Anda di halaman 1dari 22

CRITICAL BOOK REPORT

Identitas Buku

1. Judul Buku
Filsafat Pendidikan
2. Penulis
Drs. Edward Purba, M.Si.
Prof.Dr. Yusnadi, MS
3. Penerbit
Unimed Press, 20117

Ringkasan Buku

BAB 1

PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT
Pengertian filsafat antara satu ahli filsafat atau filsuf dan ahli filsafat lainnya selalu
berbeda dan hamppr sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Namun demikian
pengertian filsafat dapr ditinjau dari dua segi, yakni secara etimologi dan terminologi.

a. Tujuan dan cirri-ciri pikiran kefilsafatan


Filsafat bertujuan untuk mencari hakikat dari sesuatu gelaja atau fenomena secara
mendalam. Sedangkan cirri-ciri pikiran kefilsafatan adalah filsafat merupakan
pemikiran tentang hal-hal serta proses-proses yang dibicarakan ialah pemikiran itu
sendiri, di antara hal-hal yang dipikirkan itu adalah sipemikir itu sendiri. Dengan
filsafat seseorang tidak akan menganggap suatu masalah yang manapun sebagai hal
yang sepele.
b. Alasan berfilsafat
1. Keheranan
2. Kesangsian
3. Kesadarann akan keterbatasan
c. Pdlam tradisi dan peranan filsafat
Filsafat telah memrankan 3 peran utama dalam sejarah pemikiran manusia. Ketiga
peran tersebut adalah :
1. Pendobrak
2. Pembebas
3. Pembimbing
B. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Pendidikan dapat dikatakan sebagai proses, dimana pendidikan merupakan usaha sadar dan
penuh tanggung jawab dari irang dewasa dalam membimbing, memimpin, dan mengarahkan
peserta didik dengan berbagai permasalahan dan pertanayaan yang mungkin timbul dalam
pelaksanaannya. Filsafat pendidikan dalam arti luas menurut Mudyahardjo (2004,5) dapat
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

1. Filsafat praktek pendidikan


2. Filsafat ilmu pendidikan

BAB II

FILSAFAT PENDIDIKAN

A. FILSAFAT PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM


Filsafat pendidikan sebagaimana cabang filsafat lainnya mencakup sekurang-kurangnya
tiga cabang utama yakni :
1. Antologi
Onlogi berasal dari bahasa yunani ‘onta’ yang berarti sesuatu yang sungguh-sungguh
ada, kenyataan yang sesungguhnya dan logos yang berarti teori atau ilmu.
2. Epistemologi
Epsitemologi pendidikan dimaksudkan mencari sumber-sumber pengetahuan dan
kebenaran dalam praktek pelaksanaan pendidikan.
3. Aksiologi
Landasan aksiologis dalam praktek pelaksanaan pendidikan didasarkan pada nilai-
nilai dasar yang tekandung dalam pembukaan UUD 1945 dan UUD pedidikan.

Dalam hal ini filsafat seolah-olah dijabarkan secara langsung kedalam pendidikan dengan
maksud untuk menghasilkan konsep pendidikan yang berasal dari satu cabang atau aliran
filsafat misalnya idealism.

B. SUBSTANSI FILSAFAT PENDIDIKAN


Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai bagian dari
fundasi-fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan tentang
konsep-konsep dasar pendidikan. Tujuan pendidikan semakin diperjelas dan dipertegas
substansi dan arahnya yakni menjadikan manusia yang cerdas, berbudi luhur, berakhlak
mulia dan lainnya.

C. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Menurut Hasan langgulung (dalam jahaluddin, 1997,22) berpendapat bahwa filsafat


pendidikan adalah penerapan metode dan pandangan dilsaffat dalam bidang pemgalaman
manusia yang disebutkan pendidikan. Filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting,
sebab menjadi dasar, arah dan pedoman suatu system pendidikan

Hubugan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan yaitu :

1. Filsafat dalam arti filosofis merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam
memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para
ahli.
2. Filsafat berfungsi member arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran
filsafat tertentu yang memiliki relevansi dengan kebutuhan yang nyata.
3. Filsafat dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam mengembangkan teori teori pendidikan menjadi ilmu
pendidikan.

BAB III

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN


Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, yang berarti bahwa filsafat
pendidikan pada dasarnya menggunakan caraa kerja filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran
manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai, khususnya yang berkaitan dengan
praktek pelaksanaan pemdidikan.
Berikut ini berbagai aliran filsafat pendidian yang didasarkan pada emapat aliran
tentang ralita dan fenomena yakni :
1. Filsafat pendidikan idealisme
Idealism berpendidiran, bahwa kenyataan tersusun atas gagasan-gagasan spirit.
Seoran pengikut idealisme menurut Kattsiff (1996) akan menjawab sebagai berikut :
pertama jjika kita meneliti: (1) hakekat terdalam pengalaman seseorang, (2) ketertiabn
dan susunan alam semesta,(3) adanya nilai di alam semesta, Menurut paham idealism,
guru harus membimbing atau mendiskusikan dengan peserta didik bukan prinsip-
prinsip eksternal, melainkan sebagai kemungkinan-kemungkinan yang perlu
dikembangkan, juga harus diwujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik.
2. Filsafat pendidikan realisme
System kefilsafatan realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau cara lain, ada hal-hal
yang adanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri, dan yang hakekatnya tidak
terpengaruh oleh seseorang.

