Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor
Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor
ABSTRACT
Leuwiliang Ring Road had curve, slop and road equipment like signs, markers and street lighting
that uncomfortable for drivers. The purpose of this research was to evaluate road geometric based
on RSNI T-14-2004 and guidelines no. 038/TBM/1997 and road equipment based on guidelines
no. 01/P/BNKT/1991 and SNI 7391: 2008 on Jalan Lingkar Leuwiliang. The results showed that
design of geometry and equipment of this road did not conform to Standard. The speed limit used
was 50 km/h. The free side area on the 4th curve was of 3 m less than Standard (3.04 m). Slopes of
the road were more than 9% on segment 2 (14.21%), 4 (10.94%), 13 (9.01%), 14 (9.19%), 26
(9.20%), 27 (9.20%), 28 (9.49%), 29 (12.15%) and 30 (19.36%). There were no markers on this
road then longitudinal line mark was designed on the road side. Dotted line marks were designed
at Sta 0+000 to Sta 0+200 and longitudinal line mark were designed at Sta 0+200 to Sta 0+974.5
on the road divider. There were no street lighting on the 7th pole to the 22nd pole so the street
lighting were designed on that poles using the lamp type SON 100W patch to the pole with height
of 6 m from the road surface.
Keywords : free side area, lamp, road, road markings, slope.
149
JSIL | Dzaky dkk. : Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor
150
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No.02, Agustus 2019
harus berhenti sampai saat pengemudi antara ban dan permukaan jalan.
menginjak rem. Jarak pengereman (Oglesby dan Hicks 1990)
adalah jarak yang dibutuhkan untuk Daerah bebas samping
menghentikan kendaraan sejak merupakan daerah pada sisi tikungan
pengemudi menginjak rem sampai yang bebas dari benda apapun sehingga
kendaraan berhenti (Dirjen BM 1997). tidak mengganggu jarak pandangan
Alinyemen horisontal jalan pengemudi. Daerah bebas samping
terbagi menjadi bagian lurus dan memberikan keluasan atau kebebasan
bagian tikungan. Bagian lurus pandangan terhadap tikungan yang
merupakan bagian jalan yang tidak dilewati tanpa penghalang. Jarak
memiliki lengkungan pada jalan. pandang bebas samping diilustrasikan
Disain bagian lurus jalan ditentukan pada Gambar 1 (Dirjen BM 1997).
berdasarkan tingkat kelelahan Jari – jari tikungan merupakan
pengemudi pada saat berkendara, panjang kelengkungan jalan yang
berdasarkan kecepatan rencana diperlukan agar kendaraan aman
melewati bagian lurus jalan. Panjang melintas dengan kecepatan tertentu.
maksimum yang harus ditempuh Disain jari – jari tikungan ditentukan
dengan kecepatan yang direncanakan antara gesekan melintang antara ban
dilewati dalam waktu tidak lebih dari kendaraan dengan permukaan jalan
2,5 menit. Bagian tikungan merupakan besama – sama dengan komponen berat
bagian jalan yang memiliki lengkungan kendaraan akibat adanya kemiringan
dengan sudut tertentu secara horisontal melintang lengkung horisontal
yang dibuat mengikuti kondisi kontur digunakan untuk mengimbangi gaya
tanah yang memiliki elevasi sama. sentrifugal (Sukirman 1999).
Tikungan terdiri dari tiga jenis Pertemuan antara jalan lurus dan
tikungan yaitu lingkaran F-C (full menikung perlu disisipkan bagian
circle), S-C-S (spiral circle spiral) dan peralihan yang melengkung dengan jari
S-S (spiral – spiral) (Hendarsin 2000). – jari tetap. Lengkung peralihan dibuat
Tikungan dengan bentuk lengkung SS untuk menghindari dari adanya
(spiral – spiral) memiliki bentuk perubahan alinyemen yang mendadak
tikungan yang tajam sehingga agar melindungi pengguna jalan dari
berpotensi menyebabkan kecelakaan kecelakaan. Kondisi operasional lalu
akibat terjadi penurunan kecepatan. lintas di tikungan memerlukan
Tingkat kecelakaan lalu lintas konsistensi geometrik jalan agar
pada tikungan tajam cukup tinggi. kondisi operasional di tikungan sama
Salah satu hal yang dapat dengan dibagian lurus, oleh karena itu
menyebabkan kecelakaan adalah diperlukan pelebaran pada tikungan
ketidaksesuaian disain tikungan dengan (Dirjen BM 1997).
