memberikan penyuluhan untuk
meningkatkan pengetahuan lansia.Hasil study pendahuluan yang di lakukan melalui wawancara
terhadap 10orang lansia yang dilakukan peneliti pada tanggal 20 April 2013 di RW 10kelurahan
sriwidari. Di ketahui dari 10 lansia yang di tanya mengenai reumatik 6 lansia tidak dapat
menjawab dengan benar,dan 4 orang lainnya dapat menjawabdengan benar.Berdasarkan uraian
diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelit
ian dengan judul “
Gambaran Pengetahuan Lansia Tentang PenyakitRematik Di RW 10 Kelurahan Sriwidari
, Kecamatan Gunung Puyuh WilayahKerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi.

B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis
mengidentifikasi masalah yaitu “Bagaimana
Pengetahuan Lansia Tentang Rematik di RW 10 Kelurahan Sriwidari Wilayah Kerja Puskesmas
CipelangKota Sukabumi
?”
C.Tujuan Penelitian
1.Tujuan UmumUntuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Lansia Tentang Rematik di RW10
Kelurahan Sriwidari Wilayah Kerja Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi.Adapun yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Mengetahui gambaran pengetahuan lansia tentang pengertian reumatik.
b.Mengetahui gambaran pengetahuan lansia tentang penyebab reumatik.
c.Mengetahui gambaran pengetahuan lansia tentang tanda dan gejalareumatik.
d.Mengetahui gambaran pengetahuan lansia tentang komplikasi reumatik.
e.Mengetahui gambaran pengetahuan lansia tentang penatalaksanaanreumatik.

D.Manfaat Penelitian
1. Bagi PenulisMenambah wawasan yang nyata dalam bidang penelitian dan
dapatmengaplikasikan konsep dan teori yang telah didapatkan. Serta memberikan pengetahuan
dan pengalaman baru dalam melakukan penelitian.
2.Bagi Institusi STIKES Kota Sukabumi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi proses penelitian selanjutnya
terutama yang berhubungan dengan rematik, sertadapat menambah referensi atau sumber
informasi.
3. Bagi Puskesmas Cipelang SukabumiHasil penelitian ini sebagai masukan dalam meningkatkan
pelayanankesehatan lansia khususnya dalam tindak kesehatan terhadap penyakitRematik di
Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi.

E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang
peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap
penting untuk masalah (Hidayat, 2009).Reumatik merupakan penyakit yang menyerang pada
persendian dantulang yang terjadi menahun karena rematik ini sering terjadi pada lansia
yangdimana sudah memulai proses penuaan . Reumatik biasanya terjadi pada usialanjut tapi
sekarang sudah banyak reumatik yang menyerang pada usia sekitar 50tahun, yang ditandai
dengan nyeri di daerah persendian, kemerahan, bengkak,serta kaku terlebih pada pagi hari saat
bangun tidur selama kurang lebih 1 jam.Rematik Dapat disebabkan oleh proses penuaan,
keletihan, terlalu sering danterlalu jarang digerakkan Perawatan reumatik sangatlah penting,
perawatan yang dilakukanmeliputi pola nutrisi, pola aktivitas, pola istirahat, dan cara
memeliharalingkungan. Pola nutrisi yaitu berupa diit atau makanan yang boleh di makanseperti nasi,
jagung, ikan, kentang, dan telur, dan yang tidak boleh seperti jeroan,kacang-kacangan, jengkol, daging
kambing, bebek, dan sarden. Pola aktivitasyang dianjurkan untuk lansia yang menderita reumatik seperti
lakukan pergerakan sendi, dan pola istirahat yang cukup dan teratur serta cara memeliharalingkungan
yang baik agar meminimalkan resiko cedera yang mungkin terjadiseperti lantai tidak licin, selalu
menggunakan alas kaki.Pengetahuan sangat penting dalam mengambil suatu keputusan karenaakan
mempengaruhi seseorang dalam tindakan yang dilakukan dalam menjagadan merawat kesehatannya.
