Anda di halaman 1dari 20

JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No.

02, Agustus 2019

Evaluasi Geometri dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang


Bogor
(Geometry and Equipment Review of Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor)
Dzaky Syifaurrahman1, Muhammad Fauzan1*, dan Tri Sudibyo1
1
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor,Jl. Raya Dramaga Kampus IPB

*Penulis Korespondensi: fauzanmuhammad@yahoo.com

Diterima: 10 September 2018 Disetujui: 22 Maret 2019

ABSTRACT
Leuwiliang Ring Road had curve, slop and road equipment like signs, markers and street lighting
that uncomfortable for drivers. The purpose of this research was to evaluate road geometric based
on RSNI T-14-2004 and guidelines no. 038/TBM/1997 and road equipment based on guidelines
no. 01/P/BNKT/1991 and SNI 7391: 2008 on Jalan Lingkar Leuwiliang. The results showed that
design of geometry and equipment of this road did not conform to Standard. The speed limit used
was 50 km/h. The free side area on the 4th curve was of 3 m less than Standard (3.04 m). Slopes of
the road were more than 9% on segment 2 (14.21%), 4 (10.94%), 13 (9.01%), 14 (9.19%), 26
(9.20%), 27 (9.20%), 28 (9.49%), 29 (12.15%) and 30 (19.36%). There were no markers on this
road then longitudinal line mark was designed on the road side. Dotted line marks were designed
at Sta 0+000 to Sta 0+200 and longitudinal line mark were designed at Sta 0+200 to Sta 0+974.5
on the road divider. There were no street lighting on the 7th pole to the 22nd pole so the street
lighting were designed on that poles using the lamp type SON 100W patch to the pole with height
of 6 m from the road surface.
Keywords : free side area, lamp, road, road markings, slope.

PENDAHULUAN Lokasi penelitian berada pada


Jalan Lingkar Leuwiliang Kabupaten
Transportasi merupakan bidang Bogor. Jalan Lingkar Leuwiliang
yang berperan penting untuk menghubungkan Terminal Leuwiliang
mempermudah mobilitas barang atau dengan Jalan Raya Leuwiliang. Jalan
manusia dalam menjalankan roda Lingkar Leuwiliang merupakan jalan
perekonomian. Transportasi yang kolektor yang digunakan untuk
digunakan di darat memerlukan memindahkan sebagian arus kendaraan
lintasan berupa jalan yang dapat berat dari jalan arteri melewati Pasar
menghubungkan titik perpindahan Leuwiliang. Rancangan disain
barang atau manusia. Jalan adalah angkutan pembebananjalan kabupaten
prasarana transportasi darat yang disesuaikan dengan jalan nasional
meliputi segala bagian jalan, termasuk (Pandey dan Lalamentik 2014).
bangunan pelengkap dan Kondisi jalan yang kurang baik
perlengkapannya yang diperuntukkan seperti tikungan tajam tanpa
bagi lalu lintas, yang berada pada peringatan, jalan tidak dilengkapi
permukaan tanah, di atas permukaan dengan marka jalan, jalan
tanah, di bawah permukaan tanah bergelombang dan rambu lalu lintas
dan/atau air, serta di atas permukaan yang kurang memadai serta penerangan
air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, jalan kurang memadai dapat memicu
dan jalan kabel (PRI 2006). terjadi kecelakaan di jalan. Selain
karena faktor jalan terdapat beberapa

149
JSIL | Dzaky dkk. : Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor

faktor yang dapat menimbulkan 001/T/BNKT/1990, evaluasi geometri


kecelakaan lalu lintas diantaranya pada RSNI T-14-2004 (BSN 2004) dan
faktor pengemudi, faktor kendaraan Pedoman No. 038/TBM/1997 (Dirjen
dan faktor prasarana jalan BM 1997). Peraturan yang digunakan
(Azizizrahman dkk 2015). Prasarana sebagai batasan evaluasi perlengkapan
jalan merupakan faktor yang dapat jalan adalah Pedoman No.
secara langsung ditangani oleh 01/P/BNKT/1991 (Dirjen BM 1991)
pemerintah dalam upaya peningkatan dan SNI 7391:2008 (BSN 2008).
keselamatan jalan dengan bentuk
perbaikan kualitas jalan (Setyowati dkk TINJAUAN PUSTAKA
2014).
Penelitian ini bertujuan untuk Alinyemen Horisontal
mengevaluasi lokasi yang memiliki Alinyemen horisontal adalah
geometri dan perlengkapan jalan yang proyeksi sumbu jalan pada bidang
tidak sesuai aturan standar serta horisontal yang terdiri dari garis – garis
melakukan perbaikan disain geometri lurus yang dihubungkan dengan garis –
dan perlengkapan jalan yang garis lengkung. Garis lengkung terdiri
diperlukan sesuai dengan peraturan atas busur lingkaran dan busur
yang berlaku. peralihan atau busur lingkaran saja dan
busur peralihan saja (Sukirman 1999).
METODE Perencanaan alinyemen horisontal ini
berfungsi untuk menyeimbangkan gaya
Penelitian evaluasi geometri dan sentrifugal yang diterima oleh
perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang kendaraan yang berjalan pada
dilakukan pengambilan data di Jalan kecepatan rencana (Dirjen BM 1997).
Lingkar Leuwiliang dan analisis di Jarak pandangan adalah panjang
Departemen Teknik Sipil dan jalan di depan kendaraan yang masih
Lingkungan pada bulan April sampai dapat dilihat dengan jelas yang diukur
Desember 2017. Penelitian ini dari titik kedudukan pengemudi.
menggunakan seperangkat alat ukur Keamanan dan kenyamanan
berupa Total Station, GPS dan Buku pengemudi kendaraan untuk dapat
catatan untuk pengukuran eksisting melihat dengan jelas dan menyadari
jalan. Selanjutnya data hasil situasinya pada saat mengemudi,
pengukuran diolah dan dianalisis sangat tergantung pada jarak yang
dengan menggunakan software dapat dilihat dari tempat
Autocad, Google Earth dan Microsoft kedudukannya. Jarak padang berguna
Office. Data hasil pengolahan tersebut untuk menghindari terjadinya
merupakan data primer. kecelakaan yang dapat membahayakan
Penelitian ini juga menggunakan kendaraan akibat adanya obyek baik
data sekunder. Data sekunder berupa diam maupun obyek bergerak pada
peta RTRW Jabodepunjur dan lajur jalannya (Made dan Widianty
peraturan – peraturan yang terkait 2014).
dengan kecepatan, geometri dan Jarak pandangan terdiri dari dua
pelengkapan jalan. Peraturan – elemen, yaitu jarak awal reaksi dan
peraturan yang digunakan untuk jarak pengereman. Jarak awal reaksi
mengukur kecepatan adalah Panduan adalah jarak yang ditempuh oleh
Survai dan Perhitungan waktu kendaraan sejak pengemudi melihat
Perjalanan Lalu Lintas No. suatu halangan yang menyebabkan ia

