Anda di halaman 1dari 22

“PERKEMBANGAN MANUSIA”

Oleh:

Kelompok 04

Febri Ade Yuhdanto NIM 20170810081

Mutia Ardinsyah NIM 20170810065

Nadia Ratna Savira NIM 20170810092


Galuh Dwi Septiantoro NIM 20170810098
Adi Triawan Putra NIM 20170810099

Rifkiyanti Nabila NIM 20170810105

Fathul Ulum NIM 20170810106

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
TAHUN 2017
DAFTAR ISI

1
1.Pengertian Perkambangan Manusia
Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progressif yang terjadi sebagai akibat
dari proses pematangan dan pengalaman.seperti yang dikatakan oleh Van Den Daele
”Perkembangan berarti perubahan secara kualitatif.ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar
penambahan beberapa cm pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan
seseorang,melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang komplit.
Menurut F.J.Monks,Pengertian perkembangan merujuk pada.suatu proses kea rah yang
lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali ”.Perkembangan merujuk pada perubahan yang
bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses
yang kekal dan tetap menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih
tinggi,berdasarkan pertumbuhan,pematangan,dan belajar.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan umum,bahwa yang dimaksud
dengan perkembangan adalah perkembangan itu tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan
semakin besar,melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan psikis yang
berlangsung terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi jasmania dan rohania yang dimiliki
individu.

2.Tujuan Perkembangan Manusia


Berbagai perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang
menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia hidup.Untuk mencapai tujuan ini,maka realisasi
diri atau yang biasa disebut aktualisasi diri adalah sangat penting.Namun tujuan ini tidak pernah
statis.Tujuan dapat dianggap sebagai suatu dorongan untuk melakukan sesuatu yang tepat untuk
dilakukan,untuk menjadi manusia seperti yang diinginkan baik secara fisik maupun psikologis.
Realisasi diri memainkan peranan penting dalam kesehatan jiwa,maka orang yang berhasil
menyesuaikan diri dengan baik,baik secara pribadi dan social, harus mempunyai kesempatan untuk
mengungkapkan minat,dan keinginan dengan cara yang memuaskan dirinya.Tetapi pada saat yang
sama harus menyesuaikan dengan standart-standart yang diterima.Kurangnya kesempatan-
kesempatan ini akan menimbulkan kekecewaan dan sikap-sikap negative pada umumnya terhadap
orang lain,dan terhadap kehidupan pada umumnya.

3.Prinsip Perkembangan Manusia (Hurlock)

2
Terdapat Perbedaan Individu Dalam Perkembangannya maksudnya sebagian karna
pengaruh bawaaan dan sebagian karna kondisi lingkungan.Ini berlaku baik perkembangan fisik
maupun psikologis.Beberapa anak berkembang dengan lancar,bertahap langkah demi
langkah,sedangkan yang lain bergerak dengan kecepatan yang melonjak dan pada anak ini terjadi
penyimpangan.Perbedaan ini disebabkan karna setiap orang memiliki unsur biologis dan genetik
yang berbeda.Kemudian juga factor lingkungan yang turut berkontribusi terhadap perkembangan
seorang anak.Perbedaan perkembangan pada tiap individu mengindikasikan pada guru,orangtua
untuk menyadari perbedaan tiap anak yang diasuhnya sehingga kemampuan ang diharapkan dari
tiap anak seharusnya juga berbeda.

3
4.JURNAL

SUMBER-SUMBER KEBAHAGIAAN LANSIA DITINJAU DARI DALAM DAN LUAR


TEMPAT TINGGAL PANTI JOMPO

Lukmanul Hakim, Niken Hartati Program Studi Psikologi, Jurusan Bimbingan dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang e-mail: l.n_hakim@ymail.com

ABSTRACT: Sources elderly happiness in terms of inside and outside residental nursing homes.
The research aimed explore the source of adulthood’s happiness compare to where they are live.
The research was conducted mix-method qualitative and quantitative approaches. Data was
collected using open-ended questionnaire from 100 participants. Results showed the happiest life
and the people who was perceived to support the happiness. Factors that were perceived to support
the happiness were self, wealth, family relationship, religious, social relationship, leisure activity,
to love and to be loved, education, the absence of problems. And anything else that was perceived
would make happier was wealth, religious activity, family, social relation, to love and to be loved,
and leisure activity.

Keywords: Happiness, adulthood, nursing home

ABSTRAK: sumber-sumber kebahagiaan lansia ditinjau dari dalam dan luar tempat tinggal panti
jompo: Studi ini bertujuan mengeksplorasi sumber kebahagiaan pada lansia ditinjau dari tempat
tinggalnya di dalam dan di luar panti jompo. Studi dilakukan menggunakan pendekatan campuran
kualitatif dan kuantitatif dengan memanfaatkan kuesioner terbuka sebagai pengumpul data dari
100 orang responden. Hasil yang diperoleh, peristiwa yang membahagiakan dan Orang-orang yang
mendukung kebahagiaan. Faktorfaktor yang dipersepsi mendukung kebahagiaan yaitu, diri sendiri,

4
kemakmuran, relasi keluarga, religius, relasi sosial, aktivitas waktu luang, dicintai/mencintai,
pendidikan, dan ketiadaan masalah. Dan hal-hal yang dipersepsi bisa membuat lebih bahagia yaitu,
kemakmuran, aktivitas religius, keluarga, relasi sosial, dicintai/mencintai, dan aktivitas waktu
luang.

