Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU

TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN FREKUENSI


KEJANG ANAK TODDLER DI RAWAT INAP
PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

oleh :

ERVINA TRI UNTARI


J210090130

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN
FREKUENSI KEJANG ANAK TODDLER DI RAWAT INAP PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO
(Ervina Tri Untari)
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN
FREKUENSI KEJANG ANAK TODDLER DI RAWAT INAP PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO
(Ervina Tri Untari)
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN
FREKUENSI KEJANG ANAK TODDLER DI RAWAT INAP PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO
(Ervina Tri Untari)
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN
FREKUENSI KEJANG ANAK TODDLER DI RAWAT INAP PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO
(Ervina Tri Untari)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG


KEJANG DEMAM DENGAN FREKUENSI KEJANG ANAK TODDLER
DI PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO

Ervina Tri Untari*


Irdawati, S. Kep., M. Si. Med**
Kartinah, S.Kep.**

Abstrak

Kejang demam adalah kejang yang terjadi karena proses ekstrakranium


tanpa adanya kecacatan neurologik dan dialami oleh anak-anak. Pengetahuan
yang baik tentang kejang demam pada ibu, akan bisa mengurangi resiko
berulangnya kejang anak. Kejang umumnya terjadi pada anak usia toddler. Tujuan
penelitian adalah mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kejang
demam dengan frekuensi kejang anak toddler di rawat inap Puskesmas Gatak
Sukoharjo. Jenis Penelitian kuantitatif bersifat deskriptif korelasi menggunakan
pendekatan cross sectional.Sampel penelitian adalah ibu yang mempunyai anak
toddler dengan kejang demam sebanyak 38 orang, teknik pengambilan sampel
menggunakan sampel jenuh.Instrumen penelitian berupa kuesioner yaitu
kuesioner pengetahuan dan kuesioner frekuensi.Analisa deskriptif dilakukan
dengan menggunakan distribusi frekuensi dan prosentase, sedangkan analitik
dilakukan menggunakan uji statistikchi-square. Hasil penelitian diketahui skor
pengetahuan 38 responden, 23 responden termasuk dalam kategori sedang
mengenai kejang demam dengan frekuensi jarang kejang (p<0,05). Kesimpulan
adalah Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang
kejang demam dengan frekuensi kejang anak toddler di rawat inap Puskesmas
Gatak Sukoharjo

Kata kunci: kejang demam, pengetahuan, frekuensi kejang demam, anak toddler

1
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN
FREKUENSI KEJANG ANAK TODDLER DI RAWAT INAP PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO
(Ervina Tri Untari)

RELATED LEVEL OF MOTHER’S KNOWLEDGE ABOUT FEBRILE


SEIZURE WITH FRECUENCY OF SEIZURE TODDLER SON IN GATAK
SUKOHARJO CLINIC

By: Ervina Tri Untari

Abstract

Febrile seizures are seizures that occur because of a process extracranium


without neurologic disability and experienced by children. Good knowledge of
febrile seizures in the mother, will reduce the risk of recurrence of seizures in
children. The purpose of this study was to determine the correlation between
mothers' knowledge of febrile seizures with seizure frequency in children toddler
Gatak Sukoharjo health center.Type of research is quantitative research that is
descriptive correlation with cross sectional approach.The samples were mothers
who had children with febrile seizures toddler as many as 38 people with the
sampling technique using saturated samples.Research instrument is a
questionnaire and a knowledge questionnaire frequency questionnaire. Descriptive
analysis using frequency and percentage distributions, while the analytical tests
performed using the chi-square statistic.Results reveal knowledge score of 38
respondents, 23 respondents included in the category with enough regarding
febrile seizures in seizure frequency in the rare category (p <0,05).Conclusions:
there is a significant relationship between the level of knowledge mother of febrile
seizures with seizure frequency toddler son in Gatak SukoharjoClinic.

