Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BIOTEKNOLOGI

BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG FARMASI

DOSEN PENGAMPU : Dr.Endang Kartini Ariati Murwani ,Ms.,Apt

Disusun oleh :Kiki ambar kurniasih

Oktaviani Wulandari

Siti Mahfiroh

STIKES PAGUWARMAS MAOS CILACAP

PRODI S1 FARMASI

TAHUN AJARAN 2017-2018


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT ,karena berkat rahmatnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang diharapkan.Kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang ikut membantu terutama kepada orang tua kami, para dosen
serta rekan-rekan semua yang telah membantu.Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penyelesaian makalah ini.Untuk itu kami meminta maaf yang setulus-tulusnya.Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Maos,26 September 2017


DAFTAR ISI

I.KATA PENGANTAR

II.PENDAHULUAN

III.ISI

IV.PENUTUP

V.DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

I.Latar belakang masalah

Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dan modern banyak teknologi
kesehatan yang semakin maju .Diantaranya muncul produk-produk baru seperti produk
vaksin , inseminasi buatan ,bayi tabung dan lain-lain.Pada makalah ini kami akan membahas
peran bioteknologi dalam bidang farmasi terutama dalam proses kultur jaringan. Mulai dari
proses pembuatan sampai dengan hasil dari kultur jaringan tersebut.Selain produk diatas ada
pula produk lain diantaranya gen,hormon ,dan antibiotik.

II.Rumusan masalah :

1.Sejarah penerapan bioteknologi dalam bidang farmasi ?

2.Pengertian kultur jaringan ?

3.Contoh kultur jaringan dalam bidang farmasi ?

4.Proses kultur jaringan ?

III.Tujuan makalah :

1.Mahasiswa dapat mengetahui sejarah penerapan bioteknologi dalam bidang farmasi

2.Mahasiswa dapat mengetahui kultur jaringan dan macam prosesnya


Pembahasan

I.Sejarah penerapan bioteknologi dalam bidang farmasi dan kesehatan


Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup
(bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol)
dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan
bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan
murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia,
matematika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang
menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.

Perkembangan
Beberapa penelitian telah lama dilakukan oleh para ahli. Menurut catatan diketahui
bahwa pada tahun 1665, Penemuan sel oleh Robert Hooke di Inggris melalui mikroskop.[6]
lalu dilanjutkan oleh Nikolai I. Vavilov, tahun 1800 menciptakan penelitian komprehensif
tentang pengembang biakan hewan. Kemudian Bary pada tahun 1880 menemukan
Mikroorganisme. Baru di tahun 1856, Gregor Mendel seorang biarawan mengawali genetika
tumbuhan rekombinan. Berkat ketekunan meneliti kedelai maka pada tahun 1865, Gregor
Mendel menemukan hukum hukum dalam penyampaian sifat induk ke turunannya.[8].
Kemudian pada tahun 1919, Karl Ereky, insinyur Hongaria, orang yang pertama
menggunakan kata bioteknologi. Setelah itu tahun 1970 Peneliti di AS berhasil menemukan
enzim pembatas yang digunakan untuk memotong gen gen.. Dilanjutkan di tahun 1975
Metode produksi antibodi monoklonal dikembangkan oleh Kohler dan Milstein. Diikuti tahun
1978 oleh para peneliti di AS berhasil membuat insulin dengan menggunakan bakteri yang
terdapat pada usus besar.

Pada tahun 1980 Bioteknologi modern dicirikan oleh teknologi DNA rekombinan. Model
prokariot-nya, E. coli, digunakan untuk memproduksi insulin dan obat lain, dalam bentuk
manusia. Sekitar 5% pengidap diabetes alergi terhadap insulin hewan yang sebelumnya
tersedia). Setelah itu pada tahun 1992 FDA menyetujui makanan GM pertama dari Calgene:
tomat "flavor saver".

