Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI PADA PERSALINAN ATERM

DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD KOTA


DEPOK PERIODE JANUARI 2013 – DESEMBER 2015
Renjana Rizkika*, Adi Sukrisno**, Mila Citrawati***

*) Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, UPN “Veteran” Jakarta.


**) Departemen Kandungan dan Kebidanan, Fakultas Kedokteran, UPN “Veteran” Jakarta
***) Departemen Faal, Fakultas Kedokteran, UPN “Veteran” Jakarta
Jl. RS Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan 12450, Telp. (021) 7656971
Homepage: http://www.upnvj.ac.id E-mail: upnvj@upnvj.ac.id

Abstract
Premature rupture of membrane (PROM) is the rupture of membrane before the onset of labor
and can cause complication for mother and her neonates. One of the PROM’s complication in
neonates is asphyxia. One of the criteria to diagnose asphyxia is Apgar score, assessed in first
minute and fifth minute after birth. The relation between PROM and asphyxia that assessed
with Apgar score, would be examined in this study. The design of this study was analytic
observational cross sectional approach taken by observing the medical record of patients with
PROM at term gestation in Government Hospital of Depok City period January 2012 –
December 2015. The number of samples studied are 200 samples based on estimated
proportion, consisting 64 samples with PROM at term gestation and 136 samples without
PROM at term gestation. The statistic analysis used Chi-square test with power of test 90%
and confidence interval 90%. The result of this study showed that incidence of PROM at term
gestation was 8,2%. The distribution mild – moderate asphyxia in Apgar 1’ at term gestation
labor was 18,75%, while in Apgar 5’ the distribution of mild – moderate asphyxia was 4,62%.
There was significant correlation between PROM at term gestation and mild – moderate
asphyxia in Apgar 1’ with p value 0,018 (<0,05) and the PR value was 3,48 (>1) that mean
exposure factor, PROM, affected Apgar score in first minute.

Keywords: Premature rupture of membrane, asphyxia, at term labor

1
2

PENDAHULUAN pernapasan dan prematuritas (Dinas

Asfiksia merupakan keadaan patologis Kesehatan Jawa Barat, 2014). Di Depok

akibat berkurangnya oksigen dalam sistem rasio mortalitas bayi pada tahun 2013

pernapasan, yang nantinya akan berjumlah 2,34 per seribu kelahiran hidup

menyebabkan hipoksia dan hiperkapnia dengan penyebab berat bayi lahir rendah,

(Dorland, 2008, hlm. 112). Asfiksia asfiksia, infeksi dan masalah laktasi, serta

neonatorum sendiri didefinisikan sebagai asfiksia juga merupakan morbiditas

gagalnya napas pada bayi baru lahir, dan tersering yang dapat menyebabkan

hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis dirawatnya anak di rumah sakit pada usia

merupakan karakteristiknya kurang dari satu tahun (Dinas Kesehatan

(Dharmasetiawan, N dkk. 2014, hlm. 103). Kota Depok, 2013).

Menurut World Health Organization Asfiksia neonatorum mempunyai efek

(WHO) tahun 2015, insidensi mortalitas hampir di semua organ tubuh, namun

akibat asfiksia dan trauma pada bayi usia hypoxic-ischemic encephlmopathy (HIE)

0-27 hari berkisar 23,8%. Sedangkan, merupakan kondisi klinis yang sering

menurut Departemen Kesehatan RI tahun dipelajari dan merupakan kelanjutan

2007, kelainan atau gangguan pernapasan terparah dari asfiksia (Antonucci R dkk.

merupakan penyebab tertinggi dari 2014, hlm. 1). Selain efek pada otak

kematian neonatus yaitu sekitar 35,9%. asfiksia berat dapat menyebabkan risiko

Provinsi Jawa Barat menduduki posisi ke- hipokalsemia berat sebanyak lima kali

12 kematian bayi tertinggi di Indonesia dibandingkan dengan asfiksia sedang

pada tahun 2007, dengan jumlah kematian (Tohaga E dkk. 2014, hlm. 30-32).