Key words: Febrile seizure, knowledge, frecuency of febrile seizure, toddler child

2
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN
FREKUENSI KEJANG ANAK TODDLER DI RAWAT INAP PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO
(Ervina Tri Untari)

PENDAHULUAN Tujuan Penelitian


Diketahuinya hubungan antara tingkat
Latar Belakang pengetahuan ibu tentang kejang
Kejang demam merupakan demam dengan frekuensi kejang pada
kelainan neurologis yang paling sering anak toddler di rawat inap Puskesmas
terjadi pada anak, 1 dari 25 anak akan Gatak Sukoharjo.
mengalami satu kali kejang demam
(Harjaningrum, 2011). WHO LANDASAN TEORI
memperkirakan pada tahun 2005 Pengetahuan
terdapat lebih dari 21,65 juta penderita Pengetahuan adalah hasil dari
kejang demam dan lebih dari 216 ribu tahu setelah seseorang melakukan
diantaranya meninggal. Selain itu di pengindraan melalui pancaindra
Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan- (penglihatan, pendengaran, penciuman
13 tahun dengan riwayat kejang, yang rasa dan raba) terhadap suatu objek
mengalami kejang demam sekitar 77% tertentu (Notoatmojdo, 2007).
(WHO, 2005). Angka kejadian kejang
demam di Indonesia sendiri mencapai Pengetahuan tentang Kejang
2-4% tahun 2008 dengan 80% Demam
disebabkan oleh infeksi saluran Pengetahuan ibu tentang kejang
pernafasan. Angka kejadian di wilayah demam adalah suatu pemahaman yang
Jawa Tengah sekitar2-5% pada anak dimiliki oleh seorang ibu tentang
usia 6 bulan-5 tahun disetiap tahunnya. demam antara 38,90C-40,00C yang
25-50% kejang demam akan dapat menyebabkan terjadinya kejang
mengalami bangkitan kejang demam (Sodikin, 2012 & Notoatmojdo, 2007).
berulang (Gunawan, 2008).
Dari hasil studi pendahuluan Kejang Demam
yang dilakukan peneliti didapatkan Kejang demam adalah kejang yang
data angka kejadian kejang demam terjadi karena adanya suatu proses
yang terdapat pada rekam medik ekstrakranium tanpa adanya kecacatan
sepanjang tahun 2011-2012 di neurologik dan biasanya dialami oleh
Puskesmas Gatak Sukoharjo sebanyak anak-anak. Hal ini dikarenakan
38 anak dari usia 1-3 tahun dan kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
merupakan angka kejadian kejang melebihi 380C) (Sodikin, 2012).
demam tertinggi di seluruh Puskesmas
di Kabupaten Sukoharjo.Bahkan Faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam kurun waktu kurang dari 6 pengetahuan tentang kejang demam
bulan terdapat beberapa anak yang a. Pengalaman
kembali dirawat dengan kasus yang Ibu yang anaknya sudah
sama. Hasil wawancara oleh beberapa pernah kejang sebelumnya,
ibu, mereka mengatakan datang biasanya akan lebih waspada dan
dengan keadaan cemas dan panik mengantisipasi apabila anak
terhadap kondisi anak. Mereka tidak demam untuk mencegah
tahu tentang apa yang terjadi pada terjadinya kejang lagi.
anak mereka dan tidak mampu b. Tingkat Pendidikan
memberikan pertolongan terhadap Secara umum, orang yang
anak mereka. berpendidikan lebih tinggi akan

3
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN
FREKUENSI KEJANG ANAK TODDLER DI RAWAT INAP PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO
(Ervina Tri Untari)

memiliki pengetahuan yang lebih (dalam waktu yang bersamaan)


