Anda di halaman 1dari 16

LANDSAN PENEGEMBANGAN KURIKULUM

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pengembangan kurikulum MI


Yang diampu oleh:.Nasiruddin, M.Pd.I.

Disusun oleh kelompok II

Dita Firdausiyah
Laifi Lafifah
Tsuwaibatul Islamiyah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2018
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah telah mencurahkan hidayah
dan inayah nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul
“landasan pengembangan kurikulum” dengan baik.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan keharibaan nabi
Muhammad SAW. yang telah mengubah dunia yang semula gelap gulita menuju
dunia baru yang terang menderang dengan adanya agama islam.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah pengembangan
kuriulum yang diampu oleh ibu Heni Lestiana. Untuk itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada beliau yang telah membimbing penulis sehinnga
makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Selain itu, besar harapan penulis agar makalah ini dapat dijadikan bahan
ajar dan referensi oleh semua pihak khususnya para akademika di STAIN
pamekasan.
Dalam berbagai literatur sering dikatakan bahwa tidak ada manusia
yang sempurna, begitu juga dengan penulis makalah ini yang tentunya
mengalami banyak kesulitan dan mempunyai keterbatasan, sehingga makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca sehingga tercipta makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
Demikianlah dari penulis sebagai kata pangantar. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca yang budiman.

Pamekasan, 07 Maret 2018

Penulis
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang. ...........................................................................................1
B Rumusan Masalah ......................................................................................1
C Tujuan Penulisan. .........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam. .....................................................3
B. Prinsip-prinsip Kurikulum Pendidikan Islam ................................................4
C. Ciri-ciri kurikulum Pendidikan Islam ............................................................6
D. Kurikulum Pendidikan Islam dalam Persepektif Imam al-Ghazali.............7
E. Kurikulum Pendidikan Islam di Indonesia .....................................................8
F. Tren Kurikulum Pendidikan Islam di Indonesia. ..........................................15
G. Urgensi Kurikulum Pendidkan Islam .............................................................16
BAB III PENUTUP
A Kesimpulan ....................................................................................................17
B Saran ...............................................................................................................18
DAFTAR RUJUKAN .............................................................................................19
1

BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang
Kurikulum sebagai sebuah rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang
sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya
peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan
manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa
menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.

Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para


penyusun kurikulum atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai
kurikulum ideal, akan tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar
pertimbangan oleh para pelaksana kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan
para guru serta pihak-pihak lain yang terkait dengan tugas-tugas pengelolaan
pendidikan, sebagai bahan untuk dijadikan instrumen dalam melakukan pembinaan
terhadap implementasi kurikulum di setiap jenjang pendidikan. Penyusunan dan
pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Dibutuhkan
berbagai landasan yang kuat agar mampu dijadikan dasar pijakan dalam melakukan
proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga dapat memfasilitasi tercapainya sasaran
pendidikan dan pembelajaran secara lebih efektif dan efisien.
B Rumusan Masalah
C Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Kurikulum Pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui prnsip-prinsip Kurikulum Pendidikan Islam
3. Untuk mengetahui ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Islam Kurikulu Pendidikan
islam
4. Untu mengetahui Kurikulum Pendidikan Islam dalam perspektif Imam al-
Ghazali.
5. Untuk mengetahui Kurikulum Pendidikan Islam di Indonesia
6. Untuk mengetahui Tren Kurikulum Pendidikan Islam di Indonesia
7. Untuk mengetahui Urgensi Kurikulum Pendidikan Islam.
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Pengembangan Kurikulum
Suatu bangunan kurikulum memiliki empat komponen yaitu komponen tujuan,
isi/materi, proses pembelajaran, dan komponen evaluasi, maka agar setiap komponen bisa
menjalankan fungsinya secara tepat dan bersinergi, maka perlu ditopang oleh sejumlah
landasan yaitu landasan filosofis sebagai landasan utama, masyarakat dan kebudayaan,
individu (peserta didik), dan teori-teori belajar.