Kata kunci: Kebahagiaan, lansia, panti jompo.

Hakim & Hartati, Sumber-Sumber Kebahagiaan Lansia Ditinjau…| 33

PENDAHULUAN
Usia lanjut merupakan periode penutup dari serangkaian proses perkembangan manusia. Masa ini
dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan
yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun (Santrock, 2012; Hurlock, 2002). Pada
usia lanjut akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena
itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut
penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal
(Darmojo dan Martono, 1999). Menyikapi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh lansia ini,
sebahagian masyarakat menganggap bahwa lansia lebih baik dirawat di dalam panti, sebab mereka
akan lebih terurus dan dapat bergaul dengan lansia yang lain daripada tinggal di rumah sendirian
merasa kesepian dan terlantar karena anak-anaknya sibuk dengan pekerjaannya. Sehingga panti
jompo menjadi salah satu solusi atas ketidakmampuan
keluarga lansia dalam mengatasi masalahmasalah yang dihadapi para lansia. Sementara
sebahagian masyarakat yang lain masih menganggap bahwa keluarga adalah tempat yang terbaik
untuk lansia, dengan asumsi bahwa anak dari lansia tersebut memiliki kewajiban untuk
merawatnya sebagai suatu bentuk bakti terhadap orang tua. Berkembangnya persepsi sosial yang
membentuk citra sosial bahwa panti merupakan tempat pemisahan bagi lansia terhadap
keluarganya merupakan salah satu fakta yang ada di masyarakat (Syamsuddin, dalam Sulandari,

5
2009). Sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi oleh para lansia ini, subjective wellbeing
atau kebahagiaan menjadi penting bagi para lansia. Dengan adanya perasaan bahagia maka dapat
membantu lansia dalam mengatasi masalah-masalah yang sedang dialami oleh lansia tersebut.
Medley (dalam Hurlock, 2002) menyatakan, secara umum, lansia yang bahagia lebih sadar dan
siap untuk terikat dengan kegiatan baru dibanding lansia yang merasa tidak bahagia. Kebahagiaan
juga berkorelasi dengan rendahnya kematian dan kesengsaraan pada lansia (Koopmans, dkk.,
2010). Erlangga (2012) dalam penelitiannya juga menemukan lansia yang bahagia mengevaluasi
dirinya secara positif bahwa
34 |Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 32-42

dirinya dapat mengendalikan aspek-aspek penting dalam hidupnya. Pada setiap periode kehidupan
memiliki faktor-faktor atau sumber-sumber tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh individu untuk
mencapai kebahagiaan (Hurlock, 2002). Selama ini, penelitian mengenai kebahagiaan banyak
difokuskan pada tujuan untuk meningkatkan kebahagiaan. Penelitian yang mengungkap sumber-
sumber kebahagiaan sendiri di antaranya pernah dilakukan oleh Hartati (2012), Primasari, dkk.
(2010) yang menggunakan remaja sebagai subjek penelitiannya.Sumber-sumber tersebut antara
lain relasi dengan orang lain, prestasi, penggunaan waktu luang, uang dan religiusitas. Secara
berurutan relasi dengan orang lain terdiri dari: relasi dengan keluarga, teman dan peristiwa
dicintai/mencintai. Sementara, Diener (2009) melalui kajian metaanalisisnya terhadap sejumlah
penelitian, membagi faktor-faktor pendukung kebahagiaan ke dalam dua kelompok, pertama
faktor eksternal yang bersumber dari kemakmuran (wealth), pendidikan, agama, peristiwa hidup,
aktivitas, kontak sosial dan kehidupan keluarga dan faktor internal yang bersumber dari
kepribadian (jenis kelamin, gaya atribusi, tipe kepribadian, temperamen, harga diri, keyakinan diri,
inteligensi dan kebutuhan-kebutuhan psikologis).
METODE
Studi ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kombinasi (mixed research) dengan
desain sequential exploratory,yaitu metode penelitian kombinasi yang menggabungkan metode
penelitian kualitatif dan kuantitatif secara berurutan (Sugiyono, 2012). Pendekatan kualitatifnya
sendiri dilakukan dengan cara penelitian survei menggunakan kuesioner terbuka (openended
questionnaire).Data yang terkumpul dianalisis dengan metodecontent analysisyang hasil akhirnya
berupa kategori sumber-sumber kebahagiaan, yang kemudian dianalisis dengan menggunakan

6
pendekatan kuantitatif yaitu dengan menggunakan statistik deskriptif. Teknik statistik deskriptif
yang digunakan adalah frekuen-si dan tabulasi silang (crosstabs) dengan uji chisquare. Pemberian
kuesioner dilakukan kepada 100 subjek yang terdiri dari 50 lansia yang tinggal di dalam panti
jompo dan 50 lansia yang tinggal di luar panti jompo.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Hasil kategorisasi terhadap data yang terkumpul dari kusioner yang disebarkan diperoleh
kesimpulan peristiwa-peristiwa yang paling membahagiakan bagi subjek secara berurutan yaitu,
kemakmuran (29%),
Hakim & Hartati, Sumber-Sumber Kebahagiaan Lansia Ditinjau…| 35

