Bab Ii Ok
Bab Ii Ok
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Umum
Jalan raya merupakan prasarana transportasi darat untuk melayani
pergerakan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain secara aman,
nyaman, dan ekonomis. Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk
menunjang laju pertumbuhan ekonomi seiring dengan meningkatnya
kebutuhan sarana transportasi yang dapat menjangkau daerah-daerah
terpencil. Jadi jalan raya adalah prasarana transportasi darat yang meliputi
segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya
yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
Untuk membangun ruas jalan raya baru maupun peningkatan, tentu
akan memerlukan metoda efektif dalam perancangan maupun perencanaan
agar diperoleh hasil yang terbaik dan ekonomis, tetapi memenuhi unsur
keselamatan pengguna jalan dan tidak mengganggu ekosistem. Pada
dasarnya, perencanaan jalan raya terdiri dari beberapa bagian besar. Bagian-
bagian tersebut antara lain adalah Perencanaan Geometrik Jalan, Perencanaan
Perkerasan Jalan, dan Bangunan Pelengkap Jalan.
YONALDI IRAWAN 5
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
YONALDI IRAWAN 6
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
b. Keadaan Topografi
YONALDI IRAWAN 7
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
YONALDI IRAWAN 8
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
c. Kondisi Geologi
Adanya daerah-daerah yang merupakan faktor kegagalan
geologi seperti daerah patahan atau daerah bergerak baik vertikal
maupun horizontal, daerah ini merupakan daerah yang kurang cocok
dalam pembuatan suatu jalan. Kondisi geologi mempengaruhi bentuk
struktural pada sebuah konstruksi, karena keadaan tanah dasar
sendiri dapat mempengaruhi lokasi dan bentuk geometrik jalan
tersebut, misalnya daya dukung tanah dasar kurang baik dan muka
air tanah sangat tinggi.
YONALDI IRAWAN 9
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
- Jarak Pengereman
Jarak pengereman adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan
kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan
berhenti.
Jarak padang henti dapat dihitung dengan menggunakan rumus-
rumus dibawah ini:
Jh = Jht + Jhr................................................................................(2.1)
VR ( VR / 3,6 ) 2
Jh = T ........................................................(2.2)
3,6 2g.fp
Keterangan:
VR = Kecepatan rencana (km/jam)
T = Waktu tanggap (2,5 detik)
G = Percepatan gravitasi (9,8 m/dt2)
Fp = Koefisien gesek memanjang antara ban dengan aspal
Jht = Jarak tanggap (m)
YONALDI IRAWAN 10
1501021045
A’’
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
Jht Jhr
B
Ao A A’
Jh
YONALDI IRAWAN 11
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
B = Halangan
Jd min (m) 800 670 550 350 250 200 150 100
YONALDI IRAWAN 12
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
Keterangan :
D = Jarak pandang menyiap (m)
d1= Jarak pandang PIEV (percepatan, intelectio, emotion dan
vilition) = 0,27 tl (V – m + (atl/2)
d2 = Jarak yang ditempuh dalam menyiap (0,276 vt2)
d3 =Jarak bebas (30-100) m
d4 =Jarak yang ditempuh dari arah lawan (2/3 d2)
Catatan:
V = Kecepatan rata-rata kendaraan menyiap
M = Perbedaan kecepatan kendaraan yang disiap dan menyiap
(15 km/jam)
t = Waktu kendaraan menyiap berjalan di jalan kanan
Keterangan :
A = Kendaraan yang mendahului
B = Kendaraan yang berlawanan arah
C = Kendaraan yang didahului kendaraan A
YONALDI IRAWAN 13
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
Kemiringan
No. Jenis Medan Notasi
Medan (%)
1. Datar D <3
2. Perbukitan B 3 - 25
YONALDI IRAWAN 14
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
3. Pegunungan G > 25
YONALDI IRAWAN 15
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
3. Kelas III
Kelas jalan ini mencakup semua jalan penghubung dan
merupakan konstruksi jalan berjalur tunggal. Konstruksi
permukaan jalan yang paling tinggi adalah peleburan dengan aspal.
Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan
untuk menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam Muatan
Sumbu Terberat (MST) dalam satuan ton. Klasifikasi jalan
berdasarkan kelas jalan dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah.