bayi 39 per seribu kelahiran hidup dan Salah satu faktor risiko penyebab

kematian neonatus menyumbang lebih dari terjadinya asfiksia neonatorum adalah

setengah angka kematian bayi. Pada ketuban pecah dini (KPD) (Lee Anne CC

periode 2007-2012 angka kematian dkk. 2008, hlm. 1382). KPD merupakan

neonatus menetap sekitar 12 per seribu pecahnya selaput ketuban sebelum waktu

kelahiran hidup. Penyebab terbanyak dari persalinan. KPD menimbulkan komplikasi

kematian bayi di Jawa Barat khususnya baik untuk ibu dan bayi. Komplikasi pada

pada usia 0-7 hari adalah gangguan ibu yang sering terjadi adalah
chorioamnionitis, puerperal fever, infeksi sakit tersebut merupakan rujukan pertama
pada luka jalan lahir (baik abdominal puskesmas sebelum ke rumah sakit tingkat
maupun episiotomi), dan abruption provinsi.
placenta. Pada neonatus komplikasi akibat
KPD adalah asfiksia, hiperbilirubinemia, METODE PENELITIAN
sepsis, meningitis dan pneumonia (Revathi Jenis Penelitian
V dkk. 2015, hlm. 13). Pada 217 kasus Jenis penelitian yang dipakai pada
kematian perinatal, 96,8% ibu mengalami penelitian estimasi kejadian asfiksia ini
gangguan kesehatan ketika hamil. adalah penelitian analitik observasional
Gangguan kesehatan pada ibu hamil yang dengan desain penelitian potong lintang.
sering terjadi dan dapat menyebaban
kematian bayi usia 0-7 hari adalah KPD Teknik Pengumpulan Data
dan hipertensi maternal (Dinas Kesehatan Jenis data yang digunakan adalah
Jawa Barat, 2014). Insidensi KPD sendiri data kualitatif yaitu berupa data mengenai
sekitar 5,2% dari seluruh kehamilan, yang ketuban pecah dini dan kejadian asfiksia.
4% di antaranya (79% dari insidensi KPD) Sumber data yang digunakan berasal
terjadi pada kehamilan cukup bulan, dan dari data sekunder berupa data persalinan
sekitar 1,2 % terjadi pada kehamilan pasien dengan KPD yang sudah didiagnosa
preterm (Sukmarani dkk. 2011, hlm. 7) dokter dan asfiksia neonatorum yang
Sukmarani dkk. (2011, hlm. 7-8), diperoleh dari rekam medik. Data sekunder
menggambarkan adanya hubungan yang yang diperoleh akan dikoding dan
bermakna antara ketuban pecah dini disesuaikan dengan kode dari setiap data
dengan asfiksia ringan-sedang pada yang diperoleh.
neonatorum pada menit pertama.
Sedangkan hasil penelitian Wiradharma Teknik Sampling
dkk. 2013, hlm. 317-318 terdapat Teknik sampling yang digunakan
hubungan bermakna antara lamanya KPD adalah simple random sampling.
(≥ 12 jam) dengan kejadian asfiksia.
Berdasarkan paparan di atas, Populasi dan Sampel
peneliti tertarik untuk melihat hasil luaran Populasi dalam penelitian ini adalah
janin berupa kejadian asfiksia pada seluruh pasien dengan persalinan aterm
persalinan aterm atau cukup bulan yang yang datang ke RSUD Kota Depok pada
disertai KPD di RSUD Kota Depok.
RSUD Kota Depok dipilih karena rumah

3
waktu dilakukan penelitian, baik pasien Persalinan Aterm
baru maupun pasien lama.
Sampel penelitian ini adalah semua Table 4. Distribusi Persalinan Aterm
pasien dengan persalinan aterm dan Berdasarkan Kejadian KPD di
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi RSUD Kota Depok periode
yang ada di RSUD Kota Depok. Jumlah Januari 2013 – Desember 2015
sampel yang diperlukan sebanyak 200
responden, yang 64 diantaranya mengalami Ibu melahirkan Jumlah (N) Presentase (%)
Non KPD Aterm 2.231 91.8 %
KPD dan 136 sisanya tidak mengalami KPD Aterm 197 8.2 %
2.428
KPD. Jumlah 100 %
Sumber : data sekunder, rekam medis

Teknik Analisis Data


Berdasarkan Tabel 2, selama periode
Analisis Univariat
Januari 2013-Desember 2015 dari 2428
Analisis univariat digunakan untuk
persalinan aterm di RSUD Kota Depok,
mendeskripsikan masing-masing variabel
sebanyak 197 (8.2%) mengalami KPD
dari kelompok sampel.
pada usia kehamilan aterm.