150
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No.02, Agustus 2019

harus berhenti sampai saat pengemudi antara ban dan permukaan jalan.
menginjak rem. Jarak pengereman (Oglesby dan Hicks 1990)
adalah jarak yang dibutuhkan untuk Daerah bebas samping
menghentikan kendaraan sejak merupakan daerah pada sisi tikungan
pengemudi menginjak rem sampai yang bebas dari benda apapun sehingga
kendaraan berhenti (Dirjen BM 1997). tidak mengganggu jarak pandangan
Alinyemen horisontal jalan pengemudi. Daerah bebas samping
terbagi menjadi bagian lurus dan memberikan keluasan atau kebebasan
bagian tikungan. Bagian lurus pandangan terhadap tikungan yang
merupakan bagian jalan yang tidak dilewati tanpa penghalang. Jarak
memiliki lengkungan pada jalan. pandang bebas samping diilustrasikan
Disain bagian lurus jalan ditentukan pada Gambar 1 (Dirjen BM 1997).
berdasarkan tingkat kelelahan Jari – jari tikungan merupakan
pengemudi pada saat berkendara, panjang kelengkungan jalan yang
berdasarkan kecepatan rencana diperlukan agar kendaraan aman
melewati bagian lurus jalan. Panjang melintas dengan kecepatan tertentu.
maksimum yang harus ditempuh Disain jari – jari tikungan ditentukan
dengan kecepatan yang direncanakan antara gesekan melintang antara ban
dilewati dalam waktu tidak lebih dari kendaraan dengan permukaan jalan
2,5 menit. Bagian tikungan merupakan besama – sama dengan komponen berat
bagian jalan yang memiliki lengkungan kendaraan akibat adanya kemiringan
dengan sudut tertentu secara horisontal melintang lengkung horisontal
yang dibuat mengikuti kondisi kontur digunakan untuk mengimbangi gaya
tanah yang memiliki elevasi sama. sentrifugal (Sukirman 1999).
Tikungan terdiri dari tiga jenis Pertemuan antara jalan lurus dan
tikungan yaitu lingkaran F-C (full menikung perlu disisipkan bagian
circle), S-C-S (spiral circle spiral) dan peralihan yang melengkung dengan jari
S-S (spiral – spiral) (Hendarsin 2000). – jari tetap. Lengkung peralihan dibuat
Tikungan dengan bentuk lengkung SS untuk menghindari dari adanya
(spiral – spiral) memiliki bentuk perubahan alinyemen yang mendadak
tikungan yang tajam sehingga agar melindungi pengguna jalan dari
berpotensi menyebabkan kecelakaan kecelakaan. Kondisi operasional lalu
akibat terjadi penurunan kecepatan. lintas di tikungan memerlukan
Tingkat kecelakaan lalu lintas konsistensi geometrik jalan agar
pada tikungan tajam cukup tinggi. kondisi operasional di tikungan sama
Salah satu hal yang dapat dengan dibagian lurus, oleh karena itu
menyebabkan kecelakaan adalah diperlukan pelebaran pada tikungan
ketidaksesuaian disain tikungan dengan (Dirjen BM 1997).
standar perencanaan yang berlaku. Hal Bentuk tikungan pada beberapa
ini diperburuk dengan perilaku segmen jalan memerlukan kemiringan
berkendara dengan kecepatan yang melintang atau bisa disebut dengan
tinggi (Purwanto dkk 2015). superelevasi. Superelevasi adalah suatu
Kecelakaan yang terjadi disebabkan kemiringan melintang di tikungan yang
gaya sentrifugal antara ban dan berfungsi mengimbangi gaya
permukaan jalan. Bila permukaan sentrifugal yang diterima kendaraan
datar, kendaraan ini akan ditahan oleh pada saat berjalan melalui tikungan
“gesekan samping” (side friction) pada kecepatan tertentu. Superelevasi
dibuat memiliki kemiringan yang

151
JSIL | Dzaky dkk. : Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor

bertahap antara pertemuan jalan lurus kecepatan tidak lebih dari separuh
dan tikungan. Superelevasi tersebut kecepatan kendaraan. Lama perjalanan
berfungsi mengimbangi gaya yang ditempuh ditetapkan tidak lebih
sentrifugal yang diterima kendaraan dari 1 menit (Dirjen BM 1997).
pada saat berjalan melalui tikungan Perubahan kelandaian
dengan kecepatan yang direncanakan. memerlukan peralihan dengan
membuat lengkung vertikal.
Alinyemen Vertikal Pembuatan lengkung vertikal bertujuan
Alinyemen vertikal adalah untuk megurangi goncangan akibat
perpotongan bidang vertikal dengan perubahan kelandaian dan
bidang permukaan perkerasan jalan menyediakan jarak pandang henti.
melalui sumbu jalan untuk jalan dua Lengkung vertikal terbagi menjadi dua
lajur dua arah atau tepi dalam masing – jenis, yaitu lengkung vertikal cekung
masing perkerasan untuk jalan dengan dan lengkung vertikal cembung.
median (Sukirman 1999). Pada Panjang lengkung vertikal didasarkan
perencanaan alinyemen vertikal akan pada penampilan, kenyamanan dan
ditemui kelandaian positif atau jarak pandang yang diilustrasikan pada
tanjakan dan kelandaian negatif atau Gambar 3 (Dirjen BM 1997) dan
turunan yang dilihat dari arah kiri ke Gambar 4 (Dirjen BM 1997).
kanan. Kombinasi dari kedua
kelandaian tersebut akan didapat
lengkung cekung dan lengkung
cembung. Selain kelandaian positif dan
negatif dapat juga ditemui kelanaian 0
(nol) atau datar (Hermansyah et. al
2015).
Gambar 4. Lengkung cekung

Lengkung vertikal perlu


direncanakan untuk menyediakan jarak
pandang henti dan mengurangi
goncangan akibat perubahan
Gambar 3. Lengkung cembung kelandaian. Lengkung vertikal ini harus
direncanakan pada setiap perubahan
Kelandaian pada jalan memiliki
kelandaian. Panjang lengkung vertikal
nilai maksimum yang ditinjau dari
merupakan panjang bagian yang
kemungkinan kendaraan bergerak terus
melengkung pada jalan yang dilihat
tanpa kehilangan kecepatan yang
tegak lurus tanpa mengikuti bentuk
berarti. Kelandaian maksimum
lengkung pada jalan. Panjang lengkung
didasarkan pada kecepatan truk
vertikal diilustrasikan pada Gambar 5
bermuatan penuh yang mampu
(Dirjen BM 1997).
bergerak dengan penurunan kecepatan
tidak lebih dari separuh kecepatan
Koordinasi Alinyemen
semula tanpa harus menggunakan gigi
rendah. Panjang landai kritis atau Alinyemen vertikal, alinyemen
maksimum adalah landai maksimum horizontal, dan potongan melintang
yang harus disediakan agar kendaraan jalan adalah elemen - elemen jalan
dapat mempertahankan kecepatannya sebagai keluaran perencanaan yang
sedemikian rupa sehingga penurunan harus dikoordinasikan sedemikian

152
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No.02, Agustus 2019

sehingga menghasilkan suatu bentuk penempatan fasilitas perlengkapan


jalan yang baik dalam arti jalan berupa marka jalan, rambu-rambu
memudahkan pengemudi lalu lintas, alat pemberi isyarat lalu
mengemudikan kendaraannya dengan lintas, dan fasilitas penerangan jalan.
aman dan nyaman. Bentuk kesatuan
ketiga elemen jalan tersebut diharapkan Marka Jalan
dapat memberikan kesan atau petunjuk Marka jalan berfungsi untuk
kepada pengemudi akan bentuk jalan menyediakan petunjuk dan informasi
yang akan dilalui di depannya sehingga terhadap pengguna jalan. Informasi
pengemudi dapat melakukan antisipasi yang disampaikan berupa peraturan,
lebih awal (Dirjen BM 1997). petunjuk, atau peringatan yang tidak
Koordinasi alinyemen yang baik adalah dapat disampaikan oleh alat kontrol
tidak terdapat daerah pada jalan yang
lalu lintas yang lain (Utami dan
tidak terlihat oleh pengemudi sehingga Sukirman 2016). Marka jalan terdiri
pengemudi dapat melihat kondisi di dari marka membujur, marka
depannya. melintang, marka serong dan marka
Koordinasi alinyemen vertikal lambang.
dan alinyemen horizontal harus Marka membujur terdiri atas
memenuhi ketentuan sebagai berikut: marka membujur garis utuh, marka
(1) alinyemen horizontal sebaiknya membujur garis putus - putus, dan
berimpit dengan alinyemen vertikal, marka membujur garis ganda (Utami
dan alinyemen horizontal lebih panjang dan Sukirman 2016). Marka membujur
sedikit melingkupi alinyemen vertikal, berupa garis utuh berfungsi sebagai
(2) tikungan yang tajam pada bagian larangan bagi kendaraan melintasi garis
bawah lengkung vertikal cekung atau tersebut. Marka membujur berupa satu
pada bagian atas lengkung vertikal
garis utuh juga dipergunakan untuk
cembung harus dihindarkan, (3) menandakan tepi jalur lalu lintas.
lengkung vertikal cekung pada Marka membujur berupa garis putus-
kelandaian jalan yang lurus dan putus berfungsi untuk mengarahkan
panjang harus dihindarkan, (4) dua atau lalu lintas dan memperingatkan akan
lebih lengkung vertikal dalam satu
ada marka membujur berupa garis utuh
lengkung horizontal harus dihindarkan, di depan dan pembatas jalur pada jalan
dan (5) tikungan yang tajam di antara 2 2 (dua) arah.
bagian jalan yang lurus dan panjang Marka membujur pada jalan –
harus dihindarkan. jalan tertentu dilengkapi dengan paku
jalan. Paku jalan berfungsi sebagai
Perlengkapan Jalan reflektor marka jalan khususnya pada
Fasilitas perlengkapan jalan cuaca gelap dan malam hari. Paku jalan
memberi informasi kepada pengguna dengan pemantul cahaya berwarna
jalan tentang peraturan dan petunjuk kuning digunakan untuk pemisah jalur
yang diperlukan untuk mencapai arus atau lajur lalu lintas. Paku jalan dengan
lalu lintas yang selamat, seragam dan pemantul cahaya berwarna merah
beroperasi dengan efisien. Tujuan dari ditempatkan pada garis batas di sisi
pemasangan perlengkapan jalan adalah jalan. Paku jalan dengan pemantul
untuk meningkatkan keselamatan jalan berwarna putih ditempatkan pada garis
dan menyediakan pergerakan yang batas sisi kanan jalan. Paku jalan dapat
teratur terhadap pengguna jalan. ditempatkan pada batas tepi jalur lalu
Perlengkapan jalan sesuai panduan lintas, marka membujur berupa garis