Pengetahuan dipengaruhi beberapa faktor diantaranya usia, tempat tinggal atau lingkungan, pendidikan,
pekerjaan, sumber informasi dan pengalaman.Jika lansia mengetahui penanganan baik tentang Rematik
makadiharapkan lansia dapat menangani penyakit Rematik dan upaya pencegahannya.Adapun kerangka
pemikiran yang dapat dipaparkan pada bagan 1.1
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah Pembangunan kesehatan merupakan penyelenggaraan upaya kesehatan
olehbangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap
pendudukagar mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah
satuunsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Pembangunan
kesehatanberkembang dengan cepat dan menyentuh seluruh segi kehidupan sehingga
perludisusun tatanan upaya kesehatan. (Departemen Kesehatan RI, 2001). Upaya
kesehatan tersebut dilaksanakan dalam bentuk pelayanan dasar PusatKesehatan
Masyarakat (Puskesmas), peran serta masyarakat dan rujukankesehatan. Upaya
kesehatan melalui Puskesmas merupakan upaya menyeluruhdan terpadu yang
meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan.Departemen
Kesehatan telah merumuskan tatanan tersebut yang dilaksanakandalam bentuk Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu), yang diselenggarakan olehmasyarakat untuk
masyarakat secara rutin setiap bulannya (DepartemenKesehatan RI,2001). Pembinaan
kesehatan dimulai dari kehidupan keluarga, ibu hamil, anak-anakdan lansia yang
merupakan kelompok rawan dipandang dari segi kesehatan karena 1

 2. 2kepekaan dan kerentanan yang tinggi terhadap gangguan kesehatan dan


ancamankematian (Departemen Kesehatan RI, 2005 ). Lansia merupakan salah
satukelompok rawan dalam keluarga. Sehingga pemerintah mengupayakan
adanyapembinaan lansia. Pelaksanaan pembinaan lansia di Posbindu perlu
dilakukandengan manajemen yang baik dengan memperhatikan aspek
perencanaan,pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi. Pertambahan penduduk secara
bermakna akan disertai oleh berbagai masalahdan akan mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan lansia, baik terhadap individumaupun bagi keluarga dan masyarakat yang
meliputi fisik, biologis, mentalmaupun sosial ekonomi. Mengingat lansia merupakan
salah satu kelompok rawandalam keluarga, pembinaan Lansia sangat memerlukan
perhatian khusus sesuaikeberadaannya (Departemen Kesehatan RI,2005). Posbindu
merupakan suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadaplansia di tingkat desa
dalam masing-masing di wilayah kerja Puskesmas(Departemen Kesehatan RI,2005).
Keterpaduan dalam Posbindu berupaketerpaduan pada pelayanan yang dilatarbelakangi
oleh kriteria lansia yangmemiliki berbagai macam penyakit. Dasar pembentukan
Posbindu yaitu untukmeningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lansia.
(Departemen KesehatanRI ,2005). Sasaran posbindu meliputi beberapa kelompok di
mana ada sasaran langsungdan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung yaitu pralansia
45-59 tahun, lansia60-69 tahun, dan lansia resiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun.
Sedangkan
 3. 3sasaran yang tidak langsung adalah keluarga di mana lansia berada, masyarakat
dilingkungan lansia, organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan
kesehatanlansia, petugas kesehatan yang melayani kesehatan lansia dan masyarakat
luas(Departemen Kesehatan RI,2006). Menurut Anderson (dalam Becker, 1995) bahwa
“faktor-faktor yangmempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu faktor
predisposisi, faktorpendukung dan selanjutnya faktor motivasi”. Motivasi adalah salah
satu dari faktoryang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan lansia khususnya
untukberkunjung ke Posbindu. Motivasi merupakan kekuatan atau dorongan
yangmenggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. (Notoatmodjo, 2005,). Sedangkan
menurut Feldmen (2003, dalam Notoatmodjo,2005) dijelaskanbahwa motivasi
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor instrinsik dan ekstrinsik.Faktor instrinsik
meliputi pengetahuan, harapan, dorongan, dan imbalan. Faktorekstrinsik meliputi
lingkungan fisik dan non fisik. Pengetahuan merupakan salahsatu faktor instrinsik yang
mempengaruhi motivasi. Pengetahuan merupakan hasildari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatuobjek tertentu. (Notoatmodjo, 2003,).
Secara demografi berdasarkan data sensus penduduk tahun 2005, Indonesiamemasuki era
penduduk berstruktur tua di mana proporsi lansia mencapai 19,9juta jiwa atau (8,48%)
dan meningkat menjadi 24 juta jiwa atau (9,77%) dari totalpenduduk pada tahun 2010
(Biro Pusat Statistik, 2005). Provinsi Jawa Baratjumlah penduduk dalam kelompok umur
prelansia sampai dengan lansia (45 tahun
 4. 4ke atas) yaitu sebanyak 8 juta jiwa (5,02%). Di dalam Kota Cimahi sendiri
jumlahkelompok lansia 45 tahun ke atas sebanyak 105.672 jiwa atau 19.17%
(ProfilKesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009). Dinas Kesehatan Kota Cimahi
membentuk pembinaan Posbindu lansia padatahun 2009 dengan 9 Puskesmas. Salah
satunya yaitu Puskesmas Cimahi Selatandimana jumlah prelansia sampai dengan lansia
(45 tahun ke atas) yaitu sebanyak10.758 jiwa atau 13,42% (Laporan Tahunan Program
Posbindu, 2010). DiPuskesmas Cimahi Selatan sendiri didapatkan data kunjungan ke
Posbindukelompok prelansia sampai dengan lansia (45 tahun ke atas) yaitu sebanyak
1767jiwa dari jumlah lansia 10758 jiwa. Sehingga peran serta yang didapatkan
yaitusebesar 16,42%. Hal ini masih jauh dari target yang diharapkan oleh
Puskesmas.(Laporan Tahunan Program Posbindu, 2010). Salah satu kelurahan yang
berada di wilayah Puskesmas Cimahi Selatandengan jumlah lansia banyak dengan angka
kunjungan yang rendah yaituKelurahan Utama. Dilihat dari laporan kunjungan program
Posbindu pada bulanMaret 2011, dengan jumlah kunjungan lansia di Posbindu dalam satu
RW yaituRW 03 yaitu sebanyak 53 jiwa dari jumlah lansia 337 jiwa. Didapatkan
peranserta dari lansia yaitu sebanyak 15,7%. (Laporan Tahunan Program Posbindu,2010).