relasi dengan keluarga (27%), pernikahan (15%), pencapaian prestasi (12%), aktivitas religius
(7%), relasi dengan lingkungan sosial sekitar (3%), dan aktivitas waktu luang (3%). Hasil uji chi-
square diperoleh p = 0.012 (p < 0.05), yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan tentang
peristiwa-peristiwa yang membahagiakan antara subjek yang tinggal di luar panti jompo dengan
subjek yang tinggal di dalam panti jompo. Sementara orang-orang yang dipersepsi mendukung
kebahagiaan subjek secara berurutan yaitu, keluarga (25%), relasi sosial (5%), diri sendiri/tidak
ada (4%), Tuhan (1%), dan pemerintah (1%). Hasil uji chi-square juga terlihat ada perbedaan yang
sangat signifikan tentang orang-orang yang mendukung kebahagiaan antara lansia yang tinggal di
luar panti jompo dengan lansia yang tinggal di dalam panti jompo, dengan nilai p = 0.000 (p <
0.01)., dengan nilai p = 0.003 (p < 0). Selanjutnya faktor-faktor yang dipersepsi oleh subjek
pendukungkebahagiaan terbagi ke dalam dua kelompok yaitu, faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal berasal dari kemakmuran (22%), relasi keluarga (17%), religius (16%),
relasisosial (8%) , aktivitas waktu luang (5%), mencintai/dicintai (4%), pendidikan (2%),
ketiadaan masalah (2%). Sedangkan faktor
internal merupakan faktor yang berasal dari kualitas-kualitas pribadi seperti kepribadian, kognitif,
dan lain-lain (5%). Hasil uji chisquare juga memperlihatkan ada perbedaan yang sangat signifikan
tentang faktor-faktor pendukung kebahagiaan antara lansia yang tinggal di luar panti jompo
dengan lansia yan\g tinggaldi dalam panti jompo01). Terakhir hal-hal yang dianggap oleh subjek
bisa membuat mereka merasa lebih bahagia berupa kemakmuran (18%), religius (13%), keluarga
(8%), relasi sosial (5%), dicintai/mencintai (5%), aktivitas waktu luang (4%). Hasil uji chi-square

7
juga terlihat ada perbedaan yang sangat signifikan dalam halhal yang mungkin bisa membuat lebih
bahagia antara lansia yang tinggal di luar panti jompo dengan lansia yang tinggal di dalam panti
jompo, dengan p = 0.000 (p < 0.01).
Bahasan Tema-tema kemakmuran merupakan tema yang paling banyak muncul dalam
mempengaruhi kebahagiaan lansia. Dukungan kemakmuran terhadap kebahagiaan terutama pada
pemenuhan kebutuhan dasar individu (Diener, 2009). Peristiwa-peristiwa yang terkait dengan
kemakmuran dalam studi ini berupa kondisi ketika kebutuhan pokok sehari-hari dari lansia bisa
terpenuhi seperti makan, pakaian, tempat tinggal, dan kesehatan. Hal ini sesuai dengan apa yang
36 |Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 32-42

dikatakan oleh Wilson (dalam Diener, 2009) bahwa kebahagiaan baru bisa tercapai ketika telah
terpenuhinya kebutuhan (telic theory). Pemenuhan serta terjaminnya kebutuhan hidup sehari-hari
pada lansia dapat mendukung munculnya afek positif serta sebaliknya juga dapat mengurangi
munculnya afek negatif (Urbayatun, 2006). Namun, peran kemakmuran bagi kebahagiaan hanya
berlaku sampai batas tertentu saja. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi, kemakmuran tidak
menambah tingkat kebahagiaan (Diener, 2009). Berikutnya tema-tema mengenai relasi dengan
keluarga juga menjadi salah satu hal yang dapat mempengaruhi kebahagiaan lansia. Haditono
(1993) mengatakan bahwa keharmonisan antara individu dengan lingkungannya, perasaan hangat
dan damai dalam lingkungan keluarga dapat memberikan kebahagiaan dan ketentraman dalam hati
anggota keluarga tersebut termasuk lansia. Akan tetapi sebaliknya, jika lingkungan keluarga tidak
lagi bisa memberikan kenyamanan, kehangatan dan penerimaan sosial yang baik terhadap lansia,
maka bisa jadi yang mucul adalah depresi. Hasil studi juga menemukan salah satu peristiwa yang
membahagiakan dalam kategori relasi dengan keluarga adalah pada saat kelahiran anak dan cucu.
Dalam peristiwa
kelahiran ini terdapat berbagai alasan yang diberikan oleh lansia mengapa hal itu membahagiakan.
Di antara alasan-alasan yang diajukan tersebut adalah kebahagiaan ketika mereka memiliki
keturunan untuk melanjutkan garis keluarga atau mewarisi kepandaian, pekerjaan dan usaha
keluarga. Tidak sedikit pula kebahagiaan memiliki keturunan ini terkait harapan akan ada yang
mengurus ketika mereka memasuki masa usia lanjut. Umumnya mereka berpendapat walau
bagaimana pun kondisinya orang tua harus tetap dirawat oleh keluarga sendiri (Soepardjo, dalam
Purwantini, 2009). Tema yang berikutnya juga mempengaruhi kebahagiaan lansia yaitu,

