Laporan Pengecoran
Laporan Pengecoran
PRAKTIKUM
PERENCANAAN DAN PEMBUATAN POLA
I. Tujuan Praktikum
1. Membuat perencanaan pola untuk pengecoran (benda kerja, inti,
penambah dan sistem saluran).
2. Merubah gambar perencanaan menjadi benda kerja.
3. Mewujudkan gambar untuk pengecoran menjadi model (benda kerja,
inti penambah, inti, dan saluran turun).
1
B. Penentuan tambahan penyusutan
Karena coran menyusut pada waktu pembekuan dan
pendinginan maka pembuat pola perlu mempergunakan “mistar susut”
yang telah diperpanjang sebelumnya sebanyak tambahan penyusutan
pada ukuran pola. Besarnya penyusutan sering hiddoisopps sesuai
dengan bahan coran, bentuk, tempat, tebalnya coran, ukuran dan
kekuatan inti. Kemudian mengingat bentuknya kadang-kadang mistar
susut dirubah sesuai dengan arah tegak dan mendatar oleh karena itu
persyaratan harus dituliskan pada gambar untuk pengecoran.
Tambahan
Bahan
penyusutan
8/1.000 Besi cor, baja cor tipis
9/1.000 Besi cor, baja cor tipis yang banyak menyusut
10/1.000 Alumunium
12/1.000 Paduan alumunium, brons baja cor (tebal 5-
7mm)
14/1.000 Kuningan kekuatan tinggi, baja cor
16/1.000 Baja cor (tebal lebih dari 10 mm)
20/1.000 Coran baja yang tebal
25/1.000 Coran baja besar dan tebal
4
G. Bahan-bahan untuk pola
Bahan-bahan yang dipakai untuk pola ialah kayu, resin atau logam.
Dalam hal khusus dipakai “plester” atau lilin.
1. Kayu
Kayu yang dipakai untuk pola adalah kayu saru, kayu aras,
kayu pinus, kayu mahoni, kayu jati dan lain-lain.
Pemilihan kayu menurut macam dan ukuran pola, jumlah
produksi dan lamanya pakai. Kayu yang kadar airnya lebih dari
14% tidak dapat dipakai karena akan terjadi pelentingan yang
disebabkan perubahan kadar air dalam kayu kadang-kadang suhu
udara luar harus diperhitungkan dan tergantung pada daerah
dimana pola itu dipakai.
2. Resin Sintesis
Dari berbagai macam resin sintesis, hanya resin epoksilah
yang banyak dipakai. Ia mempunyai sifat-sifat penyusutan yang
kecil pada waktu mengeras, tahan aus yang tinggi, memberikan
pengaruh yang lebih baik dengan menambah pengencer zat
pembalut atau zat penggemuk menurut penggunaannya.
Resin polistirena (polistirena berbusa) dipakai sebagai
bahan untuk pola yang dibuang setelah dipakai dalam cara
pembuatan cetakan yang lengkap. Pola dibuat dengan
menambahkan zat pembuat busa pada polisterina untuk membuat
berbutir bentuk dan membuat busa.
3. Bahan untuk pola logam
Bahan yang lazim dipakai untuk pola logam adalah besi cor.
Biasanya dipakai besi cor kelabu karena sangat tahan aus, tahan
panas (untuk pembuatan cetakan kulit) dan tidak mahal, kadang-
kadang besi cor liat dipakai agar lebih kuat. Paduan tembaga juga
biasa dipakai untuk pola cetakan kulit agar dapat memanaskan
bagian cetakan yang tebal secara merata. Allumunium adalah
ringan dan mudah diolah, sehingga sering dipakai untuk pelat pola
5
atau pola untuk mesin pembuat cetakan. Baja khusus dipakai untuk
pena atau pegas bagian dari pola yang memerlukan keuletan.
H. Pemeriksaan dari pola
Pembuatan pola adalah membuat bentuk dari sebuah gambar pada
bidang dengan memperhitungkan berbagai persyaratan dalam
pengecoran. Karena itu pemeriksaan pola boleh dikatakan sukar.