Analisis Bivariat
Distribusi Asfiksia
Analisis bivariat menggunakan uji
hipotesis komparatif kategorik karena
Tabel 5. Distribusi Asfiksia pada
keluaran yang diinginkan peneliti adalah
Apgar menit ke-1 dengan
selisih atau perbandingan proporsi dan
Ketuban Pecah Dini
variabel yang diteliti merupakan variabel
Kategori Jumlah Presentase (%)
kategorik-kategorik. Jenis komparatif
(N)
yang dilakukan adalah komparatif tidak Non asfiksia 52 81,25%
berpasangan karena variabel yang diteliti Asfiksia ringan-sedang 12 18,75%

bukan dari subjek yang sama. Sehingga uji Asfiksia berat 0 0%


Jumlah 64 100%
yang digunakan adalah uji kai kuadrat
Sumber : data sekunder, rekam medis
dengan variabel independen dan variabel
dependen berupa data ordinal dan nominal,
jika data normal. Apabila data tidak normal Berdasarkan tabel 3, distribusi
digunakan uji Fisher.
kasus asfiksia ringan-sedang pada nilai
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Univariat

4
Apgar menit ke-1 sekitar 18,75% dan tidak Berdasarkan tabel 5, distribusi
kasus asfiksia ringan-sedang pada nilai
terdapat asfiksia berat.
Apgar menit ke-1 tanpa KPD sekitar
4,41% sedangkan asfiksia berat sekitar
2,21%.
Tabel 6. Distribusi Asfiksia pada
Apgar menit ke-5 dengan
Tabel 8. Distribusi Asfiksia pada
Ketuban Pecah Dini
Apgar menit ke-5 tanpa
Kategori Jumlah (N) Presentase (%)
Ketuban Pecah Dini
Non asfiksia 62 96,87%
Kategori Jumlah Presentase (%)
Asfiksia ringan-sedang 2 3,13%
(N)
Asfiksia berat 0 0%
NonAsfiksia 133 97,79 %
Jumlah 64 100%
Asfiksia ringan-sedang 3 2,21 %
Sumber : data sekunder, rekam medis
Asfiksia berat 0 0%
Jumlah 136 100%
Berdasarkan tabel 4, distribusi Sumber : data sekunder, rekam medis

kasus asfiksia ringan-sedang pada nilai


Apgar menit ke-5 sekitar 3,13%. Angka Berdasarkan tabel 6, kasus asfiksia
tersebut menunjukkan adanya perubahan ringan-sedang pada nilai Apgar menit ke-5
yang cukup signifikan sekitar 15,62% dari tanpa KPD sekitar 2,21%. Angka tersebut
kasus asfiksia ringan-sedang pada nilai menunjukan adanya penurunan kejadian
Apgar menit ke-1. dari asfiksia ringan-sedang pada nilai
Apgar menit ke-1.
Tabel 7. Distribusi Asfiksia pada
Apgar menit ke-1 tanpa Hasil Analisis Bivariat
Ketuban Pecah Dini Uji bivariat yang digunakan pada
Kategori Jumlah Presentase (%) penelitian adalah uji kai kuadrat untuk
(N) melihat korelasi ketuban pecah dini dengan
NonAsfiksia 127 93,38%
asfiksia pada menit ke-1. Uji Fisher
Asfiksia ringan-sedang 6 4,41%
dilakukan pada uji korelasi ketuban pecah
Asfiksia berat 3 2,21%
Jumlah 136 100%
dini dengan asfiksia pada menit ke-5
Sumber : data sekunder, rekam medis dengan alasan distribusi data tidak normal
sehingga tidak memenuhi syarat uji kai
kuadrat.

5
Hubungan Ketuban Pecah Dini pada Hubungan Ketuban Pecah Dini pada
Persalinan Aterm denga Asfiksia pada
Persalinan Aterm dengan Asfiksia pada
Apgar menit ke-1
Apgar Menit ke-5

Tabel 9. Hubungan KPD dengan


Tabel 10. Hubungan KPD dengan
Asfiksia pada Apgar menit ke-5.
Apgar Total p-value PR
Ibu Non-
Asfiksia Apgar
Melahirkan Asfiksia
Ibu Non- Total
N % n % N % Asfiksia p-value
Melahirkan Asfiksia
KPD 12 18,8 52 81,4 64 100
Non-KPD 9 6,6 127 93,4 136 100 0,018 3,48 N % n % N %

Total 21 10,5 179 89,5 200 100 KPD 2 3,1 62 96,9 64 100

Asfiksia pada Apgar menit ke-1. Non-KPD 3 2,2 133 97,8 136 100 0,659

Sumber : data sekunder, rekam medis Total 5 2,5 195 97,5 200 100
Sumber : data sekunder, rekam medis