8
pernikahan. Beberapa penelitian telah membuktikan terdapat hubungan yang positif antara
pernikahan dengan kebahagiaan (Eddington & Shuman, 2005). Peristiwa pernikahan juga
memberi pengaruh bagi kebahagiaan dalam hal hadirnya emosi positif terutama bagi laki-laki
(Diener et.al, dalam Eddington & Shuman, 2005). Dalam studi ini emosi-emosi positif yang
muncul di antaranya, rasa kasih sayang yang diperoleh dari pasangan, merasadilindungi oleh
pasangan, diperhatikan, ada tempat berbagi dan berkeluh kesah atau bertukar pikiran terhadap
suatu masalah. Di samping itu, pernikahan menjadi peristiwa yang paling
Hakim & Hartati, Sumber-Sumber Kebahagiaan Lansia Ditinjau…| 37

membahagiakan karena adanya keuntungan yang diperoleh dalam pernikahan tersebut seperti bisa
membangun sebuah keluarga dan meneruskan keturunan, meringankan beban ekonomi, dan lain-
lain. Seiring dengan itu, Carr (2004) juga menyebutkan beberapa keuntungan yang bisa diperoleh
dengan pernikahan yang dapat membahagiakan seseorang, di antaranya keintiman psikologis dan
fisik, memiliki anak, membangun keluarga, menjalankan peran sebagai pasangan dan orang tua,
menguatkan identitas dan menciptakan keturunan. Pencapaian prestasi juga menjadi salah satu
tema yang dapat mempengaruhi kebahagiaan lansia. Kepuasan terhadap prestasi yang pernah
dicapai di masa lalu juga merupakan salah satu kondisi penting yang perlu diperhatikan dalam
menunjang kebahagiaan pada masa usia lanjut (Hurlock, 2002). Ada beberapa teori kebahagiaan
yang bisa menjelaskan hubungan pencapaian prestasi dengan kebahagiaan lansia, di antaranya
adalah telic theory. Teori ini sebagaimana yang telah dijelaskan di atas menjelaskan bahwa
kebahagiaan baru bisa dicapai apabila apa yang menjadi tujuan hidup individu telah tercapai
(Wilson, dalam Diener, 2009). Artinya di sini bahwa prestasi itu berhubungan dengan tercapainya
tujuan seseorang (Hurlock, 2002). Akan tetapi
apabila apa yang menjadi tujuan tersebut secara tidak realistis terlalu tinggi, justru akan
menimbulkan perasaan kegagalan sehingga individu tersebut dapat merasa tidak puas dan tidak
bahagia. Teori kebahagiaan berikutnya yang juga bisa menjelaskan kaitan antara prestasi dengan
kebahagiaan adalah judgement theory. Teori ini menjelaskan bahwa kebahagiaan merupakan hasil
perbandingan antara kondisikondisi nyata dengan sebuah standar. Dikatakan bahagia apabila
kondisi-kondisi nyata melebihi standar, sebaliknya apabila kondisi-kondisi nyata berada di bawah
standar akan memunculkan ketidakbahagiaan. Standar yang digunakan sebagai pembanding oleh

9
individu ditentukan sendiri oleh individu yang bersangkutan. Ada tiga teori psikologis yang
digunakan untuk memprediksi standar yang digunakan individu sebagai perbandingan terhadap
kondisi nyata, yaitu teori perbandingan sosial (social comparison theory), teori adaptasi
(adaptation theory), teori frekuensi rata-rata (the rangefrequency theory). Terkait dengan prestasi,
menurut teori adaptasi, individu menggunakan pengalaman di masa yang lalu sebagai standar
pembanding atas kondisi saat ini. Jika kondisi sekarang lebih baik dibandingkan kondisi lalu, ia
akan bahagia.
38 |Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 32-42

Selanjutnya, teori kebahagiaan yang bisa digunakan untuk menjelaskan kaitan antara pencapaian
prestasi dengan kebahagiaan lansia adalah activity theories. Dalam teori tersebut dinyatakan
bahwa kebahagiaan merupakan hasil aktivitas yang dilakukan individu dengan sebaik-baiknya
(best performance) (Csikzentmihalyi, dalam Diener, 2009). Menurut Csikszentmihalyi (dalam
Diener, 2009), aktivitas dicetuskan oleh masalah yang dihadapi individu. Aktivitas berpotensi
membahagiakan jika tingkat permasalahannya sesuai dengan tingkat kemampuan individu. Jika
masalah terlalu mudah akan berakibat membosankan, dan jika terlalu sulit akan memunculkan
kecemasan. Aktivitas religius menjadi tema yang juga mempengaruhi kebahagiaan lansia. Agama
atau religius menurut Diener (2009) meliputi segala bentuk hubungan individu dengan Tuhannya.
Lebih jauh Diener menjelaskan, penyerahan diri terhadap ajaran agama dalam bentuk pengabdian
terhadap Tuhan merupakan jalan untuk mencapai kebahagiaan (Kesebir & Diener, 2009). Ini
memperlihatkan bahwa nilai-nilai kebajikan merupakan sumber dari kebahagiaan sebagaimana
yang dijelaskan dalam kebahagiaan eudaimonia.
Keselarasan perilaku dengan ajaran agama menghasilkan penilaian bahwa diri telah menjadi
manusia yang baik dan dapat memunculkan perasaan bahagia. Beberapa penelitian terhadap
perilaku berpartisipasi dalam kegiatan agama, keterikatan yang kuat dengan Tuhan dan perilaku
berdoa terbukti berkorelasi positif dengan kebahagiaan (Ferris dalam Kesebir & Diener, 2009).
Perasaan bahagia akibat peristiwa religius yang ditemukan dalam penelitian juga memperlihatkan
kebahagiaan yang dirasakan oleh lansia muncul ketika mereka berhasil mencapai apa yang
menjadi harapan dan citacita mereka, yaitu naik haji. Alih-alih menjelaskan peristiwa ini dengan
telic theory di mana dijelaskan bahwa kebahagiaan muncul ketika suatu tujuan atau kebutuhan
dapat terpenuhi, penulis berpendapat peristiwa ini lebih dapat dijelaskan dengan menggunakan the