3. Filsafat pendidikan materialisme


Aliran materialism adalah suatu aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran
kebendaan, dimana benda merupakan sumber segalanya, sedangkan yang dikatakan
materialistis mementingkan kebendaan.
Katrakteristik umum materialism (sadulloh. 2003) berdasarkan suatu asumsi
bahwa realitas dapat dikembangkan pada sifat-sifat yang sedag mengalami perubahan
gerak dalam ruang jadi asumsi tersebut adalah :
a. Semua sains merupakan cabang dari sains mekanika.
b. Jiwa merupakan gerakan yang kompleks dari otak , system urat saraf, atau organ-
organ jasmani lainnya.
c. Nilai dan cita-cita, makna dan tujuan hidup, keindahan dan kesenagan, serta
kebebasan, hanyalah sekedar nama-nama atau semboyan.
4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata “pragma” yang artinya praktik atau aku berbuat.
Mengandung arti bahwa makna dari segala sesuatu tergantung dari hubungannya
dengan apa yang dapat dilakukan.
Menurut John Dewey (Sadulloh, 2003), pendidikan perlu didasarkan pada tiga
pokok pemikiran, yakni:
a. Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup
b. Pendidikan sebagai pertumbuhan
c. Pendidikan sebagai fungsi social
5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Eksistensi
adalah cara manusia ada di dunia (Sadulloh, 2003). Ada beberapa pandangan
penganut filsafat ini sehubungan eksistensi yakni:
a. Eksistensi adalah cara manusia berada.
b. Bereksistensi tidak etatis tetapi dinamis.
c. Manusia terikat dengan dunia sekitarnya terutama sesame manusia.
6. Filsafat Pendidikan Progresivisme
Menurut penganut aliran ini bahwa kehidupan manusia berkembang terus
menerus dalam suatu arah yang positif.
Progresivisme pengikut Dewey (Sadulloh. 2003), mendasarkan asumsi
berikut:
a. Minat-minat peserta didik sebagai dasar menentukan muatan kurikuum, bukan
disiplin ilmu atau akademik
b. Pengajaran efektif adalah apabila memperlakukan peserta didik sebagai
keseluruhan dan minat-minat serta kebutuhab-kebutuhan.
c. Pembelajaran harus aktif
d. Pendidik bertujuan untuk membina peserta didik berfikir secara rasioal
e. Peserta didik mempelajari nilai-nilai personal dan sosial disekolah
f. Pendidik merupakan wahana yang memungkinkan masa depan yang lebih baik
dari yang sebelumnya
7. Filsafat Pendidikan Perenialisme
Aliran ini berbeda dengan progressivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu
yang baru. Berikut ini ada beberapa prinsip pendidikan perenialisme (Sadulloh. 2003),
sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan yaitu untuk mencapai kebijakan dan kebajikan, untuk
memperbaiki manusia sebagai manusia dengan kata lain pemuliaan manusia.
b. Pikiran adalah kemampuan yang paling tinggi
c. Fungsi utama pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran
yang parti dan abadi.
8. Filsafat Pendidikan Esensialisme
Penganut paham ini berpendapat bahwa betul-betul ada hal-hal yang esensial
dari pengalaman peserta didik yang memiliki nilai esensial dan perlu dipertahankan.
9. Filsafat Pendidikan rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah kelanjutan yang logis dari cara berfikir
progresifisme dalam pendidikan. Brameld (Sadulloh. 2003) mengemukakan teori
pendidikan rekonstruksionisme terdiri dari lima tesis, yakni:
a. Pendidikan berlangsung saat ini untuk menciptakan tata sosial yang baru.
b. Demokrasi sejati merupakan dasar dari kehidupan masyarakat baru.
c. Anak, sekolah dan pendidikan diatur oleh kekuatan budaya dan sosial.
d. Guru memegang peran penting dalam pendidikan disekolah akan tetapi harus selalu
memperhatikan prosedur demokratis.
e. Tujuan pendidikan adalah untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan yang
berhubungan dengan krisis budaya.

BAB IV FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA

B. PANDANGAN FILSAFAT PANCASILA TENTANG MANUSIA, MASYARAKAT,


PENDIDIKAN, DAN NILAI
Pancasila merupakan dasar dari pembentukan negara Indonesia sebagaimana yang
dikemukakan oleh Bung Karno didalam lahirnya pancasila. Sebagai ideology, Pancasila
sebagai dasar Negara, mempunyai otoritas yang mengatur dan mengarahkan setiap
kegiatan yang dilakukan secara pribadi maupun kelompok untuk mencapai tujuan yang
dicita-citakan.
1. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia

Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa dan
Negara Indonesia memandang manusia adalah mahluk tertinggi ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa yang dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan berkambang

2. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Masyarakat


Hamdi Muluk (dalam Tilaar.2002:76) mengemukakan program-program sebagai
berikut:
a. Dalam menyikapi dorongan etno-nasionalisme yang negative maka dihindarkan
cara-cara pemecahan koersif, tetapi dengan menggunakan metode persuasive dan
dialogis.
b. Perlu diakui identitas etnis dalam arti cultural bukan dalam arti politik.
c. Menyadarkan kelompok-kelompok yang berkeinginan kepada separatisme ,
bahwa berpisah dengan Negara Indonesia akan merugi.
d. Menghindari berbagai pelanggaran HAM dan menghormati hak asasi manusia.
3. Pandangan filsafat pancasila tetang pendidikan
Dalam UU Sisdiknas tahun 2003 BAB II Pasal 3 dijelaskan tujuan pendidikan sebagai
berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
4. Pandangan filsafat pancasila tentang ilmu
Sila-sila dalam Pancasila menunjukkan system etika dalam pembangunan iptek,

C. Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap System Pendidikan Nasional


Acuan penyelenggaraan system pendidikan nasional, UUD 1945 Pasal 31 yang baru
sebagi hasil amandemen Agustus 2002 menjadi:
1. Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional.
3. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen
dari APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional

Pendidikan adalah sebagai suatu investasi bagi pengembangan sumber daya manusia
sebagai individu dan anggota masyarakat.

BAB V HAKIKAT ILMU PENDIDIKAN


B. HAKEKAT PENDIDIKAN
1. Pengetian pendidikan
Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku
individu kearah kedewasaan dan kematangan. Arti kedewasaan dalam konotasi ini
sangat luas tidakterbatas hannya pada usia, melainkan lebih menekankan pada
mentak-spritual , sikap nalar, baik intelektual maupun emosional , sosial dan spritual.
Pendidikan merupakan pemberdayaan sumber daya manusia. Makna
pendidikan adalah memberikan kebebasan kepada seseorang untukmengembangkan
dirinya sendiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Untuk menembus kekakuan
yang mungkin selama ini banyak mempengaruhi pelaksanaan pendidikan kita harus
ditembus dengan pelaksanaan memberdayakan peserta didik melalui kebebasan yang
bertangggungjawab.
Dalam proses pemberdayaan , peserta didik dididik dan di bimbing menjadi
SDM yang memiliki visi, berpijak diatas realita, selalu berhadapan dengan orang lain,
dan sebagai orang yang berani. Sarah cook dan steve macaulay ( dalam Nursid
suadmadja 2002: 80 ) menjelaskan ada 4 dimensi, yaitu : visi, realita, orang ( manusia
lain ) , dan keberanian.
Ketakberdayaan individu dan atau kelompok yang terjadi oleh karena
kebodohan, kemiskinan, perbudakan, dan harga diri ( rendah diri), harus ditembus
melalui pendidikan sebagai perekayasa manusia yang kegiatannya diarahkan pada
pengembangan kreatifitas, dasar IPTEK, setia kawan, dan modern..
Pada hakekatnya pendidikan itu bukan membentuk,bukan menciptakan,
seperti yang diinginkan, tetapi menolong,membantu dalam arti luas. Dalam kaitannya
dalam proses “menjadi “ maka pengertian pendidikan adalah membantu, membina
dan mengarahkan peserta didik berkembang sesuaidenganjati dirinya , peserta didik
diberi kebebasan seluas-luasnya berdasarkan potensi yang ada pada dirinya.
Dari batasan-batasan pendidikan yang dijelaskan diatas, maka dapat dikatakan bahwa
perumusan yang baik harus mengandung sekurang-kurangnya unsur berikut ini:
 Adanya bentuk pendidikan itu ; apakah berbentuk usaha, pertolongan, bantuan,
bimbingan, pelayanan ataupun pembinaan.
 Adanya pelaku pendidikan itu ; orang dewasa, guru sebagai pendidik, orang tua,
pendeta/pemuka agama, pemuka masyarakat, ataupun pimpinan organisasi.
 Adanya sasaran pendidikan ; orang yang belum dewasa; anak didik, peserta didik.
 Adanya sifat pelaksanaan pendidikan ; dengan sadar, dengan sengaja, penuh
tanggungjawab, dengan sistematis, dengan secara terencana.
 Adanya tujuan yang ingin dicapai ; manusia susila, kedewasaan, manusia yang
patriot, atau warga negara yang bertanggung jawab.
2. tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan telah mengalami perubahan sejak Indonesia merdeka
hingga sekarang. Tujuan pendidikan pada masa Orde lama berbeda dengan orde baru
begitu juga orde baru berbeda dengan sekarang.
Robert F.Mager ( dalam M.Ngalim Purwanto. 2000 : 38 ) Ada 3 alasan pokok
mengapa pendidikan harus memperhatikan dan merumuskan tujuan pendidikannya .
1. Dengan merumuskan tujuan pendidikan dengan jelas, maka pendidik akan dapat
memilih dan merancnag bahan pembelajaran, alat, danmetode yang tepat
untukdigunakan dalam pendidikan atau pembelajaran.
2. Keberhasialan pembelajaran ditentukan oleh penapaian hasil sesuai dengan yang
diharapkan..
3. Bila tujuan tidak dirumuskan , sudah tentu pendidikan aka mengalami kesilitan
dan bahkan akan tidak dapat mengorganisasikan materi atau bahan pelajaran dan
kegiatan-kegiatan serta usaha-usaha peserta didik dalam pencapaian tujuan
pembelajaran.
Hirarki tujuan pendidikan dapat digambarkan sebagai berikut :
Kontinum jenis tujuan
Sangat umum Tujuan pendidikan nasional
Standard kompetensi lulusan
Kompetensi inti
Kompetensi dasar
Indikator
Sangat spesifik