Tabel 9 menyajikan hasil analisis


uji kai-kuadrat. Dari tabel di atas, Berdasarkan Tabel 10, didapatkan

didapatkan hasil kejadian KPD dengan hasil kejadian KPD dengan asfiksia sebesar

asfiksia sebesar 18,8% sampel, sedangkan 3,1%, sedangkan kejadian non- KPD

kejadian non- KPD dengan non- asfiksia dengan non- asfiksia sebesar 97,8%.

sebesar 93,4%. Berdasarkan analisis Berdasarkan analisis bivariat dengan

bivariat dengan menggunakan uji statistik menggunakan uji statistik Fisher untuk
kai-kuadrat untuk hubungan KPD dengan hubungan KPD dengan asfiksia pada

asfiksia pada Apgar menit ke-1, didapatkan Apgar menit ke-5, didapatkan hasil bahwa

hasil bahwa nilai p sebesar 0,018 atau < nilai nilai p sebesar 0,659 atau >0,05,

0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa sehingga dapat disimpulkan bahwa H0

H1 diterima dan menolak H0 yang artinya diterima dan menolak H1 yang artinya

terdapat hubungan antara KPD dengan tidak terdapat hubungan antara KPD

asfiksia pada Apgar menit ke-1. dengan asfiksia pada Apgar menit ke-5.

Sedangkan Prevalance Rate (PR) pada PEMBAHASAN


tabel tersebut menunjukkan hasil sebesar Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD
3,48 atau > 1 yang berarti faktor pajanan Kota Depok Periode Januari 2013-
dalam hal ini KPD berpengaruh terhadap Desember 2015 didapatkan jumlah
kejadian asfiksia pada Apgar menit ke-1. persalinan sebesar 6.249 persalinan baik
6
disertai komplikasi maupun tidak disertai Angka kejadian asfiksia ringan-
komplikasi. Dari jumlah persalinan sedang pada Apgar menit ke-1 dengan
tersebut 2.428 diantaranya terjadi pada KPD sekitar 18,75%. Terjadinya asfiksia
kehamilan aterm, yang 8,2% mengalami ringan-sedang pada neonatus dapat
komplikasi persalinan berupa KPD. disebabkan oleh beberapa hal, salah
Sedangkan kejadian KPD pada persalinan satunya akibat komplikasi yang terjadi
aterm jika dibandingkan dengan seluruh selama persalinan dalam hal ini KPD.
persalinan sekitar 3,2%. Hasil tersebut Selain itu asfiksia ringan-sedang setelah
berbeda dengan hasil penelitian dari kelahiran dianggap sebagai perubahan
Sukmarani dkk. (2011, hlm. 7-8) di RSUD fisiologis yang normal pada bayi baru lahir
Kota Bandung yaitu 4% KPD terjadi pada sebagai paparan dari dunia luar yang dapat
kehamilan aterm. Hal ini menggambarkan merangsang awal bernafas pada neonatus
bahwa kejadian KPD pada persalinan (Guyton & Edward. 2011, hlm. 1044).
aterm di RSUD Kota Depok cukup rendah Apgar menit ke-1 menggambarkan
dibandingkan di RSUD Kota Bandung. kebutuhan segera resusitasi pada neonatus.
Ketidaksesuaian insidensi tersebut dapat Sehingga penilaian perubahan nilai Apgar
disebabkan oleh beberapa faktor, antara yang dinilai pada menit ke-5 berguna untuk
lain adanya penurunan jumlah pasien menilai keefektifan resusitasi yang
akibat penyaringan pasien BPJS yaitu diberikan serta untuk menentukan
untuk melakukan persalinan normal dapat prognosis (Cunningham dkk. 2014, hlm.
dilakukan di pemberi pelayanan kesehatan 627). Sedangkan angka kejadian asfiksia
tingkat pertama (PPK1), selain itu fasilitas ringan-sedang pada persalinan aterm tanpa
di RSUD Kota Depok berupa Neonatal KPD menurut Apgar menit ke-1 sekitar
Intensive Care Unit (NICU) yang tidak 4,41% dan asfiksia berat 2,21%. Salah satu
tersedia, ruang rawat setelah melahirkan penyebab asfiksia pada persalinan tanpa
yang hanya memiliki 8 tempat tidur, ruang KPD adalah tali pusat yang rapuh serta
Verlos Kamer (VK) atau kamar bersalin lilitan tali pusat pada bayi, sehingga dapat
yang memiliki 6 tempat tidur dan ruang menyebabkan hipoksia dan asfiksia pada
Operatie Kamer (OK) yang hanya 1 kamar neonatus. Tidak terdapat kasus asfiksia
operasi besar serta 1 kamar operasi kecil berat pada Apgar menit ke-5 baik pada
juga merupakan kendala dalam menangani persalinan aterm dengan KPD maupun
pasien sehingga menyebabkan tanpa KPD di RSUD Kota Depok.
ketidaksesuaian insidensi tersebut. Penurunan angka kejadian asfiksia tersebut

