Percobaan IV
Oleh :
Kelompok : XI (Sembilan)
Asisten : Tasri
LABORATORIUM KIMIA
KENDARI
2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam hasil yang tinggi dengan biaya rendah dengan keuntungan komersial dari
bahan baku yang lebih murah dan lebih mudah tersedia secara komersial dari pada
dimana R merupakan gugus alkil yang memiliki 1 sampai 5 atom karbon , dan n
adalah 0 atau 1. Campuran asam nitrat dan pelarut hidrokarbon alifatik terhalogenasi
terdiri dari nitrasi Asetanilida dan hidrolisis produk reaksi. ρ-kloronitrobenzena sulit
untuk menghasilkan produk yang tinggi dengan selektivitas yang baik. Selain itu,
sebagai produk sampingan dari hidrolisis tersebut. Metode konvensional kurang baik
Rumusan masalah yang akan dibahas pada percobaan nitrasi senyawa siklik :
C. Tujuan
Tujuan yang akan di capai pada percobaan nitrasi senyawa siklik : sintesis ρ-
D. Manfaat
Manfaat yang akan di dapat pada percobaan nitrasi senyawa siklik : sintesis ρ-
dalam industri digunakan sebagai bahan baku untuk mensistesis ρ-nitroanilina, yang
diamati akan terlihat bahwa gugus yang terikat pada atom N (R’) mengandung inti
benzene. Sehingga senyawa ini dapat juga dikategorikan kedalam senyawa benzena
terdisubstitusi. Kedua substituent pada senyawa ini adalah gugus –NO2 (gugus nitro)
para (p) lebih simetris dan dapat membentuk kisi kristal yang lebih teratur jika
dibandingkan dengan kedua isomer lainnya dalam keadaan padatan. Selain itu, kedua
kloronitrobenzena dengan amonia, atau metode yang terdiri dari nitrasi asetanilida
yang tinggi dengan selektivitas yang baik. Selain itu, metode ini memiliki kelemahan
memerlukan alkali. Asam asetat akan terbentuk sebagai produk sampingan dari
homogen. pembentukan partikel padatan dapat terjadi dari fasa uap, seperti pada
proses pembentukan kristal salju atau sebagai pemadatan suatu cairan pada titik
lelehnya atau sebagai kristalisasi dalam suatu larutan (cair). Kristalisasi dari suatu
larutan merupakan proses yang sangat penting karena ada berbagai macam bahan
yang dipasarkan dalam bentuk kristalin, secara umum tujuan kristalisasi adalah untuk
memperoleh produk dengan kemurnian tinggi dan dengan tingkat pemungutan (yield)
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari campuran atau
pengotornya yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah
dilarutkan dalam pelarut (solven) yang sesuai atau cocok. Ada beberapa syarat agar
suatu pelarut dapat digunakan dalam proses kristalisasi yang memberikan perbedaan
daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor, tidak
meninggalkan zat pengotor pada Kristal, dan mudah dipisahkan dari kristalnya
pada suhu kritis diamana untuk suhu kritis pada baja karbon adalah pada 723°C,
sehingga dapat diartikan lebih lanjut bahwa temperature rekristalisasi adalah suatu
proses dimana butir logam yang terdeformasi digantikan oleh butiran baru yang tidak
terdeformasi yang intinya tumbuh sampai butiran asli termasuk di dalamnya (Affiz,
2012).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
pada hari Senin, tanggal 18 April 2016, pukul 13.00 – 15.30 WITA, bertempat di
1. Alat
nitro asetanilida yaitu erlenmeyer 50 mL, gelas kimia, corong pisah, statif dan kelm
2. Bahan
ρ-nitro asetanilida yaitu H2SO4 pekat, kristal asetanilida, HNO3, asam asetat glasial,
Filtrat Residu
Campuran A Campuran B
A. Hasil Pengamatan
1. Data pengamatan
O
O
O
HN C CH3
HN C CH3
HN C CH3
HNO3 / H2SO4
NO2
H2O
NO2
O O
HSO4-
HO N + H OSO3H
N + O
O H H
O
O
O
O
C C
C HN
HN CH3 CH3
HN CH3
O
H2O + H3O+
+ NO2 H H
O2N H
NO2
B. Pembahasan
yang termasuk dalam golongan amida sekunder (RCONHR’). Beberapa nama lain
diamatistruktur molekulnya, maka akan terlihat bahwa gugus yang terikat pada
atom N (R’) mengandung inti benzena. Sehingga senyawa ini dapat juga
senyawa ini adalah gugus –NO2 (gugus nitro) dan gugus –NHCOCH3 (gugus asetilamina).
dan m-nitroasetanilida. Dalam keadaan padat, suatu isomer para ( ρ) lebih simetris
dan dapat membentuk kisi kristal yang lebih teratur jika dibandingkan dengan kedua
isomer lainnya.
yang terdiri dari asetanilida yang setelah itu direaksikan dengan asam asetat glasial.