Tabel 2.4 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan
Muatan Sumbu
Fungsi Kelas
Terberat MST (ton)
I >10
Arteri II 10
III A 8
IIIA
Kolektor 8
III B
Klasifikasi Jalan
LHR dalam SMP
Fungsi Kelas
YONALDI IRAWAN 16
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
Sekunder II A 6000-20000
II B 1500-8000
II C < 2000
Penghubung III -
YONALDI IRAWAN 17
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
Bus 3,0
YONALDI IRAWAN 18
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
KENDARAAN
KENDARAAN (cm) (cm) PUTAR TONJOLAN
RENCANA Tinggi Lebar Panjang Depan Belakang Min Maks (cm)
Kendaraan
kecil 130 210 580 90 150 420 730 780
Kendaraan
Sedang 410 260 1210 210 240 740 1280 1410
Kendaraan
Besar 410 260 2100 120 90 290 1400 1370
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
(TPGJAK) No. 038/ TBM/ 1997
YONALDI IRAWAN 19
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
lalu lintas yang tinggi membutuhkan lebar perkerasan jalan lebih besar
dan lajur lebih banyak sehingga tercipta kenyamanan dan keamanan
dalam berlalu lintas. Sebaliknya jalan yang terlalu lebar untuk volume
lalu lintas rendah cenderung membahayakan karena pengemudi
cenderung mengemudikan kendaraannya pada kecepatan yang lebih
tinggi sedangkan kondisi jalan belum tentu memungkinkan. Disamping
itu juga mengakibatkan peningkatan biaya pembangunan jalan yang tidak
pada tempatnya/tidak ekonomis (Sukirman, 1994).
Satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan sehubungan
dengan penentuan jumlah dan lebar jalur adalah:
a. Lalu lintas harian rata-rata
Lalu lintas harian rata-rata adalah volume lalu lintas rata-rata
dalam satu hari (Sukirman, 1994). Cara memperoleh data tersebut
dikenal dua jenis lalu lintas harian rata-rata, yaitu lalu lintas harian
rata-rata tahunan (LHRT) dan lalu lintas harian rata-rata. LHRT adalah
jumlah lalu lintas kendaraan rata-rata yang melewati satu jalur jalan
selama 24 jam dan diperoleh dari data selama satu tahunan penuh.
Jumlah Lalu Lintas dalam 1 Tahun
LHRT
365
YONALDI IRAWAN 20
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
Dimana :
VJR = Volume Jam Perencanaan (smp/jam)
VLRH = Volume Lintas Harian Rata – rata Tahunan (smp/jam)
YONALDI IRAWAN 21
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
YONALDI IRAWAN 22
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
YONALDI IRAWAN 23
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
V
DS 0,85
C ............................................................................ (2.5)
PI
)∆
Tangen 1 Tangen 2
Bagian lengkung
α1
Tangen (T)
A α2
B
YONALDI IRAWAN 24
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
2
VR
Rmin
127 emak f mak …......
..............................................(2.6)
Dimana :
Rmin = Jari-jari tikungan minimum (m)
VR = Kecepatan kendaraan rencana (km/jam)
emak = Superelevasi maksimum (%)
fmak = Koefisien gesekan melintang maksimum, f=0.14-0.24
YONALDI IRAWAN 25
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
120 2500
100 1500
80 900
60 500
50 350
40 250
30 130
YONALDI IRAWAN 26
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
Keterangan :
Δ = Sudut tikungan (°)
O = Titik pusat lingkaran
Tc= Panjang tangen jarak dari TC ke PI atau PI ke CT (m)
Rc= Jari-jari lingkaran (m)
Lc= Panjang busur lingkaran (m)
Ec = Jarak luar dari PI ke busur lingkaran (m)
Tabel 2.13 Jari-Jari Tikungan Yang Tidak Memerlukan Lengkung Peralihan
VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
YONALDI IRAWAN 27
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
120 560
100 350
80 210
60 115
40 50
30 30
YONALDI IRAWAN 28
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
Keterangan :
Xs = Absis titik SC pada garis tangent (m)
Ys = Ordinat titik SC pada tegak lurus garis tangent (m)
Ls = Panjang lengkung peralihan (m)
Lc = Panjang busur lingkaran (m)
Ts = Panjang tangen dari titik PI ke titik TS (m)
TS = Titik dari tangen ke spiral (m)
SC = Titik dari spiral ke lingkaran (m)
Es = Jarak dari PI ke busur lingkaran (m)
θs = Sudut lengkung spiral (m)
Rc = Jari-jari lingkaran (m)
P = Pergeseran tangen terhadap spiral (m)
K = Absis dari p pada garis tangen spiral (m)
YONALDI IRAWAN 29