10
rangefrequency theory yang menjelaskan bahwa individu bisa merasa bahagia ketika kondisi nyata
sesuai atau mendekati harapan individu tersebut (Parducci, dalam Diener, 2009). Di samping, di
dalam studi ini juga ditemukan pengalaman hadirnya perasaan ketenangan jiwa ketika lansia
menunaikan atau berada di tanah suci Makkah. Relasi dengan lingkungan sosial sekitar menjadi
peristiwa berikut yang dapat
Hakim & Hartati, Sumber-Sumber Kebahagiaan Lansia Ditinjau…| 39

membahagiakan menurut lansia. Bradburn (dalam Diener, 2009) yang melakukan penelitian
longitudinal menemukan bahwa penambahan dan pengurangan jumlah kontak sosial dalam hidup
individu mempengaruhi peningkatan dan penurunan tingkat kebahagiaan individu. Hurlock (2002)
juga menambahkan bahwa kepopularitasan seseorang ditentukan oleh nilai sosial yang tinggi.
Artinya, di tingkat usia apa pun orang akan merasa bahagia apabila mereka mempunyai
kesempatan untuk mengadakan hubungan sosial dengan orang-orang di luar lingkungannya,
dibandingkan apabila hubungan sosial mereka terbatas. Bagaimana seseorang memanfaatkan
waktuluangny amenurut beberapa penelitian dapat meningkatkan kebahagiaan orang tersebut
(Hartati, 2012; Primasari, dkk., 2010; Hurlock, 2002). Namun, alih-alih sebagai peristiwa yang
dikenang sebagai peristiwa yang paling membahagiakan dalam hidup, penulis menilai peristiwa
tersebut sebagai kegiatan atau hal-hal yang membuat lansia merasa bahagia pada saat sekarang.
Penting bagi lansia untuk menemukan kegiatan atau aktivitas baru pengganti aktivitas yang
sebelumnya pernah dilakoni sebagai pengisi waktu luang di masa pensiun. Menurut Hurlock
(2002), bagi lansia apa yang mereka kerjakan saat ini jauh lebih penting bagi
kebahagiaannya daripada status yang mereka peroleh saat ini. Meskipun tidak banyak,
temamengenai peristiwa dicintai dan mencintai juga menjadi pertimbangan lansia dalam
memperoleh kabahagiaannya. Faktor dicintai dan mencintai ini lebih banyak melibatkan
komponen afek dalam mendukung kebahagiaan lansia. Peristiwa dicintai dan mencintai dapat
meningkatkan afek positif bagi orang yang besangkutan. Faktor dicintai dan mencintai di sini
sejalan dengan kebahagiaan eudaimonia di mana kebahagiaan dinilai berdasarkan nilai-nilai
kebajikan yang diyakini individu (Diener, 2009). Faktor pendukung kebahagiaan ini berkaitan
dengan bagaimana individu berusaha agar bisa berbuat untuk orang lain. Kebahagiaan dicapai
ketika orang lain menilai positif tentang dirinya. Di sini kebahagiaan diukur dengan melibatkan

11
orang lain sebagai tolak ukurnya. Sementara tema berikutnya yang juga mendukung kebahagiaan
menurut subjek adalah pendidikan. Menurut Campbell (dalam Diener, 2009) pengaruh pendidikan
tidak terlalu kuat dan harus berinteraksi dengan variabel lain seperti pendapatan (income).
Sebenarnya di dalam studi ini tidak dapat mengungkap bagaimana hubungan antara faktor
pendidikan dengan status tempat tinggal subjek dalam mempengaruhi
40 |Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 32-42

kebahagiaan. Hanya saja ditemukan bahwa faktor ini dipandang lebih tinggi sebagai faktor
pendukung kebahagiaan oleh lansia yang tinggal di luar panti jompo dibandingkan lansia yang
tinggal di dalam panti jompo. Faktor eksternal terakhir yaitu, ketiadaan masalah dalam hidup.
Semua orang pada umumnya menginginkan menjalani hari tua yang tenang tanpa ada masalah
berat yang mereka pikirkan. Selain itu masalah akan memicu munculnya afek negatif yang bisa
mengurangi kebahagiaan lansia apalagi ketika masalah tersebut tidak bisa diatasi. Berdasarkan
kemungkinannya lansia-lansia yang tinggal di dalam panti jompo umumnya bisa menjalani
kehidupannya terbebas dari beban pikiran terutama menyangkut pemenuhan kebutuhan hidup
sehari-hari, karena kebutuhan mereka telah diatur dan disediakan oleh panti jompo (Santrock,
2012). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) juga tidak dapat kita abaikan
dalam mempengaruhi bagaimana seseorang menilai kebahagiaannya. Faktor internal adalah faktor
yang berasal dari kepribdian (personal resource) seperti harga diri, tipe kepribadian, gaya atribusi,
intelegensi, gender dan optimism yang menentukan kepuasan subjektif (subjective
satisfaction) dalam memaknai objek-objek kebahagiaan (Diener, 2009). Kebahagiaan dipengaruhi
bagaimana cara subjek untuk menilai kualitas-kualitas yang ada di dalam kehidupannya termasuk
di dalamnya bagaimana subjek mampu untuk menerima keadaan yang telah ia alami sehingga bisa
memunculkan ketenangan batin maupun pikiran. Hal ini juga memperlihatkan kemampuan dari
subjek untuk melakukan penyesuaian diri terhadap perubahanperubahan yang terjadi di dalam
hidupnya.