153
JSIL | Dzaky dkk. : Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor

putus-putus sebagai tanda peringatan, pencahayaan normal (iluminasi) dan


sumbu jalan sebagai pemisah jalur, luminasi pada penggunaan jalan disaat
marka membujur berupa garis utuh situasi jalan dalam kondisi gelap.
sebagai pemisah lajur bus, marka Lampu penerangan yang
lambang berupa chevron dan pulau lalu digunakan memiliki rumah lampu
lintas. penerangan (lantern) yang
Marka melintang dibedakan atas diklasifikasikan berdasaran menurut
marka melintang garis utuh dan marka tingkat perindungan atau disebut IP
melintang garis ganda putus-putus. (index of protection). IP memiliki dua
Marka melintang berupa garis utuh angka dalam pengklasifikasian jenis
menyatakan batas berhenti kendaraan perlindungan. Angka yang pertama
yang diwajibkan oleh alat pemberi menyatakan indek perlindungan
isyarat lalu lintas atau rambu larangan terhadap debu/ benda dan angka yang
berjalan terus. Marka melintang berupa kedua menyatakan indek perlindungan
garis ganda putus-putus menyatakan terhadap air. Sistem IP merupakan
batas berhenti kendaraan sewaktu penggolongan yang lebih awal
mendahulukan kendaran lain. Marka terhadap penggunaan peralatan yang
serong berupa garis utuh memiliki arti tahan hujan dan sebagainya, dan
dilarang dilintasi kendaraan. Marka ditandai dengan lambang. Semakin
serong yang dibatasi dengan rangka tinggi indek perlindungan (IP),
garis utuh digunakan untuk semakin baik Standar perlindungannya
menyatakan daerah yang tidak boleh (BSN 2008). Pada umumnya, indek
dimasuki kendaraan, pemberitahuan perlindungan (IP) yang sering dipakai
awal sudah mendekati pulau lalu lintas, untuk klasifikasi lampu penerangan
dan pemberitahuan awal atau akhir adalah : IP 23, IP 24, IP 25, IP 54, IP
pemisah jalan, pengarah lalu lintas dan 55, IP 64, IP 65, dan IP 66.
pulau lalu lintas. Marka lambang Penempatan lampu penerangan
berfungsi untuk mengulangi maksud jalan harus direncanakan aman bagi
rambu-rambu lalu lintas atau untuk pengguna jalan. Pencahayaan yang
memberitahu pengguna jalan yang lebih tinggi di area tikungan atau
tidak dinyatakan dengan rambu lalu persimpangan, dibanding pada bagian
lintas jalan yang tanda lambangnya jalan yang lurus. Arah dan petunjuk
berupa panah, segitiga, dan tulisan. (guide) yang jelas bagi pengguna jalan
dan pejalan kaki. Sistem penempatan
Fasilitas Penerangan Jalan parsial, lampu penerangan jalan harus
memberikan adaptasi yang baik bagi
Lampu penerangan jalan
penglihatan pengendara, sehingga efek
merupakan salah satu bagian dari
kesilauan dan ketidaknyamanan
bangunan pelengkap jalan yang dapat
penglihatan dapat dikurangi. Daerah-
diletakkan atau dipasang di kiri/ kanan
daerah atau kondisi dimana median
jalan dan atau di tengah (bagian
sangat lebar (> 10 m) atau pada jalan
median jalan) yang digunakan untuk
dimana jumlah lajur sangat banyak (> 4
menerangi jalan maupun lingkungan di
lajur setiap arah) perlu
sekitar jalan yang diperlukan termasuk
dipertimbangkan dengan pemilihan
persimpangan jalan, jalan layang,
penempatan lampu penerangan jalan
jembatan dan jalan di bawah tanah
kombinasi.
(Utami dan Sukirman 2016).
Pencahayaan pada ruas jalan memiliki
ketentuan yang didasarkan pada kuat

154
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No.02, Agustus 2019

Kecepatan Kendaraan korelasi antara kecepatan dan


kecelakaan, evaluasi tingkat perbaikan
Kecepatan adalah informasi
lalu-lintas dan analisa daerah kritis
waktu tempuh kendaraan yang
yang banyak terjadi keluhan. Selain itu
melewati suatu jalur tententu.
juga, penentuan elemen-elemen
Informasi tersebut dapat digunakan
perencanaan geometrik jalan,
sebagai pertimbangan perencanaan
penentuan tingkat keperluan penegakan
dalam menentukan ruas jalan yang
hukum dan evaluasi ekonomi seperti
akan dibuat. Kecepatan yang dipilih
menghitung biaya operasi kendaraan
adalah kecepatan yang sesuai dengan
dari peningkatan jalan atau pengaturan
kondisi dan fungsi jalan yang
lalu-lintas. Penentuan rute yang efisien
diharapkan (Sukirman 1999).
untuk arus lalu-lintas, identifikasi
Kecepatan yang diinginkan pengemudi
lokasi-lokasi kemacetan lalu-lintas dan
akan tergantung pada persepsi
studi perencanaan transportasi seperti
pengemudi dalam menilai semua faktor
pada proses alokasi lalu-lintas juga
pengaruh tersebut (Sulistio 1997).
perlu diperhatikan. (Dirjen BM 1990).
Kecepatan adalah tingkat pergerakan
lalu-lintas atau kendaraan tertentu yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
sering dinyatakan dalam kilometer per
jam. Kecepatan rata-rata dihitung Data Teknis Jalan
berdasarkan jarak perjalanan dibagi
waktu perjalanan pada jalan tertentu. Jalan Lingkar Leuwiliang
Kecepatan ini dapat ditentukan melalui merupakan jenis jalan kolektor yang
pengukuran waktu perjalanan dan mengalihkan sebagian arus lalu lintas
hambatan (Dirjen BM 1990). kendaraan yang melalui Pasar
Kecepatan kendaraan dapat Leuwiliang. Jalan Lingkar Leuwiliang
menyebabkan kerusakan pada jalan memiliki panjang jalur ± 2.5 km yang
dikarena faktor loading time atau diukur dari simpang tiga Jalan Lingkar
waktu pengangkutan sehingga dapat Leuwiliang sampai Terminal Bus
digunakan untuk menentukan umur Leuwiliang melewati TPA Galuga.
jalan yang direncanakan (Nugroho Jalan Lingkar Leuwiliang juga
2012). digunakan sebagai jalur lalu - lintas
Kecepatan berpengaruh dalam mobil truk sampah TPA Galuga. Jalan
kecelakaan lalu lintas, terutama saat Lingkar Leuwiliang berpotongan
berada di tikungan. Jumlah kecelakaan dengan empat jalan yaitu Jalan
di tikungan jalan 1,5 hingga 4 kali Cijunjung dan Jalan Raya Karehkel,
lebih banyak dari pada di bagian lurus sedangkan dua jalan lainnya tidak
jalan. Kematian dan kerusakan akibat ditemukan nama jalannya.
kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Jalan tersebut termasuk kedalam
tikungan berkisar 25% hingga 30% jalan dengan 1 jalur - 2 lajur - 2 arah.
(Manggala dkk 2015).Kecepatan Panjang jalur adalah 1035.57 m yang
kendaraan diperlukan pengatuaran pada diukur dari persimpangan Jalan
beberapa aktivitas tertentu. Aktivitas – Lingkar Leuwiliang sampai
aktivitas yang perlu diperhatikan persimpangan Galuga. Lebar jalan pada
adalah penentuan peraturan lalu-lintas bagian lurus 5 m dan lebar jalan pada
dan penempatan alat-alat pengatur, tikungan 6 m. Pada Jalan Lingkar
studi untuk mengatasi tingkat Leuwiliang yang menjadi objek
kecelakaan yang tinggi pada lokasi- penelitian terdapat empat buah
lokasi tertentu dimana dapat ditentukan

