Anda di halaman 1dari 1

ANALISIS FERTILITAS

Dari data di atas, dapat diketahui bahwa rerata 4 responden menikah diusia 17-25 tahun. Dimana
masih ada 2 responden yang masih tergolong sangat muda saat menikah dan belum masuk ke
dalam kategori ideal bagi seorang wanita untuk menikah yaitu 21 tahun. Terdapat 1 responden
yang melahirkan dibawah usia 21, yaitu pada usia 18 tahun. Padahal secara ilmu kedokteran
sebelum usia 21 tahun, organ reproduksi wanita belum sempurna, sehingga memiliki resiko tinggi
saat hamil dan dikhawatirkan dapat menganggu perkembangan janin. Hal ini berarti masih
kurangnya pengetahuan di masyarakat akan bahaya hamil terlalu muda yang dapat menyebabkan
tingginya angka kematian ibu dan anak di Indonesia terutama di Semarang.
Hal yang paling di khawatirkan adalah terjadinya pendarahan dan infeksi mengingat kondisi yang
sangat rawan kehamilan pada usia remaja, sehingga harus dilakukan pemeriksaan yang rutin ke
dokter. Program edukasi pendewasaan usia nikah harus tetap dijalankan, mengingat masih
banyaknya pernikahan dini pada saat sekarang ini.

Dari keempat responden, dapat diketahui bahwa umumnya masyarakat sudah mengenal program
pemerintah yaitu KB “ 2 anak lebih baik”. Akan tetapi menurut wawancara yang dilakukan, masih
ada responden yang melakukan KB bukan dari kesadaran diri sendiri melainkan karena pengaruh
dari keluarga. Selain itu, pengetahuan mengenai fungsi KB juga masih belum sepenuhnya
diketahui oleh para responden. Sehingga masih harus dilakukan sosialisasi mengenai KB untuk
dapat menunjang keberhasilan dari program tersebut dan menumbuh kesadaran akan pentingnya
KB.

Dalam pemeriksaan kehamilan, rata-rata masyarakat sudah melakukan pemeriksaan ke bidan


ataupun ke pelayanan kesehatan terdekat, oleh sebab itu ketersediaan pelayanan kesehatan
termasuk praktik bidan harus ditingkatkan. Selain itu, akses harus mudah dijangkau oleh penduduk
agar mempermudah penduduk dalam melakukan pemeriksaan.

Saat melahirkan, masyarakat sudah ditangangi oleh tenaga kesehatan yang ahli, sehingga dapat
meminimalisasi dampak buruk yang mungkin timbul saat melahirkan. Dengan adanya kepercayan
masyarakat terhadap tenaga kesehatan dapat membuktikan bahwa kebiasaan melahirkan dengan
dukun beranak sudah berangsur-angsur mulai hilang walaupun belum sepenuhnya.

Anda mungkin juga menyukai