SIMPULAN DAN SARAN

12
Simpulan Berdasarkan bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang banyak
mempengaruhi lansia berupa, kemakmuran, keluarga, sosial, prestasi, pernikahan, religius dan
aktivitas waktu luang. Di antaranya juga terdapat tema-tema berupa ketiadaan masalah hidup,
ketenangan di hari tua, dan peristiwa dicinta/mencintai. Di samping itu faktor internal juga
berpengaruh dalam hal bagaimana lansia memandang sumber atau peristiwa-peristiwa
kebahagiaan sehingga ia dapat merasakan kebahagiaan dari sumbersumber tersebut.

Hakim & Hartati, Sumber-Sumber Kebahagiaan Lansia Ditinjau…| 41

Sumber-sumber yang berasal dari keluarga lebih dekat hubungannya dengan lansia yang tinggal
di luar panti jompo dibandingkan dengan lansia y ang tinggal di dalam panti jompo. Sementara
pada lansia yang berada di dalam panti jompo lebih dekat dengan kemakmuran sebagai sumber
yang mempengaruhi kebahagiaan lansia dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan sehari-
hari. Lansia yang tinggal di dalam panti jompo juga diuntungkan dengan aktivitasaktivitas waktu
luang sebagai faktor yang dapat memunculkan kebahagiaan yang disediakan oleh para pengelola
panti jompo.
Saran Berdasarkan simpulan di atas, penulis menyarankan kepada pihak-pihak yang terkait dalam
perawatan dan pemeliharaan lansia seperti panti jompo maupun pihak keluarga agar dapat
memberikan dukungan-dukungan yang dapat membantu lansia dalam menemukan
kebahagiaannya seperti misalnya dalam hal pemenuhan kebutuhan dan jaminan tempat tinggal.
Juga perlu diperhatikan kualitas-kualitas afektif/perasaan guna mengurangi munculnya afek
negative yang dapat mengurangi perasaan bahagia lansia.
DAFTAR RUJUKAN Carr, A. (2004). Positive Psychology The Science of Happiness and Human
Strength. NewYork: Brunner Routledge.

Constantinides, P. (1994). General Pathobiology. USA: Appleton & Lange.

Darmojo, B.& Martono, H.H. (1999). Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit Universitas
Indonesia.

13
Diener, E. (2009). Subjective Well-being. In Diener E. (Ed). The science of wellbeing..The
collected works of Ed Diener. (pp 11-58). New York: Springer.

Eddington, N., & Shuman, R. (2005). Subjective Well Being (Happiness). Diakses pada tanggal
29 April 2012 darihttp://www.texcpe.com/html/pdf/ca/ ca-happiness.pdf.

Erlangga, S.W. (2012). Subjektive WellBeing Pada Lansia Penghuni Panti Jompo. Skripsi.
Jakarta: Universitas Gunadarma .Diakses pada tanggal 29 April 2012 dari
http://repository.gunadarma.ac.id/bitstre am/123456789/1050/1/10504164.pdf

Haditono, S.R. (1993). Psikogerontologi.Diktat Kuliah Psikologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah


Mada.

Hartati, N. (2012). Sumber-Sumber Kebahagiaan Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan.Tesis.


Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Magister Psikologi. Fakultas Psikologi UGM.

Hurlock, E.B. (2002). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan
edisi kelima. (Istiwidyanti & Sudjarwo. Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.

42 |Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 32-42

Kesebir, P., & Diener, E. (2009). In pursuit of happiness: Empirical answers to philosophical
questions. In Diener, E. (Ed). The science of well being. The collected works of Ed Diener.(pp.59-
74). New York: Springer.

Koopmans, T.A., Geleijnse, J.M., & Zitman, F.G. (2010). Effects of Happiness on All-Couse
Mortality during 15 Years of Follow-up : The arnhem elderly study. Journal of Happiness Study,
11, 113124.

Primasari, A., Yuniarti, K.W., Moordiningsih, & Kim, U. (2010). What make adolescents’ happy?
An exploratif approach of indigenous psychology. Working Paper. Yogyakarta : CICP UGM.

14
Santrock, J.W. (2012). Live Span Development. Erlangga: Jakarta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sulandari, S. (2009). Penyesuaian Diri Lansia Yang Tinggal Di Panti. Skripsi. Surakarta :
Universitas Muhammadiyah

Urbayatun, S. (2006). Hubungan antara Pemenuhan Kebutuhan dengan Afek Positif dan Afek
Negatif pada Lansia. Humanitas: Indonesian Psychological Journal. Vol. 3 No. 1 Januari 2006: 63
– 72

15
4.1 ANALISIS JURNAL
“SUMBER-SUMBER KEBAHAGIAAN LANSIA DITINJAU DARI DALAM DAN LUAR
TEMPAT TINGGAL PANTI JOMPO”