Hal ini membuktikan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan Posbindumasih sangat
jauh dari target yang diharapkan Berdasarkan hal tersebut peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitiantentang “Hubungan Pengetahuan Lansia Tentang Posbindu Dengan
Motivasi
 5. 5Lansia Berkunjung ke Posbindu di RW 03 Kelurahan Utama Kecamatan
CimahiSelatan”.1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitiantentang ”Bagaimanakah hubungan pengetahuan lansia tentang
Posbindu denganmotivasi lansia berkunjung ke Posbindu di RW 03 Kelurahan Utama
KecamatanCimahi Selatan?”1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui
hubungan pengetahuan lansia tentang Posbindu dengan motivasilansia berkunjung ke
Posbindu di RW 03 Kelurahan Utama Kecamatan CimahiSelatan.1.3.2 Tujuan Khususa=
Mengidentifikasi pengetahuan lansia mengenai Posbindub= Mengidentifikasi motivasi
lansia mengenai Posbinduc. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan lansia tentang
Posbindu dengan motivasi lansia berkunjung ke Posbindu1.4 Manfaat Penelitian
 6. 61.4.1 Manfaat Teoritisa. Manfaat Bagi Ilmu Keperawatan Diharapkan penelitian ini
dapat dijadikan sebagai masukan bagi profesikeperawatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien mengenaihubungan pengetahuan dengan tingkat motivasi lansia
terhadap pelayananPosbindu.b. Manfaat Bagi Peneliti Adapun manfaat teori bagi peneliti,
diharapkan penelitian ini dapat dijadikansebagai bahan pengetahuan dan menambah
wawasan peneliti tentang hubunganpengetahuan dengan motivasi lansia terhadap
pelayanan Posbindu. Danmenambah pengalaman dan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikanpendidikan ahli madya keperawatan.1.4.2 Manfaat Prakteka. Manfaat Bagi
Pendidikan Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan data dasar peneliti lain dan
sebagaireferensi bagi perpustakaan sebagai bahan bacaan.b. Manfaat bagi Puskesmas
Sebagai masukan bagi Puskesmas di dalam pembinaan Lansia melaluipemberdayaan
program Posbindu di RW 03 Kelurahan Utama Cimahi Selatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Konsep Dasar Lansiaa. Teori Lansia Lansia adalah suatu proses alami yang tidak dapat
dihindarkan. Umur manusiasebagai makhuk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal
sekitar 6 (enam)kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun, sama dengan 120 tahun.
Prosesmenjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu faseprogresif,
stabil dan regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih ke arahkemunduran yang dimulai dalam
sel, komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel-sel dominan halus karena lama berfungsi
sehingga mengakibatkankemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya pemulihan. Di
dalam strukturanatomik, proses manjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses
iniberlangsung secara alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan yang selanjutnyaakan
menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis pada jaringan tubuhdan akhirnya
akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan serta keseluruhan(Departemen Kesehatan
RI,2005) 7 2. 8 Orang yang mencapai tahap perjalanan hidup sampai mencapai lansia
dapatdikatakan sebagai orang yang beruntung, karena mereka telah mengenyam kehidupandalam
masa yang panjang. Di Indonesia pemerintah dan lembaga-lembaga pengelolalansia, memberi
patokan bahwa mereka yang disebut lansia adalah yang telahmencapai usia 60 tahun yang
dinyatakan dengan pemberian Kartu TandaPenduduk(KTP) seumur hidup. Penuaan yang terjadi
secara fisiologis dan patologis perlu hati-hati dalammengidentifikasi penuaan. Bila seseorang
mengalami penuaan fisiologis (fisiologicalaging), diharapkan mereka tua dalam keadaan sehat
(healthy aging). Penuaan itusesuai dengan kronologis usia (penuaan primer) dipengaruhi oleh
faktor endogen.Perubahan yang dimulai dari sel jaringan organ sistem tubuh. Penuaan
banyakdipengaruhi oleh faktor eksogen yaitu lingkungan, sosial budaya, dan gaya hidupdisebut
penuaan sekunder (Pudjiastuti,2000). Proses tua secara umum ditandai dengan adanya
kemunduran fungsi organ tubuh.Kemunduran yang seringkali dihadapi oleh lansia lebih dikenal
dengan istilah“Geriatric Giants 13 I” yang meliputi : immobility, instability,
intellectualimpairment, isolation, incontinence, impotence, immunodeficiency,
infection,inanition, impaction, latrogenic, insomnia and impairment. Adapun penurunan
fungsikognitif (perhatian, bahasa, ingatan, kemampuan, visual sparsial dan intelegensiumum)
dan psikomotor (hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak) padaLansia terkait
dengan pertambahan usia (Departemen Kesehatan RI, 2005)

 3. 9b. Karakteristik Proses Penuaaan Menurut H.P. Von Hahn (1975, dalam
Hardywinoto, 2007) “Proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang komplek
yaitu adanya perubahan dalam tubuh yang terprogram oleh jam biologis , terjadinya aksi
dari zat metabolik akibat mutasi spontan, radikal bebas dan adanya kesalahan di molekul
DNA, dan perubahan yang terjadi di dalam sel dapat mengganggu sistem pengaturan
pertumbuhan atau secara sekunder akibat pengaruh dari luar sel.”c. Teori Biologis
Tentang Penuaan Menurut Mary Ann Christ (1999 dalam Hardywinoto, 2007) perubahan
fisikyang terjadi pada proses penuaaan , disusun dalam teori biologis tentang
penuaanmerupakan proses yang secara berangsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatifdan mengakibatkan perubahan di dalam yang berakhir dengan kematian.