luas dari pada orang yang (Notoatmodjo, 2005).
berpendidikan lebih rendah. Populasi dalam penelitian ini
c. Fasilitas adalah seluruh ibu yang anaknya
Fasilitas sebagai sumber pernah mengalami kejang demam
informasi yang dapat berusia 1-3 tahun (toddler) di
mempengaruhi pengetahuan Puskesmas Gatak yang berjumlah 38
seseorang. Fasilitas tersebut bisa orang.
berasal dari majalah, televisi, Teknik pengambilan sampel
radio, koran, buku, gadget dan dalam penelitian ini menggunakan
lain-lain. Sehingga mempermudah total sampling, yaitu semua anggota
orang tua untuk mendapatkan populasi dijadikan sampel penelitian.
informasi tentang kejang demam. Karena populasi kurang dari 100
d. Penghasilan sebaiknya diambil semua sebagai
Penghasilan tidak terlalu sampel (Sugiyono, 2012). Jadi,
berpengaruh terhadap jumlah sampel sesuai dengan populasi
pengetahuan seseorang. Namun, yaitu 38 orang.
jika seseorang berpenghasilan
besar, maka dia mampu Metode Pengumpulan DataBahan
menyediakan fasilitas yang lebih dan alat
baik untuk mencari dan Metode pengumpulan data
mendapatkan informasi tentang penelitian yang digunakan adalah
kejang demam. kuesioner yaitu kuesioner tentang
e. Pekerjaan pengetahuan ibu tentang kejang
Pekerjaan dalam arti luas demam dengan frekuensi kejang anak
adalah aktivitas utama yang toddler.
dilakukan oleh manusia. Dalam
arti sempit, istilah pekerjaan Jenis dan sumber data
digunakan untuk suatu tugas atau a. Jenis data
kerja yang menghasilkan uang 1) Data primer : yaitu data yang
bagi seseorang. diperoleh peneliti melalui
pengamatan dan wawancara
JENIS DAN RANCANGAN langsung dengan responden
PENELITIAN yang meliputi pengamatan hasil
Jenis penelitian kuantitatif, pengisisan kuesioner oleh
bersifat deskriptif korelasi dengan responden, wawancara yang
tujuan mengetahui hubungan antara meliputi data nama, umur,
pengetahuan ibu tentang kejang tempat tinggal dan alamat
demam dengan frekuensi responden / sampel.
kejang.Menggunakan desain atau 2) Data sekunder: yaitu data yang
rancangan penelitian cross-sectional, diperoleh peneliti tidak secara
yaitu penelitian dengan variabel sebab langsung, mengenai data
atau risiko dan akibat atau kasus yang demografi yang diperoleh dari
terjadi pada objek penelitian diukur kantor desa, puskesmas atau
atau dikumpulkan secara simultan kecamatan.
3)

4
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN
FREKUENSI KEJANG ANAK TODDLER DI RAWAT INAP PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO
(Ervina Tri Untari)

b. Sumber data jumlah sampel (N=15) dan tingkat


Sumber data berasal dari hasil signifikansi 5% = 0,514 sehingga 23
pengisian kuesioner pengetahuan item pertanyaan kuesioner tersebut
ibu tentang kejang demam dan dinyatakan valid.
frekuensi kejang anak. Hasil uji reliabilitas kuesioner
kelompok pendukungpengetahuan
Validitas dan Reliabilitas diperoleh koefisiensi alpha sebesar
Uji coba instrumen penelitian 0,927lebih besar dari 0,6. Jadi dapat
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas dinyatakan bahwa seluruh pertanyaan
Kartasura pada 15 responden yaitu dalam kuesioner pengetahuan adalah
pada ibu yang mempunyai anak pernah reliabel dan dapat dilakukan
mengalami kejang demam dengan pengolahan selanjutnya.
anak toddler. Dengan hasil uji validitas
kuesioner pengetahuan dari 25 item Teknik Analisa Data
pertanyaan diperoleh 23 item Analisis data menggunakan ujiChi-
pertanyaan yang memiliki nilai r Square.
hitung lebih besar dari r table dengan

PENELITIAN
Karakteristik responden
1. Umur Responden
Distribusi Umur Ibu Yang Anaknya Pernah Mengalami Kejang Demam
No Umur Jumlah Persentase
1. < 25 Tahun 3 7,9%
2. 25-35 Tahun 22 57,9%
3. > 35 Tahun 13 34,2%
Jumlah 38 100%
Hasil umur responden tertinggi yaitu tahun. Sehingga dapat diketahui bahwa
22 responden atau 57,9% berumur ibu yang menjadi responden penelitian
antara 25-35 tahun dan umur didominasi dengan umur antara 25-35
responden terendah yaitu 3 responden tahun.
atau 7,9% berumur kurang dari 25

2. Pendidikan Responden
Distribusi Pendidikan Ibu yang Anaknya Pernah Mengalami Kejang Demam
No Pendidikan Jumlah Persentase
1. SD 4 10,5%
2. SMP 11 28,9%
3. SMU/SMK 19 50,0%
4. D3 2 5,3%
5. Sarjana 2 5,3%
Jumlah 38 100%
Distribusi responden diketahui pendidikan terakhir Diploma (D3) dan
bahwa pendidikan ibu tertinggi yaitu 2 responden (5,3%) mempunyai
19 responden atau 50% berpendidikan pendidikan terakhir Sarjana (S1).
terakhir SMA/SMK dan yang terendah Sehingga dapat diketahui sebagian
yaitu 2 responden (5,3%) mempunyai besar ibu yang menjadi responden