Usia lanjut merupakan periode penutup dari serangkaian proses perkembangan manusia. Masa ini
dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan
yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun (Santrock, 2012; Hurlock, 2002). Pada
usia lanjut akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994).
Menurut jurnal yang kami analisis disitu dijelaskan sumber-sumber kabahagian lansia yang terdiri
dari factor eksternal dan factor internal. Faktor eksternal berasal dari kemakmuran (22%), relasi
keluarga (17%), religius (16%), relasisosial (8%) , aktivitas waktu luang (5%), mencintai/dicintai
(4%), pendidikan (2%).
Faktor Eksternal
Kemakmuran: orang berusia lanjut tidak memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya sering menggantikan banyak kegiatan yang penting bagi mereka kemudian
memusatkan perhatian nya pada suatu kegiatan yang dapat menghasilkan sesuatu. Dalam jurnal
kali ini disebutkan bahwa kemakmuran menjadi factor terbesar atas kebahagiaan lansia.
Relasi keluarga: Dalam buku Hurlock, pola kehidupan keluarga yang mantab pada masa dewasa
dini kemudian mulai berubah waktu memasuki usia tengah baya. Perubahan ini dirasakan oleh
pensiunan,karna pengaruh berkurangnya pendapatan atau kematian suami/istri diusia lanjut. Pada
jurnal ini dijelaskan bahwa factor kebahagiaan yang berasal dari relasi keluarga sebesar 17%,
berarti orang-orang tersebut masih memiliki hubungan yang baik dengan istrinya maupun
keluarganya hal ini akan mendatangkan kebahagiaan bagi mereka.
Religious: Orang-orang lanjut usia biasanya mendekatkan diri kepada sang Pencipta, karna
mereka merasakan ketenangan jika dekat dengan sang Pencipta.
Relasi Sosial: Dalam buku Hurlock, bahaya psikologis yang paling berbahaya bagi orang usia
lanjut adalah pelepasan berbagai kegiatan sosial. Akibatnya mereka kurang memperoleh dukungan

16
sosial pada waktu mereka menghadapi masalah atau stress. Pada jurnal ini bisa dikatakan sedikit
yang memperoleh kebahagiaan dari relasi sosial.
Aktivitas waktu luang: Orang usia lanjut biasanya melakukan kegiatan seperti menjahit,bercocok
tanam,menonton tv,mendengarkan radio untuk mengisi aktivitas waktu luang.
Mencintai/dicintai: Pada usia lanjut mereka merasa senang jika diberi perhatian lebih atau
disayang dengan anak-anaknya karna mereka merasa dengan disayangi dan diberi perhatian lebih
oleh anak-anaknya mereka merasa dicintai.
Pendidikan: Beberapa dari orang-orang berusia lanjut merasa senang jika mereka mendapatkan
Pendidikan karena ingin memanfaatkan waktu luangnya di masa tua. Namun menurut jurnal ini
tingkat kebahagiaan yang berasal dari Pendidikan cukup kecil (2%).dari hal ini dapat disimpulkan
bahwa di usia tua tidak suka mendapat pendidikan.

Factor Internal, internal merupakan faktor yang berasal dari kualitas-kualitas pribadi seperti
kepribadian, kognitif, dan lain-lain (5%).
Kognitif, fungsi kognitif adalah kemampuan berfikir rasional yang terdiri dari beberapa aspek.
Fungsi kognitif yang menurun dapat menyebabkan terjadinya ketidakmampuan lansia dalam
melakukan aktifitas normal sehari-hari. Hal ini mengakibatan para lansia menggantungka diri pada
orang lain.
dikatakan oleh Wilson (dalam Diener, 2009) bahwa kebahagiaan baru bisa tercapai ketika telah
terpenuhinya kebutuhan (telic theory). Pemenuhan serta terjaminnya kebutuhan hidup sehari-hari
pada lansia dapat mendukung munculnya afek positif serta sebaliknya juga dapat mengurangi
munculnya afek negatif (Urbayatun, 2006). Namun, peran kemakmuran bagi kebahagiaan hanya
berlaku sampai batas tertentu saja. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi, kemakmuran tidak
menambah tingkat kebahagiaan (Diener, 2009).

teori kebahagiaan yang bisa digunakan untuk menjelaskan kaitan antara pencapaian prestasi
dengan kebahagiaan lansia adalah activity theories. Dalam teori tersebut dinyatakan bahwa
kebahagiaan merupakan hasil aktivitas yang dilakukan individu dengan sebaik-baiknya (best
performance) (Csikzentmihalyi, dalam Diener, 2009). Menurut Csikszentmihalyi (dalam Diener,
2009), aktivitas dicetuskan oleh masalah yang dihadapi individu. Aktivitas berpotensi

17
membahagiakan jika tingkat permasalahannya sesuai dengan tingkat kemampuan individu. Jika
masalah terlalu mudah akan berakibat membosankan, dan jika terlalu sulit akan memunculkan
kecemasan. Aktivitas religius menjadi tema yang juga mempengaruhi kebahagiaan lansia. Agama
atau religius menurut Diener (2009) meliputi segala bentuk hubungan individu dengan Tuhannya.

5.KASUS
Siswa SD di Gebog, Kudus jadi korban bullying
Seorang siswa SD di Gebog Kudus Jawa Tengah berinisial AR (8) menjadi korban bullying oleh
teman-teman sekelasnya yang tergabung dalam "Geng Fisa". Dimana korban yang masih duduk
di kelas IV SD Negeri di wilayah Gebog, Kudus tersebut telah mengalami kekerasan sejak kelas
III, sehingga saat ini korban pindah sekolah karena trauma. Ketua 'geng' bersama 9 anak lainnya
sering melakukan tindak kekerasan dengan memukul korban, diinjak-injak bahkan yang lebih
memprihatinkan kemaluan korban dimasukan pengaris dari besi. Korban dibully karena tidak
bersedia menuruti permintaan ketua 'geng'.
Ketua Jaringan Perlindungan Perempuan dan Anak (JPPA) kabupaten Kudus, Nor Haniah
mengatakan pihaknya menerima permintaan dari salah satu orang tua siswi di wilayah Gebog
Kudus yang anaknya menjadi korban Bullying. Korban telah mengalami kekerasan oleh teman-
temannya sejak kelas III lalu, namun pihak keluarga tidak menyadari kalau anaknya menjadi
korban bullying. AR (8) warga Nalumsari Jepara mengaku sering dipukuli pelaku bersama 'geng'
sudah sejak lama tetapi tidak berani melaporkan kepada guru maupun orang tua karena mendapat
ancaman. Padahal tubuh AR sering lebam-lebam.
Dijelaskan Haniah, kronologis kejadian tanggal 19 Juli 2017 sekitar pukul 09.00 WIB, waktu itu
kegiatan pelajaran sekolah karena guru sedang rapat, para siswa yang berjumlah 47 siswa tersebut
diberikan tugas. Pada saat itulah AR kembali menjadi korban kekerasan oleh teman-temannya
yang dipimpin oleh 'Geng Fisa'. Korban yang tidak bersedia menuruti permintaan ketua geng