Penuaanjuga menyangkut struktur sel, akibat interaksi sel dengan lingkungannya yang
padaakhirnya menimbulkan perubahan degeneratif. Teori biologis tentang proses
penuaandapat dibagi menjadi teori instrinsik dan ekstrinsik. Di mana teori
instrinsikmenyatakan perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab di
dalamsel sendiri, sedangkan teori ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang
terjadidiakibatkan oleh perubahan lingkungan. Menjadi tua merupakan suatu proses
natural dan kadang-kadang tidak tampakmencolok. Penuaan akan terjadi pada semua
sistem tubuh manusia dan tidak semuasistem akan mengalami kemunduran pada waktu
yang sama. Meski proses menjaditua merupakan gambaran yang universal, tidak seorang
pun mengetahui penyebab
 4. 10penuaan atau mengapa manusia menjadi tua pada usia yang berbeda-beda.
Menurutahli gerontology, James Birren dalam (Hardywinoto,2007) bertambahnya
umurharapan hidup sessorang merupakan hasil dari perkembangan di bidang
kedokterandan teknologi modern yaitu dengan penemuan teknik pengobatan terhadap
penyakitganas, teknik dan alat-alat bedah/operasi modern dan alat diagnosis. Untuk
menghasilkan penduduk lansia yang sehat tidaklah mudah danmemerlukan kerja sama
para pihak antara para lansia itu sendiri, keluarga,masyarakat, pemerintah, organisasi dan
kelompok kesejahteraan lansia serta profesidi bidang kesehatan. Kerja sama ini
menyangkut penyediaan dana, sarana sertasumber daya manusia profesional. Tidak kalah
pentingnya adalah peran aktif darilansia dan keluarganya dalam melaksanakan gaya
hidup sehat serta perawatan dirilansia itu sendiri. Perlindungan kesehatan bagi Lansia
dilaksanakan oleh pihak pemerintah denganperan aktif dari swasta, institusi kesejahteraan
Lansia dan masyarakat, denganmempertahankan nilai budaya.d. Pengertian Lansia Lanjut
usia adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu prosesperubahan yang
bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade (Notoatmodjo, 2007,hlm.279). Batasan
usia lanjut didasarkan atas Undang-Undang No. 13 Tahun 1998
 5. 11adalah 60 tahun. Namun, berdasarkan pendapat beberapa ahli dalam
programkesehatan lanjut usia, Departemen Kesehatan membuat pengelompokkan yaitu :
1) Kelompok Pertengahan Umur Kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa
persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45-54
tahun). 2) Kelompok Usia Lanjut Dini Kelompok usia yang memasuki 55-64 tahun 3)
Kelompok Usia Lanjut Kelompok dalam usia 65 tahun ke atas 4) Kelompok Usia Lanjut
dengan Resiko Tinggi Kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia
lanjut hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat atau cacat.e. Masalah Dalam
Lanjut Usia Dengan meningkatnya usia harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini
membuatjumlah penduduk yang tergolong lanjut usia semakin meningkat. Hal
inimenimbulkan permasalahan tersendiri yang menyangkut aspek kesehatan
dankesejahteraan mereka. Menurut Depkes (2005, hlm.15). Aspek kesehatan pada
lansiaditandai dengan adanya perubahan faal akibat proses menua yang meliputi yaitu :
 6. 12 1) Gangguan penglihatan, yang biasanya disebabkan oleh degenerasi makular
senilis, katarak dan glaucoma. 2) Gangguan pendengaran, gangguan ini meliputi
presbikusis (gangguan pendengaran pada lansia) dan gangguan komunikasi 3) Perubahan
komposisi tubuh, dengan bertambahnya usia maka massa bebas lemak (terdiri dari otot)
berkurang 6,3% dari berat badan. 4) Saluran cerna, dengan bertambahnya usia maka
jumlah gigi berangsur-angsur berkurang karena tanggal atas indikasi tertentu.