a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum ialah pentingnya rumusan yang
didapatkan dari hasil berpikir secara mendalam, analisis, logis, sistematis dalam
merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum baik dalam bentuk
kurikulum sebagai rencana (tertulis), terlebih kurikulum dalam bentuk pelaksanaan di
sekolah.
1. Filsafat Pendidikan
Filsafat berupaya mengkaji berbagai permasalahan yang dihadapai manusia,
termasuk masalah pendidikan. Pendidikan sebagai ilmu terapan, tentu saja memerlukan ilmu-
ilmu lain sebagai penunjang, di antaranya filsafat. Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah
penerapan dan pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan. Menurut Redja Mudyahardjo (1989), terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang
sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya dan pendidikan di
Indonesia pada khususnya, yaitu : filsafat idealisme, realisme dan filsafat fragmatisme.
2. Filsafat dan Tujuan Pendidikan
Bidang telaahan filsafat pada awalnya mempersoalkan siapa manusia itu? Kajian
terhadap persoalan ini berupaya untuk menelusuri hakikat manusia, sehingga muncul
beberapa asumsi tentang manusia. Misalnya manusia adalah makhluk religius, makhluk
sosial, makhluk yang berbudaya, dan lain sebagainya. Dari beberapa telaahan tersebut filsafat
mencoba menelaah tentang tiga pokok persoalan, yaitu hakikat benar-salah (logika), hakikat
baik-buruk (etika), dan hakikat indah-jelek (estetika). Oleh karena itu maka ketiga pandangan
tersebut sangat dibutuhkan dalam pendidikan. Terutama dalam menentukan arah dan tujuan
pendidikan. Artinya ke mana pendidikan akan dibawa, terlebih dahulu harus ada kejelasan
pandangan hidup manusia atau tentang hidup dan eksistensinya.
3

Filsafat akan menentukan arah kemana peserta didik akan dibawa, filsafat merupakan
perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing ke arah pencapaian tujuan pendidikan.
Oleh karena itu, filsafat yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu
atau bahkan yang dianut oleh perorangan akan sangat mempengaruhi terhadap tujuan
pendidikan yang ingin dicapai.1
Tujuan pendidikan nasional di Indonesia tentu saja bersumber pada pandangan dan
cara hidup manusia Indonesia, yakni Pancasila. Hal ini berarti bahwa pendidikan di Indonesia
harus membawa peserta didik agar menjadi manusia yang berPancasila. Dengan kata lain,
landasan dan arah yang ingin diwujudkan oleh pendidikan di Indonesia adalah yang sesuai
dengan kandungan falsafah Pancasila itu sendiri.
Sebagai implikasi dari nilai-nilai filsafat Pancasila yang dianut bangsa Indonesia,
dicerminkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional seperti terdapat dalam UU No.20
Tahun 2003, yaitu : Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadimanusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta
bertanggung jawab (Pasal 2 dan 3). Dalam rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut,
tersurat dan tersirat nilai-nilai yang terkandung dalam rumusan Pancasila.
Melalui rumusan tujuan pendidikan nasional di atas, sudah jelas tergambar bahwa
peserta didikyang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan kita antara lain adalah untuk
melahirkan manusia yang beriman, bertaqwa, berilmu dan beramal dalam kondisi yang serasi,
selaras dan seimbang. Di sinilah pentingnya filsafat sebagai pandangan hidup manusia dalam
hubunganya dengan pendidikan dan pembelajaran.
3. Manfaat Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiran-pemikiran filsafat
untuk memecahkan permasalahn pendidikan. Dengan demikian tentu saja bahwa filsafat
memiliki manfaat dan memberikan kontribusi yang besar terutama dalam memberikan kajian
sistematis berkenaan dengan kepentingan pendidikan. Menurut Nasution (1982)
mengidentifikasi beberapa manfaat filsafat pendidikan, yaitu:

1
Saiful,Arif,Pengembangan Kurikulum, Jakarta: STAIN Pamekasan press, 2009, hal 36
4

a. Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa ke mana anak-anak


melalui pendidikan di sekolah? Sekolah adalah suatu lembaga yang didirikan
untuk mendidik anak-anak ke arah yang dicita-citakan oleh masyarakat, bangsa
dan negara.
b. Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang dianut, kita
mendapat hambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai.
c. Filsafat dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang bulat kepada segala
usaha pendidikan.
d. Tujuan pendidikan memungkinkan si penduduk menilai usahanya, hingga
manakah tujuan itu tercapai.
e. Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan-lkegiatan
pendidikan.