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
c
LC 2 R 20 m
360 .....................................................(2.12)
c 2 s ..........................................................................(2.13)
L Lc 2 Ls < 2 Ts ................................................................(2.14)
s
Ls . R .....................................................................(2.15)
28,648
Keterangan:
T = Waktu tempuh (3 detik)
Rc = Jari-jari busur lingkaran (m)
C = Perubahan kecepatan (0,3-1,0 disarankan 0,4 m/det3)
Rc = Jari-jari tingkat pencapaian perubahan kelandaian
melintang jalan (m)
e = Superelevasi (%)
em = Superelevasi maksimum (%)
en = Superelevasi normal (%)
VR = Kecepatan rencana (km/jam)
c. Spiral – Spiral/S-S
YONALDI IRAWAN 30
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
C = 0 .......................................................................................(2.19)
2 s
s 1 2
, .............................................................(2.20)
Lc = 0, Lt = 2 Ls........................................................................(2.21)
sR
Ls
28,648
.............................................................................(2.22)
P = P* . Ls ..............................................................................(2.23)
X = X* . Ls..............................................................................(2.24)
Y = Y* . Ls..............................................................................(2.25)
K = K* . Ls...............................................................................(2.26)
Ts = (R + P) tg ½ + K...........................................................(2.27)
RP
Es R
Cos ½
...................................................................(2.28)
Keterangan:
P* = Pergeseran tangen terhadap spiral yang belum terkoreksi
oleh Ls (m)
K* = Absis dari p pada garis tangen spiral yang belum
terkoreksi oleh Ls (m)
X* = Pergeseran absis titik sc pada garis tangent belum
terkoreksi oleh Ls (m)
Y* = Pergeseranordinat titik sc pada garis tangen belum
YONALDI IRAWAN 31
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
YONALDI IRAWAN 32
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
YONALDI IRAWAN 33
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
2.2.3.4 Stationing
Stationing adalah suatu cara menentukan panjangnya suatu jalan
dan juga menentukan letaknya titik-titik pada trase jalan yang
YONALDI IRAWAN 34
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
B Sta
YONALDI IRAWAN 35
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
e max
h
Ls
en en
l ( e max e n ) B
h ................................................................ (2.29)
m Ls
Keterangan:
l = Landai relatif ( % )
m
e max = Superelevasi maximum (m/m)
en = Superelevasi normal (m/m)
B = Lebar jalur (m)
YONALDI IRAWAN 36
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
B n b` c n 1 Td z .................................................(2.30)
keterangan:
B = Lebaran perkerasan pada tikungan (m)
N = Jumlah lajur lalu lintas
b` = Lebar lintasan truk pada tikungan (m)
Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan (m)
z = Lebar tambahan, z = 0,105 V/R
c = Koefisien kebebasan samping, diambil c = 0,8
YONALDI IRAWAN 37
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
YONALDI IRAWAN 38
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
START
Data-data :
Kecepatan rencana (Vr)
Sudut tikungan (∆)
Jari-jari rencana (Rren)
Tc = Rc tan ½
Ec = Tc tan ¼
Lc =
Kontrol Tidak
OKE Coba Tikungan
Tc <d1
S-C-S
Tc < d2
OKE
Gambar tikungan
FINISH
YONALDI IRAWAN 39
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
START
Data-data :
Kecepatan rencana (Vr)
Sudut tikungan (∆)
Jari-jari rencana (Rren)
Panjang Lengkung Peralihan Minimal
(Lsmin)
< 2 Ts
OKE
Gambar tikungan
FINISH
YONALDI IRAWAN 40
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
START
Data-data :
Kecepatan rencana (Vr)
Sudut tikungan (∆)
Jari-jari rencana (Rren)
Panjang Lengkung Peralihan Minimal
(Lsmin)
P = P* . Ls
X = X* . Ls
Y = Y* . Ls
K = K* . Ls
Ts = (R + P) tg ½ + K
Tidak
OKE
Jika P > 0.25 Coba Tikungan
FC
OKE
Gambar tikungan
FINISH
YONALDI IRAWAN 41
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
Kelandaian 3 3 4 5 8 10 10
