Anda di halaman 1dari 3

I.

RUMUSAN MASALAH
a. Apakah pengertian sunnah ?
b. Apakah macam-macam sunnah ?
c. Apakah fungsi sunnah terhadap al-qur’an ?
d. Bagaimana pendapat ulama tentang kehujjahan sunnah ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sunnah

Kata “Sunnah” ( ‫ ) سنىة‬berasal dari kata ‫ سن‬. Secara etimologi berarti cara yang
biasa dilakukan, apakah cara itu sesuatu yang baik atau yang buruk. Para ulama islam
mengutip kata sunah dari Al-Qur’an dan bahasa Arab yang mereka gunakan dalam
artian khusus, yaitu : “cara yang biasa dilakukan dalam pengamalan agama”.

Sunah dalam istilah ulama ushul ialah “apa-apa yang diriwayatkan dari nabi
SAW baik dalam bentukm ucapan, perbuatan maupun pengakuan dan sifat Nabi”.
Sedangkan sunah menurut ulama fiqh adalah “sifat hukum bagi suatu perbuatan yang
dituntutmelakukannya dalam bentuk tuntutan yang tidak pasti” dengan pengertian diberi
pahala orang yang melakukannya dan tidak berdosa orang yang tidak melakukannya. 1

B. Macam-macam sunnah
a. Sunnah qauliyah, yaitu ucapan nabi yang didengar oleh sahabat dan disampaikan
kepada orang lain
b. Sunnag fi’liyah, perbuatan yang dilakukan oleh nabi yang dilihat atau diketahui
oleh sahabat kemudian disampaikan kepada orang lain dengan
c. Sunnah taqririyah, yaitu perbuatan seorang sahabat atau ucapannya yang
dilakukan dihadapan atau sepengetahuan nabi, tetapi tidak ditanggapi atau

1
Prof. Dr. H. Amir Syaifuddin, Ushul Fiqh (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), hlm 86-87
dicegah oleh nabi. Diamnya nabi itu disampaikan oleh sahabat yang
menyaksikan kepada orang lain.2

C. Fungsi sunnah

Dalam uraian tentang Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa sebagian besar ayat-ayat
hukum dalam Al-Qur’an adalah bentuk garis besar yang secara alamiah belum dapat
dilaksanakan tanpa penjelasan dari sunnah. Dalam hubungannya dengan Al-Qur’an
maka fungsi sunah sebagai berikut :

a. Menguatkan dan menegaskan hukum-hukum yang disebutkan di dalam Al-


Qur’an
b. Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud di dalam Al-Qur’an dalam
hal :
 Menjelaskan arti yang masih samar di dalam Al-Qur’an
 Merinci apa-apa yang di dalam Al-Qur’an disebutkan secara garis bersar
 Membatasi apa-apa yang di dalam Al-Qur’an disebutkan secara umum
 Memperluas maksud dai sesuatu yang disebutkan di dalam Al-Qur’an
c. Menetapkan suatu hukum dalam sunnah yang secara jelas tidak terdapa di dalam
Al-Qur’an. Dengan demikian kelihatan bahwa sunnah menetapkan sendiri
hukum yang tidak ditetapkan di dalam Al-Qur’an.3

D. Pendapat ulama tentang kehujjahan

2
Ibid, hlm 89
3
Prof. Dr. H. Amir Syaifuddin, Ushul Fiqh (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), hlm 99-102
Jumhur ulama berpendapat bahwa sunnah berkedudukan sebagai sumber atau
dalil kedua sesudah Al-Qur’an dan mempunyai kekuatan untuk ditaati serta mengikat
untuk semua umat Islam. Sebagai mana di sebutkan dalam QS. An-Nisa’ : 80

“ barang siapa yang menaati Rasul itu sungguh ia telah menaati Allah dan
barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk
menjadi pemelihara bagi mereka “

Yang dimaksud dengan menaati Rasul dalam ayat ini adalah mengikuti apa-apa
yang dikatakan ataupun yang dilakukan oleh Rasul sebagaimana tercakup dalam
sunnah-Nya. Kekuatan sunnah sebagai sumber hukum ditentukan oleh dua segi:
pertama, dari segi kebenaran materinya, kekuatan sunnah mengikuti kebenaran
pemberitaannya. Kedua, dari segi kekuatan penunjukkannya terhadap hukum. Sunnah
terbagi menjadi dua : pertama, penunjukkan yang pasti atau qath’i yaitu sunnah yang
memberi penjelasan hukum terhadap hukum dalam Al-Qur’an secara tegas, jelas, dan
terperinci sehingga tidak mungkin dipahami dengan maksud lain dan tidak ada
alternatif pemahaman lain. Kedua, penunjukkan yang tidak pasti atau dzanni yaitu
sunnah yang memberikan penjelasan terhadap hukum dalam Al-Qur’an secara tidak
tegas dan terperinci, sehingga dapat menimbulkan beberapa kemungkinan. 4

4
Prof. Dr. H. Amir Syaifuddin, Ushul Fiqh (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), hlm 111-119

Anda mungkin juga menyukai