3. Pilar Pendidikan
UNESCO mengemukakan bahwa pendidikan disokong empat pilar yang
disebut dengan empat pilar pendidikan yakni :
1. Learning to know. Salah satu pilar untuk mengetahui banyak hal yang sangat
deperlukan dalam hidup dan kehidupan manusia.
2. Learning to do. Merupakan aktualisasi pengetahuan , kemampuan, dan aktualisasi
diri yang dinyatakan dalam perbuatan dalam hidup dan kehidupannya.
3. Learning to be. Aktualisasi diri merupakan perwujudan aktivitas learning to be.
Manusia dalam hidupnya selalu dalam proses menjadi. Hal ini mengandung
makna bahwa manusia tak pernah berhenti belajar dan belajar agar menjadi seperti
dirinya sendiri ( jati diri ).
4. Learning to live together. Merupakan pilar pendidikan mengacu pada pembinaan
dan pembentukan kempuan untuk menghidupi kehidupan bersama dengan orang
lain.
4. Aliran-aliran pendidikan
Berikut ini akan dibahas tentang pendapat para ahli tentang pelaksanaan
pendidikan terhadap anak yang dikemukan dalam beberapa aliran berikut ini :
a. Nativisme
Dipelopori oleh Schopenhauer filsuf bangsa Jerman ( 1788-1860 ), yang
berpendapat bahwa manusia lahir dengan pembawaan baik dan buruk. Menurut kaum
Nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan dengan kata lain,
pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa, merupakan pekerjaan yang sia-sia. Sesuai
dengan hal itu maka dalam ilmu pendidikan ini disebut juga sebagai pesimisme
paedagogis.
b. Naturalisme
aliran ini memandang tidak perlu adanya pendidikan bagi pertumbuhan dan
perkembangan bakat dan kemampuan anak. Aliran ini juga disebut dengan
negativisme. Karna membiar pertumbuhan dan perkembangan anak dengan
sendirinya, serahkan kepada alamnya.
c. Empirisme
Aliran ini berbeda dengan pendapat nativisme, karena berpendapat bahwa dalam
perkembangan anak menjadi manusia dewasa sama sekali ditentukan oleh
lingkungannya. Pengalaman sangat menentukan perkekmbangan anak. Tokoh aliran
ini adlah Jhon Locke (1632-1704), seorang filsuf dari Inggris, yang berpendapat
bahwa manusia lahir keduniaini sebagai kertas kosong, bersih, putih atau sebgai meja
berlapislilin ( Tabula Rasa ) yang belum ada tulisan diatasnya. Aliran ini dikenal
dengan nama Optimisme paedagogis.
d. Konvergensi
Beliau beranggapan bahwa teori navitivisme dan empirisme terlalu ekstrim.
Beliau juga menggambarkan bahwa hasil pertumbahan dan perkembangan tergantung
pada pembawaan dan lingkungan, seolah-olah dua garis yang menujuke suatu titik
pertemuan.
a.
d c
b
keterangan :
a. Pembawaan
b. Lingkungan
c. Hasil pertumbuhan dan perkekmbangan
d. Interaksi
Teori ini disebut teori konvergensi yang artinya memusatkan kesuatu titik, yakni :
1. Pendidikan perlu diberikan
2. Yang membatai hasil pendidikan adalh pembawaan dan lingkungan itu sendiri serta
interaksi individu terhadap diri dan lingkungannya
3. Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada peserta
didik untuk mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah berkembangan
hal-hal yang buruk.
5. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan adalah semua lingkungan yang memberikan pengaruh
terhadap perkembangan kepribadian seseorang, ada yang bersifat langsung dan ada yang
tidak langsung .
Menurut Ki Hadjar Dewantara ada 3 lingkungan yang memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan yang disebut dengan Tri Pusat Pendidikan, yaitu :
a. Lingkungan keluarga
b. Lingkungan sekolah
c. Lingkungan masyarakat
C. Pendidikan Karakter
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasl 3,
menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bemartabat dalam rangka mencerdaskan
kahidupan bangsa..
1. Pengertian karakter.
Karakter merupakan sifat hakiki atau alami yang dimiliki oleh seseorang dalam
bertindak untuk menjawab situasi secara bermoral yang diwujudkan melalui baik,
jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain, rajin, kerja keras, pantang
menyerah, cerdas, kreatif, berdisiplin, dan pandai melihat peluang.
2. Pendidikn karakter
Karakter adalah sesuatu yang sangat penting dan menentukan dalam mencapai tujuan
hidup, baik sebagai pribadi, kelompok masyarakat atau golongan dan bangsa.
Setiap aspek karakter karakter harus dijiwai oleh kelima pancasila secara utuh
dan komperhensif. Muchlas dan Hariyanto (2012:22-25) menjelaskan kelima
pancasila sebagai paying terhadap setiap aspek karakter manusia Indonesia.
1. Bangsa yang Berke-Tuhan-an Yang Maha Esa
2. Bangsa yang menjunjung kemnusiaan yang Adil dan Beradab
3. Bangsa yang mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
4. Bangsa yang Berdemokratis dan Menjunjung Tinggi Hujum dan Hak Asasi
manusia.
5. Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan.