2. Kelandaian Minimum
YONALDI IRAWAN 42
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
b. Lengkung vertikal
Lengkung vertikal direncanakan untuk merubah secara bertahap
perubahan dari dua macam kelandaian arah memanjang jalan pada
setiap lokasi yang diperlukan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
goncangan akibat perubahan kelandaian dan menyediakan jarak
pandang henti yang cukup untuk keamanan dan kenyamanan bagi
pengguna jalan. Bentuk lengkung vertikal ada 2 macam, yaitu :
YONALDI IRAWAN 43
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
EV
Yi
Xi
- Panjang L, berdasarkan Jh
YONALDI IRAWAN 44
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
2
A.J h
Jh < L : L ............................................................(2.36)
399
399
Jh > L : L 2 Jh ......................................................(2.37)
A
- Panjang L, berdasarkan Jd
2
A.J d
Jd < L : L ............................................................(2.38)
840
840
Jh > L : L = 2 Jd .....................................................(2.39)
A
PTV
PLV
YONALDI IRAWAN 45
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
120 3,5 Jh
Jh> L, maka L = 2 Jh ......................................(2.41)
A
Input :
Keterangan :
Gambar potongan memanjang
Ev = Jarak offset vertikal (m)
A = Jumlah kelandaian (perbedaan aljabar landai)
Perencanaan lengkung (cembung/cekung)
L = Panjang lengkung
Cembung Jh>vertikal (m)J < L
L, Cekung h
Otput :
Gambar, panjang lengkung rencana, elevasi
YONALDI IRAWAN titik, dan stationing 46
1501021045
FINISH
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
Ya
YONALDI IRAWAN 47
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
garis kontur atau diperoleh langsung dari lapangan melalui pengukuran sipat
datar profil melintang sepanjang koridor jalur proyek atau bangunan. Galian
dapat diperoleh dari peta situasi dengan metode penggambaran profil
melintang sepanjang jalur proyek atau metode grid-grid (griding).
Pada suatu proyek konstruksi, pekerjaan galian dan timbunan tanah
(cut and fill) hampir tidak pernah dapat dihindarkan. Hal tersebut
diakibatkan adanya perbedaan letak permukaan tanah asli dan permukaan
tanah rencana yang disebabkan topografi daerah yang berbeda-beda.
Sekalipun permukaan tanah asli sama dengan permukaan tanah rencana,
akan tetapi tanah asli tersebut belum tentu memenuhi syarat daya dukung
tanah.dalam hal ini galian dan timbunan perlu diperhitungkan secara
seksama sehingga biaya pekerjaan konstruksi dapat dibuat lebih ekonomis.
Mengingat pentingnya pekerjaan galian dan timbunan, apalagi untuk proyek
berskala besar dapat berdampak langsung terhadap biaya total pekerjaan.
Maka, perlu dilakukan perhitungan galian dan timbuanan.
2.3.2 Galian
Galian adalah volume tanah asli yang akan dibuang karena elevasi
tanah asli tersebut berada diatas elevasi rencana dan sebaliknya. Yang
disebut dengan pekerjaan penggalian adalah :
a. Penggemburan/penghancuran
b. Penggalian/pemindahan.
Ada beberapa unsur macam galian yaitu :
1. Galian Melintang
Yaitu tanah digali dari sisi yang satu dan digunakan untuk menimbun sisi
yang lain.
2. Galian Tinggi
Untuk galian tinggi dimana tingginya lebih dari 1 meter, maka
pengaturannya akan sulit, yaitu sulitnya penyediaan ruang yang cukup
untuk ternpat bekerja. Untuk itu disarankan pengerjaannya dilakukan
secara bertahap, setiap lahan digali sampai kedalaman ± 1 meter sehingga
ada daerah datar.
3. Galian U
Galian U adalah galian dimana jalan melewati daerah bukit (tengah-
YONALDI IRAWAN 48
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
2.3.3 Timbunan
Timbunan adalah volume tanah yang ditimbun atau ditambah
karena permukaan tanah asli tersebut berada dibawah permukaan jalan
rencana. Beberapa faktor yang menyebabkan dasar timbunan menjadi
lemah antara lain :
a. Air, baik air tanah atau air rembesan
Untuk air maka diperlukan drainase yang baik, baik berupa drainase
bawah tanah maupun drainase permukaan.
b. Bahan dasar timbunan jelek
Bahan yang tidak baik dipakai untuk timbunan adalah tanah lempung
dan lanau.
c. Lereng sangat curam
Lereng sangat curam akan rnenimbulkan kesulitan maka rnenghindari
hal itu, dibuat tangga-tangga.