4. Kurikulum dan Filsafat Pendidikan


Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, karena
tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa, maka
tentu saja kurikulum yang dikembangkan juga akan mencerminkan falsafah/pandangan hidup
yang dianut oleh bangsa tersebut oleh karena itu terdapat hubungan yang sangat erat antara
kurikulum pendidikan di suatu negara dengan filsafat negara yang dianutnya. Sebagai contoh,
Indonesia pada masa penjajahan Belanda, kurikulum yang dianut pada masa itu sangat
berorientasi pada kepentingan politik Belanda. Demikian pula pada saat negara kita dijajah
Jepang, maka orientasi kurikulum berpindah yaitu disesuaikan dengan kepentingan dan
sistem nilai yang dianut oleh negara Matahari Terbit itu. Setelah Indonesia mencapai
kemerdekaannya, dan secara bulat dan utuh menggunakan pancasila sebagai dasar dan
falsafah dalam berbangsa dan bernegara, maka kurikulum pendidikan pun disesuaikan
dengan nilai-nilai pancasila itu sendiri.2
Pengembangan kurikulum walaupun pada tahap awal sangat dipengaruhi oleh filsafat
dan ideologi negara, namun tidak berarti bahwa kurikulum bersifat statis, melainkan
senantiasa memerluka pengembangan, pembaharuan dan penyempurnaan disesuaikan dengan
kebutuhan dan tuntutan dan perkembangan zaman yang senantiasa cepat berubah.

2
Nasution , Asas Asas Kurikulum, Jakarta: PT BUMI AKSARA, 2011, hal 32
5

Landasan Sosial-Budaya

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu


rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa
pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan
masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan
lebih lanjut di masyarakat.

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun
informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.
Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi
landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.

Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang


menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan
dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu,
tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi,
karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.

Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya


tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah
satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara
berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber
dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam


masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk
melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di
sekitar masyarakat.

Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui


pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang
dan membuat peradaban masa yang akan datang.
6

Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan,


merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat,
baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.

B. Landasan iptek dan organisatoris

a. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif
sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai
penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan
terus semakin berkembang

Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu
yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil
kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat
di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di
Bulan.

Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa
terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia
sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang
memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang
berlaku pada konteks global dan lokal.

Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang
berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat
pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih,
sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan
kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam
7

mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu dan
antisipatif terhadap ketidakpastian..3

Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang
transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena
itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan
hidup manusia.

b. Landasan organisatoris
D. Asas Organisatoris

Herbert Spencer, lebih seperempat abad yang lalu, pernah menyatakan bahwa: What
knowledge is of most morth (pengetahuan apa yang paling bernilai)? Pengetahuan yang
bernilai itu akan berarti bila mampu menentukan bahan yang serasi dengan anak didik,
setelah melalui proses penyeleksian dari bahan

pengetahuan sangat luas yang berkembang dari waktu ke waktu secara pesat.

Keadaan masyarakat senantiasa berubah dan mengalami kemajuan pesat, sehingga tentu
akan memberi beban baru bagi pengembang kurikulum (curriculum developers), yang
berperan sebagai pembuat keputusan (decision makers) dan memilih terhadap apa yang harus
diajarkan kepada siapa. Dalam hubungan ini, Nasution (1989: 34) menyatakan bahwa ada dua
masalah
pokok yang harus dipertimbangkan, yakni: a) pengetahuan apa yang paling berharga
untuk diberikan bagi anak didik dalam suatu bidang studi, b) bagaimana mengorganisasi
bahan itu agar anak didik dapat menguasainya dengan sebaik-baiknya.