18
langsung dipukuli, ditindih dengan kursi kemudian disuruh buka rok seragam lantas kemaluan
dimasukan pengaris.
"Keluarga korban baru mengetahui anaknya jadi korban bullying setelah menerima cerita dari
orang tua siswa yang lain. Setelah itu korban baru mau mengakui apa yang dialaminya. Sebagai
tindak lanjut pihak keluarga meminta kami untuk mendampingi kasus tersebut", ujar mantan wakil
Bupati Kudus tersebut.
Haniah menuturkan kasus AR telah dilaporkan ke unit PPA Polres Kudus setelah dilakukan visum
meski demikian karena korban dan pelaku masih anak-anak, pihaknya akan melakukan
pendampingan terhadap keduanya. "Kami berikan pendampingan secara menyeluruh ke korban,
pelaku maupun juga edukasi bagi orang tua, teman-teman sekelasnya yang tentu saja dengan
bekerjasama pihak sekolah dan Disdikpora", ucapnya seperti dilaporkan Kontributor elshinta,
Sutini.
Dikatakan Haniah, korban saat ini masih mengalami trauma sehingga pindah sekolah. Ia menduga
masih ada anak lain yang juga menjadi korban bully tetapi tidak berani melaporkan keorang tua
maupun guru.
Haniah menganggap kasus tersebut kelalaian pihak sekolah karena seharusnya selama di sekolah
menjadi tanggung jawab para guru. Jika jam pelajaran kosong dikarenakan guru berhalangan
harusnya digantikan guru yang lain.
Kepala Disdikpora Kabupaten Kudus, Joko Susilo membantah adanya kejadian tersebut, pihaknya
Senin (31/7) pagi telah mendatangi SD yang dimaksud tetapi pihak sekolah dan pengawas
mengatakan tidak ada kejadian bullying yang melibat siswa.
Sementara itu Kasat Reskrim Polres Kudus, AKP Kurniawan Daeli menyatakan menerima
pelaporan adanya kasus kekerasaan yang melibatkan anak-anak. Untuk prosesnya masih
menunggu hasil visum dari RSUD dr Lukmonohadi. Tim penyidik yang didampingi Dinsos
maupun JPPA, mendatangi sekolah untuk memintai keterangan sejumlah pihak. Terutama korban
dan pelaku karena mereka masih anak-anak sehingga perlakuan saat penyidikan berbeda. "Kami
mempertimbangkan psikologi anak-anak agar mereka tidak ketakutan namun yang pasti kami akan
proses sebagaimana mestinya", ungkapnya.

19
5.1 ANALISA KASUS

Tugas perkembangan pada masa anak-anak pertengahan:


1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan
2. Membangun sifat yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat
5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar
6. Mengembangkan pengertian yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari
7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata tingkatan nilai
8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial
9. Mencapai kebebasan pribadi

Dari kasus ini dapat kita Analisa bahwa pelaku (anggota geng) yang mem-bully merupakan anak-
anak yang dapat kita golongkan dalam fase anak-anak pertengahan,dalam fase ini mereka
memeiliki tugas perkembangan yang harus diselesaikan akan menjadi individu yang bermoral
namun dalam kasus ini pelaku (anggota geng) dapat kita lihat bahwa masa perkembangan mereka
belum diselesaikan atau disalah gunakan oleh individu tersebut, sebagai contoh pada tugas
perkembangan yang ke-3,6,7,8 dan 9 dalam kasus ini bahwa pelaku tersebut belum bisa
menyesuaikan diri dengan teman seusianya, bahkan tidak dapat mengembangkan sikap terhadap
kelompok-kelompok sosial dengan bukti mereka tidak dapat menempatkan diri mereka dalam
lingkup sosial dan merasa bahwa dirinya lah yang paling berkuasa, mereka merasa harus memiliki
kelebihan dari individu yang lain walau memang dalam tugas perkembangan mereka harus
mencapai kebebasan pribadi namun mereka salah dalam hal mencapai kebebasan pribadi tersebut.
Hal tersebut tidak lepas dari bimbingan orang tua dan lingkungan karena pada masa itu anak-anak
seusia itu sangat membutuhkan bimbingan yang sangat intens terutama dari lingkungan orang tua
nya yang harus dapat meng-kontrol lingkungan bermain,belajar, anak tersebut terlepas dari
tanggung jawab pihak sekolah.

20
DAFTAR PUSTAKA

HURLOCK B.E. 2005. Psikologi Perkembangan. Edisi 5. Penerbit Erlangga. Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai