Anda di halaman 1dari 6

BUTA WARNA

dr. Teguh Anamani, Sp.M


-Esa Fitriani Azizah-

#rangkumannya banyak bgt, karena emang beliau baca semua slidenya -.-

Definisi

Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna. Terkait dengan
ketidakmampuan sel-sel kerucut (cone cell) pada retina mata untuk menangkap suatu
spektrum warna tertentu sehingga objek yang terlihat bukan warna yang sesungguhnya.

Anatomi Retina

Retina mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina


merupakan bagian mata yang peka terhadap cahaya, mengandung sel-sel kerucut yang
berfungsi untuk penglihatan warna dan sel-sel batang yang terutama berfungsi untuk
penglihatan dalam gelap.Retina terdiri atas pars pigmentosa disebelah luar dan pars
nervosa di sebelah dalam.

Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya, adalah sebagai berikut:


1. Membrana limitans interna
2. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan
menuju ke nervus optikus
3. Lapisan sel ganglion
4. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan-sambungan sel
ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar
5. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal
6. Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungan-sambungan sel bipolar
dan sel horizontal dengan fotoreseptor
7. Lapisan inti luar sel fotoreseptor
8. Mambrana limitans eksterna
9. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar sel kerucut
10. Epithelium pigmen retina. Lapisan dalam membrane Bruch sebenarnya adalah
membrane basalis epithelium pigmen retina

Tiga per empat posterior retina merupakan organ reseptor. Pada pertengahan bagian
posterior retina terdapat daerah lonjong kekuningan, disebut macula lutea, yang
merupakan area retina dengan daya lihat paling jelas. Di tengah macula terdapat
lekukan, disebut fovea centralis. Foveola adalah bagian paling tengah pada fovea, di
sini fotoreseptornya adalah sel kerucut, dan bagian retina paling tipis.
Fisiologi Penglihatan

Pigmen-pigmen di berbagai benda secara selektif menyerap panjang gelombang


tertentu cahaya yang datang dari sumber-sumber cahaya, dan panjang gelombang yang
tidak diserap dipantulkan dari permukaan benda. Berkas-berkas cahaya yang
dipantulkan inilah yang memungkinkan kita melihat benda tersebut.

Suatu benda yang tampak biru menyerap panjang gelombang cahaya merah dan
hijau yang lebih panjang dan memantulkan panjang gelombang biru yang lebih pendek,
yang dapat diserap oleh fotopigmen di sel-sel kerucut biru mata, sehingga terjadi
pengaktifan sel-sel tersebut.

Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut yang mempunyai pigmen terutama
cis aldehida A2. Pada sel kerucut terdapat 3 macam pigmen yang dapat membedakan
warna dasar merah, hijau dan biru.

1. Sel kerucut yang menyerap long-wavelength light (red)


2. Sel kerucut yang menyerap middle- wavelength light (green)
3. Sel kerucut yang menyerap short-wavelength light (blue)
Sel S tersebar merata pada seluruh retina, namun
tidak terdapat di daerah tengah fovea.
Perbandingan jumlah L:M:S adalah 12:6:1.

Trikromat = Seseorang yang mampu membedakan ketiga macam warna,


Dikromat = orang yang dapat membedakan 2 komponen warna
Monokromat = orang yang hanya dapat membedakan 1 komponen warna
akromatopsia = tidak bisa melihat semua jenis warna, berarti semua jenis sel kerucut
tidak ada yang berfungsi sempurna.

Mekanisme penglihatan warna dapat dijelaskan menurut teori-teori di bawah ini:


1. Teori trikromatik
3 reseptor warna yang dikirim ke otak baru menampilkan warna.
2. Teori Hering’s opponent colors
Hering mencatat penemuannya bahwa warna tertentu tidak terjadi secara
bersamaan, contohnya kemerahan-kehijauan dan kekuningan kebiruan.
Hering menemukan bahwa kontras warna ikut berpengaruh untuk
membedakan warna yang berpasangan.
3. Teori modern opponent colors
Teori ini menyatakan bahwa warna yang diterima di reseptor warna dikirim ke
retina untuk diubah sinyalnya dan baru dikirim ke otak.
Etiologi

Buta warna karena herediter dibagi menjadi tiga: monokromasi (buta warna total),
dikromasi (hanya dua sel kerucut yang berfungsi), dan anomalus trikromasi (tiga sel
kerucut berfungsi, salah satunya kurang baik). Sebenarnya, penyebab buta warna
tidak hanya karena ada kelainan pada kromosom X, namun dapat mempunyai
kaitan dengan 19 kromosom dan gen-gen lain yang berbeda. Beberapa penyakit
yang diturunkan seperti distrofi sel kerucut dan akromatopsia juga dapat menyebabkan
seseorang menjadi buta warna.

Gen buta warna terkait


dengan dengan kromosom X
(X-linked genes). Dua gen
yang berhubungan dengan
munculnya buta warna adalah
OPN1LW (Opsin 1 Long Wave),
yang menyandi pigmen merah dan
OPN1MW (Opsin 1 Middle
Wave), yang menyandi pigmen
hijau. Buta warna dapat juga
ditemukan pada penyakit makula, saraf optik, sedang pada kelainan retina ditemukan
cacat relative penglihatan warna biru dan kuning sedang kelainan saraf optik
memberikan kelainan melihat warna merah dan hijau.