Kalau diperhatikan secara seksama, yang paling berwenang memecahkan masalah adalah
para spesialis dalam disiplin ilmu bersangkutan, dengan persyaratan para spesialis itu selalu
mengikuti perkembangan ilmunya, dan tentunya harus memahami asas filosofis, sosiologis
dan psikologis dalam mengambil keputusan.

3
Oemar Hamalik. Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: PT BUMI AKSARA, 2011, hal 21
8

Sementara itu, para pengembang kurikulum mempunyai tugas untuk membantu mereka
(para spesialis) agar memahami sepenuhnya akan tugas mereka dalam menentukan
pengetahuan paling berharga tersebut. Pendekatan yang paling baik kemungkinan adalah
dengan membentuk tim yang diketuai ahli pengembang kurikulum yang juga memiliki
pengetahuan yang memadai mengenai bidang studi tersebut. 4

Kemudian, masalah selanjutnya adalah tentang organisasi bahan yang juga tidak kalah
pentingnya untuk diperhatikan. Nasution (Ibid: 35) mengemukakan bahwa ada bermacam
cara dalam mengorganisasikan bahan bagi keperluan1 pengajaran. Salah satu caranya adalah
dengan mengorganisasikan bahan berdasarkan topik, tema, kronologi, konsep, isu, logika,
dan proses disiplin. Agar lebih jelas, dapal dilihat contoh berikut:

Organisasi Bahan Contoh:


Berdasarkan:
a. Topik (biasanya Perang Kemerdekaan
digabungkan dengan
salah satu pendekatan
lainnya atau dibagi
dalam sejumlah sub
topik)
b. Tema Sebab-sebab perang kemerdekaan
c. Kronologi Tahap-tahap perang kemerdekaan
d. Konsep “Kemerdekaan”
e. Isu Pengaruh perang kemerdekaan terhadap watak bangsa
Indonesia
f. Logika Analisis peristiwa-peristiwa yang mendukung atau
menghambat tercapainya pengakuan de jure atas
kemerdekaan Indonesia
g. Proses disiplin Pandangan tentang perang kemerdekaan oleh ? [ sejarah
Indonesia? Ahli sejarah Belanda? Amef'k,”

4
Abdullah Edi,.Pengembangan kurikulum teori dan praktik Jakarta: KENCANA, 2012 , hal 25
9

Serikat? Proses dan instrumen apakah yang di gunakan? Dan


Iain-Iain

Di samping pendekatan organisasi, bahan pelajaran yang dipilih dengan serasi tersebut
mempunyai tujuan dan sasaran kurikulum yang pada dasarnya disusun: dari yang sederhana
kepada yang kompleks, dari yang konkret kepada yang abstrak, dan dari ranah (domain)
tingkat rendah kepada yang lebih tinggi, kognitif, afektif, maupun psikomotor
Sebagai konklusi dari uraian di atas organisatoris tersebut, ada tiga hal utama yang perlu
diperhatikan, yakni: 5
1. Tujuan Bahan Pelajaran
Mengajarkan keterampilan untuk masa sekarang atau mengajarkan keterampilan untuk
keperluan masa depan, untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah, untuk
mengembangkan nilai-nilai, untuk mengembangkan ciri ilmiah, untuk memupuk jiwa
warga negara yang baik, dan lain-lain.
2. Sasaran Bahan Pelajaran
Siapakah pelajar itu, apakah latar belakang pendidikan dan pengalamannya, sampai di
manakah tingkat perkembangannya, bagaimanakah profil kepribadian dan motivasinya,
dan lain-lain.
3. Pengorganisasian Bahan
Bagaimana bahan pelajaran diorganisasi: apakah berdasarkan topik, konsep, kronologi,
dan lain-lain.
Pemahaman mengenai asas-asas tersebut bagi para pengembang kurikulum sangat
penting dalam menghasilkan suatu kurikulum yang diharapkan. Karenanya, menurut
Adiwikarta (1994: 101), mereka (para pembimbing dan pelaksana kurikulum) perlu
memerhatikan tiga kecenderungan, yakni: (1) kekinian dan kedisinian, (2) kemasa-depanan,
dan (3) kepentingan satuan pendidikan. Pertanyaan yang memerlukan jawaban bagi sistem