BIOTEKNOLOGI FARMASI

Bioteknologi mengacu pada penerapan sistem biologi, organisme hidup, atau


turunannya dalam membuat atau memodifikasi produk atau proses untuk penggunaan khusus.
Bioteknologi digunakan di berbagai bidang termasuk pertanian, ilmu makanan, dan
Pharmaceutical, Perusahaan farmasi menggunakan bioteknologi untuk pembuatan obat,
pharmacogenomics, terapi gen, dan pengujian genetik. Perusahaan bioteknologi membuat
produk bioteknologi farmasi dengan memanipulasi dan memodifikasi organisme, biasanya
pada tingkat molekul. Bioteknologi farmasi menggunakan teknologi DNA rekombinan, yang
memerlukan manipulasi genetik sel, atau antibodi monoklonal untuk membuat produk
bioteknologi mereka. Produk-produk bioteknologi farmasi yang dibuat oleh perusahaan-
perusahaan bioteknologi yang banyak digunakan dalam pencegahan, diagnosis atau
pengobatan berbagai jenis penyakit tentunya agar kita selalu menerapkan healthy lifestyle kita
agar menjadi lebih baik lagi.

Bioteknologi Obat Farmasi

Formulasi farmasi konvensional adalah molekul relatif sederhana diproduksi terutama


melalui teknik trial and error untuk mengobati gejala-gejala penyakit atau penyakit. Di sisi
lain, biopharmaceuticals adalah molekul biologis yang kompleks, yang umum dikenal
sebagai protein, yang biasanya bertujuan menghilangkan mekanisme yang mendasari untuk
mengobati penyakit. Namun, hal ini tidak benar dalam semua kasus seperti dalam kasus
diabetes mellitus tipe 1 di mana insulin hanya digunakan untuk mengobati gejala-gejala
penyakitnya dan bukan penyebab utama. Bioteknologi farmasi, pada dasarnya, adalah
digunakan untuk membuat molekul yang lebih besar yang kompleks dengan bantuan sel-sel
hidup (seperti yang ditemukan dalam tubuh manusia seperti sel-sel bakteri, ragi sel, hewan
atau tumbuhan sel). Tidak seperti molekul kecil yang diberikan kepada pasien melalui tablet,
molekul besar yang biasanya disuntikkan ke dalam tubuh pasien.

Bioteknologi Farmasi dan Keuntungan Kombinasinya


Ketika dua disiplin-farmasi dan bioteknologi-datang bersama-sama, mereka
menghasilkan banyak keuntungan bagi manusia dalam hal kesehatan. Hal ini dimungkinkan
melalui Pharmacogenomics (berasal dari 'farmakologi' dan 'genomics') yang merujuk kepada
studi tentang bagaimana warisan genetik mempengaruhi respon tubuh manusia individu
untuk obat. biofarmasi obat bertujuan untuk merancang dan memproduksi obat-obatan yang
disesuaikan dengan genetik masing-masing orang. Dengan demikian perusahaan bioteknologi
farmasi dapat mengembangkan obat-obatan khusus dibuat untuk efek terapi yang maksimal.
Selain itu, obat-obatan bioteknologi dapat diberikan kepada pasien dalam dosis yang tepat
sebagai dokter akan tahu genetika pasien dan bagaimana proses dan tubuh memetabolisme
obat. Salah satu manfaat lebih dari bioteknologi farmasi adalah dalam bentuk vaksin yang
lebih baik. Biotek perusahaan desain dan memproduksi vaksin yang lebih aman oleh
organisme yang ditransformasi melalui rekayasa genetik. Vaksin-vaksin biotek
meminimalkan risiko infeksi.