155
JSIL | Dzaky dkk. : Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor

tikungan dan hasil evaluasi geometrik Kecepatan Kendaraan


yang dilakukan tersaji pada Tabel 1. Kecepatan kendaraan yang diatur
dipengaruhi oleh kondisi kepadatan
Tabel 1. Data lokasi tikungan penduduk dan aktivitas – aktivitas yang
Tikungan
Lokasi terjadi disekitar jalan. Jalan Lingkar
ke-
1 Sta 0+533.45 - 0+578.99 Leuwiliang menurut peta RTRW
2 Sta 0+624.53 - 0+732.63 Jabodetabekpunjur (Bakosurtanal
2007) dan Peraturan Metri
3 Sta 0+736.61 - 0+783.75
Perhubungan Republik Indonesia
4 Sta 0+871.22 - 0+961.95
Nomor PM 111 Tahun 2015
(KemenHub 2015) berada pada
Jalan Lingkar Leuwiliang yang wilayah pemukiman rendah penduduk
menjadi objek penelitian terhadap dengan 1 (satu) lajur, tidak berada pada
alinyemen vertikal yaitu jalan yang kawasan pemukiman yang padat, tidak
berbentuk lengkung cembung pada Sta pada daerah industri dan tidak pada
0+190.02 sampai Sta 1+ 030.42. daerah bisnis, sehingga kecepatan yang
Kelandaian rata – rata pada setiap digunakan sebagai batas kecepatan
kemiringan adalah 7.38%. Lokasi jalan maksimum dalam penelitian ini adalah
berada pada perbukitan dengan titik 50 km/jam.
puncak 248 mdpl dan titik terendah Pengukuran kecepatan dilakukan
218 mdpl. selama satu hari yaitu pada hari Sabtu,
Kondisi perlengkapan jalan yang 2 Desember 2017 selama 12 jam dari
terdapat di Jalan Lingkar Leuwiliang pukul 7.00 sampai pukul 19.00. Hasil
kurang memadai. Perlengkapan jalan dari pengukur kecepatan tersebut
yang kurang memadai seperti tidak diangap sama pada hari – hari yang
terdapat marka jalan sepanjang Jalan lainnya. Berdasarkan grafik pada
Lingkar Leuwiliang dan penerangan Gambar 16 kecepatan tinggi terjadi
yang tedapat enam buah pada pada pukul 14.00 sebesar 60.92
permulaan jalan yang menjadi objek km/jam. Kondisi jalan pada kecepatan
penelitian. tersebut terlihat lengang sehingga
pengendara dapat menjalankan

Gambar 16. Kecepatan kendaraan per jam

156
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No.02, Agustus 2019

kendaraan dengan kecepatan tersebut. gaya gesek ban dengan jalan yang
Kecepatan terendah terjadi pada pukul digunakan adalah 0.14. Nilai jari – jari
17.00 sebesar 37.97 km/jam. Kondisi minimum tersaji pada Tabel 3.
jalan pada pukul 17.00 terlihat ramai Berdasarkan Tabel 3 pada
sehingga pengemudi tidak dapat melaju kecepatan 50 km/jam semua jari – jari
dengan cepat. tikungan ke-1 sampai ke-4 berada
Kecepatan pengemudi yang diatas nilai minimum yang dibutuhkan
melintasi Jalan Lingkar Leuwiliang sehingga pengendara aman melintasi
pada jam terentu melebihi batas tikungan – tikungan tersebut.
kecepatan yang diatur. Kondisi tersebut Pengendara yang memacu kendaraanya
terjadi pada pukul 09.00 sampai pukul melebihi kecepatan yang diatur dapat
16.00 dan pada pukul 18.00 sampai berbahaya. Kecepatan 60.92 km/jam
pukul 19.00. Perigatan pembatasan dapat berbahaya ketika melintasi
kecepatan diperlukan pada Jalan tikungan ke-1. Tikungan ke-1 memiliki
Lingkar Leuwiliang. Peringatan jari – jari yang tidak memenuhi syarat
tersebut berupa rambu pembatasan pada kecepatan 60 km/jam. Nilai jari –
kecepatan maksimum 50 km/jam yang jari minimum pada kecepatan 60
dipasang pada permulaan Jalan Lingkar km/jam adalah 101.24 m sedangkan
Leuwiliang. Sehingga pengemudi telah nilai jari – jari pada tikungan ke-1
dihimbau untuk melakukan pembatasan adalah 80.97 m.
kecepatan kendaraan yang
dikemudikan. Tabel 3. Data hasil evaluasi alinyemen
horisontal
Jari – jari Daerah
Geometrik Jalan Kecepatan Minimum Bebas
Tikungan Rencana, Tikungan, R Samping, E
Tipe
Analisa alinyemen horisontal Ke- Vr (m) (m)
(km/jam)
pada Jalan Lingkar Leuwiliang Eks Rek Eks Rek

dilakukan berdasarkan batas kecepatan 30 30 1.27


40 50 2.68
yang diatur dan kecepatan pengemudi
1 fc 50 80.97 80 - 4.9
pada saat melewati tikungan. Tikungan 60 110 8.13
pada Jalan Lingkar Leuwiliang yang 70 160 12.59
dilakukan analisis terdapat 4 tikungan. 30 30 0.44
Tikungan ke-1 sampai tikungan ke-3 40 50 0.93
merupakan tikungan gabungan balik 2 fc 50 233.9 80 - 1.71
60 110 2.86
dengan clothoide. Clothoide adalah
70 160 4.46
sisipan bagian lurus pada tikungan
30 30 0.3
ganda balik dan tikungan ganda searah.
40 50 0.63
Tikungan ke-4 merupakan tikungan
3 fc 50 347.41 80 4 1.15
tunggal dengan tipe full circle (fc).
60 110 1.93
Komponen analisis jari – jari 70 160 3.01
minimum tikungan terdiri dari
30 30 0.79
kecepatan rencana, superelevasi 40 50 1.66
maksimum, dan gaya gesek ban dengan 4 fc 50 131.1 80 3 3.04
jalan. Kecepatan yang menjadi acuan 60 110 5.08
diatur dari 30 km/jam sampai 70 70 160 7.91
km/jam. Tikungan dengan tipe fc Keterangan : Eks (Eksisting), Rek (Rekomendasi)
memiliki nilai superelevasi yang linier
dengan jalan lurus sebesar 2%. Nilai