5
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN
FREKUENSI KEJANG ANAK TODDLER DI RAWAT INAP PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO
(Ervina Tri Untari)

mempunyai pendidikan terakhir


SMA/SMK

3. Pekerjaan Responden
Distribusi responden menurut pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Persentase
1. Karyawan 18 47,4%
2. IRT 11 28,9%
3. Buruh 6 15,8%
4. Pedagang 2 5,3%
5. PNS 1 2,6%
Jumlah 38 100%

Distribusi pekerjaan diketahui yaitu 1 responden atau 2,6% bekerja


bahwa pekerjaan responden tertinggi sebagai PNS. Sehingga dapat diketahui
yaitu 18 responden atau 47,4% bekerja bahwa ibu yang menjadi responden
sebagai karyawan dan yang terendah mayoritas bekerja sebagai karyawan.

4. Jenis Kelamin

DistribusiJenis Kelamin Anak yang Pernah Mengalami Kejang Demam

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase


1. Perempuan 17 55,3%
2. Laki-laki 21 44,7%
Jumlah 38 100%
Distribusi jenis kelamin anak yaitu 22 responden atau 57,9%
diketahui bahwa 17 responden atau berumur antara 25-35 tahun dan umur
44,7% berjenis kelamin perempuan responden terendah yaitu 3 responden
dan 21 responden atau 55,3% atau 7,9% berumur kurang dari 25
mempunyai jenis kelamin laki-laki. tahun. Sehingga dapat diketahui bahwa
Sehingga dapat diketahui bahwa anak ibu yang menjadi responden penelitian
yang pernah mengalami kejang didominasi dengan umur antara 25-35
demam mayoritas adalah laki- tahun.
laki.Hasil umur responden tertinggi

5. Umur Anak

Distribusi Umur Anak yang Pernah Mengalami Kejang Demam

No Umur Jumlah Persentase


1. 12-24 Bulan 22 57,9%
2. 25-36 Bulan 16 42,1%
Jumlah 38 100%

6
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN
FREKUENSI KEJANG ANAK TODDLER DI RAWAT INAP PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO
(Ervina Tri Untari)

umur anak diketahui bahwa 22


anak atau 57,9% anak berumur antara Hasil penelitian pengetahuan diperoleh
12-24 bulan dan 16 anak atau 42,1% setelah responden mengisi kuesioner
berumur antara 25-36 bulan. Sehingga pertanyaan sebanyak 20 soal. Hasil
dapat diketahui bahwa umur anak jawaban responden kemudian
tertinggi antara 12-24 bulan. dikelompokan kedalam 3 kategori
yaitu Baik:≥ 75%, cukup:56-74%,
ANALISA DATA kurang: <55%.
1. Analisa Univariat Hasil penelitian kelompok
Pengetahuan pendukung ditampilkan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan
No Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase
1. Kurang 6 15,8%
2. Cukup 25 65,8%
3. Baik 7 18,4%
Jumlah 38 100%

Berdasarkan distribusi tingkat kategori sedang tentang kejang


pengetahuan ibu tentang Kejang demam.
Demam diketahui bahwa 15,8%
mempunyai tingkat pengetahuan yang Frekuensi Kejang
termasuk kategori rendah; 65,8% Hasil penelitian frekuensi diperoleh
mempunyai tingkat pengetahuan yang setelah responden mengisi kuesioner
termasuk kategori sedang dan 18,4% pertanyaan sebanyak 5 soal. Hasil
mempunyai tingkat pengetahuan yang dikategorikan menjadi 2 yaitu Jarang:
termasuk kategori tinggi. Sehingga ≤mean dan Sering: > mean.
mayoritas responden mempunyai
tingkat pengetahuan yang termasuk

Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan frekuensi kejang


No Frekuensi Kejang Jumlah Persentase
1. Jarang 25 65,8%
2. Sering 13 34,2%
Jumlah 38 100%

Berdasarkan distribusi frekuensi kategori sering. Sehingga dapat


kejang yang terjadi pada anak diketahui bahwa frekuensi kejang anak
diketahui bahwa 65,8% termasuk sebagian besar termasuk kategori
kategori jarang dan 34,2% dalam jarang.