Membangun karakter (chacarter Building) merupakan proses yang berlangsung secara


terus menerus dengan penuh kesadaran dan kemauan untuk belajar. Karakter juga
menjangkau wilayah pikiran (moralknowing) perasaan/penguatan emosi (moral feeling),
dan perbuatan moral (moral action)

Pembentukan karakter melalui proses pendidikan meliputi empat bagian yang harus
diasah dalam kehidupan eseorang sebagai mahluk individu yang terdiri dari fisik dan psikhis
seperti yang dikemukakan oleh Muchlas samani dan Harianto (2012:24-25). Keempat bagian
tersebut adalah :

1. Olah Hati.
Berhubungan dengan perasaan, sikap, dan keyakinan atau Iman
2. Olah Pikir.
Berkenaan dengan proses nalar , kritis, kreatif, dan inovatif
3. Olah Rasa dan Karsa.
Berhubungan dengan Motivasi, Kemauan, kepeduian dan Citra
4. Olah Raga.
Berkenaan dengan persepsi, kesiaoan, Peniruan, Manipulasi, Sportivitas dan
penciptaan aktivitas Baru.
D. Hakekat Manusia
1. Latar belakang
Manusia Adalah mahluk yang mempunyai polah, ulah, dan tingkah laku. Banyak
sekali keinginan dan dorongan Nafsunya, sehingga pada manusia perlu ada pengatura
Hukum , tata tertib, adat istiadat, perlu ada agama dan pendidikan, perlu ada norma dan
nilai.
2. Beberapa Pandangan tentang manusia adalah sebagai Berikut :
a. Manusia itu adalah mahluk berpikir ( Homo sapiens), biasanya berpikirm=nya
manusia itu adalah kalau dihdapkan pada masalah masalah terutama pada masalah
yang menyangkut kehidupan sehari-hari, dari masalah yang sederhana sampai
kepada masalah yang rumit, kemudian ia berfikir tentang gejala-gejala alam yang
ia amatinya, ia terundung untuk menyelidiki, ia menyelidiki terus sampai
menemukan jawaban.
b. Manusia juga adalah mahluk yang suka berbuat, suka menciptakan, dan suka
menghasilkan sesuatu (homo faber) , memiliki kratifitas yang tinggi dan rajin
bekerja.
c. Manusia disebut juga sebagai animal educandum, mahluk yang dapat didik,
karena ia mampu berkata-kata dan berbahasa, mampu berkomunikasi dan
menerima pesan-pesan , mempunyai kompetensi untuk mengerti, memahami,
mengingat dan berfikir.
d. Manusia adalah mahluk yang suka berkawan, butuh mempunyai tema sehingga
dikatakan manusia itu adalah suka berkelomppk mengadakan hubungan social
(zoon politicon).
3. Eksistensi Manusia
a. Manusia sebagai mahluk individu
Tidak ada orang yang dilahirkan persis sama, walaupun pada anak kembar
sekalipun. Jadi dari lahir masing-masing sudah ada pembawaannya , tidak ada
duanya. Demikian juga dengan apa yang mereka alami.
b. Manusia sebagai mahluk social.
Manusia itu adalah mahluk social sekaligus mahluk individu, sebagai manusia dia
kedua-duanya dalam kesatuannya sebagai suatu pribadik. Sebagai mahluk social
individualitasnya hendaknya tetap terpelihara secara utuh.
c. Manusia ebagai mahluk susila
Manusia susila adalah manusia yang memiliki, menghayati, dan melakukan nilai-
nilai kemanusiaan.
d. Manusia sebagai Mahluk Religious
Untuk dapat menjalan kan Kehidupan yang religious, jelaslah anak memerlukan
pendidikan yang mengandung pengkajian-pengkajian, latihan-latihan, dan ritual-
ritual, yang akhirnya diharapkan akan membantu dia kearah penyatuan diri
dengan Tuhan.
4. Pengembangan Dimensi-dimensi Manusia dalam proses Pendidikan
a. Pengembangan diri sebagai mahluk individu
Pengembangan diri sebagai mahluk individu, berarti pendidikan membantu anak
itu menjadi dirinya sendiri, dia dikembangkan menjadi suat pribadi yang utuh
karena tidak ada orang yang dilahirkan persis sama, setiap individu itu berbeda..
b. Pengembangan Manusia sebagai mahluk social
Manusia adalah mahluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya, tidak dapat
mencapai apa yang diinginkannya secara seorng diri saja.
c. Pengembangan manusia sebagai mahluk social.
Pentingnya pengetahuan dan tingkah laku susila nyata dalam masyarakat
memunyai dua alas an pokok yaitu :
1. Untuk kepentingan diriya sebagai individu
2. Upaya kepentingan stabilitas kehidupan masyarakat.
d. Pengembangan Manusia sebagai Mahluk religius
Pengembangan mahluk religious dapat dilakukan dengan bermacam-macam
metode, tetapi yang memegang peranan penting adalah metode yang dapat
menyentuh aspek afektif.
E. Hakekat Masyarakat