157
JSIL | Dzaky dkk. : Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor

Daerah bebas samping pengemudi ketika melewati tikungan


merupakan daerah tanpa penghalang ke-4. Kecepatan tertinggi sebesar 60.92
yang diperlukan pada suatu tikungan km/jam dapat membahayakan
agar pengemudi dengan mudah melihat pengemudi karena daerah bebas
kondisi lalu lintas di depannya pada samping yang disediakan harus lebih
suatu tikungan. Komponen analisis dari 5.08 m.
daerah bebas samping menggunakan
data pengukuran di lapangan dan data Tabel 4. Clothoide dan perbandingan
analisi. Data pengukura di lapangan jari – jari tikungan gabungan
berupa kecepatan kendaraan rencana Clothoide
dan kecepatan kendaraan aktual. Data Tikungan R/R
(m)
analisi berupa perhitungan jarak 1-2 0.346 45.54
pandang kendaraan dan jari – jari 2-3 0.673 3.98
tikungan yang terukur. Hasil analisa
daerah bebas samping terdiri dari Tikungan gabungan balik pada
empat buah tikungan. Hasil tersebu Jalan Lingkar Leuwiliang terdapat
tersaji pada Tabel 3 yang diukur pada bagian lurus atau clothoide. Clothoide
kecepatan 30 km/jam sampai 70 diperlukan apabila nilai perbadingan
km/jam. jari – jari tikungan gabungan kurang
Berdasarkan hasil pengukuran dari 0.677. Panjang minimum clothoide
pada Tabel 3 terlihat bahwa daerah pada tikungan ganda searah adalah 20
bebas samping pada tikungan ke-1 dan m dan tikungan ganda balik 30 m
ke-2 tidak memiliki penghalang pada (Suwardo dan Haryanto 2016).
daerah tikungannya. Hal tersebut Tikungan gabungan 1 – 2 dan 2 – 3
karena daerah pada sisi tikungan ke-1 memiliki nilai R/R kurang dari 0.677
dan ke-2 berupa lahan kosong yang sehingga memerlukan clothoide.
sudah tidak berbukit. Pengendara yang Berdasarkan hasil pengukuran di
melaju dengan kecepatan maksimum lapangan pada Tabel 4 terdapat
yang ditentukan dapat aman melalui clothoide tikungan gabungan balik 1 –
tikungan ke1 sampai tikungan ke-3. 2 sepanjang 45.54 m dan tikungan
Pada tikungan ke-4 pengemudi harus gabungan balik 2 – 3 sepanjang 3.98 m.
menurunkan sedikit kecepatannya Panjang clothoide tikungan gabungan
dibawah 50 Km/jam. Karena daerah balik 1 – 2 sudah sesuai dengan
bebas samping pada tikungan ke-4 pedoman yang berlaku. Sedangkan
tidak memenuhi kriteria jarak pandang panjang clothoide tikungan gabungan
sesuai pedoman sebesar 3.04 m. Selisih balik 2 – 3 memiliki panjang yang
sebesar 0.04 tersebut akan mengganggu tidak sesuai dengan pedoman yang
pandangan pengemudi ketika berlaku sehingga perlu dilakukan
kendaraan muatan dalam kondisi perubahan alinyemen pada bagian
muatan penuh. tersebut.
Kecepatan pengemudi yang Alinyemen vertikal merupakan
melintas pada Jalan Lingkar proyeksi memanjang dari jalan yang
Leuwiliang pada waktu tertentu dapat dilihat secara vertikal. Alinyemen
melebihi batas kecepatan. Berdasarkan vertikal Jalan Lingkar Leuwiliang
Tabel 3, pengemudi dapat aman berbentuk lengkung cembung pada Sta
melewati tikungan ke-1 sampai 0 +190.02 sampai Sta 1+ 030.42.
tikungan ke-3 dengan aman. Kecepatan Kelandaian rata – rata pada setiap
tersebut dapat membahayakan kemiringan adalah 7.38%. Lokasi jalan

158
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No.02, Agustus 2019

berada pada perbukitan dengan titik 6 19.5 6.53 7 120


puncak 248 mdpl dan titik terendah 7 9.99 3.00 4 320
218 mdpl. Alinyemen vertikal terbagi 8 13.78 1.16 4 320
menjadi dua, yaitu landai menanjak 9 26.30 3.88 4 320
dan landai menurun. 10 20.52 6.25 7 120
Kelandaian pada jalan didisain
11 40.88 8.12 9 90
untuk memperthankan kecepatan
12 20.54 8.11 9 90
kendaraan tanpa harus kehilangan
13 18.49 9.01 10 80
kecepatan yang berarti. Kelandaian
maksimum yang digunakan untuk 14 43.14 9.19 10 80

kecepatan 50 km/jam adalah 9%. 15 35.57 6.00 6 160

Pembatasan tersebu digunakan sebagai 16 28.13 3.31 4 320


acuan kecepatan maksimum kendaraan
yang diatur.Kelandaian pada Jalan Berdasarkan Tabel 5 terdapat
lingkar Leuwiliang terbagi dua, yaitu beberapa landai jalan pada tanjakan
landai positif berupa tanjakan dan yang melebihi nilai batas kelandaian
landai negatif berupa turunan. 9% dengan batas kecepatan 50 km/jam.
Panjang kritis merupakan Landai tersebut berada pada segmen 2
panjang maksimum yang diperukan (14.21%), segmen 4 (10.94%), segmen
pada suatu kelandaian jalan. Panjang 13 (9.01 %) dan segmen 14 (9.19 %).
kritis yang ditinjau pada kelandaian kelandaian yang melebihi batas
jalan menggunakan acuan kecepatan 60 maksimum tersebut dapat
km/jam. Hal tersebut didasarkan pada menyebabkan berkurangnya kecepatan
nominal acuan yang terdapat pada Tata yang berarti pada kendaraan acuan
Cara Perencanaan Geometrik Jalan berupa kendaraan bermuatan penuh
Antar Kota (Dirjen BM 1997). Analisa sehingga dapat menimbulkan
panjang kritis dilakukan pada perlambatan pada segmen jalan tertentu
kecepatan tertinggi di lapangan. Setiap pada posisi menanjak. Perlambatan
segmen memiliki kelandaian yang yang terjadi berpotensi menyebabkan
bervariasi. Tinjauan Panjang kritis antrian pada tanjakan sehingga dapat
disesuikan dengan kelandaian yang memperlambat laju kendaraan yang
ada. Jika kelandaian kurang dari 4% melintas. Kelandaian pada posisi
maka acuan yang digunakan adalah turunan yang melebihi batas
kelandaian 4 % dengan panjang 320 m. maksimum dapat membahayakan
Jika kelandaian lebih dari 10 % makan pengemudi karena beban kendaraan
tinjauan panjang kritis menggunakan begeser ke depan sehingga kecepatan
kelandaian 10% dengan panjang 80 m. akan bertambah
Panjang kritis pada Tabel 5
Tabel 5. Kelandaian dan panjang kritis menunjukkan bahwa panjang landai
tanjakan pada masing – masing segmen berada
Panjang Landai Panjang
Segmen Landai Landai Acuan Kritis
pada batas maksimum yang diatur.
(m) (%) (%) (m) Perbedaan acuan nilai kelandaian
1 20.11 3.48 4 320
dikarenakan panjang kritis pada masing
– masing acuan kelandaian memiliki
2 32.69 14.21 10 80
nilai yang berbeda. Terdapat nilai
3 43.86 8.14 9 90
kelandaian yang kurang dari 4% yaitu
4 14.07 10.94 10 80
pada segmen 1 (3.48%), segmen 7
5 18.64 8.07 9 90 (3%), segmen 8 (1.16 %), segmen 9