2. Analisis Bivariat toddler di Puskesmas Gatak


Analisis bivariat bertujuan untuk Sukoharjo. Untuk mengetahui analisis
mengetahui hubungan tingkat tersebut dilakukan dengan uji statistik
pengetahuan ibu tentang kejang Chi-Square dengan SPSS For
demam dengan frekuensi kejang anak Windows 15.0. Selengkapnya hasil

7
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN
FREKUENSI KEJANG ANAK TODDLER DI RAWAT INAP PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO
(Ervina Tri Untari)

analisis bivariat hubungan adalah kejang anak toddler di Puskesmas


tingkat pengetahuan ibu tentang Gatak Sukoharjo sebagai berikut:
kejang demam dengan frekuensi

Tabel 7.Tabel silang tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam dengan frekuensi
kejang anak toddler

Tingkat Frekuensi Kejang Jumlah


Pengetahuan
Jarang Sering
Kurang 1 (2,6%) 5 (13,2%) 6 (15,8%)
Cukup 19(50,0%) 6 (15,8%) 25 (66,0%)
Baik 5 (13,2%) 2 (5,3%) 7 (18,4%)
25 (65,8%) 8 (34,2%) 38 (100,0%)
2hitung= 7,690 Ho ditolak
p-value= 0,021
Hasil uji Chi Square hubungan hubungan antara tingkat pengetahuan
antara hubungan antara tingkat ibu tentang kejang demam dengan
pengetahuan ibu tentang kejang frekuensi kejadian kejang pada anak
demam dengan frekuensi kejadian toddler di rawat inap Puskesmas Gatak
kejang anak toddler di Puskesmas Sukoharjo.
Gatak Sukoharjo diketahui bahwa
untuk ibu (responden) dengan tingkat Pembahasan
pengetahuan kurang sebanyak 1 anak Pada penelitian ini didapatkan
(2,6%) yang termasuk jarang hasil dari 38 responden (100%),
mengalami kejang, sedangkan yang tingkat pengetahuan ibu tentang
sering mengalami kejang sebanyak 5 kejang demam yaitu 6 responden
anak (13,2%) juga. Ibu dengan tingkat (15,6%) berpengetahuan rendah, 25
pengetahuan cukup sebanyak 19 anak responden (66,0%) berpengetahuan
(50,0%) yang termasuk jarang sedang, dan 7 responden (18,4%)
mengalami kejang dan 6 anak (15,8%) berpengetahuan tinggi. Sehingga dari
yang sering mengalami kejang. hasil tersebut dapat disimpulkan
Sedangkan untuk ibu dengan bahwa mayoritas responden
pengetahuan baik sebanyak 5 anak berpengetahuan sedang tentang kejang
(13,2%) yang masuk dalam kategori demam.
jarang dan 2 anak (5,3%) dalam Data ini dipengaruhi oleh
kategori sering. Hasil tersebut tingkat pendidikan responden yang
menunjukkan adanya kecenderungan mana responden tertinggi ternyata
bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang mempunyai pendidikan terakhir
kejang mempunyai keterkaitan dengan SMU/SMK yaitu 50,0% atau 19
frekuensi kejang anak toddler. responden. Sedangkan yang
Berdasarkan hasil uji Chi Square berpendidikan D3 hanya 2 orang atau
diperoleh nilai 2hitung = 7,690 dengan 5,3% responden dan S1 juga 2
p= 0,021. Oleh karena hasil responden atau 5,3%. Tentu akan
perhitungan menunjukkan bahwa p < berbeda hasilnya apabila mayoritas
0,05 maka H0 ditolak, artinya terdapat

8
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN
FREKUENSI KEJANG ANAK TODDLER DI RAWAT INAP PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO
(Ervina Tri Untari)