standar perencanaan yang berlaku. Hal Bentuk tikungan pada beberapa
ini diperburuk dengan perilaku segmen jalan memerlukan kemiringan
berkendara dengan kecepatan yang melintang atau bisa disebut dengan
tinggi (Purwanto dkk 2015). superelevasi. Superelevasi adalah suatu
Kecelakaan yang terjadi disebabkan kemiringan melintang di tikungan yang
gaya sentrifugal antara ban dan berfungsi mengimbangi gaya
permukaan jalan. Bila permukaan sentrifugal yang diterima kendaraan
datar, kendaraan ini akan ditahan oleh pada saat berjalan melalui tikungan
“gesekan samping” (side friction) pada kecepatan tertentu. Superelevasi
dibuat memiliki kemiringan yang
151
JSIL | Dzaky dkk. : Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor
bertahap antara pertemuan jalan lurus kecepatan tidak lebih dari separuh
dan tikungan. Superelevasi tersebut kecepatan kendaraan. Lama perjalanan
berfungsi mengimbangi gaya yang ditempuh ditetapkan tidak lebih
sentrifugal yang diterima kendaraan dari 1 menit (Dirjen BM 1997).
pada saat berjalan melalui tikungan Perubahan kelandaian
dengan kecepatan yang direncanakan. memerlukan peralihan dengan
membuat lengkung vertikal.
Alinyemen Vertikal Pembuatan lengkung vertikal bertujuan
Alinyemen vertikal adalah untuk megurangi goncangan akibat
perpotongan bidang vertikal dengan perubahan kelandaian dan
bidang permukaan perkerasan jalan menyediakan jarak pandang henti.
melalui sumbu jalan untuk jalan dua Lengkung vertikal terbagi menjadi dua
lajur dua arah atau tepi dalam masing – jenis, yaitu lengkung vertikal cekung
masing perkerasan untuk jalan dengan dan lengkung vertikal cembung.
median (Sukirman 1999). Pada Panjang lengkung vertikal didasarkan
perencanaan alinyemen vertikal akan pada penampilan, kenyamanan dan
ditemui kelandaian positif atau jarak pandang yang diilustrasikan pada
tanjakan dan kelandaian negatif atau Gambar 3 (Dirjen BM 1997) dan
turunan yang dilihat dari arah kiri ke Gambar 4 (Dirjen BM 1997).
kanan. Kombinasi dari kedua
kelandaian tersebut akan didapat
lengkung cekung dan lengkung
cembung. Selain kelandaian positif dan
negatif dapat juga ditemui kelanaian 0
(nol) atau datar (Hermansyah et. al
2015).
Gambar 4. Lengkung cekung
152
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No.02, Agustus 2019
153
JSIL | Dzaky dkk. : Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor
154
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No.02, Agustus 2019
155
JSIL | Dzaky dkk. : Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor
156
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No.02, Agustus 2019
kendaraan dengan kecepatan tersebut. gaya gesek ban dengan jalan yang
Kecepatan terendah terjadi pada pukul digunakan adalah 0.14. Nilai jari – jari
17.00 sebesar 37.97 km/jam. Kondisi minimum tersaji pada Tabel 3.
jalan pada pukul 17.00 terlihat ramai Berdasarkan Tabel 3 pada
sehingga pengemudi tidak dapat melaju kecepatan 50 km/jam semua jari – jari
dengan cepat. tikungan ke-1 sampai ke-4 berada
Kecepatan pengemudi yang diatas nilai minimum yang dibutuhkan
melintasi Jalan Lingkar Leuwiliang sehingga pengendara aman melintasi
pada jam terentu melebihi batas tikungan – tikungan tersebut.
kecepatan yang diatur. Kondisi tersebut Pengendara yang memacu kendaraanya
terjadi pada pukul 09.00 sampai pukul melebihi kecepatan yang diatur dapat
16.00 dan pada pukul 18.00 sampai berbahaya. Kecepatan 60.92 km/jam
pukul 19.00. Perigatan pembatasan dapat berbahaya ketika melintasi
kecepatan diperlukan pada Jalan tikungan ke-1. Tikungan ke-1 memiliki
Lingkar Leuwiliang. Peringatan jari – jari yang tidak memenuhi syarat
tersebut berupa rambu pembatasan pada kecepatan 60 km/jam. Nilai jari –
kecepatan maksimum 50 km/jam yang jari minimum pada kecepatan 60
dipasang pada permulaan Jalan Lingkar km/jam adalah 101.24 m sedangkan
Leuwiliang. Sehingga pengemudi telah nilai jari – jari pada tikungan ke-1
dihimbau untuk melakukan pembatasan adalah 80.97 m.
