Paper Bambang W PDF
Paper Bambang W PDF
ABSTRACT
The flow through the porous media at saturated condition has been known and the flow described by
Darchy's flow law, which states that the discharge per unit area (q) is the hydraulic conductivity (k)
multiplied by the hydraulic gradient (i). The same law also governs the flow through the porous media at
unsaturated condition, however the main different is that site hydrendic conductivity is assumed to he a
constant for saturated condition, while for unsaturated condition it must be assismed to he a function of
matric suction.
This paper is intended to study the literature available regarding the flow through porous media
at unsaturated condition. The factors affecting the flow will discussed, which include the degree of
saturation, matric, suction, soil-water characteristic curve, and equations governing the flow on
unsaturated media.
Key words: unsaturated soil, matric suction, soil-water characteristic curve, and degree of saturation
4-74
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA
Pengaltran air dalam media porous (tanah) stabilitas lereng, kontrol kontaminasi pada air
pada kondisi tidak jenuh (unsaturated) tanah, dan perencanaan bendungan tipe urugan.
pentinusan debit pengaliran dapat menggunakan Analisa rembesan besar dan arah serta distribusi
rumusan Darcy. Mcskipun menggunakan tegangan air pori di dalam daerah yang ditinjau.
rumusan yang sama, perbedaan antara aliran di Pengaliran pada tanah dalam kondisi jenuh
dalam tanah dalam kondisi jenuh dan tidak telah dipahami dalam analisa rembesan secara
jenuh adalah bahwa koefisien permeabilitas konvensional, yaitu dengan hanya
pada aliran air dalam tanah tidak jenuh tidak mempertimbangkan aliran yang terjadi di bawah
konstan tetapi merupakan variabel yang garis rembesan. Analisa rembesan pada tanah
dipengaruhi oleh matric suction. dalam kondisi jenuh disampaikan oleh
Koefisien permeabilitas adalah parameter Casagrande (1937) dengan teknik flow net.
geoteknik yang unik, pada berbagai jenis tanah Casagrande (1937) membagi aliran dalam tanah
dalam kondisi jenuh, koefisien permeabilitas menjadi 2 kondisi, yaitu terkekang (confined),
mempunyai renting yang sanaat besar yaitu dan tak terkekang (unconfined). Pada kondisi
sekitar 10-1 cm/dt pada gravel sampai 10-7 tak terkekang, Batas atas daerah aliran adalah
cm/dt pada lcmpung. Rentang koefisien garis rembesan (flow line).
permeabilitas yang besar ini telah terbukti Pada penelitian yang dilakukan oleh
sebagai masalah utama dalam mcnganalisa Papagiahakis dan Frcdlund (1994) disebutkan
masalah pengaliran air dalam tanah. bahwa terjadi pola pengaliran yang menerus
Pengaliran air di dalam tanah karena pada tanah di daerah jenuh dengan transisi yang
sifatnya yang cukup lambat hiasanya disebut halus pada batas jenuhtidak jenuh seperti
sebagai rembesan (seepage). Analisa rembesan terlihat pada Gambar 2.
adalah komponen yang penting dalam analisa
4-75
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA
Gambar 2. Pala aliran pada bendungan tipe urugan di daerah jenuh dan tidak jenuh
Pola aliran yang sama jugs terjadi pada recharge dari air hujan, penguapan dan muka
lereng, sehagai pengaruh adanya fungsi-fungsi air tanah, seperti diperlihatkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Pola aliran pada lereng akibat pengarah air hujan dan penguapan
Pada gambar 2 dan 3 menunjukkan matric suction (uu - uw) dapat menyebabkan
bahwa pengaliran alam media porous tidak perubahan yang besar pada derajat kejenuhan
hanya terjadi bagian tanah yang jenuh atau kadar air dalam massa tanah, dan dapat
(saturated), tetapi terjadi juga pada bagian menyebabkan perubahan tegangan normal
tanah yang tidak jenuh (unsaturated), sebagai (normal stress). Pada bidang ilmu unsaturated
akibat adanya moisture movement pada soil mechanics derajat kejenuhan (degree of
bagian tanah tidak jenuh. saturation) telah umum dinyatakan sebagai
fungsi dari matric suction, seperti disampaikan
PEMBAHASAN oleh Brooks dan Corey (1964).
A. Pengaruh Derajat Kejenuhan Terhadap
koefisien Permeabilitas
Lambe dan Whitman (1979)
menyebutkan bahwa koefisien permeabilitas
pada tanah jenuh adalah fungsi dari angka pori
(void ratio), sedangkan pada tanah tidak jenuh
koefisien permeabilitas dipengaruhi oleh
gabungan antara angka pori dan derajat
kejenuhan (degree of saturation) dari tanah.
Derajat kejenuhan dari tanah adalah fungsi dari
kadar air tanah tersebut. Perubahan angka pori
pada tanah tidak jenuh adalah kecil sehingga
pcngarahnya terhadap koefisien permeabilitas
juga kccil, sehingga pengaliran air pada tanah
tidak jenuh faktor utama yang mempengaruhi
koefisien permeabilitas adalah derajat
kejenuhan (degree of saturation). Perubahan
4-76
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA
Gambar 4. Kurva hubungan antara effective degree of saturation (Se) dengan matric suction untuk pasir
halus (Brooks dan Corey, 1964).
Beberapa peneliti yaitu, Gardner (1958), hubungan antara koefisien permeabilitas air
Brooks dan Corey (1964), serta Arbhabhirama dalam media porous tidak jenuh (kw), dengan
dan Kridakorn (1968), menyampaikan matric suction dalam persamaan-persamaan
4-77
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA
seperti terlihat pada tabel 2. Dalam persamaan- (ks) dan matric suction, sedangkan konstanta
koefisien permeabilitas air pada kondisi tidak yang dipergunakan merupakan fungsi jenis
jenuh (kw) akan selalu berupa fungsi dari tanah, dan gradasi.
koefisicn permeabilitas air pada kondisi jenuh
Tabel 2. Persamaan-persamaan hubungan antara koefisien permeabilitas air dalam media porous tidak
jenuh dengan matric suction.
Persamaan Sumber
k w k s bila u a u w u a u w b (6) Brook dan η=konstanta
Corey (1964) η =2 + 3 λ
u u w b
k w k s a
u a u w (7) Garder (1958) a,n=konstanta
bila u a u w u a u w b
(8) Arbhabhirama
k dan Kridakorn n=konstanta
kw
u u w b
n (1968)
1 a a
au u
w
k
kw
u u w b
n
1 a a 1
u a u w
Gambar 5 menunjukkan hasil penelitian koefisien permeabilitas air pada kondisi tidak
Gardner (1958) tentang hubungan antara jcnuh (kw) dengan matric suction.
Gambar 5. Hubungan antara koefisien permeabilitas dengan matric suction (Gardner, 1958)
Gambar 5 memberikan penjelasan bahwa atau pasir).
konstanta (a) untuk tanah berbutir halus
(lempung) akan lehih kecil dihandingkan
dengan tanah yang berbutir lebih kadar (lanau
4-78
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA
Gambar 6. Soil-water characteristic curve beberapa jenis tanah di Belanda (Koorevaar, dkk, 1983)
4-79
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA
Gambar 7. Soil water characteristic curve untuk sandy soil, silty soil dan clayey soil (Fredlund dan
Xing, 1994).
Gambar 8. Pengaruh tekstur tanah terhadap soil-water characteristic curve (Vanapalli, 1994)
Consolidation pressure (tekanan pada degree of saturation yang sama, terutama
konsolidasi) juga berpcngaruh terhadap soil- pada matric suction yang kecil. Huang (1994)
water characteristic curve, pada consolidation memberikan hasil penelitiannyapada tanah
pressure yang lebih besar, terjadi lanau (silt) yang mengkonfirmasikan pengaruh
kecenderungan matric suction yang lebih besar tekanan konsolidasi terhadap soil-water
4-80
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA
characteristic curve seperti terlihat pada gambar kadar air optimum. Vanapalli (1994) dalam
9. Hal yang serupa juga dilaporkan oleh Barbour (1998) memberikan hasil penelitiannya
Lapierre, dkk (1989) yang mcngkonfirmasikan pengaruh pemadatan
Pemadatan pada tanah juga memeberikan terhadap soil-water characteristic curve, seperti
pengaruh terhadap bentuk soil-water terlihat pada Gambar 10, Hasil yang sama
characteristic curve. Pada pemadatan yang dilaporkan oleh Benson dan Daniel (1990).
dilaksanakan pada kondisi wet optimum (kadar Gambar 9 menunjukkan bahwa dengan
air sedikit diatas air optimum) mempunyai memberikan tekanan konsolidasi yang lebih
matric suction yang sedikit lebih besar besar, tanah akan mempunyai soil suction yang
dibandingkan dengan pemadatan pada kondisi lebih besar pada degree of saturation yang
kadar air optimum, sedangkan yang sama, sedangkan Gambar 10 menunjukkan
dilaksanakan pada kondisi dry optimum, bahwa kenaikan kadar air pada pemadatan
mempunyai matric suction yang lcbih kecil akan memperbcsar soil suction dari tanah.
dibandingkan dengan pemadatan pada kondisi
Gambar 9. Pengaruh tekanan konsolidasi terhadap soil-water characteristic curve (Huang, 1994).
Gambar 10. Pengaruh pemadatan terhadap soil-water characteristic curve (Vanapalli, 1994).
KESIMPULAN
Dari studi literatur tentang pengaliran pada merupakan fungsi dari matric suction.
media porous tidak jenuh. Beberapa kcsimpulan b. Dalam unsaturated soil mechanics,
dapat ditarik, yaitu: peranan matric suction, sangat penting,
a. Hukum Darcy tetap berlaku untuk aliran sebab dcrajat kejenuhan (degree of
pada media porous baik pada kondisi saturation) dan soil-water characteristic
jenuh (saturated) maupun tidak jenuh curve dikontrol olehnya.
(unsaturated), akan tetapi pada kondisi c. Koefisien permeabilitas (hydraulic
tidak jenuh, koefisien permeabilitas gradient) pada media porous tidak jenuh
(hydraulic gradient) tidak konstan, dan (unsaturated soil) dapat dihitung dcngan
4-81
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA
4-82