responden berpendidikan terakhir D3 mengalami kejang sebanyak 25 anak


atau S1. atau 65,8% dan 13 anak (34,2%) yang
Pengetahuanmenurut sering mengalami kejang. Frekuensi
Notoatmodjo (2007), merupakan hasil jarang yang dimaksud adalah
dari penginderaan manusia atau hasil berulangnya kejang yang dialami anak
tahu seseorang terhadap objek melalui berdasarkan nilai mean (rata-rata)
indera yang dimilikinya (pendengaran, yang mana apabila nilai mean diatas
penglihatan, penciuman, perasa dan rata-rata dikategorikan sering,
peraba).Salah satu faktor yang sedangkan untuk nilai mean sama atau
mempengaruhi pengetahuan adalah dibawah rata-rata dikategorikan
pendidikan.Pendidikan itu sendiri jarang.
menentukan seseorang dalam Dari 38 responden penelitian,
menyerap dan memahami berbagai terdapat 7 responden (18,4%) yang
informasi yang diterima dari luar. Pada termasuk dalam kategori tingkat
umumnya semakin tinggi pendidikan pengetahuan baik dengan 5 anak yang
seseorang maka akan semakin baik termasuk dalam kategori jarang
pula pengetahuannya. Hal ini apabila mengalami kekambuhan. Hal ini
dikaitkan dengan kejang demam, maka beralasan karena tingkat pengetahuan
semakin tinggi tingkat pendidikan yang baik tentang kejang demam tentu
responden akan semakin baik pula ibu akan memiliki kemampuan atau
pengetahuannya tentang kejang pengetahuan untuk melakukan
demam. Namun, karena mayoritas antisipasi, pencegahan terhadap kejang
berpendidikan terakhir SMU/SMK demam, sehingga dapat mengurangi
sehingga pengetahuan tentang kejang jumlah frekuensi kejang pada anak.
demam termasuk kategori sedang. Selain itu responden juga telah
Selain itu juga dipengaruhi menyelesaikan pendidikan minimal
oleh umur responden yang didominasi SMP.Seperti yang dianjurkan oleh
antara 25-35 tahun yaitu sebanyak 22 pemerintah tentang wajib belajar 9
responden atau 57,9%. Dimana umur tahun. Sesuai dengan bunyi pasal 6
tersebut termasuk umur yang paling ayat 1 Undang-Undang Dasar
banyak memiliki anak usia toddler. Republik Indonesia nomer 20 Tahun
Umur juga berpengaruh terhadap 2003 :
pengetahuan seseorang dikarenakan Setiap warga negara yang berusia
semakin tua umur seseorang maka tujuh sampai dengan lima belas
proses-proses perkembangan tahun wajib mengikuti pendidikan
mentalnya bertambah baik dan matang dasar.
untuk memperoleh dan menyerap
berbagai informasi dari luar (Desmita, Pendidikan yang cukup pada
2010).Responden juga memiliki seseorang akan memudahkan untuk
fasilitas yang cukup seperti televisi, mencari dan menerima informasi dari
radio, internet yang juga mendukung luar, khususnya yang berkaitan dengan
pengetahuan mereka tentang kejang kejang demam sehingga ibu bisa
demam. segera melakukan tindakan saat anak
Hasil tentang frekuensi kejang demam supaya tidak terjadi kejang dan
didapatkan data dari 38 responden bisa melakukan pencegahan supaya
(100,0%), yang anaknya jarang kejang tidak terulang kembali. Tetapi

9
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN
FREKUENSI KEJANG ANAK TODDLER DI RAWAT INAP PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO
(Ervina Tri Untari)