Ketidaklengkapan saluran cerna yaitu gigi dapat mengurangi kenyamanan makan serta
membatasi jenis makanan yang dapat dimakan. 5) Hepar, hati mengalami penurunan
aliran darah sampai 35% pada usia 80 tahun ke atas. 6) Ginjal, pada lansia terjadi
penurunan jumlah nefron sebesar 5-7%per dekade mulai usia 25 tahun. 7) Sistem
musculoskeletal, dengan bertambahnya usia maka sendi dan sistem musculoskeletal
semakin banyak. Sebagai respoperatif maka dapat terjadi pembentukan tulang baru.2.1.2
Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Secara umum pelayanan kesehatan pada usia lanjut
dapat dibagi menjadi 2 yaitupelayanan kesehatan lansia berbasis rumah sakit (Hospital
Based Geriatric Service)
 7. 13dan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat (Community Based Geriatric
Service).(Notoatmodjo, 2007, hlm.285). Pada upaya pelayanan kesehatan lansia di
masyarakat berhubungan dandilaksanakan oleh masyarakat harus diupayakan berperan
serta dalam menanganikesehatan para lansia. Puskesmas berperan dalam membentuk
kelompok yang didalamnya dilaksanakannya pelayanan kesehatan dengan usaha
preventif, kuratif, ataurehabilitatif. Pelayanan kesehatan di kelompok lansia meliputi
pemeriksaan kesehatanfisik, mental, dan emosional.b. Posbindu 1) Pengertian Posbindu
adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap Lansiadi tingkat desa
dalam masing-masing di wilayah kerja Puskesmas ( DepartemenKesehatan RI ,2005).
Keterpaduan dalam Posbindu berupa keterpaduan padapelayanan yang dilatarbelakangi
oleh kriteria Lansia yang memiliki berbagai macampenyakit. Dasar pembentukan
Posbindu yaitu untuk meningkatkan kesejahteraanmasyarakat terutama lansia.
(Departemen Kesehatan RI ,2005). Posbindu juga merupakan wadah kegiatan berbasis
masyarakat untuk bersama-sama masyarakat menghimpun seluruh kekuatan dan
kemampuan masyarakat untukmelaksanakan, memberikan serta memperoleh informasi
dan pelayanan sesuaikebutuhan dalam upaya peningkatan status gizi masyarakat secara
umum.
 8. 14 Sasaran Posbindu dapat dibagi menjadi dua kelompok di mana kelompok
yangpertama adalah sasaran langsung meliputi kelompok virilitas/pra senilis adalah
usia45-59 tahun dan kelompok Lansia yaitu berusia 60-69 tahun dan kelompok
Lansiaresiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun. Adapun sasaran kelompok tidak
langsungadalah, keluarga yang mempunyai Lansia, masyarakat di lingkungan Lansia
berada,organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan Lansia,petugas kesehatan
usialanjut, dan masyarakat luas (Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut
BagiKesehatan, 2001). 2) Tujuan Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan danmutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang
bahagia dan berguna dalamkehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
eksistensinya dalam stratakemasyarakatan. Jadi dengan adanya Posbindu diharapkan
adanya kesadaran dari usialanjut untuk membina kesehatannya serta meningkatkan peran
serta masyarakattermasuk keluarganya dalam mengatasi kesehatan usia lanjut. Fungsi dan
tugas pokokPosbindu yaitu membina lansia supaya tetap bisa beraktivitas, namun sesuai
kondisiusianya agar tetap sehat, produktif dan mandiri selama mungkin serta
melakukanupaya rujukan bagi yang membutuhkan (Depkes, 2007).
 9. 15 3) Manfaat Posbindu Posbindu ini merupakan bentuk pendekatan pelayanan
proaktif bagi usia lanjutuntuk mendukung peningkatan kualitas hidup dan kemandirian
usia lanjut, yangmengutamakan aspek promotif dan preventif, di samping aspek kuratif
danrehabilitatif. Posbindu mempunyai manfaat sebagai berikut : a) Memberikan
semangat hidup kepada usia lanjut b) Memberikan kemudahan dalam pelayanan kepada
usia lanjut c) Memberikan keringanan biaya pelayanan kesehatan bagi usia lanjut dari
keluarga miskin atau tidak mampu d) Memberikan dukungan atau bimbingan pada usia
lanjut dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya agar tetap sehat dan mandiri 5)
Proses Pembentukan Pada prinsipnya pembentukan Posbindu didasarkan atas kebutuhan
masyarakatusia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam
pembentukanposbindu dimasyarakat sesuai dengan kondisi dan situasi masing-masing
daerah,misalnya mengembangkan kelompok-kelompok yang sudah ada seperti
kelompokpengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok arisan usia lanjut dan lain-
lain.Pembentukan Posbindu dapat pula menggunakan pendekatan
PembangunanKesehatan Masyarakat Desa (PKMD). .
 10. 16 6) Bentuk Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan di Posbindu meliputi
pemeriksaan kesehatan fisik danmental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia
Lanjut sebagai alat pencatat danpemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang
diderita (deteksi dini) atauancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat
perkembangannya dalamBuku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut
atau catatan kondisikesehatan yang lazim digunakan di Puskesmas. Jenis pelayanan
kesehatan yangdapat diberikan kepada usia lanjut dikelompok sebagai berikut: a)
Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) melipui kegiatan
dasar dalam kehidupan seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya. b) Pemeriksaan status mental.
Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman
2 menit. c) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT); d) Pengukuran tekanan
darah dengan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama 1 menit; e)
Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist atau Sahli; f) Pemeriksaan adanya gula
dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus);
 11. 17 g) Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal; h) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan; i) Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok
dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah
kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut; j) Kunjungan
rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok usia lanjut yang tidak datang,
dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (public health nursing) k)
Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan contoh menu makanan
dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta menggunakan bahan
makanan yang berasal dari daerah tersebut; l) Kegiatan olah raga seperti senam lansia,
gerak jalan santai dan lain sebagainya untuk meningkatkan kebugaran. 7) Komponen
Menurut Posbindu sebagai tempat sebagai pemberdayaan masyarakat, yang akanberjalan
dengan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa komponen pokok,yaitu : adanya
proses kepemimpinan, terjadinya proses pengorganisasian, adanyaanggota dan kader
serta tersedianya pendanaan.
 12. 18a) Kepemimpinan Posbindu merupakan kegiatan dari oleh dan untuk masyarakat.
Untuk pelaksanaanya memerlukan orang yang mampu mengurus dan memimpin
penyelenggaraan kegiatan tersebut sehingga kegiatan yang dilaksanakan mencapai hasil
yang optimal. Pemimpin Posbindu bisanya berasal dari anggota Posbindu itu sendiri.b)
Pengorganisasian Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat dari adanya
pembagian tugas, penunjukan kader, jadwal kegiatan yang teratur dan sebagainya.
Struktur organisasi Posbindu sedikitnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan
beberapa seksi dan kader.c) Anggota Kelompok Jumlah anggota kelompok Posbindu
berkisar antara 50-100 orang. Perlu diperhatikan juga jarak antara sasaran dengan lokasi
kegiatan dalam penentuan jumlah anggota, sehingga apabila terpaksa tidak tertutup
kemungkinan anggota Posbindu kurang dari 50 orang atau lebih dari 100 orang.d) Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota kelompok, volume dan
jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.
 13. 19 e) Pendanaan Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok Posbindu, berupa
iuran atau sumbangan anggota atau sumber lain seperti donatur atau sumber lain yang
tidak mengikat 8) Sarana dan Prasarana Untuk kelancaran pelaksanaan Posbindu,
dibutuhkan sarana dan prasaranapenunjang antara lain: a) Tempat kegiatan (gedung,
ruangan atau tempat terbuka) b) Meja dan kursi c) Alat tulis d) Buku pencatatan kegiatan
(buku register buntu) e) Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran
pengukur tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana
termometer. f) Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut 9) Mekanisme Pelaksanaan
Kegiatan Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia lanjut
dikelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan sistem
5tahapan/5 meja sebagai berikut: a. Tahap pertama : Pendaftaran, dilakukan sebelum
pelaksanaan pelayanan
 14. 20 b. Tahap kedua: Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila, serta
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan c. Tahap ketiga: Pengukuran
tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan status mental d. Tahap keempat:
Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana) e. Tahap Kelima:
Pemberian penyuluhan dan konseling 10) Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan
dalam upaya pembinaan Lansia melalui kegiatanpelayanan kesehatan di Posbindu
dilakukan dengan menggunakan data pencatatandan pelaporan, pengamatan khusus dan
penilitian, dengan menggunakan patokanyaitu : a) meningkatnya jumlah organisasi
masyarakat kelompok usia lanjut yang berperan serta secara aktif dalam pelayanan
kesehatan usia lanjut b) berkembangnya jenis pelayanan kesehatan usia lanjut di
masyarakat c) meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut yang
dilaksanakan oleh 50% puskesmas dan menjangkau 100% panti werda d) menurunnya
angka kesakitan akibat penyakit degeneratif, dengan jangkauan pelayanan yang
mencakup 40% usia lanjut.