159
JSIL | Dzaky dkk. : Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor

(3.88%), dan segmen 16 (3.31%) akan bertambah. Kelandaian pada


dengan panjang masing – masing posisi tanjakan dapat menebabkan
segmen 20.11 m, 9.99 m, 13.78 m, melambatnya kendaraan acuan berupa
26.30 m dan 28.13 m. Nilai kelandaian kendaraan bermuatan penuh pada
yang kurang dari 4 % dianggap tidak posisi tanjakan sehingga dapat
mengganggu pengurangan kecepatan menimbulkan perlambatan.
kendaraan. Kelandaian yang melebih Perlambatan yang terjadi
10% yaitu pada segmen 2 (14.21 % ) berpotensi menyebabkan antrian yang
dengan panjang 32.69 m dan segmen 4 dapat memperlabat laju kendaraan.
(10.94%) dengan panjang dan 14.07 m. Panjang kritis pada Tabel 6
menunjukan bahwa panjang landai
Tabel 6. Kelandaian dan panjang kritis pada masing – masing segmen berada
turunan pada batas maksimum yang diatur.
Landa
Segme
Panjang
i
Panjan Perbedaan acuan nilai kelandaian
Landai g Kritis
n Landai Acuan dikarenakan panjang kritis pada
(m) (%) (%) (m)
masing–masing acuan kelandaian
18 27.74 -2.78 4 320 memiliki nilai yang berbeda.
19 27.92 -5.85 6 160 Terdapat nilai kelandaian yang
20 28.19 -6.83 7 120 kurang dari 4% yaitu pada segmen 18
21 42.59 -5.74 6 160 dengan nilai kelandaian 2.78%. Nilai
22 39.89 -4.09 5 210 kelandaian yang kurang dari 4 %
23 33.08 -4.96 5 210
dianggap tidak mengganggu
pengurangan kecepatan kendaraan.
24 48.20 -6.57 7 120
Kelandaian yang melebih 10% yaitu
25 25.17 -5.29 6 160
pada segmen 26 (9.20%), segmen 27
1
26 43.88 -9.20 80 (9.20%), segmen 28 (9.49%), segmen
0
27 32.12 -9.20
1
80
29 (12.15%), segmen 30 (19.36%) dan
0 segmen 31 (9.55%).
1
28 9.84 -9.49 80 Panjang lengkung vertikal harus
0
29 22.39 -12.15
1
80
disediakan pada setiap lokasi yang
0 mengalami perubahan kelandaian.
1
30 10.47 -19.36 80 Perubahan akibat perbedaan kelandaian
0
31 17.67 -9.55
1
80
dapat menimbulkan guncangan.
0 Kecepatan pengemudi mempengaruhi
jarak pandang henti kendaraan.
Berdasarkan Tabel 6 tinjauan Berdasarkan data hasil pengukuran,
kelandaian turunan terdapat beberapa kelandaian pada posisi tanjakan adalah
landai jalan pada turunan yang 6.84% dan kelandaian pada posisi
melebihi nilai batas kelandaian 9% turunan adalah 7.93%. Panjang
dengan batas kecepatan 50 km/jam. lengkung dihitung dari STA 0 + 362.14
Landai tersebut berada pada segmen 26 sampai STA 0 + 908.82 sehingga
(9.20%), segmen 27 (9.20%), segmen didapatkan panjang lengkung adalah
28 (9.49%), segmen 29 (12.15%), 547.79 m.
segmen 30 (19.36%) dan segmen 31 Jarak pandang henti yang
(9.55%). kelandaian yang melebihi terdapat pada Tabel 7 lebih kecil dari
batas maksimum dapat membayakan pada panjang lengkung vertikal sebesar
pengemudi karena beban kendaraan 547.79 m. Berdasarkan Tabel 7
begeser ke depan sehingga kecepatan didapatkan bahwa panjang lengkung

160
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No.02, Agustus 2019

vertikal dapat dilalui dengan aman oleh


pengemudi sampai pada kecepatan 70
km/jam. Lengkung vertikal yang
dibutuhkan pada kecepatan 70 km/jam
membutuhkan lengkung yang lebih
panjang karena semakin cepat
kendaraan melaju, semakin panjang
jarak pandang henti yang dibutuhkan.
Koordinasi alinyemen merupakan
bentuk koordinasi elemen – elemen
jalan antara alinyemen horisontal,
alinyemen vertikal dan potongan
melintang jalan sehingga memudahkan Gambar 17. Koordinasi alinyemen
pengemudi mengemudikan Perlengkapan Jalan
kendaraanya dengan aman dan
nyaman. Rambu lalu lintas berguna untuk
Koordinasi alinyemen diperlukan memberitahukan informasi mengenai
ketika elemen – elemen jalan tidak bahaya, larangan, perintah dan
dapat dipisahkan. Berdasarkan Gambar petunjuk kepada pengemudi. Rambu
17 titik tinjauan berada pada Sta 0+310 yang terpasang di jalan lingkar leuwi
dari arah Bogor menuju Leuwiliang. liang adalah rambu simpang empat dan
Lokasi tersebut merupakan lokasi yang rambu menurun. Rambu simpang
terdapat tikungan pertama dan empat dan rambu menurun merupakan
perubahan kelandaian. rambu peringatan. Penempatan rambu
Pandangan pengemudi tidak peringatan berdasarkan Tata Cara
terhalang oleh perubahan alinyemen Pemasangan Rambu dan Marka Jalan
yang tedapat di depannya. Koordinasi Perkotaan (Dirjen BM 1991), jarak
alinyemen sesuai dengan peraturan rambu peringatan dengan kecepatan
yang berlaku. Hal tersebut dikarenakan rencana kurang dari 60 km/jam
antara alinyemen horisontal dan ditempatkan dengan jarak minimum 50
alinyemen vertikal yang berhimpit dan m sebelum adanya bahaya. Penempatan
tidak terdapat blank spot atau area rambu disisi jalan berjarak 60 cm dari
hitam pada daerah yang tidak dilihat tepi jalan. Ketinggian daun rambu yang
oleh pengendara (Dirjen BM 1997). ditempatkan pada sisi jalan berjarak
minimal 175 cm dan maksimal 265 cm.

Tabel 7. Perbandingan panjang minimum lengkung vertikal dengan panjang


lengkung eksisting
Vr S D1 D2 D L Hitung Lmin L Eksising
(km/jam) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
30 31.17 35.44 2.4
40 46.15 77.68 5.26
50 63.43 146.71 9.93
6.84 -7.93 14.77 547.79
60 82.99 251.2 17.01
70 104.86 400.96 27.15
80 129.01 606.99 41.1

161
JSIL | Dzaky dkk. : Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor

tanah pada jalan yang ditutupi oleh


rumput. Timbulnya rumput – rumput
tersebut akan membahayakan
pengemudi jika menepi akibat kondisi
darurat pada sisi jalan tersebut.

Gambar 18. Kondisi rambu dan marka


Jalan Lingkar Leuwiliang

Penempatan rambu simpang


empat terletak pada titik Sta 0+851.01. Gambar 20. Kondisi tiang listrik
Rambu simpang empat berjarak 60 m
Penerangan jalan umum (PJU)
dari persimpangan. Rambu simpang
merupakan alat bantu penerangan pada
empat berjarak 72 cm dari tepi jalan.
jalan berupa lampu yang terpasangpada
Tinggi daun rambu simpang empat dari
tiang. PJU membantu pengemudi untuk
tepi jalan adalah 184 cm. Rambu
melihat jalan pada malam hari ataupun
menurun terletak pada Sta 0+919.73.
ketika jarak pandang sangat minim
Rambu menurun berjarak 61 meter dari
akibat faktor – faktor alam maupun
permulaan menurun. Jarak rambu
buatan. Pemasangan PJU disesuaikan
menurun sampai tepi jalan berjarak 78
dengan kondisi jalan dan
cm. Tinggi daun rambu dari tepi jalan
lingkungannya.
berjarak 180 cm. Berdasarkan Tata
Cara Pemasangan Rambu dan Marka
Tabel 8. Kondisi penerangan jalan
Jalan Perkotaan pemasangan rambu
simpang empat dan rambu menurun Tiang Jenis
PJU Lokasi
sudah sesuai dengan pedoman yang Ke- Lampu
berlaku (Dirjen BM 1991). 1 Ada LED 0+006.80
2 Ada LED 0+044.29
3 Ada LED 0+081.40
4 Ada LED 0+120.94
5 Ada LED 0+163.84
6 Ada LED 0+199.12
7 Tidak ada 0+241.76
8 Tidak ada 0+287.31
9 Tidak ada 0+330.61
Gambar 19. Penerangan jalan pada 10 Tidak ada 0+373.50
Jalan Lingkar Leuwiliang 11 Tidak ada 0+422.69
12 Tidak ada 0+477.56
Marka jalan tidak terdapat pada 13 Tidak ada 0+534.18
Jalan Lingkar Leuwiliang. Hal tersebut 14 Tidak ada 0+584.13
dapat dilihat pada Gambar 20. Jalan Tidak ada
15 0+634.18
tersebut dibatasi oleh pertemuan Tidak ada
16 0+684.74
lapisan perkerasan dengan lapisan

162
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No.02, Agustus 2019

Tiang Jenis berupa tebing yang diselimuti tanaman


PJU Lokasi
Ke- Lampu liar perlu dilakukan pembersihan agar
17 Tidak ada 0+733.03 daerah bebas samping pada tikungan
18 Tidak ada 0+778.29
ke-4 dapat memenuhi nilai minimum
Tidak ada yang dperlukan.
19 0+825.93
20 Tidak ada 0+880.42
21 Tidak ada 0+916.35
22 Tidak ada 0+954.58