Perubahan-perubahan sosial di dalam masyarakat Indonesia yang tidak dapat diputar


kembali jarum jamnya, semua diarahkan kepada suatu tujuan untuk membangun suatu
masyarakat Indonesia Baru. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat tidak
terlepas dan bahkan merupakan hasil dari proses pengelenggaraan pendidikan.

Berikut Tilaar(2002:79) menggambarkan perubahan social kea rah masyarakat Indonesia .

Nasionalisme/Tribalisme Otonomi Daerah Menuju masyarakat Indonesia baru


Demokrasi 1. Negara vs tribalisme 1. Meningkatnya 1. Lahirnya masyarakat demokratis
2. Tribalisme dan partisipasi masyarakat dan terbuka serta toleran
premordialisme 2. Pemimpin local, local 2. Manusia dan masyarakat yang
3. Toleransi genius cerdas
4. Koalisi antara budaya 3. Sistem perwakilan 3. Partisipasi masyarakat dalam
etnis melalui pemilu yang kehidupan politik, ekonomi,
bebas sosial
Perkembangan 1. Ilmu Pengetahuan dan 1. Mempercepat 4. Revitalisasi budaya local
ilmu teknologi merambah pembangunan daerah 5. Lahirnya nasionalisme yag
pengetahuan tanpa paspor dan 2. Daerah “genuine” dalam pengembangan
dan teknologi visas mengembangkan ilmu capital social
2. Memererat pengetahuan dan 6. Ekonomi berdasarkan ilmu
solidaritasme global teknologi susuai pengetahuan dan sumber local
3. Teknologi iformasi kebutuhan daerah 7. Lahirnya masyarakat telematika
dapat mempererat 3. Memanfaatkan 8. Pelestarian dan pemanfaatan
identitas etnis masyarakat SDA daerah
4. Terbentuknya tekematika untuk 9. Sumber daya manusia berkualitas
masyarakat telematika keperluan daerah dan mampu bersaing dalam dunia
regional & global
globalisasi 1. Lahirnya 1. Keikutsertaan daerah 10. Anggota masyarakat global yang
nasionalisme yang dalam pergaulan yang berbudaya
“genuine” global
2. Kerja sama dalam 2. Mempersiapkan
persaingan global sumber daya manusia
3. Ikut serta dalam yang berkualitas
pergaulan global 3. Melestarika
danmemanfaatkan
lingkungan hidup

F. Hakekat Peserta Didik


Dalam praktek pelaksanaan pendidikan sebaiknya disadari setiap peaksana pendidikan
hal-hal sebagai berikut;
1. Subyek didik atau peserta didik memiliki potensi dan kebutuhan, baik fisik maupun
psikologis, yang berbeda beda seingga masing-masing subyek didik merupakan insan
yang unik
2. Subyek didik memerlukan pembinaan individual serta perlakuan yang manusiawi
3. Subyek didik pada dasar nya merupakan insan ang aktif menghadapi lingkungan
hidunya
4. Subyek didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri susuai dengan wawasan
belajar sepanjang hayat.
G. Hakekat Guru atau pendidik

Guru disekolah dalam pelaksanaan tugasnya berperan sebagai tenaga profesional


tentu jelas berbeda dengn pendidik di dalam keluarga . Sesuai dengan kedudukan dan fungsi
guru,, maka guru wajib memiliki kualifikasi di samping sehat jasmani dan rohani akademik,
kompetensi, dan sertifikat pendidik.

Berikut di jelaskan profil guru yng sukses dan guru yang tidak suksses sesuai dengan
yang dikemukakan Good & Brophy 1986

Guru sukses Guru tidak sukses


1. Bersedia bekerja atau melayani siswa 1. Menolak atau merasa kurang nyaman
yang lambat bekerja atau melayani siswa yang
memerlukan bantuan
2. Bersikap realistic terhadap siswa 2. Hubungan dengan siswa diwarnai
oleh hal hal yang bersifat subyektif
dan emosional
3. Menganggap siswa sebagai pribadi 3. Menganggap siswa sebagai beban,
yang sedang belajar atau bahkan sebagai musuh
4. Hangat dan tampak istimewa dimata 4. Dingin dan dianggap tidak ada apa-
siswa apanya oleh siswa hubungan dengan
siswa kadang kadang dirasakan pahit
dan getir
H. HAKEKAT PEMBELAJARAN

Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.
Belajar ditandai dengan terjadinya perubahan perilaku sebagai akibat pengalaman dan
perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalamandan perubahan tingkah laku berlangsung
lam atau relatif permanen.

Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga menimbulkan
perubahan perilaku.kegiatan mental terjadi karena adanya interaksi individu yang
bersangkutan dengan lingkungan yang disadari. Perubahaan perilaku meliputu aspek
pengetahuan (kognitif),sikap (afektif),dan ketrampilan (psikomotorik).

Berbagai pengertian belajar yang telah dikemukakan terdapat beberpa hal didalamnya yaitu :

1. Bahwa belajar itu membawa perubahan (behavioral chages,aktual maupun potensial)


2. Perubahan itu menimbulkan kecakapan baru
3. Perubahan terjadi karena usaha sadar atau dengan sengaja
proses pembelajaran menyentuh tiga ranah yitu sikap,pengetahuan,dan ketrampilan.
Pengetahuan berkaitan dengan tahu apa,sikap dengan tahu mengapa,sedangkan ketrampilan
adalah tahu bagaimana. Perpaduan hasil belajar ketiga ranah tersebut membentuk
kemampuan yang diwujudkan ,produktif,inovatif,kreatif,dan afektif.

Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif,kreatif,inovatif dan afektif melalui
penguatan sikap ,ketrampila,dan pengetahuan yang terintegrasi.

Ciri ciri umum pendidikan,belajar,dan kematangan

Unsur unsur Pendidikan Belajar Kematangan


1. pelaku Guru sebagai pelaku Siswa yang Siswa yang mengalami
mendidik dan siswa yang bertindak belajat perubahan
terdidik atau pembelajar
2. tujuan Membantu siswa untuk Memperoleh hasil Memperoleh perubahan
menjadi pribadi mandiri belajar dan mental
yang utuh pengalaman hidup

3. proses Proses interaksi sebagai Internal pada diri Internal pada diri
faktor eksternal belajar pembelajar pembelajar

4. temapat Lembaga penddikan Sembarang tempat Sembarang tempat


sekolah dan luar sekolah

5. lama waktu Sepanjang hayat dan Sepanjang hayat Sepanjang hayat


sesuai dengan jenjang
lembaga

6. syarat terjadi Guru memiliki jenjang Motivasi belajar Kemauan mengubah diri
pendidikan kuat

7. ukuran Terbentuk pribadi Dapat memecahkan Terjadinya perubahan


keberhasilan terpelajar masalah positif
8. faedah Bagi masyarakat Bagi pembelajar Bagi pembelajar
mencerdaskan kehidupan mempertinggi memperbaiki kemajuan
bangsa martabat pribadi mental

9. hasil Pribadi sebagai Hasil belajar Kemajuan ranah


pembangn yang sebagai dampak kognitif,afektif,dan
produktif dan kreatif pembelajaran dan psikomotorik
pengiring

I. Landasan pendidikan
Pendidikan sebagai proses kegiatan pemberdayaan peserta didik menjadi sumber
daya manusia yang bermakna untuk dirinya sendiri, lingkungan, masyarakat,
bangsa, dan negara,bahkan untuk kehidupan manusia, harus dilandasi oleh nilai
nilai yang sesuai dengan kakikat manusia sebagai makhluk yang berbudi
diciptakan Tuhan yang maha kuasa dan mahluk sosial budaya.
1. Landasan agama
Agama sebagai landasan pendidikan bukan hanya berlaku pada pendidikan
formal di lembaga pendidikan mulai dari taman kanak kanak sampai dengan
perguruan tinggi ,malainkan juga harus melandasi pendidikan dalam keluarga sebagai
lembaga pendidikan informal dan dalam masyarakat atau pendidikan nonformal.
2. Landasan filsafat
Landasan filsafat merupakan salah satu dasar yang harus di pegang dalam
pelaksanaan proses kegiatan pendidikan. Landasan ini berkenaan dengan sistem nilai
yaitu merupakan pandangan seseorangtentang sesuatu terutama berkenaan dengan
arti kehidupan sehingga filsafat disebut juga sebagai pandangan hidup..
3. Landasan sosiologi
Landasan sosiologi juga dapat disebut sebagai landasan soaial budaya.
Landasan sosiologi ini juga sangat ppenting diperhatikan penyelenggara sekolah
apalagi bila dilihat perkembangan dan keadaan kondisi sekolah saat ini atau
belakangan ini. Peserta didik tega mengadakan keerusakan disekolahnya dengan
dalih menuntut sesuatu yang menurut mereka kurang sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan sekolah.
4. Landasan hokum
Penyelenggara pendidikan termasuk epndidik guru ,sebagai orang yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikan perlu memahami landasan hukum
peyelenggaraan pendidikan. Dengan memahami landasan hukum mereka lebih siap
menerima penyesuaian-penyesuaian yang perlu dilakukan dan kemungkinan dapat
diadakan inovasi dalam pendidikan.
5. Landasan moral
Agama,filsafat,sosial,dan hukum adalah sebagai sumber nilai bagi individu dan
masyarakat,perwujudannya muncul dari perilaku,perbuatan serta tindakan manusia dalam
bentuk reaksi emosional,intelektual,spitual,soaial dan ketrampilan terhadap lingkungannya.
Tinggi rendahnya kualitas reaksi manusia terhadap lingkungannya tadi,sangant dipengaruhi
oeh kadar dan bobot etika serta moral yang melekat pada diri manusia yang bersangkutan..

