Kata zakat berasal dari bahasa arab “zakaah” yang artinya menurut bahasa tumbuh atau suci.
Pengertian zakat menurut syara’ ialah kegiatan mengeluarkan sebagian harta tertetu kemudian
diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat.
“Dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!” (QS. An-Nisaa : 77).
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah : 103).
Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khattab ra. Berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah
SAW bersabda : “Islam dibangun atas lima perkara : persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
Muhammad Rasul Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, melaksanakan ibadah haji,
berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Zakat terbagi menjadi dua macam, yaitu zakat fithrah dan zakat mal.
Zakat Fithrah
Menurut bahasa, zakat fithrah artinya zakat yang dikeluarkan pada hari raya Idul fithri, sedangkan
pengertian menurut syari’at Islam adalah zakat yang diwajibkan bagi setiap muslim, laki-laki maupun
perempuan, besar maupun kecil, yang memiliki kelebihan bagi keperluan dirinya dan keluarganya di
hari raya Idul Fithri.
Dalam sebuah hadits dinyatakan sebagai berikut :
“Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fithrah untuk membersihkan diri orang-orang yang
berpuasa dari perbuatan yang tidak berguna dan pada perkataan yang kotor serta untuk memberi
makan kepada orang-orang miskin.” (HR. Abu Dawud).
1. Islam.
2. Orang tersebut ada (hidup) pada waktu terbenam matahari pada malam Idul Fithri. Dengan
demikian orang yang meninggal sebelum terbenam matahari pada malam Idul Fithri ia tidak
wajib membayar zakat fithrah, demikian juga anak yang lahir sesudah terbenam matahari
tidak wajib dibayarkan zakat fithrahnya. Orang yang menikah sesudah terbenam matahari
pada malam Idul Fithri juga tidak wajib membayarkan zakat fithrah bagi istrinya.
3. Orang itu mempunyai kelebihan makan baik untuk dirinya maupun keluarganya pada malam
hari raya dan siang harinya. Rasulullah SAW bersabda :
Ketika Rasulullah SAW mengutus Muadz ke Yaman, beliau bersabda : “Beritahukanlah
kepada mereka (penduduk Yaman), sesungguhnya Allah mewajibkan kepada mereka zakat
yang diambil dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang yang fakir di hadapan
mereka.” (HR. Jama’ah ahli hadits).
Adapun harta yang ada pada seseorang pada malam Idul Fithri untuk keperluan sehari-hari
seperti meja, kursi, pakaian dan sebagainya tidak perlu dijual untuk membayar zakat fithrah.
Orang yang memenuhi syarat untuk membayar zakat fithrah ia wajib membayarnya untuk
dirinya dan semua anggota keluarganya yang menjadi tanggungannya.
Waktu Membayar Zakat Fithrah
Zakat fithrah ini boleh dibayarkan sejak awal bulan Ramadhan secara ta’jil (sengan lebih cepat)
sampai dengan hari idul Fithri sebelum shalat. Berikut ini akan dikemukakan beberapa waktu
pembayaran zakat fithrah :
1. Waktu yang diperbolehkan yaitu mulai dari awal bulan Ramadhan sampai penghabisan
bulan Ramadhan.
2. Waktu wajib, yaitu semenjak terbenam matahari pada akhir bulan Ramadhan.
3. Waktu yang afdhal, yaitu waktu sesudah shalat shubuh dan sebelum shalat Idul Fithri.
Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata : Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fithrah untuk membersihkan
orang-orang yang berpuasa dan untuk memberi makan orang-orang miskin. Siapa yang
melaksanakannya (mengeluarkan zakat fithrah) sebelum shalat hari raya maka yang demikian itu
termasuk zakat yang diterima, dan siapa yang mengeluarkannya sesudah shalat hari raya maka yang
demikian itu termasuk sedekah biasa.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Merdeka
5. Milik sendiri
6. Mencukupi satu nishab sesuai dengan jenis yang akan dikeluarkan zakatnya.
7. Telah mencukupi satu haul (satu tahun) kecuali untuk buah-buahan (pertanian), atau harta
temuan, tidak harus menunggu satu haun, dan untuk bintang ternak yang wajib dizakati
ialah yang digembalakan di padang rumput.
