Anda di halaman 1dari 2

RANA PARAKRAMA

Swarna Bhumi terkenal dengan orang-orang sakti dan mempunyai ilmu yang amat langka. Dimana ada
seseorang yang mampu terbang dengan kendaraan daun kelapa. Dahulu terkenal dengan ilmu Halimun
Asa Rana Parakrama. Mahesa Sora dan 3 orang Blambangan belajar hanya dalam waktu 2 hari saja,
sudah dapat mengendalikan daun pelepah kelapa dengan ilmu meringankan tubuh. Terjadi peristiwa
yang lucu dimana 4 orang Blambangan selalu berada diatas kelapa dan selalu bergerak berloncatan
dari pohon kelapa ke pohon kelapa lainnya, sehingga ada terkenal dengan sebutan Wong Blambangan
Bajing Loncat. Ditempat itulah ada Sang Ratu Nawang Sari Harminiwati dengan panglima perang
killisuci Arimala juga mendampingi berlatih , sebab dia sudah pandai. Ratu dan panglima selalu
memberikan aba-aba dengan berteriak teriak keras, lalu sekilas ada kejadian lucu, ada sepasang
pengantin baru bermesraan diatas pohon kelapa. Senopati Bawok dan Hulubalang Morali selalu melihat
sambil sembunyi-sembunyi diatas pohon. Maklumlah 2 orang tersebut belum punya istri, sehingga
munculah rasa penasaran melihat mereka selalu nampak berduaan bermesraan diujung pohon kelapa,
karena terkena hentakan gelombang hasrat birahi untuk mengintip 2 orang yang mempunyai perasaan
pingin bermesraan.

Disela sela mereka mengamati 2 orang yang bermesraan, munculah 2 orang penunggang kuda yang
tahu-tahu sudah berada di bawah pohon kelapa dan seorang wanita berteriak keras ” yang berlatih
segera turun !!, Ayo istirahat.. minum jamu dulu..!!”. Kontan saja Senopato Bawok dan Hulubalang
Morali terkejut, lalu segera turun menemui kedua wanita penunggang kuda. Jelas yang turun 2 orang
saja, sebab yang 2 pasang tidak ada dipepohonan kelapa, mereka sudah menghilang istirahat ditempat
yang agak tersembunyi yaitu di rerumputan dekat telaga, berlatih menggerakkan urat yang tegang.

Penunggang kuda sudah turun dari kudanya, mereka bernama Senopati Lanawati dan Senopati
Linawati, lalu mereka memberikan 2 gelas minuman jamu kudu laos, setelah itu memberikan kue yang
bernama Kue Ampyang Kelapa. Ke dua wanita tersebut tersenyum, sebab sudah 2 minggu memberikan
makanan dan minuman kepada Senopati Bawok dan Hulubalang Morali. Entah apa yang ada dihati
Senopati Bawok dan Hulubalang Morali, tiba-tiba merasakan ada rasa hasrat bergelora dihatinya.
Tanpa berpikir panjang ke duanya mengutarakan perasaannya kepada kedua wanita tersebut. Senopati
Bawok mengutarakan perasaannya kepada Senopati Lanawati, dan Hulubalang Morali mengutarakan
perasaannya kepada Senopati Linawati. Kedua orang wanita yang mendengar ucapapan perasaan
kedua orang lelaki tersebut terkejut dan amat senang, sebab dia sudah merasa senang sebelumnya
terhadap kedua lelaki ini. Akhirnya mereka ada 2 pasang dibawah pohon kelapa bercengkerama mesra
tapi masih malu-malu.

Tiba-tiba terdengar suara yang sayup-sayup dari kejauhan ”Yang namanya jodoh... selalu ada
dihadapan mata...kalau sayang terus...besok boleh kawin...”. Jelas 4 orang yang sedang asyik
bercengkerama terkejut, sebab ada suara Eyang Suwarna yang datangnya dari jauh dan terdengar
jelas. Kemudian dua wanita tersebut cepat-cepat meloncat kekudanya dan mengendalikan jalannya
kuda menuju suara Eyang Suwarna yang sudah menunggunya. Setelah sampai kepada Eyang Suwarna
kedua wanita tersebut terpaksa menceritakan tentang keadaan pribadinya yang sedang jatuh cinta.
Eyang suwarna yang mendengar hal itu tersenyum, lalu memberikan arahan tentang hidup dan
pergaulan. Beberapa saat kemudian munculah Senopati Bawok dan Hulubalang Morali dan langsung
menuju Eyang Suwarna yang sedang bercakap-cakap dengan dua orang senopati wanita, yang suda
mereka kenal. Begitulah akhirnya ada empat orang mendapat ilmu santapan rokhani tentang manusia
yang sudah jatuh cinta, yang akhirnya empat orang tersebut tersenyum karena besok akan dikawinkan
secara resmi. Senang sekali empat orang yang dari pertama memang sudah mempunyai perasaan
suka.