J. Asas-asas pendidikan
Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan orang dewasa untuk membimbing dan
mendidik peserta didik dalam pertumbuhan dan perkembangannya untuk
mengembangkan segala bakat atau potensi yang dimiliki.
1. Asas pendidikan sepanjang hayat (long life education)
pendidikan sepanjang hayat bukan hanya berlaku untuk peserta didik dan
orang awam,melainkan juga berlaku bagi guru sebagai pendidik,orang tua tokoh atau
pemuka masyarakat termasuk juga para pemimpin.Selama hayat dikandung badan
,manusia akan tetap berhadapan dan mengalami fenomena seperti diatas ,oleh karena
itu,manusia akan terus mengalami pendidikan.
2. Asas kasih saying
Kasih sayang hakikatnya adalah kerlaan mengabdi atau berkorban demi kebahagiaan
orang lain,seseorang bukan lagi berpikir dan berbuat hanya untuk dirinya kan tetapi
hidupnya sebahagian adalah untuk orang lain. Interaksi terjadi dalam proses
pendidikan harus didasarkan pada:
 Kelemah lembutan
 Kemurahan hati
 Kesabaran
 Kesederhanaa
 Ketulusan
 Kejujuran
3. Asas demokrasi
Pada dasarnya hakikat demokrasi adalah kesetaraan hak dan kewajiban sebagai umat
manusia serta upaya bersama untuk mencapai kesejahteraan bersama. Kesederajatan
umat manusia,penduduk,rakyat,pada suasana demokrasi,menjadi acuan bersama.
4. Asas keterbukaan dan transparansi
Keterbuakaan mengandung makna bahwa apa yang dilakukan dan apa yang ada pada
diri seseorang dapat dan harus diketahui oleh orang lain,tidak ada yang tersembunyi
atau rahasia dalam dirinya.
5. Asas betanggung jawab
Tanggung jawab adalah keajiban terhadap segala sesuatunya,fungsi menerima
pembebanan sebagai akibat sikap tindak sendiri atau pihak lain.

6. Asas kualitas
Asas kualitas berkaitan dengan mutu hasil pendidikan yang akan dicapai.
7. Panca darma taman siswa
Dalam pelaksanaanya pendidikan di Taman Siswa diterapkan 5 asas yang di sebut
dengan panca darma, yang meliputi
a. Asas kodrat alam
b. Asas kemerdekaan
c. Asas kebudayaan
d. Asas kebangsaan
e. Asas kemanusiaan
8. Dasar –dasar pendidikan Mohammad Sjafei
Menurut toko pendidikan yang mendirikan “Ruang Pendidikan INS” dasar dasar
pendidikan idonesia adalah:
a. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
b. Ke-Manusiaan
c. Ke-sosialan
d. Ke-rakyatan
e. Ke-bangsaan
f. Gabungan antara pendidikan ilmu umum dan kejuruan
g. Percaya pada diri sendiri disebelah pada Tuhan
h. Berklak (bersusila) setinggi mungkin
i. Bertanggung jawab atas keselamtan nusa dan bangsa
j. Berjiwa aktif positif dan aktif negif
k. Mempunyai daya cipta
l. Cerdas ,logis, dan rasional
m. Berperasaan tajam ,halus dan estetis
n. Gigih atau ulet yang sehat
o. Correct atau tepat
Dan Selanjutnya.
Critical Of Book

Dalam Buku ada banyak hal yang menjadi kritik tetapi ada pula kelebihan kelebihan dari
buku tersebut.

Kelemahan Buku

1. Isi dari Buku kurang menarik untuk di baca, serta terlalu monoton sehingga mahasiswa
yang membaca terutama saya sendiri kurang antusias.
2. Penulisan pada setiap kalimat masih banyak yang terlalu banyak menggunakan tanda
koma (,), sehingga menyulitkan pembaca untuk membaca bahkan menelaah maksud dari
isi buku tersebut.
3. Terdapat banyak sekali materi yang penjelsannya bebelit-belit dan tidak mudah di
pahami serta materinya Juga diulang ulang sehingga pembaca merasa hanya membaca
sedikit materi namun terlalu banyak kalimat.

Kelebihan Buku

1. Referensi materi yang terdapat dalam buku sudah cukup banyak dan sangat menambah
referensi. Contohnya : “ Brameld (Sadulloh. 2003) mengemukakan teori pendidikan
rekonstruksionisme terdiri dari lima tesis “adanyanyak materi yang di landasi oleh teori
teori yang jelas asal nya sehingga mudah di percayai bahwasannya teori atau penjelasan
tersebut benar adanya.
2. Terdapat Skema atau bahkan atau jug tabel untuk menambah wawasan dan
memppermudah untuk membaca namun memang tidak di semua matei contohnya.

3. Bahasa yang digunakan ialah bahasa yang baku sehingga mudah untuk mengetahui
bahwasannya penulis ingin secara langsung menyampaikan isi buku tersebut.

Anda mungkin juga menyukai