Pemeriksaan ini memerlukan penentuan urutan :
1. Pemeriksaan gambar dari referensi pola
Pemeriksaan dari gambar yaitu bahan coran, jumlah produksi,
macam pola, tambahan penyusutan, tambahan penyelesaian mesin,
tambahan pembetulan, permukaan pisah, bentuk telapak inti,
tahanan tekanan hidrolis atau perlakuan panas, semua itu harus
dimengerti.
2. Pemeriksaan dengan pengelihatan
Pemeriksaan dengan pengelihatan dilakukan sejak dari pola sampai
telapak inti. Rencana, pandangan muka pandangan samping dari
gambar ditempatkan disamping pola pada arah yang sama, di cek
dengan memutar dan membandingkannya. Pengecekan dilakukan
dimulai dari garis tengah untuk bagian-bagian utama, kemudian
dari kiri ke kanan dan akhirnya dari atas ke bawah.
3. Pemeriksaan ukuran
Setelah mempersiapkan mistar susut, pengukur permukaan,
jangka ukur dan alat pengukur umum lainnya yang diperlukan
untuk pemeriksaan, maka pemeriksaan ukuran dilakukan garis
tengah atau permukaan pisah ditentukan sebagai garis asal dan
setiap ukuran yang dinyatakan dalam gambar dicek dengan
pengukuran tentu saja dengan tidak melupakan urutan yang sama
seperti pada pemeriksaan dengan pengelihatan.
6
I. Sistem Saluran
I. Istilah-istilah dan fungsi dari sistem saluran
Sistem saluran adalah jalan masuk bagi coran logam yang
dituangkan kedalam rongga cetakan. Tiap bagian diberi nama dari
cairan tuang dimana logam cair dituangkan dari ladel sampai saluran
masuk kedalam rongga cetakan. Nama-nama itu ialah : cairan tuang,
saluran turun, pengalir dan saluran masuk.
Cawan tuang merupakan penerima yang menerima cairan
logam langsung dari ladel, saluran turun adalah saluran yang
pertama yang membawa cairan logam dari cawan tuang kedalam
pengalir dan saluran masuk. Pengalir adalah saluran yang membawa
logam cair dari saluran turun ke bagian-bagian yang cocok pada
cetakan. Saluran masuk adalah saluran yang mengisikan logam cair
dari pengalir kedalam rongga cetakan.
II. Bentuk dari bagian-bagian sistem saluran
I. Cawan tuang
Cawan tuang biasanya berbentuk corong atau cawan dalam
saluran turun dibawahnya. Cawan tuang harus mempunyai
kontruksi yang dapat melelehkan kotoran yang terbawa dalam
logam cair dari ladel. Oleh karena itu cawan tuang tidak boleh
terlalu dangkal. Kalau perbandingan antara tinggi logam cair
dalam cawan tuang dan diameter cawan harganya terlalu kecil,
umpamanya kurang dari 3, maka akan terjadi pusaran-pusaran
dan timbullah terak atau kotoran yang terapung pada permukaan
logam cair.
II. Saluran turun
Saluran turun dibuat lurus dan tegak dengan irisan berupa
lingkaran, kadang-kadang irisannya sama dari atas sampai
bawah atau mengecil dari atas kebawah. Yang pertama dipakai
kalau dibutuhkan pengisian yang cepat dan lancar, sedangkan
yang kedua dipakai apabila diperlukan penahanan kotoran
7
sebanyak mungkin. Saluran turun dibuat dengan melubangi
cetakan dengan mempergunakan satu barang atau dengan
memasang bumbung tahan panas yang dibuat dari Samot. Samot
ini cocok untuk membuat saluran turun yang panjang.
III. Pengalir
Pengalir biasanya mempunyai irisan seperti trapesium atau
setengah lingkaran sebab irisan demikian mudah dibuat pada
permukaan pisah, lagi pula pengalir mempunyai luas permukaan
yang terkecil untuk satu luas irisan tertentu sehingga lebih
efektif untuk pendinginan yang lambat. Pengalir lebih baik
sebesar mungkin untuk melambatkan pendingan logam cair.