terdapat 2 anak yang ternyata sering dengan tingkat pengetahuan kurang


mengalami kejang pada ibu dengan terdapat 1 anak yang termasuk dalam
pengetahuan baik.Hal ini dikarenakan frekuensi jarang mengalami
kedua responden ternyata bekerja dan kejang.Hal ini dikarenakan responden
tidak bisa meninggalkan merupakan ibu rumah tangga sehingga
pekerjaannya.Setelah ditinjau lebih memiliki waktu lebih banyak dirumah
lanjut dengan wawancara, ternyata untuk menjaga dan memperhatikan
anak lebih sering diasuh oleh kondisi anak.Meskipun tergolong
neneknya saat ibu berada diluar dalam pengetahuan kurangtentang
rumah.Menurut Riandita (2012) kejang demam tetapi ibu ini segera
pekerjaan merupakan salah satu faktor tanggap apabila anaknya demam
internal yang mempengaruhi seperti langsung memberi obat
pengetahuan seseorang. Bekerja bagi penurun panas.
ibu-ibu akan mempunyai pengaruh Selain itu terdapat 5 anak yang
terhadap kehidupan. Responden yang termasuk kategori sering mengalami
berprofesi sebagai ibu rumah tangga kejang.Kurangnya informasi yang
memiliki banyak waktu luang untuk diterima oleh responden menjadi
menghabiskan waktu dirumah bersama penyebab kurangnya pengetahuan
anak-anaknya.Sedangkan untuk ibu tentang kejang demam.Salah satu
yang bekerja hanya mempunyai sedikit faktor yang mempengaruhi
waktu untuk berada dirumah dan pengetahuan seseorang adalah
berinteraksi dengan anaknya. informasi. Jika seseorang
Selain itu, berulangnya kejang mendapatkan pengetahuan yang baik
demam tidak hanya disebabkan dari dari berbagai media seperti radio,
tingkat pengetahuannya saja, tetapi televisi, internet, atau surat kabar,
juga terdapat faktor umur anak yang maka hal tersebut dapat meningkatkan
kurang dari 2 tahun.Dimana pengetahuan seseorang (Notoatmodjo,
mekanisme pengaturan suhu tubuh 2010). Sehingga apabila dihubungkan
belum sempurna sehingga mudah dengan kejang demam semakin
terjadi kejang (Thomson, 2003). Hal banyak informasi yang didapat maka
ini dibuktikan dengan umur anak yang akan semakin baik pula pengetahuan
terjadi kejang yaitu 22 anak atau responden tentang kejang demam.
57,9% berumur antara 12-24 tahun Begitu sebaliknya, apabila informasi
yang sangat rawan terjadinya yang diterima oleh responden kurang
bangkitan kejang demam. maka pengetahuan tentang kejang
Hal ini juga didukung oleh demam juga kurang.
penelitian yang pernah dilakukan Umur kelima responden yang
sebelumnya oleh Fuadi (2009) dengan ternyata juga lebih dari 30 tahun juga
judul “Faktor Resiko Bangkitan ikut menjadi penyebab kurangnya
Kejang Demam Pada Anak”yang pengetahuan tentang kejang demam
menyimpulkan bahwa faktor risiko karena sudah sering lupa untuk
terjadinya bangkitan kejang selain dari mengingat sesuatu.Desmita (2010)
faktor demam itu sendiri juga usia juga mengemukakan bahwa daya ingat
yang kurang dari 2 tahun. seseorang itu salah satunya
Dari hasil analisa juga dipengaruhi oleh umur.Sehingga dapat
didapatkan data bahwa responden disimpulkan bahwa bertambahnya

10
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN
FREKUENSI KEJANG ANAK TODDLER DI RAWAT INAP PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO
(Ervina Tri Untari)

umur seseorang dapat berpengaruh 2. Tidak adanya data dari rekam


terhadap pengetahuan yang medik di Puskesmas Gatak
diperolehnya. Akan tetapi menjelang mengenai frekuensi kejang yang
usia lanjut kemampuan mengingat atau terjadi pada anak, sehingga
menerima suatu pengetahuan akan penelitian ini hanya mengandalkan
berkurang. Selain itu, pada akhir usia ingatan ibu saja.
30-an dan awal 40-an, daya ingat 3. Terbatasnya sampel pada penelitian
seseorang mulai melemah dan sulit ini, sehingga menyebabkan hasil
untuk belajar dan mengingat informasi penelitian kurang mewakili dari
tertentu. keseluruhan populasi.
Berdasarkan hasil uji Chi
Square hubungan antara tingkat Simpulan
pengetahuan ibu tentang kejang Berdasarkan hasil penelitian
demam dengan frekuensi kejadian tentang hubungan antara tingkat
kejang pada anak toddler di rawat inap pengetahuan ibu tentang kejang
Puskesmas Gatak Sukoharjodiperoleh demam dengan frekuensi kejadian
nilai 2hitung = 7,690 dengan p= 0,021. kejang pada anak toddler di Puskesmas
Oleh karena hasil perhitungan Gatak Sukoharjo dapat ditarik
menunjukkan bahwa p < 0,05 maka H0 simpulan sebagai berikut:
ditolak, artinya terdapat hubungan 1. Ibu yang anaknya pernah
antara tingkat pengetahuan ibu tentang mengalami kejang demam berusia
kejang demam dengan frekuensi 1-3 tahun di Puskesmas Gatak
kejadian kejang pada anak toddler di mayoritas mempunyai tingkat
Puskesmas Gatak Sukoharjo. pengetahuan tentang kejang
Hasil penelitian tersebut demam yang termasuk kategori
menunjukkan bahwa frekuensi kejang sedang.
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan 2. Frekuensi kejang anak yang
yang dimiliki seseorang.Hal ini apabila pernah mengalami kejang demam
dikaitkan dengan kejang demam maka berusia 1 - 3 tahun di Puskesmas
semakin tinggi tingkat pengetahuan Gatak sebagian besar termasuk
seseorang tentang kejang demam maka kategori jarang.
semakin rendah frekuensi kejang yang 3. Terdapat hubungan antara tingkat
terjadi pada anak. pengetahuan ibu tentang kejang
Keterbatasan penelitian demam dengan frekuensi kejadian
1. Pada penelitian ini, peneliti hanya kejang pada anak toddler di
meneliti pengetahuan responden Puskesmas Gatak Sukoharjo.
tentang kejang demam terhadap Saran
frekuensi kejang, sedangkan faktor Berdasarkan hasil penelitian,
lain yang berhubungan dengan maka peneliti dapat memberikan saran
frekuensi tidak dianalisa. Sehingga bagi :
tidak diketahui faktor lain yang a. Mahasiswa, diharapkan bisa
berkontribusi terhadap frekuensi menjadi referensi tambahan untuk
kejang anak. Seperti sikap dan penelitian selanjutnya.
perilaku ibu dalam memberikan b. Institusi Pendidikan, untuk
penanganan ketika anak kejang. menambah literature buku-buku