 15. 212.1.3 Konsep Dasar Motivasia.Pengertian Motivasi dari bahasa latin yang berarti to
move mempunyai maksud kekuatan ataudorongan yang menggerakkan individu untuk
berperilaku tertentu. (Notoatmodjo,2005, hlm.120). Sedangkan menurut Sondang
(2004,hlm138) motivasi merupakankesediaan untuk menggerakkan usaha tingkat tinggi
untuk mencapai tujuan. Dapatdisimpulkan dari pengertian di atas bahwa motivasi
merupakan dorongan yangmenggerakkan individu dalam berperilaku, berusaha untuk
mencapai tujuan tertentu.b. Teori Motivasi Menurut Wood et all (1998, dalam
Notoatmodjo, 2005, hlm.126) dijelaskanbahwa terdapat dua teori motivasi yaitu motivasi
yang dikaji dengan mempelajarikebutuhan yang mendorong seseorang untuk bertingkah
laku tertentu dan motivasiyang mengkaji dengan mempelajari prosesnya yaitu berusaha
memahami prosesberpikir yang ada sehingga mendorong seseorang untuk berperilaku. 1)
Teori Kebutuhan Teori ini dikenal dengan teori kebutuhan Maslow. Keseluruhan teori
motivasiyang dikembangkan oleh Maslow yaitu bahwa kebutuhan manusia
dapatdiklasifikasikan pada lima hirarkhi kebutuhan diantaranya :
 16. 22 a) Kebutuhan fisiologis b) Kebutuhan akan keamanan c) Kebutuhan untuk dicintai
dan mencintai d) Kebutuhan untuk dihargai e) Aktualisasi diri 2) Teori X dan Y Menurut
Douglas McGregor (1975, dalam Sondang,2004) menyebutkan bahwamotivasi sangat
penting dalam berorganisasi. Teori ini diciptakan dalam konteksorganisasi kerja. Inti teori
McGregor terlihat pada klasifikasi yang dibuat tentangmanusia yaitu Teori “X” yang
pada dasarnya mengatakan bahwa manusia cenderungberperilaku negative dan Teori “Y”
yang pada dasarnya mengatakan bahwa manusiacenderung berperilaku positif Bila
dikaitkan dengan teori Maslow akan terlihat gejala bahwa manusia tergolongpada
kategori “X” akan lebih mementingkan pemuasaan kebutuhan “ tingkat rendahseperti
kebutuhan pokok dan kurang memberikan perhatian pada kebutuhan padaanak tangga
yang teratas yaitu aktualisasi diri. Sebaliknya yang terjadi pada manusiayang tergolong
pada kategori “Y” dalam arti bahwa pemuasan kebutuhan yangsifatnya psikologis dan
non material lebih diutamakan daripada pemuasaan kebutuhanyang bersifat kebendaan.
 17. 23 3) Teori “Tiga Kebutuhan” Teori ini dikemukakan oleh David McCland (dalam
Sondang, 2004), teori inimengatakan bahwa manusia mempunyai tiga jenis kebutuhan
yaitu : “ Need forAchievment” (yang sering dinayatakan dengan rumus nAch.), “Need for
Power”(nPo) dan “Need for Affiliation” (nAff.).c. Pengukuran Motivasi Motivasi tidak
dapat diobservasi secara langsung namun harus diukur.(Notoatmodjo,2005, hlm.135) Ada
beberapa cara untuk mengukur motivasi yaitudengan tes proyektif, kuesioner, dan
observasi perilaku. 1) Tes Proyektif Apa yang kita katakan merupakan cerminan dari apa
yang ada dalam diri kita. Dengan demikian untuk memahami apa yang dipikrkan orang,
maka kita berikan stimulus yang harus diintrepretasikan. Salah satu teknik proyektif yang
banyak dikenal adalah Thematic Apperception Test (TAT). Dalam tes ini diberikan
gambar dan diminta untuk membuat cerita dari gambar tersebut. 2) Kuesioner Salah satu
cara untuk mengukur motivasi melalui kuesioner adalah dengan meminta klien untuk
mengisikuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing motivasi
klien. Sebagai contoh adalah EPPS (Edward’s Personal Preference Schedule). Kuesioner
tersebut terdiri dari 210 nomer di mana
 18. 24 pada masing-masing nomor terdiri dari dua pertanyaan. Klien diminta untuk
memilih salah satu dari kedua pertanyaan tersebut yang lebih mencerminkan dirina. Dari
pengisian kuesioner tersebut kita dapat melihat dari ke-15 jenis kebutuhan yang ada
dalam tes tersebut, kebutuhan mana yang paling dominan dalam diri kita. 3) Observasi
Perilaku Cara lain untuk mengukur motivasi adalah dengan membuat situasi sehingga
klien dapat memunculkan perilaku yang mencerminkan motivasinya.2.1.4 Konsep Dasar
Pengetahuana. Pengertian Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukanpenginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo, 2003,
hlm.121).Pengetahuan merupakan hasil dari tahu melalui proses sensoris khususnya mata
dantelinga terhadap objek tertentu. (Sunaryo, 2004, hlm. 25). Jadi pengetahuan
adalahhasil dari apa yang kita tahu tentang suatu objek tertentu melalui proses
sensoris,khususnya mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untukterbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan, kesadarandan sikap yang positif, akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila
perilaku itu tidakdidasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung lama.
 19. 25 Dalam Notoatmodjo ( 2003, hlm.121 ) menyebutkan bahwa sebelum
seseorangmengadopsi perilaku baru akan terjadi suatu proses yang berurutan dalam diri
orangtersebut yaitu: 1) Awarenees ( kesadaran ); yaitu orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui stimulus ( objek ) terlebih dahulu. 2) Interest ( tertarik ); yaitu orang
mulai tertarik kepada stimulus. 3) Evaluation ( mempertimbangkan ); yakni baik atau
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap seseorang sudah lebih baik.
4) Trial ( mencoba ); yaitu orang tersebut telah berperilaku baru. 5) Adoption (
mengadaptasi ); yaitu orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.b. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan
seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yangberbeda-beda. Secara
garis besar menurut Notoatmodjo (2005,hlm. 50) pengetahuanyang tercakup dalam
domain kognitif terbagi menjadi 6 tingkatan yaitu : 1) Tahu (know) diartikan sebagai
mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Karena tahu ini hanya
mengingat kembali sesuatu yang spesifik maka tahu ini merupakan tingkat pengetahuan
paling rendah. 2) Memahami (comprehension) artinya kemampuan untuk menjelaskan
dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.