Jika emas atau perak telah mencapai atau melebihi dari ukuran nishab dan telah satu tahun, maka
telah wajib zakatnya, dan jumlah kelebihan tersebut harus diperhitungkan juga. Misalnya jumlah
emas sebanyak 100 gram, maka perhitungannya adalah 2,5% dikalikan 100 gram = 2,5 gram. Yang
dikeluarkan zakat bukanlah potongan/bagian dari emas tersebut, melainkan nilai uang yang setara
dengan jumlah emas yang harus dikeluarkan.
Nishab dan jumlah yang harus dikeluarkan disetarakan dengan nishab emas dan perak.
Rasulullah SAW bersabda : “Apabila engkau mempunyai perak 200 dirham dan telah cukup satu
tahun maka zakatnya 5 dirham dan tidak wajib zakat emas atas kamu hingga kamu mempunyai 20
dinar dan telah cukup satu tahun maka wajib zakat padanya setengah dinar.” (HR. Abu Dawud).
b. Harta Perdagangan
Jika barang-barang perdagangan dalam satu tahun ternyata nilainya seharga emas yang wajib
dikeluarkan zakatnya, maka barang perdagangan tersebut wajib dikeluarkan zakatnya. Hal ini
sebagaimana sabda Rasulullah sebagai berikut :
Dari Samurah, Rasulullah SAW memerinthakan kepada kamu agar mengeluarkan zakat dari barang
yang disediakan untuk dijual.” (HR. Ad-Daruquthni dan Abu Dawud).
Jika penyiraman menggunakan air hujan, mata air atau tumbuh di rawa-rawa sebesar 10%.
1) Unta
Seseorang yang mempunyai 5 ekor unta ke atas wajib mengeluarkan zakatya dengan aturan sebagai
berikut :
Kemudian untuk tiap-tiap 40 ekor unta zakatnya 1 ekor unta yang berumur 2-3 tahun dan
untuk tiap-tiap 50 ekor zakatnya 1 ekor unta berumur 3-4 tahun.
30 – 39 ekor sapi/kerbau zakatnya 1 ekor anak sapi/kerbau yang berumur 1-2 tahun (tabi’)
40 – 59 ekor sapi/kerbau zakatnya 1 ekor anak sapi/kerbau betina yang berumur 2-3 tahun
(musinnah).
Untuk selanjutnya tiap-tiap 40 ekor sapi/kerbau zakatnya seekor anak sapi atau kerbau
betina yang berumur 2-3 tahun (musinnah).
121 – 200 ekor kambing zakatnya 2 ekor kambing berumur 2-3 tahun.
201 – 300 ekor kambing zakatnya 3 ekor kambing berumur 2-3 tahun.
301 – 400 ekor kambing zakatnya 4 ekor kambing berumur 2-3 tahun.
Untuk selanjutnya setiap bertambah 100 ekor kambing, zakatnya 1 ekor kambing.
Mustahiq Zakat
Mustahiq zakat harta adalah orang-orang yang berjak menerima zakat harta, terdiri dari delapan
ashnaf (golongan). Sebagaimana firman Allah SWT :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu
ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
1. Orang fakir, yaitu orang yang tidak ada harta untuk keperluan hidup sehari-hari dan tidak
mampu untuk bekerja dan berusaha.
2. Orang miskin, yaitu orang yang penghasilan sehari-harinya tidak mencukupi kebutuhan
hidupnya.
3. ‘Amil, yaitu orang-orang yang bertugas mengumpulkan dan membagi-bagikan zakat kepada
orang yang berhak menerimaknya. ‘Amil dapap disebut juga panitia.
4. Muallaf, yaitu orang yang beru masuk Islam dan imannya masih lemah.
6. Gharim, yaitu orang yang mempunyai banyak hutang sedangkan ia tidak mampu untuk
membayarnya.
8. Ibnu Sabil, yaitu orang yang sedang dalam perjalanan (musafir) seperti dalam berdakwah
dan menutut ilmu.
Hikmah Zakat
1. Sebagai ungkapan syukur dan terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan
bermacam-macam kenikmatan antara lain berupa kekayaan.
2. Dengan zakat, orang yang tidak mampu akan tertolong sehingga mereka dapat melakukan
kewajiban-kewajibanya.
3. Zakat mengandung pendidikan untuk menjauhkan diri dari sifat kikir dan ssifat-sifat lain yang
tercela.
4. Zakat dapat menciptakan hubungan kasih sayang dan saling mencintai antara orang kaya
dan orang miskin dan juga dapat menghilangkan kecemburuan yang mungkin akan
menimbulkan kejahatan