Lampu PJU pada Jalan Lingkar


Leuwiliang terdapat 6 buah. Lampu
PJU tersebut berupa LED yang
menggunakan sumber listrik dari
jaringan kabel yang berada pada daerah Gambar 21. Daerah bebas samping
tersebut dan terletak pada tiang 1 yang pada tikungan ke-4
terletak pada STA 0+006.80sampai
tiang ke-6 pada titik STA 0+199.12. Bagian pada alinyemen vertikal
PJU yang terpasang menggunakan yang tidak memenuhi standar yaitu
lampu LED dengan jarak rata – rata pada kelandaian bagian menanjak pada
38.38 m. Sedangkan terdapat tiang segmen 2 (14.21%), segmen 4
listrik yang tidak digunakan sama (10.94%), segmen 13 (9.01 %) dan
sekali pada titik STA 0+241.76 sampai segmen 14 (9.19 %) dan kelandaian
titik STA 0+954.58. bagian menurun pada segmen 26
(9.20%), segmen 27 (9.20%), segmen
Rekomendasi Perbaikan Geometri 28 (9.49%), segmen 29 (12.15%),
dan Perlengkapan Jalan segmen 30 (19.36%) dan segmen 31
Berdasarkan hasil evaluasi (9.55%). kelandaian yan tidak sesuai
geometri jalandengan RSNI T-14-2004 dengan pedoman tersebut dapat
(BSN 2004) dan Pedoman Jalan menyebabkan perlambatan sementara
(Dirjen BM 1997) serta peraturan yang yang tidak mengganggu lalu lintas
digunakan sebagai batasan evaluasi yang ada. Perlambatan sementara
perlengkapan jalan adalah Pedoman tersebut dapat teratasi karena jarak
No. 01/P/BNKT/1991 (Dirjen BM kritis pada masing – masing kelandaian
1991) dan SNI 7391:2008 (BSN 2008) di bawah batas maksimal yang berlaku.
kondisi geometrik dan perlengkapan Marka jalan perlu dibuat agar
jalan pada Jalan Lingkar Leuwiliang dapat memberikan info kepada
belum memenuhi standar pedoman pengemudi batasan – batasan yang ada
yang beralaku. Perbaikan geometrik pada jalan. Marka jalan dibuat
pada bagian alinyemen horisontal pada bedasarkan jarak pandang henti dan
jalan Lingkar Leuwiliang yaitu daerah jarak pandang mendahului. Jarak
bebas samping pada tikungan ke-4. Hal pandang henti diasumsikan bahwa
tersebu dikarenakan daerah bebas tinggi penemudi melihat jalan adalah
samping eksisting pada jalan sebesar 3 105 cm kemudian halangan yang
m lebih kecil dari nilai minimum yang berada didepannya memiliki tinggi 15
dibutuhkan yaitu sebesar 3.04 m pada cm yang keduanya diukur dari
kecepatan yang dibatasi yaitu 50 km/ permukaan jalan. Jarak pandang
jam. Kondisi sisi dalam tikungan mendahului diasumsikan bahwa tinggi

163
JSIL | Dzaky dkk. : Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor

penemudi melihat jalan adalah 105 cm mendahului tidak memenuhi kebutuhan


kemudian halangan yang berada sepanjang 250 m. Contoh rekomendasi
didepannya memiliki tinggi 105 cm marka jalan dapat dilihat pada Gambar
yang keduanya diukur dari permukaan 24 yang dilihat dari Sta 0+851.01
jalan. Kecepatan yang menjadi acuan Marka membujur garis utuh tambahkan
dalam disain marka jalan adalah 50 paku jalan berbentuk persegi dengan
km/jam. Berdasarkan Tabel II.10 jarak ukuran 0.1 x 0.1 m2. Warna lampu
pandang henti dan Tabel II.11 jarak yang dipantulkan berwarna kuning
pandang mendahului dalam Tata Cara yang terbuat dari sepihan kaca halus.
Perencanaan Geometrik Jalan Antar Paku jalan berfungsi untuk memberi
Kota jarak pandang henti yang informasi batas jalan kepada
digunakan adalah 55 m dan jarak pengemudi.
pandang mendahului adalah 250 m Cat yang digunakan berjenis cat
(Dirjen BM 1997). thermoplastik tipe F dengan waktu
Disain marka jalan pada Jalan pengeringan berkisar 3 menit sampai 6
Lingkar Leuwiliang berupa marka menit dengan dipanasi sampai 51.5 ±
membujur. Marka membujur berupa 2.5 0C pada mesin cat. Pemilihan cat
garis utuh berfungsi untuk menandakan tipe F dikarenakan Cat tipe F terdiri
tepi jalur lalu lintas. Marka membujur dari medium soya oil linseed alkyd
garis utuh juga digunakan pada jalan resin, chlorinated rubber dan
yang memiliki jarak padang yang chlorinated parafin teknis dengan
terbatas. Penempatan marka jalan perbandingan berat 1.03 : 1.03 : 1.00.
dibuat dari awal permulaan jalan Kemudian ditambahan bahan metyl
sampai akhir permulaan jalan. Adapun keton (MEK) sebagai pelart utama
pada pembahasan ini terbatas pada sesuai spesifikasi ASTM D-740 (BSN
jarak jalan yang terukur. 1998).
Pemasangan Penerangan Jalan
Umum (PJU) pada Jalan Lingkar
Leuwiliang harus dilanjutkan sampai
jalan memenuhi standar yang berlaku.
Pemasangan PJU dilakukan pada tiang
listrik yang terpasang sepanjan jalan
yang tidak terdapat PJU.Hal tersebut
Gambar 22. Rekomendasi marka dilakukan agar menghemat penggunaan
melintang garis utuh jalan bahan serta untuk kesan pada jalan.
Marka membujur garis putuh Lokasi tiang listrik yang
dibuat pada tepi perkerasan beton jalan. direkomendasikan untuk dipasang
Marka membujur garis utuh dibuat lampu PJU pada Jalan Lingkar
dengan lebar 0.10 m. Marka membujur Leuwiliang tersaji pada Tabel 9.
garis utuh dibuat pada tepi jalan dari Berdasarkan SNI no. 7391 tahun
titik awal jalan sampai titik Sta 2008 tenang Spesifikasi Penerangan di
0+974.5. Pemisah jalan dibuat dengan Kawasan Perkotaan, pemasangan PJU
marka membujur garis putus - putus menggunakan jenis lampu gas sodium
yang dibuat pada Sta 0+000 sampai Sta tekanan tinggi (SON) dengan daya 100
0+200. Kemudian marka membujur watt dengan tinggi pemasangna lampu
garis utuh dibuat dari Sta 0+200 6 m dari tanah. Pemilihan lampu
sampai persimpangan empat pada titik tersebut karena lampu SON dapat
0+974.5. Marka membujur garis utuh digunakan untuk jalan kolektor,
dibuat karena jarak pandang