Dalam perencanaan jalan raya, diusahakan untuk volume galian
dan timbunan sama atau balance. Dengan mengkombinasikan alinemen
vertikal dan alinemen horizontal memungkinkan kita untuk menghitung
banyaknya volume galian dan timbunan.
YONALDI IRAWAN 49
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
Keterangan :
x = Koordinat sumbu x
y = Koordinat sumbu y
Σxy = Jumlah perkalian sumbu x dan sumbu y
Σyx = Jumlah perkalian sumbu y dan sumbu x
d. Hitung volume galian dan timbunan
Didapat dari mengalikan luas penampang rata-rata antar patok
dengan jarak patok tersebut.
Luas sta A Luas sta B
Volume galian/timbunan = x jarak ………..
2
(2.45)
YONALDI IRAWAN 50
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
Permukaan akan
5 Jika dibebani Permukaan tetap kaku
melendut
Biaya untuk
Biaya perkerasan lentur
6 Biaya perkerasan kaku lebih
ini lebih murah
mahal
Tergantung pada
Tergantung pada tanah lapisan beton dan tidak
7 Kekuatan
dasar tergantung pada tanah
dasar
YONALDI IRAWAN 51
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
YONALDI IRAWAN 52
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
Lapis Pondasi
Tanah Dasar
YONALDI IRAWAN 53
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
2. Lapis pondasi
Fungsi lapis pondasi antara lain :
- Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda,
- Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi umumnya harus cukup
kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda.
Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan sebagai bahan
pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan
sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik.
Bermacam-macam bahan alam/bahan setempat (CBR ≥
50%, PI ≤ 4%) dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi,
antara lain : batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah dengan
semen atau kapur.
3. Lapis permukaan
Fungsi lapis permukaan antara lain :
- Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda
- Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan
kerusakan akibat cuaca.
- Sebagai lapisan aus (wearing course).
Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah sama
dengan bahan untuk lapis pondasi, dengan persyaratan yang lebih
YONALDI IRAWAN 54
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
YONALDI IRAWAN 55
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
YONALDI IRAWAN 56
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
1 Arah 2 Arah
1 jalur 1 1
2 jalur 0,70 0,50
YONALDI IRAWAN 57
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
(2.43)
c. Lintas Ekivalen Akhir (LEA) dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
LEA LHR Akhir Umur Re ncana C E ……………………
(2.44)
d. Lintas Ekivalen Tengah (LET) dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
1
LET LEP LEA ………………………………(2.45)
2
e. Lintas Ekivalen Rencana (LER) dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
UR
LER LET ……………………………………..(2.46)
10
YONALDI IRAWAN 58
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
YONALDI IRAWAN 59
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
% Kendaraan berat
Iklim I
mm/th
Iklim II
mm/th
YONALDI IRAWAN 60
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
YONALDI IRAWAN 61
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
4 1000
Laston
3,9-3,5 > 1000
3,9-3,5 2000
Lasbutag
3,4-3,0 > 2000
3,9-3,5 2000
HRA
3,4-3,0 > 2000
3,4-3,0 3000
Lapen
2,9-2,0 > 3000
Latasbum 2,9-2,5 -
Buras 2,9-2,5 -
Latasir 2,9-2,5 -
YONALDI IRAWAN 62
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
(cm)
1. Lapis Permukaan
Lapis pelindung:
< 3,00 5
Buras/Burtu/Burda
Lapen/Aspal Macadam,
3,00-6,70 5
HRA, Lasbutag, Laston
Lapen/Aspal Macadam,
6,71-7,49 7,5
HRA, Lasbutag, Laston
10,00 10 Laston
YONALDI IRAWAN 63
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
Laston Atas
Laston Atas
Catatan:
YONALDI IRAWAN 64
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
Untuk setiap nilai ITP, bila digunakan pada pondasi bawah, tebal
minimum adalah 10 cm.
YONALDI IRAWAN 65
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
YONALDI IRAWAN 66
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
Pertumbuhan Umur
Lalu lintas rencana
Prediksi lalu lintas
Koefisien Angka
distribusi ekivalen (E)
kendaraan (c)
Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)
LEP = LHR x c x E
Lintas Ekivalen
Akhir (LEA)
YONALDI IRAWAN 67
1501021045
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRA PROYEK
FP = UR/10
Indeks
Permukaan
Faktor
Regional
FINISH
YONALDI IRAWAN 68
1501021045