 20. 26 3) Aplikasi (aplication) yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum- hukum, rumus
dan metode dalam situasi nyata. 4) Analisis (analysis) artinya kemampuan untuk
menguraikan objek ke dalam bagian-bagian lebih kecil tetapi masih di dalam suatu
struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis) yaitu suatu
kemampuan untuk menghubungkan bagian- bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada. 6) Evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun
sendiri.2.1.5 Hubungan Pengetahuan dengan Motivasi Menurut Anderson (1974 dalam
Becker, 1995) bahwa “faktor-faktor yangmempengaruhi pemanfaatan pelayanan
kesehatan yang salah satunya adalahberkunjung ke Posbindu yaitu faktor predisposisi,
faktor pendukung dan selanjutnyafaktor motivasi”. Menurut model ini keputusan dalam
menggunakan pelayanankesehatan di pengaruhi oleh : 1. Faktor Predisposisi
(pendorong), seseorang dalam menggunakan pelayanankesehatan. Komponen ini
merupakan faktor yang menggambarkan karakteristik
 21. 27perorangan yang sudah ada sebelum seseorang memanfaatkan pelayanan
kesehatan.Komponen ini menjadi dasar atau motivasi seseorang untuk berperilaku
dalammemanfaatkan pelayanan kesehatan. Komponen ini meliputi yaitu jenis
kelamin,umur, pendidikan dan pekerjaan. a. Umur Dalam penelitian Anderson (1972),
disebutkan bahwa penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan menunjukkan
bahwa pelayanan kesehatan lebih banyak dimanfaatkan oleh orang yang berusia sangat
muda dan berusia tua. b. Pendidikan Anderson dan Andersen (1972) menyebutkan bahwa
seseorang yang mendapatkan pendidikan formal biasanya lebih banyak mengunjungi ahli
kesehatan. c. Pekerjaan Sebuah penelitian oleh Tuti Pradianto tentang Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Ketidakhadiran Ibu Balita Penggunaan Posyandu di Kecamatan Bogor
Barat, membuktikan bahwa ada faktor pekerjaan (status pekerjaan ) ibu yang
berhubungan signifikan dengan penggunaan Posyandu.
 22. 28 2. Faktor Enabling atau faktor pendukung kemampuan seseorang
untukmenggunakan pelayanan kesehatan. Faktor pendukung yaitu meliputi sumber
dayakeluarga dan sumber daya masyarakat. 3. Faktor Motivasi yaitu salah satu dari faktor
yang mempengaruhi pemanfaatanpelayanan kesehatan lansia khususnya untuk
berkunjung ke Posbindu. Motivasimerupakan kekuatan atau dorongan yang
menggerakkan kita untuk berperilakutertentu. (Notoatmodjo, 2005,). Sedangkan menurut
Feldmen (2003, dalam Notoatmodjo,2005) dijelaskan bahwamotivasi dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor instrinsik dan ekstrinsik. Faktorinstrinsik meliputi pengetahuan,
harapan, dorongan, dan imbalan. Faktor ekstrinsikmeliputi lingkungan fisik dan non fisik.
Pengetahuan merupakan salah satu faktorinstrinsik yang mempengaruhi motivasi.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, danini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.(Notoatmodjo, 2003,).
 23. 292.2 Kerangka Konsep BAGAN 1 KERANGKA KONSEPTeori Motivasi Teori
Anderson Faktor Karakteristik Eksternal : Predisposisi:- Lingkungan - Jenis kelamin
Fisik - Umur - Pendidikan- Lingkungan - Pekerjaan Non-Fisik Karakteristik Pendukung :
Pemanfaatan - Sumber daya keluarga Faktor Pelayanan - Sumber daya Internal :
Kesehatan masyarakat- Pengetahuan Karakteristik Motivasi- Harapan- Persepsi
Dorongan serta- Imbalan Kebutuhan yang- Dorongan dirasakan individu terhadap
pelayanan Posbindu Siagian, Sondang P. (2004)Keterangan : : variabel yang diteliti :
variabel yang tidak diteliti
 24. 302.3 Hipotesis Penelitian Menurut Notoatmodjo ( 2005, hlm. 72 ) hipotesis
penelitian adalah jawabansementara dari suatu penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah :2.3.1 Ho : Tidak ada hubungan antara Pengetahuan lansia tentang Posbindu
denganmotivasi pada Lansia berkunjung ke Posbindu di Wilayah RW 03 Kelurahan
UtamaKecamatan Cimahi Selatan.2.3.2 H1 : Ada hubungan antara Pengetahuan lansia
tentang Posbindu denganmotivasi pada Lansia berkunjung ke Posbindu di Wilayah RW
03 Kelurahan UtamaKecamatan Cimahi Selatan.

Anda mungkin juga menyukai