II.Pengertian Kultur Jaringan

Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk memperbanyak jaringan/selyang berasal atau
yang didapat dari jaringan orisinal tumbuhan atau hewansetelah terlebih dahulu mengalami
pemisahan (disagregasi) secara mekanis,atau kimiawi (enzimatis) secara in vitro (dalam
tabung kaca).Kultur jaringan sendiri masuk dalam bioteknologi modern. Kultur
JaringanTumbuhan memiliki sifat totipotency,artinya perkembangbiakannyatidak hanya dari
sel telur atau spermasaja akan tetapi juga bisa berasal darisel-sel akar, daun, batang, dan
seltumbuhan lainnya.Bila kita menggunakan sebuahsel yang berasal dari tumbuhan
makabadan tumbuhan keseluruhannyadapat ditumbuhkan kembali. Karena [adanya sifat
inilah, dengan teknik-teknikyang telah lama dikenalseperti setek, okulasi, cangkok,
sertadengan metode kultur jaringan,perbanyakan klon tumbuhan dapatdilakukan tanpa batas.
Propagasi secara in vitro dari tanaman obat telah dilakukan untuk menghasilkan obat ataupun
bahan obat yang berkualitas tinggi (Murch SJ., et.al.2000). Disamping itu teknik
mikropropagasi juga telah dikembangkan
dan digunakan untuk beberapa tanaman obat, karena terbukti multiplikasinya lebih cepat, dan
aman. Regenerasi tanaman dengan tehnik kultur jaringan ini terbukti menghasilkan bahan
kimia yang sama dengan tanaman induknya. Beberapa diantaranya yang telah berhasil
dilakukan terhadap tanaman obat seperti Cinchona ledgeriana, Digitalisspp, Rehmania
glutinosa, Rauwolfiaserpentina, Isoplexis canariensis, dll. (Paek,KY.et.al.1995, Roy
SK.,et.al. 1994., Perez BP., et.al. 2002).Untuk tujuan komersial telah dilakukan
pengembangan produksi metabolit sekunder tanaman obat tersebut dengan sistem bioreaktor.
Sistem bioreaktor ini dapat digunakan untuk kultur embryogenic ataupun organogenic dari
berbagai spesies tanaman (Levin R.,et.al. 1988, Preil W., et.al. 1988).
Selain itu ada beberapa aplikasi bioteknologi dalam bidang farmasi yang lain
diantaranya :
Aplikasi pada bidang kesehatan dan pengobatan:
Aplikasi bioteknologi dalam bidang kesehatan dan pengobatan telah
mandatangkan manfaat antara lain:
1) Memproduksi obat-obatan terhadap penyakit infeksi (antibiotik) seperti;
penisilin, streptomysin.
2) Memproduksi vaksin untuk pencegahan jenis penyakit tertentu sesuai dengan
jenis vaksinnya seperti; polio, cacar, hepatitis-B, TBC dsb. Selain pada
manusia, vaksin juga digunakan untuk melindungi ternak (ayam, sapi dsb)
dari serangan berbagai penyakit menular.
3) Memproduksi zat kebal antibody untuk diagnosis penyakit, penelitian dan
terapi. Antibodi monoclonal.
4) Untuk terapi gen misalnya untuk terapi penyakit genetis (bawaan).
5) Untuk memproduksi hormon; Insulin untuk terapi penderita kencing manis.
6) Untuk terapi gen; Sel somatis (somatic gene therapy); sel darah atau otot,
terapi penyakit genetis (bawaan). Sel embrional (Germ line gene therapy);

Kelebihan dan Kekurangan Kultur Sel


Kultur jaringan/sel tanaaman (in vitro) memiliki beberapa kelebihan dan
keuntungan dibanding dengan menggunakan cara perbanyakan secara alami antara
lain sebagai berikut:
1) Pengambilan kesimpulan relatif lebih mudah dengan menggunakan populasi sel
yang homogen.
2) Kultur sel primer tetap memiliki integritas morfologi dan biokimiawi dalam
jangka waktu lama, dengan demikian memungkinkan melakukan penelitian ulang
(reproducible) dan terkontrol.