Tetapi kalau terlalu besar tidak ekonomis. Karena itu ukuran
yang cocok harus dipilih sesuai dengan panjangnya.
b. Saat praktikum
1. Membuat gambar perencanaan pola
3
3
0
2. Menentukan permukaan pisah dan penempatan sistim saluran.
Permukaan pisah kita letakkan pada bagian tengah dari pola
sedangkan penempatan sistem saluran diletakkan pada bagian atas
dari cetakan, seperti terlihat pada gambar di bawah ini
3. Melakukan pembuatan model / pola
4. Mengamplas permukaan model
5. Melapisi atau melumuri model dengan serbuk ungkal kering (boleh
memakai grafit)
9
7 cm
12 cm
31 cm
2. Apa jenis / macam pola yang anda gunakan dan mengapa memilih
jenis tersebut ?
Jawab :
Jenis pola yang kami gunakan adalah jenis pola belahan karena
mudah dalam proses pembukaan cetakannya.
3. Apa bahan pola yang saudara pilih dan mengapa memilih jenis
tersebut?
Jawab :
Bahan pola yang kami gunakan adalah kayu karena ekonomis juga
mudah dalam proses pembuatannya.
10
Toleransi yang kami gunakan adalah toleransi penyusutan. Fungsi
dari toleransi ini adalah agar saat coran membeku ukuran coran yang
dihasilkan walaupun sudah mengalami penyusutan masih sesuai
dengan ukuran yang diinginkan.
11
BAB II
PRAKTIKUM PEMBUATAN CETAKAN , INTI ,
PENAMBAH DAN SISTEM SALURAN
I. Tujuan Praktikum
1. Merencanakan urut-urutan proses pembuatan cetakan, dan sistem
saluran.
2. Menentukan letak penambah dan saluran turun.
3. Membuat cetakan dan sistem saluran dengan komposisi yang sudah
ditentukan.
4. Memberi perlakuan (pengeringan, pelapisan).
12
Tanah ini mengandung kadinit, ilit dan monmorilnit juga
kwarsa, felsber, mika dan kotoran lainnya. Kalau diberi air
menjadi lembek bila kebanyakan akan menjadi seperti pasta. Bila
lempung kehilangan kadar airnya sifat lekatnya menjadi sangat
berkurang. Ukuran dari butir-butir tanah lempung sekitar
0,005mm sampai 0,02 mm. Untuk coran yang besar dan cetakan
pasir kering, dipakai pasir silika yang telah dicampur dengan
tanah lempung yang mempunyai derajat tahan api tinggi. Kadang-
kadang diberikan bentanit, yaitu satu jenis dari tanah lempung.
Bentanit terdiri dari butir-butir halus dari 10 sampai 0,01 yang
jadi penyusun.
3. Pengikat 1 cm
Biasanya dibuat dari pasir yang dibubuhi minyak noledi
pengering 1,5 – 3,0% seperti minyak biji romi (lin seed oil),
minyak biji kol dan dipanggang pada temperatur 200 – 250°C.
Mereka disebut inti minyak. Mereka tidak menyerap air dan
mudah ambil pada waktu pembongkaran. Tetapi pasir dengan
hanya dibubuhi minyak saja kekuatannya pada temperatur tinggi
tidak cukup, sehingga perlu dibubuhkan sedikit benkonik dan
kongi supaya mudah dibentuk dan diolah meskipun pada
temperatur kamar. Sebagai tambahan pada tanah lempung
kadang-kadang dibubuhkan deterkrin yang dibuat dari kanji
sebagai pengikat pembantu. Detokrin bersifat lekat meskipun
kadar airnya rendah, sehingga ia dipakai sebagai penstabil dari
butir pasir pada permukaan cetakan basah atau kering. Selain dari
itu air-kaca, resin atau semen dipakai sebagai pengikat tertentu /
khusus.
4. Tambahan khusus
Bubuk orang, tepung terigu, tepung grafit dibutuhkan kira-
kira 1% kepada pasir cetak agar permukaan coran menjadi halus,
pembongkaran mudah, dan beberapa hal mencegah permukaan
13
kasar. Kelebihan tambahan menyebabkan cacat karena gas yang
terbentuk. Karena itu penting untuk menggunakannya dalam
jumlah yang cukup.
14
c. Lapisan Cetakan
Sesudah pola dicetak dari cetakan, grafit atau bubuk mika
dicampur air dicorkan diatas disemprotkan pada permukaan cetakan
dengan maksud sebagai berikut:
1. Mencegah fusi dan penetrasi logam
2. Mendapatkan permukaan coran yang halus
3. Membuang pasir inti dan pasir cetak dengan mudah pada waktu
pembongkaran.
4. Meniadakan cacat-cacat disebabkan pasir, umpamanya sirip.
Untuk mencapai maksud diatas bahan pelapis harus mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut :
1. Sifat tahan panas untuk dapat menerima temperatur penuangan
2. Pelapis setelah kering, harus cukup kuat, tidak rusak karena
logam cair
3. Tebal pelapis yang cukup agar dapat mencegah penetrasi logam
V. Data Praktikum
Dimensi rongga cetakan :
Panjang : 31 cm
Lebar : 12 cm
Tinggi : 7 cm
7 cm
12 cm
31 cm
17
Perlakuan yang digunakan menggunakan proses pengeringan
secara alami, jadi cetakan dibiarkan mengering oleh udara. Kemudian
apabila ada yang retak sedikit tinggal dilapisi oleh tanah liat basah di
bagian retaknya.
VII. KESIMPULAN
Dari praktikum pembuatan cetakan, inti, penambah dan sistem
saluran yaitu bahan atau tanah liat dari pembuatan cetakan
pencampurannya harus pas agar cetakan tidak rusak/ retak sewaktu
dikeringkan.
Untuk bagian inti, penambah dan sistem saluran masuk hendaknya
diperhatikan dengan baik jangan sampai ada yang tersumbat oleh kotoran
atau sisa tanah liat cetakan. Diameter atas atau bawah harus sesuai untuk
mempermudah cairan/ coran masuk kedalam cetakan, sehingga hasil
cetakan bisa sesuai dengan yang diharapkan.
18
BAB III
PRAKTIKUM PELEBURAN, PENUANGAN DAN ANALISA
CACAT PERMUKAAN
I. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui temperatur peleburan alumunium.
b. Untuk mengetahui temperatur dan waktu penuangan.
c. Untuk mengetahui waktu pembekuan.
d. Analisa cacat pada permukaan hasil coran.
b. Waktu Penuangan
Waktu tuang (t)
t= k W,
dimana :
t= waktu tuang (detik)
k= konstanta bahan
besi tuang : 1,1
baja cor : 1,2
aluminium : 1,4 – 1,6
W = Berat coran (kg)
Kapasitas penuangan persatuan waktu (Q)
M
Q= ,
txy
dimana :
Q = kapasitas penuangan (mm3/ detik)
M = berat coran + berat gating system
t = waktu tuang (detik)
= berat jenis bahan coran (kg/mm3
- Kecepatan rata-rata aliran logam cair (V)
v= c 2 .g .h ,
dimana :
v= kecepatan rata-rata aliran logam cair (mm/detik)
c= 1 untuk saluran sederhana
g= percepatan gravitasi (mm/detik2)
h= panjang saluran (mm)
20
c. Penggolongan Sistem Saluran
Berbagai macam sistem saluran yang dipakai menurut bentuk coran.
Ada saluran pisah, saluran langsung, saluran bawah, saluran pensil, saluran
bertingkat dan sebagainya.
1. Saluran pisah.
Mempunyai saluran masuk pada permukaan pisah dari cetakan,
dari mana logam cair dijatuhkan kedalam rongga cetakan.
2. Saluran langsung.
Saluran tegak yang yang terbuka langsung pada bagian atas
rongga. Logam cair yang jatuh kedalam rongga akan mengganggu
logam yang terdahulu tertuang, sistem ini lebih ekonomis dan lazim
karena sisstem saluran ini mudah dibuart dan pendek.
3. Saluran bawah.
Mempunyai saluran masuk pada bagian bawah dari rongga
cetakan. Karena itu saluran ini mempunyai saluran turun tegak
panjang disambung dengan pengalir horizontal dan saluran masuk
sering dibuat membelok keatas, kadang-kadang dipakai saluran cincin
dan saluran terompet. Sistem saluran bawah menyebabkan logam cair
naik yang tidak terganggu dalam cetakan, oleh karena itu diperlukan
laju penuangan yang cepat.
4. Saluran pensil
Sistem saluran yang mana logam cair dijatuhkan ke bawah
melalui beberapa lubang pada dasar dari cawang tuang. Sisitem
saluran ini cocok untuk coran yang panjang dan tipis seperti pipa.
Kalau saluran pensil dipasang diujung atas dari cetakan pipa tegak dan
logam dituang, maka cetakan diisi secara merata dari bawah dan akan
didapat pipa yang baik.
5. Saluran bertingkat.
Mempunyai saluran turun yang dihubungkan dengan beberapa
saluran masuk. Logam cair mengalir ke dalam rongga dari saluran
masuk yang terbawah dan kemudian dari saluran masuk kedua
21
berikutnya dan saluran ketiga dan seterusnya. Oleh karena itu logam
cair yang paling panas secara tetap diisikan keatas logam di dalam
rongga. Tetapi saluran demikian dapat memberikan aliran logam tidak
seperti tersebut diatas, kecuali dibuat secara sempurna. Dalam hal ini,
logam cair hanya diberikan dari saluran bawah saja sampai saat
terakhir sehingga hasil yang diharapkan tercapai.
7. Saluran baji.
Dibuat seperti celah pada bagian atas coran, dipakai untuk coran
biasa dengan ketebalan merata. Logam cair diberikan sedikit demi
sedikit dengan tidak terganggu melalui celah dan bagian atas logam
lebih panas daripada pada bagian bawah, sehingga rongga penyusutan
kecil.
t =k w
= 1,5 3,05kg
= 2,61detik
Kecepatan rata-rata aliran logam cair (V)
V = c 2 .g .h
= 1171,3 mm/detik
Choke area (A)
W
A=
. t .c 2.g . h
3,05 𝑘𝑔
2,643 × 10−6 . 2,61
3,05 kg
A= 6
2,643x10 . 2,61dt.1171,3 mm/dt
A= 377,48 mm2
Saluran turun (sprue)
* Diameter bawah (Db)
4.A
Db =
4 . 377,48
=
3,14
= 480,87 mm
* Luas penampang atas (Top Arena) (At)
At = 2xA
At = 2 x 377,48 mm
= 754,96 mm2
* Diameter atas (Da)
25
4 x At
Da =
4 x 754,96 mm 2
=
3,14
= 31,01
2. Hitung waktu pembekuan?
Jawab :
Pada saat praktikum, waktu pembekuan di hitung pada saat penuangan
menggunakan stopwatch dengan cara mengecek apakah coran sudah
membeku. Di dapat waktu pembekuan coran adalah + 10 detik
26
VII. Foto Hasil Praktikum
27
28
29
VIII. KESIMPULAN
1. Temperatur peleburan
Aluminium mulai melebur/meleleh pada suhu + 6600C
2. Temperatur penuangan
Adapun temperatur penuangan coran aluminium adalah + 700oC
3. Waktu penuangan
Untuk satu kali penuangan membutuhkan waktu sekitar + 5 detik
4. Waktu pembekuan
Waktu pembekuan coran adalah + 10 detik
5. Cacat pada permukaan hasil coran
Cacat yang timbul antara lain :
1. Permukaan cetakan tidak rata
2. Terbentuk sirip pada permukaan coran
30