Gangguan penglihatan biru kuning terdapat pada:


a. Glaukoma Terdapat pengecualian
b. ablasio retina Hukum Kollner:
c. degenerasi pigmen retina
d. degenerasi makula senilis dini 1.Neuropati optik iskemik
Ganguan penglihatan merah hijau terdapat pada 2.Atrofi optik pada
a. kelainan saraf optik glaukoma
b. keracunan tembakau dan racun 3.Atrofi optik diturunkan
c. neuritis retrobulbar secara dominan
d. atrofi optik
4.Atrofi saraf optik tertentu
e. lesi kompresi traktus optikus. memberikan cacat biru
kuning
Klasifikasi Buta Warna

Buta warna dikenal berdasarkan istilah Yunani protos (pertama), deutros (kedua), dan
tritos (ketiga) yang pada warna 1. Merah, 2. Hijau, 3. Biru.

1. Anomalous trichromacy/ anomaly trikromatik


Disebabkan oleh faktor keturunan/kerusakan pada mata setelah dewasa.
Penderita anomalous trichromacy memiliki tiga sel kerucut yang baik namun salah
satunya berkurang fungsinya. Pasien dapat melihat berbagai warna akan tetapi dengan
interpretasi berbeda daripada orang normal, yang paling sering ditemukan adalah:
a. Trikromat anomali, Pigmen biru ini bergeser ke area hijau
b. Deutronomali, dengan cacat pada hijau
c. Protanomali adalah rendahnya sensitifitas warna merah.
2. Dichromacy
Dichromacy adalah jenis buta warna di mana salah satu dari tiga sel kerucut
tidak ada atau tidak berfungsi.

Dichromacy dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan pigmen yang rusak:


a. Protanopia adalah tidak adanya photoreceptor retina merah. Pada penderita
protonopia, penglihatan terhadap warna merah tidak ada.
b. Deutranopia adalah tidak adanya photoreceptor retina hijau. Hal ini
menimbulkan kesulitan dalam membedakan warna merah dan hijau.
c. Tritanopia adalah tidak memiliki short- wavelength cone sehingga kesulitan
dalam membedakan warna biru dan kuning dari spektrum cahaya tanpak dan sangat
jarang dijumpai.

3. Monochromacy
Monochromacy/ akromatopsia adalah seseorang hanya memiliki sebuah pigmen
cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Pasien hanya mempunyai satu pigmen
kerucut (monokromat rod atau batang).
Bentuk buta warna dikenal juga :

a. Monokromatisme rod (batang) atau disebut juga suatu akromatopsia


di mana terdapat kelainan pada kedua mata bersama dengan keadaan lain seperti
tajam penglihatan kurang dari 6/60, nistagmus, fotofobia, skotoma sentral,
gangguan penglihatan warna total, hemeralopia (buta silang) tidak terdapat buta
senja, dengan kelainan refraksi tinggi.
b. Monokromatisme cone (kerucut), di mana terdapat hanya sedikit cacat,
hal yang jarang, tajam penglihatan normal, tidak nystagmus. Pasien hanya dapat
membedakan warna dalam arti intensitasnya saja dan biasanya 6/30.
Diagnosis Buta Warna
Pemeriksaan buta warna dilakukan dengan uji anomaloskop, uji Farnsworth
Munsell 100 hue, uji Holmgren, dan uji Ishihara (defek penglihatan warna merah
hijau). Defek Evaluasi defek penglihatan kuantitatif dapat menggunakan
Anomaloskop nagel.
Pemeriksaan Buta Warna
1. Uji Farnsworth
a. terdiri dari 4 set chips yang harus disusun sesuai dengan progression of hue.
b. Orang dengan defisiensi penglihatan beberapa warna akan membuat kesalahan
menyusun chips pada lokasi di sekitar hue circle.
c. Tes ini dapat membedakan tipe defisiensi penglihatan warna dan mengevaluasi
tingkat keparahan diskriminasi warna.
2. Uji Ishihara
Merupakan uji untuk mengetahui adanya defek penglihatan warna, dengan
cara menentukan angka atau pola yang ada pada kartu dengan gambar
pseudokromatik. Penderita buta warna atau dengan kelainan penglihatan warna
dapat melihat sebagian ataupun sama sekali tidak dapat melihat gambaran
yang diperlihatkan. Pada pemeriksaan pasien diminta melihat dan mengenali tanda
gambar yang diperlihatkan dalam waktu 10 detik.
Terjadi pada penyakit seperti buta warna merah dan hijau pada atrofi saraf
optik, optik neuropati toksi dengan pengecualian neuropati iskemik, glaukoma
dengan atrofi optik yang memberikan ganguan penglihatan biru kuning.

3. Nagel Anomaloskop
a. Terdiri dari test plate yang bagian bawahnya berwarna kuning yang dapat
disesuaikan kontrasnya.
b. Pasien berusaha mencocokkan bagian atas sampai berwarna kuning dengan
mencampur warna merah dan hijau.
c. Orang dengan buta warna hijau akan menggunakan banyak warna hijau dan
begitu juga pada orang dengan buta warna merah.

Anda mungkin juga menyukai