A.Penerapan kultur jaringan dalam bidang farmasi


1.Pembuatan Metabolit sekunder
Tanaman obat merupakan salah satu sumber bahan baku obat. Sebagian besar komponen
kimia yang berasal dari tanaman yang digunakan sebagai obat atau bahan obat adalah
merupakan metobolit sekunder. Secara in vitro produksi metabolit sekunder ini dapat
dilakukan dengan teknik kultur jaringan (Deus B., et.al. 1982., Stafford A, 1986).Produksi
metabolit sekunder beberapa tanaman obat melalui kultur jaringan telah banyak dilakukan.
Beberapa diantaranya adalah produksi solasodine yang diisolasi dari kultur callus Solanum
eleagnifolium (Nigra HM., et.al.1987) dan alkaloid pyrrolidine dari kultur akar tanaman
Senecio spp. (Toppel G.,et.al. 1987).
Alkaloid cephaelin dan emetine dapat diisolasi dari kultur callus tanaman Cephaelis
ipecacuanha (Jha S.,et.al. 1988). Demikian juga dengan alkaloid- alkoloid penting lainnya
seperti quinoline disolasi dari kultur jaringan Cinchona ledgeriana, diosgenin dari kultur
jaringan Dioscorea deltoidea
(Ravishankar GA.,et.al. 1991), beberapa enzim proteolitik dari kultur jaringan Allium sativum
(Parisi M.,et.al.2002), alkaloid cardenolide dari kultur Digitalis lanata (Pradel H.,
et.al.1997), alkaloid azadirachtin dari kultur jaringan Azadirachta indica (Srividya N., et.al
1998) dan lepidine dari kultur jaringan tanaman Lepidiumsativum (Pande D., et.al.2002).
Peran para ahli budidaya tanaman dan para ahli bioteknologi khususnya teknologi kultur
jaringan sangat penting untuk menghindari kelangkaan bahan baku obat herbal yang sampai
saat ini masih diambil dari tanaman aslinya secara konvensional. Kultur jaringan
sangat bermanfaat dalam upaya perbanyakan dan multiplikasi serta konversi dari beberapa
spesies tanaman obat.
2.Pembuatan berbagai kultur
Dalam kultur jaringan tanaman dikenal beberapa tipe-tipe kultur berdasarkan macam eksplan
yaitu : kultur meristem, kultur sel, kultur kalus, kultur endosperm, kultur pollen/anthera,
kultur protoplas, dsb.
Tujuan kultur kalus adalah untuk memperoleh kalus dari eksplan yang diisolasi dan
ditumbuhkan dalam lingkungan yang terkendali.

Kalus adalah suatu kumpulan sel amorphous yang terjadi dari sel-sel jaringan yang
membelah diri secara terus menerus.Kalus merupakan massa sel yang tidak terorganisir, pada
mulanya sebagai respon terhadap pelukaan (wounding).Pembelahan selnya menjadi tidak
terkendali, sel-selnya mengalami proliferasi yaitu membelah terus menerus dengan sangat
cepat, hal ini dimungkinkankarena sel-sel tumbuhan yang secara alamiahnya bersifat autotrof
dikondisikan menjadi heterotrof oleh adanya nutrisi yang cukup komplek dan zat pengatur
tumbuh didalam medium kultur .Kalus dapat diperoleh dari bagian tanaman berupa akar,
batang dan daun.Dalam kultur in-vitro, kalus dapat dihasilkan dari potongan organ steril di
dalam medium yang mengandung ZPT auxin dan juga sitokinin.
Syarat kultur Kalus :
• Media yang digunakan dapat menggunakan media padat atau cair.
• Kultur kalus mensyaratkan eksplan yang ditanam harus diberi pelukaan
• Lingkungan diatur dengan ketersediaan oksigen tinggi, ketersediaan hara dan cahaya
yang cukup
Pembentukan kalus dari jaringan tanaman tergantung dari :
• Umur fisiologi dari jaringan waktu diisolasi
• Musim pada waktu bahan tanaman diisolasi
• Jenis tanaman
• Bagian tanaman yang dipakai untuk eksplan
• Jenis tanaman yang menghasilkan kalus : dikotil berdaun lebar, monokotil
gymnospermae, pakis, dan moss

Induksi kalus
• Kalus dapat diinduksi dengan pemberiat ZPT auksin dan sitokinin, namun
kebutuhannya berbeda-beda tergantung jaringan tanaman
• Kalus dapat diinisiasi dari hampir semua bagian tanaman, tetapi dari organ yang
berbeda kecepatan pembelahan selnya berbeda pula
• Bagian tanaman yang mudah dediferensiasi dan menghasilkan kalus : embrio muda,
hipokotil, kotiledon, dan batang muda

Contoh proses kultur kalus

Teknik kultur jaringan dimulai dengan mengisolasi bagian-bagian tanaman (sel, jaringan,
organ) kemudian menumbuhkannya secara aseptis diatas atau didalam suatu medium
budidaya sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri, dalam 1 - 2
bulan, tergantung dari jenis tumbuhannya, akan terbentuk kalus. Kalus biasanya terjadi pada
eksplan ditempat irisan, karena jaringan kalus ini merupakan jaringan yang bertujuan
menutup luka. Pembelahan sel-sel pada kalus dipacu oleh hormon endogen dan eksogen
auksin dan sitokinin yang ditambahkan pada medium kultur. Kalus juga dapat timbul karena
adanya infeksi dari mikroorganisme tertentu seperti Agrobacterium tumefaciens, gigitan
serangga dan nematoda. Kalus yang diakibatkan oleh infeksi Agrobacterium disebut tumor
(crown gall). Pembentukan kalus tergantung dari jenis tumbuhan, asal eksplan, umur fisiologi
dari tanaman donor dan komposisi medium kultur. Pada kenyataannya sulit untuk
memperoleh kalus dari hasil kultur jaringan yang eksplannya diambil dari sembarang bagian
jaringan tumbuhan. Kultur kalus bertujuan untuk mendapatkan kalus dari eksplan yang
ditumbuhkan diatas medium kultur secara terus menerus.

Manfaat kultur kalus :


• .Kultur kalus dapat dilakukan pada media padat maupun cair. Pada media cair embrio
berkembang sebagai individu terpisah, sehingga penanganan kultur relatif mudah, jadi
keuntungannya dapat untuk produksi massal.

• Potensi terbesar penggunaan kultur kalus adalah dimana sel-sel kalus dapat
dipisahkan dan diinduksi untuk berdiferensiasi menjadi embrio somatik.

• 1 milimeter kalus berisi ribuan sel, masing-masing memiliki kemampuan untuk


membentuk embrio, sehingga kecepatan multiplikasi sangat tinggi.
Penutup

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan bioteknologi dalam bidang
farmasi dapat dilakukan melalui proses kultur jaringan .Dimana kultur jaringan sendiri
merupakan proses suatu metode untuk memperbanyak jaringan/sel yang berasal atau yang
didapat dari jaringan orisinal tumbuhan atau hewan setelah terlebih dahulu mengalami
pemisahan (disagregasi) secara mekanis, atau kimiawi (enzimatis) secara in vitro (dalam
tabung kaca).Salah satu contoh dari kultur jaringan ialah kultur kalus
DAFTAR PUSTAKA

Chirikjian, J.G. (1995). Plant Biotechnology; Animal Cell Culture,


Imunobiotechnology, vol.1. Jones and Bartlett Publisher: London. Dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/bioteknologi [diakses pada 12 Mei 2011].
Shupnik, M.A. (1999). Introduction to Molecular Biology. In: Fauser, B.C.J.M.,
Rutherford, A.J., Strauss, III., J.F., and Van Steirteghem, A. (eds.) Molecular
Biology in Reproductive Medicine. The Parthenon Publishing Group.
Clark, D.P., dan Pazdernik, N.J. (2009). Biotechnology; Applying the Genetic
Revolution. Elsevier: China. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/bioteknologi [diakses pada
12 Mei 2011].

Anda mungkin juga menyukai