7
menunjukkan resusitasi yang baik dan melakukan perujukan ke rumah sakit
efektif di RSUD Kota Depok. terdekat dengan menggunakan ambulans.
Hasil penelitian berdasarkan tabel Sebelum melakukan perujukan terlebih
9, menggambarkan adanya hubungan dahulu dilakukan pencarian rumah sakit
antara KPD pada persalinan aterm dengan terdekat sebagai tempat rujukan, terkadang
asfiksia pada Apgar menit ke-1, dengan ini merupakan suatu kendala ketika sampai
nilai PR menunjukkan lebih dari 1 (3,48), ke rumah sakit yang sudah di hubungi
yang memiliki arti faktor pajanan dalam sebelumnya, ternyata fasilitas berupa
hal ini KPD berpengaruh terhadap kejadian kamar bersalin, kamar operasi dan kamar
asfiksia pada Apgar menit ke-1. Hal ini inap penuh sehingga memperpanjang
sesuai dengan penelitian Sukmarani dkk. waktu penanganan pasien KPD. Sedangkan
(2011, hlm. 7-8), yang menggambarkan proses perujukan ke RSUD Kota Depok
adanya hubungan bermakna antara KPD memiliki kendala lain yaitu jarak yang
dengan asfiksia ringan-sedang pada cukup jauh antara beberapa kecamatan di
neonatorum pada menit pertama dan pasien Kota Depok dengan RSUD Kota Depok
dengan KPD mempunyai kemungkinan dan rute tempuh yang memakan waktu
1,469 kali untuk mengalami asfiksia cukup lama. Selain itu, masalah lainnya
ringan-sedang dibandingkan dengan pasien dari penanganan KPD di RSUD Kota
yang tidak mengalami KPD. Hasil tersebut Depok adalah tidak terdapatnya NICU,
disebabkan lamanya penanganan pada kamar operasi yang hanya berjumlah dua
pasien KPD, yaitu berupa perujukan dari ruangan dan kamar rawat inap setelah
PPK1 ke rumah sakit rujukan. Prosedur persalinan yang berjumlah 9 tempat tidur.
penangangan di PPK1 terhadap KPD pada Proses perujukan yang memakan waktu
persalinan aterm, yaitu berupa observasi cukup lama tersebut menyebabkan
selama 6-8 jam pada pasien yang sudah peningkatan paparan mikroorganisme pada
mengalami pembukaan pada kala 1 fase cairan ketuban serta memperbesar kejadian
aktif, apabila pembukaan tidak bertambah kompresi tali pusat akibat penurunan
pasien akan dirujuk ke rumah sakit dengan cairan ketuban yang dapat memperbesar
diberikan antibiotik dan oksigen, serta risiko terjadinya asfiksia pada neonatus
cairan infus bila diperlukan. Jika pasien yang digambarkan dengan nilai Apgar
datang dengan KPD tapi belum inpartu dan menit ke-1 dan menit ke-5 (Kosim, SM,
apabila sudah terjadi KPD lebih dari 12 2009, hlm. 4-5).
jam serta cairan ketuban sudah berubah
warna menjadi kehijauan PPK1 langsung