kecepatan kendaraan yang
dikemudikan. Tabel 3. Data hasil evaluasi alinyemen
horisontal
Jari – jari Daerah
Geometrik Jalan Kecepatan Minimum Bebas
Tikungan Rencana, Tikungan, R Samping, E
Tipe
Analisa alinyemen horisontal Ke- Vr (m) (m)
(km/jam)
pada Jalan Lingkar Leuwiliang Eks Rek Eks Rek
157
JSIL | Dzaky dkk. : Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor
158
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No.02, Agustus 2019
159
JSIL | Dzaky dkk. : Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor
160
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No.02, Agustus 2019
161
JSIL | Dzaky dkk. : Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor
162
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No.02, Agustus 2019
163
JSIL | Dzaky dkk. : Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor
164
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No.02, Agustus 2019
efisiensi tinggi, umur sangat panjang, (BSN 2008). Jarak rata – rata tersebut
ukuran lampu kecil sehingga mudah dibulatkan ke atas sehingga angka yang
untuk mengontrol cahayannya dan diambil sebagai acuan dalam pemilihan
lampu dengan tipe ini banyak lampu penerangan jalan adalah 48 m.
direkomendasikan untuk digunakan
sebagai PJU. Rumah lampu yang SIMPULAN DAN SARAN
digunakan memakai rumah lampu tipe
B. Rumah lampu tersebut disambung Simpulan
dengan batang alumunium dengan Jalan Lingkar Leuwiliang
panjang 2.3 m. Batang alumunium merupakan jalan kolektor yang
tersebut ditekuk sebesar 1050 sehingga memindahkan arus kendaraan besar
kemiringn lampu terhadap jalan adalah yang melalui Pasar Leuwiliang. Jalan
150. lingkar Leuwiliang berada pada daerah
kepadatan penduduk yang rendah
Tabel 9. Penambahan penerangan jalan sehingga kecepatan maksimal yang
Jarak diatur 50 km/jam. Berdasarkan
Lampu Jenis Antar kecepatan tersebut pada alinyemen
Lokasi
Ke- Lampu Lampu
horisontal jarak pandang bebas daerah
(m)
bebas samping terdapat bagian yang
1 LED 6.801 0+006.8
tidak memenuhi kriteria pedoman yang
2 LED 37.492 0+044.29
berlaku yaitu daerah bebas samping
3 LED 37.106 0+081.39
pada tikungan ke-4 sebesar 3 m kurang
4 LED 39.540 0+120.94 dari 3.04. Kelandaian pada alinyemen
5 LED 42.905 0+163.84 vertikal yang melebihi 9% terjadi pada
6 LED 35.276 0+199.12 segmen 2, segmen 4, segmen 13,
7 SON 100W 42.640 0+241.76 segmen 14, segmen 26, segmen 27,
8 SON 100W 45.550 0+287.31 segmen 28, segmen 29 dan segmen 30.
9 SON 100W 43.300 0+330.61 Marka jalan yang tidak terdapat pada
10 SON 100W 42.890 0+373.5 Jalan Lingkar Leuwiliang. Marka jalan
11 SON 100W 49.190 0+422.69 kemudia didisain menggunakan marka
12 SON 100W 54.870 0+477.56
membujur garis utuh pada tepi dan
pembatas jalan dengan paku jalan.
13 SON 100W 56.620 0+534.18
Lampu penerangan pada tiang ke-7
14 SON 100W 49.950 0+584.13
sampai tiang ke-22 tidak ada. Lampu
15 SON 100W 50.050 0+634.18 penerangan jalan yang didisain
16 SON 100W 50.560 0+684.74 menggunakan jenis SON 100 W denga
17 SON 100W 48.290 0+733.03 tinggi 6 m dari permukaan tanah pada
18 SON 100W 45.260 0+778.29 tiang – tiang yang tidak terdapat lampu
19 SON 100W 47.640 0+825.93 penerangan.
20 SON 100W 54.490 0+880.42
21 SON 100W 35.930 0+916.35 Saran
22 SON 100W 38.230 0+954.58 Perlu studi khusus mengenai
kapasitas Jalan Lingkar Leuwiliang,
Penggunaan lampu SON 100 W khususnya dalam pelayanan volume
dikarenakan untuk mengefisienkan kapasitas jalan agar dapat menentukan
penggunaan tiang yang terdapat pada lebar jalan yang ideal pada Jalan
tiang ke-7 sampai tiang ke-22. Jarak Lingkar Leuwiliang. Studi mengenai
rata – rata antar tiang adalah 47.21 m Damija (Daerah Milik Jalan), Damaja
165
JSIL | Dzaky dkk. : Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor
166
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No.02, Agustus 2019
167
JSIL | Dzaky dkk. : Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor
168