5
Nur Uhbiyati . Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2005, hal 31
10

pendidikan Suatu bangsa adalah bagaimana mengembangkan dan melaksanakan kurikulum


agar kepentingan nasional, keadaan dan kebutuhan lingkungan, ciri khas, satuan pendidikan,
serta kepentingan masa depan anak didik dan masyarakat dapat dipenuhi.
11

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Alice Miel, seperti yang dikutip Nurgiantoro bahwa kurikulum itu
meliputi keadaan sekolah, suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahan,
kecakapan dan sikapa orang-orang yang melayani dan dilayani sekolah yaitu anak
didik, masyarakat dan para pendidik ( pengelola pendidikan).
pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani dan
mengamalkan ajaran islam secara kaffah ( totalitas ).
Prinsip- prinsip kurikulum pendidikan islam yaitu; (1) Pertautan yang
sempurna dengan agama, , (2) menyeluruh (niversal) , (3) Keseimbangan relatif
antara tujuan dan kandungan kurikulum, dan kebutuhan belajar, (4) kemahiran
pengalaman dan sikapnya, (5) Pemeliharaan penbedaan individual diantara pelajar,
,(6) perkembangan dan perubahan islam yang menjadi sumber pengambilan falsafah,
prinsip, dasar krikulum,metode mengajar pendidikan islam mencela keras sifat
meniru( taqlid ) secara membabi buta dan membeku pada yang kuno yang diwarisi
dan mengikut tanpa selidik, (7) Peraturan antara mata pelajaran, pengalaman dan
kativita yang terkandng dalam kurkulum.
Ciri- ciri kurikulum penidikan islam menurut al-Syaibani yaitu; Kurikulum
pendididikan islam harus menonjolkan mata pelajaran agama dan akhlak,
memperhatikan pengembangan menyeluruh aspek peribadi siswa, yaitu aspek
jasmani, akal dan rohani, memperhatikan keseimbangan antara peribadi dan
masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani, akal an rohani manusia, memperhatikan juga
seni halus seperti ukir, pahat, tulis-indah, gambar dan sejenisnya, serta
memperimbangkan perbedaaan kebudayaan yang sering terdapat di tengah manusia
karena perbedaan tempat dan juga perbedaan zaman.
Kurikulum Pendidikan Islam di Indonesia dibedakan berdasarkan tingkatan
dan jurusannya baik Madrasah Diniyah, Madrasah, dan al-Jamiah, jurusan IPA, IPS,
Agama dan lain sebagainya.
Tren kurikulum pendidikan islam di Indoneia sejak awal abad ke-20 hingga
saat ini sudah mengalami banyak pergeseran. Dimana dulu hanya terpaku pada
12

pelajaran agama namun saat ini sudah dikombinasikan dengan pelajaran umum seperti
matematika, fisika dan lainnya sesuai tuntutan zaman.
Kurikulum pendidika islam seyogyanya diterapkan di tengah-tengah
masyarakat Indonesia demi memebentuk masyarakat religius yang dicita-citakan
dapat tercapai.
B. Saran
Indonesia adalah negara besar dengan jumlah umat islam terbanyak didunia.
Untuk itu kurikulum pendidikan islam harus lebih diperhatikan oleh pemerintah dan
lembaga di semua aspek pendidikan, semua tingkatan, serta semua jurusan.
Mengingat, agama menjadi titik paling sentral dari kehidupan seeorang, guna
membentuk generasi bangsa yang religius kedepannya. Begitu pula para murid juga
harus ikut andil dalam mensukseskan kurikulm pendidikan islam dengan belajar dan
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari di zaman yang semuanya serba ” Now” ini.
13

DAFTAR RUJUKAN

Saiful,Arif,Pengembangan Kurikulum, Jakarta: STAIN Pamekasan press, 2009.


Nasution , Asas Asas Kurikulum, Jakarta: PT BUMI AKSARA, 2011
Hamalik Oemar. Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: PT BUMI AKSARA, 2011.
Edi,Abdullah.Pengembangan kurikulum teori dan praktik Jakarta: KENCANA, 2012
Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2005.

Anda mungkin juga menyukai