8
Sedangkan hasil penelitian pada sedangkan asfiksia ringan-sedang
tabel 10, menggambarkan tidak adanya pada Apgar menit ke-5 sekitar
hubungan antara KPD pada persalinan 3,13% dan tidak terdapat asfiksia
aterm dengan asfiksia pada Apgar ke-5, berat pada Apgar menit ke-5.
yang ditunjukan dengan nilai p > 0,05 c. Terdapat hubungan ketuban pecah
(0,659). Hal tersebut menunjukan dini pada persalinan aterm dengan
perbaikan keadaan bayi pada menit ke-5 asfiksia pada Apgar menit ke-1.
yang dipengaruhi oleh resusitasi yang baik
sehingga mengurangi angka kejadian DAFTAR PUSTAKA
asfiksia. Perbaikan keadaan bayi tersebut
menandakan penanganan yang baik pada Antonucci, R, Porcella, A, Pilloni, MD
2014, ‘Perinatal Asphyxia in The
neonatus di RSUD Kota Depok, sehingga
Term Newborn’, The Role of
mengurangi risiko asfiksia pada neonatus Pathological Dialogue in Problem
Solving, Vol. 3, Oktober 2014
dan mengurangi angka kejadian morbiditas
dan mortalitas pada neonatus.
Dharmasetiawana, N, Kosim, SM,
Yunanto, Dewi, Sarosa, Usman
2014, Buku Ajar Neonatologi,
SIMPULAN IDAI, Jakarta.
Berdasarkan hasil analisis dan
Dinas Kesehatan Jawa Barat 2014, Profil
pembahasan terhadap hasil penelitian yang Kesehatan Jawa Barat, Kepala
diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat, Dinas Kesehatan Jawa Barat,
sebagai berikut : Jawa Barat. diakses pada Juni 2016.
a. Angka kejadian persalinan aterm http://www.diskes.jabarprov.go.id/i
ndex.php/arsip/categories/MTEz/pr
di RSUD Kota Depok periode ofile-kesehatan
Januari 2013 – Desember 2015
adalah 2.428 persalinan, yang Dinas Kesehatan Kota Depok 2013, Profil
Kesehatan Kota Depok, Dinas
8,2% mengalami komplikasi Kesehatan Kota Depok, Depok,
persalinan berupa KPD dan diakses pada Juni 2016.
http://dinkes.depok.go.id/wp-
sekitar 3,2% dari seluruh content/uploads/Narasi-Profil-
persalinan. Kesehatan-2013.pdf
b. Kejadian asfiksia ringan-sedang
Dorland, NWA 2008, Kamus Saku
pada Apgar menit ke-1 pada Kedokteran, EGC Medical
persalinan aterm sekitar 18,75% Publisher, Jakarta.
dan tidak terdapat asfiksia berat,

9
Indonesia. Departemen Kesehatan RI, Pediatri, Vol. 16, Hlm. 29-34,
Riset Kesehatan Dasar, Kepala diakses Juli 2016.
Badan Penelitian dan http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/1
Pengembangan Kesehatan 6-1-6.pdf
Departemen Kesehatan RI, Jakarta,
diakses pada Juni 2016.
Wiradharma, Kardana, Dharma 2013,
http://www.riskesdas.litbang.depke
‘Risiko Asfiksia pada Ketuban
s.go.id/
Pecah Dini di RSUP Sanglah’, Sari
Pediatri Vol. 14, No. 5, Hal. 316-
Lee, ACC, Mullany, LC, Tielsch, JM, 319, diakses Juli 2016.
Katz, Khatry, LeClerq, Adhikari, http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/1
Shrestha, Darmstdat 2008, ‘Risk 4-5-9.pdf
Factors for Neonatal Mortality Due
to Birth Asphyxia in Southern
Nepal: A Prospective, Community-
Based Cohort Study’, Pediatrics,
Vol. 121, Mei 2008, hlm. 1381-
1390.

Notoatmodjo S 2010, Metodologi


Penelitian Kesehatan, Rineka
Cipta, Jakarta

Revathi, V, Sorwajanya, R, Lavanya, S


2015, ‘Maternal and Perinatal
Outcome in Premature Rupture of
Membranes at Term’, Journal of
Dental and Medical Science, Vol.
14, Hal. 12-15

Sastroasmoro, S & Ismael, S 2014, Dasar-


Dasar Metodologi Penelitian Klinis
Edisi ke-5, Sagung Seto, Jakarta

Sukmarani, P, Sukarya, WS, Astuti 2011,


Hubungan Antara Ketuban Pecah
Dini pada Persalinan Matur
dengan Kejadian Asfiksia di RSUD
Kota Bandung Periode 2010-2011,
Hal. 1-8, diakses Juni 2016.
http://elibrary.unisba.ac.id/files2/sk
r.12.00.08045.pdf

Tohaga. E, Budhi, K, Wijayahadi. N 2014,


‘Hubungan Antara Derajat Asfiksia
dengan Beratnya Hipokalsemia
pada Bayi Baru Lahir’, Sari

10

Anda mungkin juga menyukai