Tiba-tiba munculah dua pasang manusia, yang tahu-tahu sudah berada dibelakang Eyang Suwarna.
sehingga ada Ratu berkata sambil tersenyum ” yang sudah berjodoh... itulah rahasia Sang Yang
Agung... maka aku amat setuju, besok hari perkawinan.... siapkan diri kalian semuanya...”. Mendengar
hal itu legalah rasanya, ada Ratu Arcapada juga memberikan izin kawin. Hari itu disepakati bersama
bahwa ada hubungan cinta yang dilanjutkan ke arah perkawinan. Empat orang yang mendapat restu
merasakan senang bercampur haru, sebab ada rencana mendadak yang tidak mereka duga
sebelumnya. Sehingga 4 orang tersebut tidak punya persiapan yang panjang, mereka hanya mengikuti
keputusan Sang Ratu. Mereka merasakan perasaan yang lain dari biasanya karena tidak ada persiapan
apa-apa. Mereka tidak sempat menghubungi keluarga, sebab keluarganya terlalu jauh tempatnya.
Sehingga mereka mempunyai rasa gelisah setiap saat, apalagi di Kademangan acara perkawinan
sudah diumumkan.

Malampun tiba dan begitulah ada sedikit kesibukan para dayang-dayang berada didapur, dan mereka
tercengang melihat ada Ratu membuat 4 buah nampan yang dihiasi sendiri. Inilah nampan Tali Kasih
Arcapada, yang seperti sudah menjadi tradisi , ada hadiah dari kerajaan untuk para prajuritnya yang
kawin.

Sekelebat bayangan tiba-tiba sudah berada didekat Sang Ratu tanpa diketahui oleh siapa-siapa dan
langsung berbisik kepada Ratu ”Sang Ratu... ada rahasia hebat... malam ini datang rombongan dari
blambangan... Ada 10 orang jawara menjemput Ratu... ”. Mendengar hal itu ratu terkejut sesaat, sebab
bagaimana orang-orang mengetahui kalau dirinya beserta suaminya dan rombongannya ada di
Swuarna Bhumi.
Kemudian sang Ratu mendapatkan penjelasan sebab ada Prabu Minak Jinggo melihat dari Pusaka
Kendhali Sodoh Kaca Penggala. Mendengar itu Sang Ratu tersenyum sambil berkata kepada amat
pelan kepada seseorang bayangan yang terkenal dengan nama Wong Amangkurat Kurcaci. Siapa saja
tidak bisa melihat Wong Amangkurat Kurcaci kecuali Sang Ratu. Kemudian Wong Amangkurat Kurcaci
berpamitan untuk melihat dan mengawasi situasi.

Sang Ratu berdiri dan melakukan rahasia menghubungi Eyang Suwarna tentang kedatangan 10 tamu
dari Blambangan malam ini atas informasi dari pasukan Paweling Khasodoh. Eyang Suwarna yang
diberitahu langsung menanggapi dengan serius, sebab ada perintah dari sang ratu.

Beberapa saat kemudian terdengarlah bunyi gong 5 kali. Begitu mendengar gong 5 kali, para ponggawa
bergerak menuju istana Bhumi Angsal Alun-Alun. Sesaat ada perintah menyambut tamu dari
Blambangan, beberapa ponggawa waspada. Betapa hebatnya Kademangan Swarna Bhumi yang
menunggu dengan gerakan Komando bayangan, Sang Ratu berharap tamu cepat datang.

Hanya 2 jam sudah menunggu, terdengar bunyi isyarat panah api diatas pintu gerbang terlihat melesat
di udara sebanyak dua kali. Jadi jelas ada tamu sudah datang dan sampai diTapal batas Kademangan.
Melihat hal itu seisi Kademangan nampak lega karena yang ditunggu telah tiba.

Anda mungkin juga menyukai