164
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No.02, Agustus 2019

efisiensi tinggi, umur sangat panjang, (BSN 2008). Jarak rata – rata tersebut
ukuran lampu kecil sehingga mudah dibulatkan ke atas sehingga angka yang
untuk mengontrol cahayannya dan diambil sebagai acuan dalam pemilihan
lampu dengan tipe ini banyak lampu penerangan jalan adalah 48 m.
direkomendasikan untuk digunakan
sebagai PJU. Rumah lampu yang SIMPULAN DAN SARAN
digunakan memakai rumah lampu tipe
B. Rumah lampu tersebut disambung Simpulan
dengan batang alumunium dengan Jalan Lingkar Leuwiliang
panjang 2.3 m. Batang alumunium merupakan jalan kolektor yang
tersebut ditekuk sebesar 1050 sehingga memindahkan arus kendaraan besar
kemiringn lampu terhadap jalan adalah yang melalui Pasar Leuwiliang. Jalan
150. lingkar Leuwiliang berada pada daerah
kepadatan penduduk yang rendah
Tabel 9. Penambahan penerangan jalan sehingga kecepatan maksimal yang
Jarak diatur 50 km/jam. Berdasarkan
Lampu Jenis Antar kecepatan tersebut pada alinyemen
Lokasi
Ke- Lampu Lampu
horisontal jarak pandang bebas daerah
(m)
bebas samping terdapat bagian yang
1 LED 6.801 0+006.8
tidak memenuhi kriteria pedoman yang
2 LED 37.492 0+044.29
berlaku yaitu daerah bebas samping
3 LED 37.106 0+081.39
pada tikungan ke-4 sebesar 3 m kurang
4 LED 39.540 0+120.94 dari 3.04. Kelandaian pada alinyemen
5 LED 42.905 0+163.84 vertikal yang melebihi 9% terjadi pada
6 LED 35.276 0+199.12 segmen 2, segmen 4, segmen 13,
7 SON 100W 42.640 0+241.76 segmen 14, segmen 26, segmen 27,
8 SON 100W 45.550 0+287.31 segmen 28, segmen 29 dan segmen 30.
9 SON 100W 43.300 0+330.61 Marka jalan yang tidak terdapat pada
10 SON 100W 42.890 0+373.5 Jalan Lingkar Leuwiliang. Marka jalan
11 SON 100W 49.190 0+422.69 kemudia didisain menggunakan marka
12 SON 100W 54.870 0+477.56
membujur garis utuh pada tepi dan
pembatas jalan dengan paku jalan.
13 SON 100W 56.620 0+534.18
Lampu penerangan pada tiang ke-7
14 SON 100W 49.950 0+584.13
sampai tiang ke-22 tidak ada. Lampu
15 SON 100W 50.050 0+634.18 penerangan jalan yang didisain
16 SON 100W 50.560 0+684.74 menggunakan jenis SON 100 W denga
17 SON 100W 48.290 0+733.03 tinggi 6 m dari permukaan tanah pada
18 SON 100W 45.260 0+778.29 tiang – tiang yang tidak terdapat lampu
19 SON 100W 47.640 0+825.93 penerangan.
20 SON 100W 54.490 0+880.42
21 SON 100W 35.930 0+916.35 Saran
22 SON 100W 38.230 0+954.58 Perlu studi khusus mengenai
kapasitas Jalan Lingkar Leuwiliang,
Penggunaan lampu SON 100 W khususnya dalam pelayanan volume
dikarenakan untuk mengefisienkan kapasitas jalan agar dapat menentukan
penggunaan tiang yang terdapat pada lebar jalan yang ideal pada Jalan
tiang ke-7 sampai tiang ke-22. Jarak Lingkar Leuwiliang. Studi mengenai
rata – rata antar tiang adalah 47.21 m Damija (Daerah Milik Jalan), Damaja

165
JSIL | Dzaky dkk. : Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor

(Daerah Manfaat Jalan) dan Dawasja marka terhadap geometrik jalan


(Daerah Pengawasan Jalan)agar dapat pada jalan antar kota (studi kasus
menentukan efektifitas pelayanan jalan Jalan Banda Aceh Km.77 Batas
sehingga nyaman bagi pengemudi. Pidie). Jurnal teknik Sipil. 4(4) :
Perlu perhitungan volume timbunan 232 – 253.
dan galian untuk melakukan perubahan [KemenHub] Kementrian
alinymen agar sesuai dengan pedoman Perhubungan. 2015. Tata Cara
dan peraturan yang berlaku. Perlu juga Penetapan Batas Kecepatan.
adanya studi dan penelitian lebih lanjut Peraturan Mentri Perhubungan
mengenai biaya yang dikeluarkan Republik Indonesia No. PM 111
dalam penggunaan lampu gas sodium tahun 2015. Jakarta (ID) :
tekanan tinggi (SON) dengan daya 100 Kementrian Perhubungan.
watt dengan lampu LED agar lampu Made ID, Widianty D. 2014. Analisis
yang digunakan ekonomis dan tepat jarak pandang henti sebagai
guna. elemen geometrik pada beberapa
tikungan ruas Jalan Mataram-
DAFTAR PUSTAKA Lembar. Jurnal Penelitian
UNRAM. 18(2) : 40 – 48.
[Bakosurtanal] Badan Koordinasi Manggala R, Angga J, Purwanto D,
Survei dan Pemetaan Nasional. Indriastuti AK. 2015. Studi kasus
2007. Penataan Ruang Kawasan faktor penyebab kecelakaan lalu
Jakarta, Bogor, lintas pada tikungan tajam.
Depok,Tangerang, Bekasi, Jurnal Karya Teknik Sipil. 4(4).
Puncak Dan Cianjur. Jakarta 426 – 470.
(ID):Badan Koordinasi Survei Munawar A. 2006. Manajemen Lalu
dan Pemetaan Nasional. Lintas Perkotaan.Yogyakarta
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. (ID) : Beta Offset
1998. Spesifikasi Campuran Cat Nugroho. 2012. Analisis Pengaruh
Marka Jalan Siap Pakai Warna Kecepatan Kendaraan Terhadap
Putih dan Kuning No. SNI 06- Umur Rencana Jalan Dengan
4825-1998. Jakarta (ID): Badan Menggunakan Metode Analitis
Standardisasi Nasional. (Studi Kasus Ruas Jalan
[BSN] Badan Standardisasi Nasional Rembang - Bulu). [Skripsi].
Indonesia. 2004. Geometri Jalan Fakultas Teknik Universitas
Perkotaan No. RSNI T-14-2004. Muhammadiyah Surakarta.
Jakarta (ID): Badan Standardisasi Oglesby CH, Hicks RG. 1990. Teknik
Nasional. Jalan Raya. Setianto P,
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. penerjemah. Jakarta (ID) :
2008. Spesifikasi Penerangan Erlangga. Terjemahan dari :
Jalan di Kawasan Perkotaan No. Highway Engineering.
SNI 7391:2008. Jakarta (ID) : Pandey S, Lalamentik L. 2014. Kelas
Badan Standardisasi Nasional. jalan untuk angkutan barang.
Hendarsin SL. 2000. Penuntun Praktis Jurnal Tekno Sipil.12(60) : 27 –
Perencanaan Teknik Jalan Raya. 37.
Bandung (ID) : Jurusan Teknik [PRI] Pemerintah Republik Indonesia .
Sipil Politeknik Negeri Bandung. 2006.JalanPeraturan Pemerintah
Hermansyah T, Isya M, Saleh SM. No. 34 tahun 2006. Jakarta (ID) :
2015. Keserasian rambu dan Pemerintah Republik Indonesia.

166
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 04 No.02, Agustus 2019

[PRI] Pemerintah Republik Indonesia. Setyowati S, Setyawan A, Djumari.


2009.Lalu Lintas dan Angkutan 2014. Evaluasi kondisi Jalan
Jalan.Undang – undang Republik Salatiga-Sruwen KM. SMG
Indonesia No. 22 Tahun 2009. 57+050 – KM. SMG 59+050
Jakarta (ID) : Pemerintah terhadap katagori resiko
Republik Indonesia. terjadinya kecelakaan. e-Jurnal
Pribadi D, Paransa MJ, Sednow TK, Matriks Teknik. 2(1) : 91 – 99.
Undap LJ . 2013. Tinjauan Sukirman S. 1999. Dasar-Dasar
geometrik jalan pada ruas Jalan Perencanaan Geometrik Jalan.
Airmadidi-Tondano Bandung (ID) : Nova.
menggunakan alat bantu GPS. Sulistio H. 1997. Hubungan antara
Jurnal Sipil Statik. 1(7) : 49 – kelengkungan jalan dan
505. kecepatan operasi kendaraan
Purwanto D, Indriastuti AK, Basuki (studi kasus pada beberapa ruas
KH. 2015. Hubungan antara jalan di Malang). Jurnal Teknik.
kecepatan dan kondisi geometrik 4(8): 854-895
jalan yang berpotensi Suwardo, Handoyo I. 2016.
menyebabkan kecelakaan lalu Perancangan Geometrik Jalan
lintas pada tikungan. Jurnal Standar dan Dasar – dasar
Media Komunikasi Teknik Sipil. Perancangan. Yogyakarta (ID) :
21(2) : 83 – 90. Gajah Mada University Press.
Sendow TK, Jefferson L. 2012. Studi Utami MS, Sukirman S. 2016. Kajian
pemetaan peta kota (studi kasus kelengkapan perlengkapan jalan
Kota Manado). Jurnal Ilmiah pada Jalan Pelajar Pejuang
Media Engineering. 2(1) : 35 – Bandung. Jurnal Online Institut
46. Teknologi Nasional. 20(10) : 1 –
12.

167
JSIL | Dzaky dkk. : Evaluasi Geometri Dan Perlengkapan Jalan Lingkar Leuwiliang Bogor

168

Anda mungkin juga menyukai