Fungsi dari penambahan asam asetat glasial pada pembuatan campuran A adalah
untuk mencegah senyawa asetanilida terhidrolisis oleh molekul air yang dihasilkan
oleh campuran nitrasi (k). setelah itu direaksikan lagi dengan asam asam sulfat.
Fungsi dari penambahan asam sulfat adalah untuk mencegah terbentuknya endapan
putih yang sukar larut ketika campuran A akan dinitrasi oleh campuran B, dan
mempercepat proses pelarutan kristal asetanilida yang ditandai dengan adanya panas.
Selanjutnya pada proses pembuatan campuran B yang terdiri dari asam sulfat
erlenmeyer. Reaksi yang terjadi pada campuran B akan menghasilkan ion nitronium
(NO2) yang akan menjadi indikator pada reaksi pembentukan senyawa ρ-nitro
campuran A dengan cara diteteskan secara perlahan-lahan ( tetes demi tetes ). Dimana
pada campuran ini, suhunya dijaga agar tidak melebihi suhu 10 °C. hal ini disebabkan
karena adanya produk lain yang terbentuk pada saat dilakukannya sintesis asetanilida
yaitu o-nitr asetanilida dan e-nitroasetanilida. Akan tetapi produk yang dihasilkan
10°C sedangkan untuk senyawa ρ-nitroasetanilida akan membentuk kristal pada suhu
< 10°C.
dengan mereaksikan aniline dengan asam asetat glasial yang kemudian direfluks
selama 1 jam. Dimana pada proses refluks ini juga bertujuan untuk menghomogenkan
larutan campuran aniline dengan asam asetat glasial. Setelah itu cairan hasil refluks
batu adalah untuk menurunkan suhu pada campuran larutan tersebut sehingga akan
mempercepat terbentuknya kristal. Setelah terbentuk kristal kemudian dicampur
dengan air panas dan ditambahkan karbon aktif, setelah itu kristal tersebut disaring
setelah itu dikeringkan dan diuji sifat fisiknya. Kristal asetanilida yang terbentuk pada
direaksikan dengan asam asetat glasial dengan asam sulfat yang kemudian
sulfat dengan asam nitrat yang kemudian didinginkan lagi dengan es batu. Setelah itu
penambahan secara perlahan-lahan adalah agar campuran tersebut cepat homogen dan
dijaga agar tidak melebih 10 °C. kemudian campuran tersebut didiamkan selama 1
jam. Setelah itu dituangkan akuades dan beberapa potong es batu ke dalam gelas
kimia, kemudian diaduk secara perlahan, dan kristal ρ-nitroasetanilida akan terpisah,
lalu didiamkan lagi selama 15 menit sampai kristalnya terpisah dengan sempurna.
Setelah itu dicuci dengan air es yang bertujuan untuk menghilangkan atau menekan
pH asam yang terdapat pada kristal tersebut. kemudian direkristalisasi dengan etanol.
Tujuan dari penggunaan etanol pada proses rekristalisasi adalah karean etanol bersifat
100 °C, sehingga hasil yang didapatkan adalah berat kristal ρ-nitroasetanilida adalah
1,68 gram.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan pada tujuan dan hasil pengamatan maka pada percobaan nitrasi
campuran juga harus tetap dijaga agar tetap berada pada suhu tidak lebih dari 10
ortonitro asetanilida maka senyawa tersebut akan larut menjadi larutan. Oleh
karena itu, mengapa suhu sangat berperan penting dalam proses pembentukan
senyawa ρ-nitroasetanilida.
terbentuk dengan pelarut etanol yang dapat memurnikan kembali kristal tersebut
B. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan pada percobaan Nitrasi senyawa siklik:
tetap terjaga selama praktikum berlangsung agar para praktikan dan asisten juga
berjlannya praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Fachry A.R, Juliyadi T, dan Ni P.E.Y.L, 2013, Pengaruh Waktu Kristalisasi dengan
Proses Pendinginan Terhadap Pertumbuhan Kristal Amonium Sulfat dari
Larutannya, Jurnal Teknik Kimia, 2(15).
Harada, Nagaoka, dan Shimizu, 1983, Process for producing p-nitroaniline, Jepang:
Mitsui Petrochemical Industries Ltd.
Rositawati A.L, Citra M.T, dan Danny S, 2013, Rekristalisasi Garam Rakyat dari
Daerah Demak untuk Mencapai SNI Garam Industri, Jurnal Teknologi Kimia
dan Industri, 2(4).