11
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN
FREKUENSI KEJANG ANAK TODDLER DI RAWAT INAP PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO
(Ervina Tri Untari)

yang terkait tentang kejang


demam 4. Jogiyanto. (2011). Pedoman
c. Puskesmas dan Petugas Kesehatan Survey Kuesioner :
khususnya kader-kader kesehatan Pengembangan Kuesioner,
untuk lebih aktif mengadakan Mengatasi Bias, dan
program-program anak dengan Meningkatkan Respon Edisi
melakukan penyuluhan Kedua. Yogja : BPFE.
(pendidikan kesehatan) tentang 5. Notoatmodjo,S. (2005).
pentingnya penanganan sejak dini Metodologi Penelitian Kesehatan
terhadap kejang demam. Serta Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
diharapkan membantu dan Cipta.
memberikan pelatihan tentang 6. Riandita, A. (2012). Hubungan
metode penanganan kejang Antara Tingkat Pengetahuan Ibu
demam dengan cara yang benar, Tentang Demam Dengan
sehingga mengurangi risiko Pengelolaan Demam Pada
dampak yang lebih buruk pada Anak.Jurnal Media Medika Muda.
anak. 7. Sodikin. (2012). Prinsip
d. Ibu, untuk meningkatkan Perawatan Demam Pada Anak.
pengetahuan ibu khususnya Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
tentang kejang demam itu sendiri 8. Sugiyono. (2012). Statistika Untuk
dan diharapkan mampu Penelitian. Bandung : Alfabeta.
melakukan tindakan seperti 9. WHO. (2005). A Riview of
antisipasi serta pertolongan ketika Literature on Healthy
anak mengalami kejang, sehingga Environment for the Children in
dapat mengurangi risiko the Eastern Mediterranean Region
terjadinya kekambuhan. Serta ibu : Status of Children Lead
dapat aktif pada setiap kegiatan Exposure.
posyandu yang diadakan di http://www.emro.who.int/dsaf/dsa
masing-masing desa/wilayah. 516.pdf. Akses 2 November 2012.

Daftar Pustaka
Ervina Tri Untari*: Mahasiswa S1
1. Desmita. (2010). Psikologi
Keperawatan FIK UMS
Perkembangan.Bandung: PT
Reamja Rosdakarya. Irdawati, S. Kep., M. Si. Med**:
2. Fuadi., Bahtera, T., Wijayahadi, Staff pengajar FIK UMS
N. (2010). Faktor Risiko
Kartinah, S.Kep., Ns,**: Staff
Bangkitan Kejang Demam Pada
pengajar FIK UMS
Anak. Sari Pediatri,12(3):142-
150.
3. Gunawan, W., Kari, Komang.,
Soetjiningsih (2008, July).
Knowledge, attitude, and
practices of parents with children
of first time and reccurent febrile
seizure.Pediatrica Indonesiana, 48.
193-198.

12

Anda mungkin juga menyukai