Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

GEOGRAFI DESA KOTA

(Dosen Pengampuh)

Kusrini,S.Si.,M.Pd

Oleh
RUSTINA ISHAK

03281511030

V/A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kemudahan
bagi saya sebagai penyusun untuk dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Laporan ini merupakan tugas dari mata kuliah georafi desa kota, yang mana dengan laporan ini
saya sebagai mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh dari laporan yang diberikan dosen
pengampu.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam penyelesaian laporan ini. Saran dan kritik yang membangun dengan terbuka kami terima
untuk meningkatkan kualitas laporan ini.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………………..……i

Daftar isi…………………………………………………………………………..……….....…ii

Bab l Pendahuluan………………………………………………………………..……..…….1.1

A. Latar Belakang…………………………………………………..……………………1.2

B. Tujuan Praktikum……………………………………………….…………………….1.3

Bab ll Tinjauan Teori………………………………………………………..……...................2.1

A. Pengertian Geografi Desa Kota………………………………………………….....2.2

B. Hubungan Pedesaan dan Perkotaan ………………………………………………..2.3

C. Ciri-ciri Geografi Desa Kota………………………………………………………...2.4

Bab lll Metode Praktikum…………………………………………………………………….3.1

A. Bahan dan Alat Praktikum………………………………………………………….3.2

B. Lokasi dan Waktu Praktikum……………………………………………………….3.3

Bab IV Hasil dan Pembahasan……………………………………………………………….4.1

Bab V Penutup……………………………………………………………………………….5.1

A. Kesimpulan………………………………………………………………………….5.2

B. Saran………………………………………………………………………………...5.3

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Orang Mare yang dianggap penduduk asli pulau itu, dahulunya berdiam di atas gunung
dalam perkampungan yang disebut "fola igo". Sebagian penduduk lainnya dianggap pendatang,
antara lain dari Papua, yang memang menunjukkan ciri-ciri fisik sama dengan penduduk Papua
pada umumnya. Kini orang Mare berdiam dalam dua buah kampung, yaitu kampung Mare
(PSMare GamPS) yang terletak di bagian timur pulau itu, dan kampung Mare Kofo di bagian
barat. Pada tahun 1985 jumlah penduduk kampung Mare sebanyak 500 jiwa yang berdiam dalam
70 buah rumah. Di sana terdapat sebuah masjid dan sebuah sekolah dasar (SD). Di antara mereka
ada yang sudah pergi merantau ke luar pulau itu. Makanan pokok mereka adalah satu. Kini mata
pencaharian utama mereka adalah membuat gerabah. Dalam pembuatannya ada pembagian kerja
menurut jenis kelamin. Kaum pria mengerjakan pekerjaan yang relatif lebih berat, misalnya
mengambil bahan tanah merah, mencari kayu untuk pembakaran, mengambil pasir, dan
penjualannya. Kecuali tanah merah, bahan-bahan lainnya seperti kayu, pasir didapatkan di luar
pulau Mare. Pasir diambil dari pulau Tidore, cat tanah (hale kohari) diperoleh dari pulau Ternate.
Kaum wanita berperan merendam bahan, mencampur dengan pasir, membuat gerabah,menjemur,
dan membakar.Gerabah yang dihasilkan ada 15 macam jenis, misalnya alat memanaskan sagu
(forno), belanga, tutup belanga, cobek, pot bunga, dan lain-lain. Hasil-hasil kerajinan ini dikirim
ke luar pulau Mare, misalnya ke pulau Tidore, Moti, Makian, Ternate. Di antara gerabah itu ada
yang dibeli dan diangkut oleh para juragan dengan perahu khusus yang disebut otti dong.
Perahu ini dahulunya merupakan perahu dayung atau menggunakan layar, tapi sekarang sudah
menggunakan mesin tempel. Dalam rangka pemberangkatan gerabah itu biasanya ada upacara
dengan doa tertentu dengan harapan perahu itu akan selamat di perjalanan. Dalam upacara ini
biasanya hadir kepala desa, Imam, dan orang yang telah menjual gerabah kepada juragan tadi.
Upacara ini cukup ramai mirip seperti pesta perkawinan.
Ada pula cara pembuatan Gerabah: Ada yang unik dari proses pembuatan gerabah di oleh
masyarakat Mare Gam. Masyarakat setempat percaya bahwa pembuatannya harus dilakukan
oleh perempuan. Mitosnya, jika laki- laki yang terlibat mengerjakan gerabah maka tidak
mendapatkan keturunan atau mandul. Mitos ini diyakini warga setempat akhirnya hingga kini
pembuatan gerabah ini hanya dilakukan oleh perempuan. Untuk proses pembuatan gerabah
diawali dari pengambilan tanah liat basah yang digali dari puncak gunung Mare. Setelah
diambil kemdian dijemur terlebih dahulu. Tanah yang telah kering kemidian dihaluskan. Jika
sudah dihaluskan kemudian di campur dengan pasir pantai berwarna hitam. Jika sudah
tercampur kemudian menggunakan air secukupnya. kemudian dibentuk tanah itu bulat panjang
sekitar 30 cm. Tanah yang telah dibentuk itu dianginkan. Proses ini tidak langsung dibuat
gerabah . Jika basah tanah sudah mulau berkurang selanjutnya dimulai proses pembuatan
gerabah. Dengan menggunakan beberapa alat sederhana kemudian dipukul menjadi pipih. Jika
tanah itu sudah pipih selanjutnya dibentuk sesuai barang yang hendak dibuat. Untuk pembuatan
sebuah gerabah juga tidak langsung dibentuk seperti gerabah yang sempurna. Untuk membuat
sebuah gerabah dibutuhkan tiga tahap. Artinya untuk menghasilkan sebuah gerabah proses
akan bertahap-tahap hingga selesai. Jika barang yang dibentuk sudah sempurna selanjutnya
dijemur.

Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP) luas pulau
ini mencapai 200 hektar atau 20 km dengan dua desa yang berpenduduk mencapai 1000
orang. Pulau ini memiliki dua kampung yakni Mare Kofo di bagian barat dan Maregam di
bagian timur yang memiliki mata pencarian berbeda. kerajinan gerabah sebagai sumber
pendapatan utama. Gerabah yang dihasilkan masyarakat Mare Gam masih tergolong
tradisional. Dari hasil kreasi mereka ada beberapa peralatan selalu dibuat oleh warga setempat.
Yakni Forno (tempat membakar sagu), bura-bura (bahasa Tidore) atau ngura-ngura (bahasa
Ternate) Alat ini digunakan sebagai wadah penutup membuat kuliner. Ada juga hito dalam
bahasa Tidore tempat pembakaran dupa, selain itu ada beberapa jenis belanga dan
kuali. Perkakas tersebut memiliki peranan penting dalam melestarikan adat istiadat Maluku
Utara. Forno misalnya merupakan alat percetakan sagu. Forno adalah bagian dari perjungan
ketahanan pangan di Maluku Utara. Bura-bura menjadi alat yang digunakan untuk memasak
kuliner khas Maluku Utara seperti kue apam dari Ternate, lapis Tidore dan Sanana. Sementara
hito dan pasangannya menjadi dua perkakas yang digunakan saat tahlilan untuk mendoakan
orang yang sudah meninggal. Sendok gerabah digunakan untuk membakar arang dan hito
digunakan untuk menaruh arang yang sudah dibakar bersama kemenyan.

B. Tujuan Praktikum
1. Mengkaji tentang cara cara dalam pembuatan kerajinan gerabah, system social,struktur ruang
dan pola keruangan di desa maregam kec. Tidore Selatan

2. Mempelajari cara cara pembuatan kerajinan gerabah di desa maregam kec. Tidore selatan dan
kondisi yang ada di desa maregam itu sendiri.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Geografi Desa Kota


a . Pengertian Masyarakat Desa
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
mengartikan desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah,
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang Desa, desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

b. Pengertian Masyarakat perkotaan


Beberapa definisi (secara etimologis) “kota”dalam bahasa lain yang agak tepat dengan
pengertian ini, seperti dalam bahasa Cina, kota artinya dinding dan dalam bahasa Belanda kuno,
tuiin bisa berarti pagar. Jadi dengan demikian kota adalah batas.
Kota adalah suatu ciptaan peradaban budaya umat manusia.Kota sebagai hasil dari
peradaban yang lahir dari pedesaan, tetapi kota berbeda dengan pedesaan.
Masyarakat kota adalah suatu kelompok teritorial di mana penduduknya
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan hidup sepenuhnya, dan juga merupakan suatu kelompok
terorganisasi yang tinggal secara kompak di wilayah tertentu dan memiliki derajat interkomuniti
yang tinggi. Masyarakat perkotaan sering disebut urban community
B. Hubungan pedesaan dan perkotaan

Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali satu sama
lain. Bahkan terdapat hubungan uang erat, bersifat ketergantungan, karena saling membutuhkan. Kota
tergantung desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan, desa juga
merupakan tenaga kasar pada jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota. Sebaliknya, kota menghasilkan
barang-barang yg juga diperlukan oleh orang desa, kota juga menyediakan tenaga-tenaga yang melayani
bidang-bidang jasa yg dibutuhkan oleh orang desa

C. Ciri-ciri Geografi Desa Kota

Ciri-ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu :


a. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada
orang lain (Individualisme).
b. Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas
yang nyata.
c. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh
warga kota.
d. Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi
warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, intuk dapat mengejar
kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
e. Perubahan-perubahan tampak nyata dikota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam
menerima pengaruh-pengaruh dari luar

Ciri-ciri Masyarakat Pedesaan yaitu:

a. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan
kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati
terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
b. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka
mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda
pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
c. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan
keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu
BAB III

METEDIOLOGI PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat Praktikum

1. Alat tulis kegunaan untuk mencatat data di lapangan

2. Kamera digital untuk dokumentasi

3. Lembaran Kuesioner

B. Lokasi dan Waktu Praktikum

Yang menjadi lokasi praktikum pada hari sabtu kemarin adalah di desa Maregam kecamatan
tidore. Jam 09:30.Wit sampai selesai
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini adalah hasil yang saya dapat di praktikum ini, yaitu pada hasil observasi dan
kuesioner berikut:

A. OBSERVASI
1. Sistem Sosial
No Nama Kegiatan Ada Tidak Contoh
1 Gotong Royong  - Jumat Bersih
2 Iuran Warga  - Arisan Duka
3 Bentuk Kerja Sama  - Pembangunan Jalan
4 Kebiasaan dari Masyarakat  - Penghambaan kepada tuhan
mengunakan perantara dengan
berziarah kubur di desanya

Pembahasan pertama:

Dari hasil observasi diatas menunjukan bahwa di desa maregam sistem sosialnya sangat
baik karena di setiap ada gotong royong membersihkan lingkungan desa selalu ada dalam gotong
royong tersebut, ada juga iuran warga, iuran warga dipakai untuk arisan duka , sedangkan bentuk
kerja sama di desa maregam sangat baik, karena saling bekerja sama satu dengan yang lainnya
berupa dalam pembangunba warga atau pembangunan jalan serta membuat bangunan lainnya di
desa maregam tersebut, serta kebiasaan dari masyarakat maregam selalu ada misalkan berziarah
ke kubur para keluarganya yang sudah meninggal dunia.
2. Struktur Ruang
No Bentuk Struktur Ruang Keterangan
1 Sistem Jaringan jalan Jalan kaki
2 Sistem Transportasi Mengunakan speet
3 Sistem Perdagangan
4 Sistem Sanitasi
5 Sistem Sumber Air Mengunakan Sumber Air bor
6 Sistem Permukiman Mengikuti garis pantai

Pembahasan kedua:

Dari hasil observasi diatas menunjukan di desa maregam bentuk Struktur ruangnya dari
system jaringan jalan belum memadai di karenakan desa maregam tidak ada motor maupun
kendaraan lainnya karena struktur ruangnya kecil sehingga kebanyakan penduduk didesa
maregam pergi dengan berjalan kaki. sedangkan dari system transportasi mengunakan speet.
sedangkan pula system perdagangannya lebih dominan ke pembuatan gerabah karena gerabah
lebih menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi bila di pasarkan keluar dari pulau mare,
Sedangkan dilihat dari sistem sumber air didesa maregam itu sendiri masyarakatnya mengunakan
galian sumber air bor dan yang terakhir system permukiman yang ada didesa maregam
kebanyakan rumah para warga mengikuti garis pantai karena struktur keruanganya berbukit.
3. Pola Keruangan
Ruang Terbangun Ruang Terbuka
Jumlah KK: 126 Luas Lahan Pertanian:
Banyak Rumah Warga: 105 Tanaman Produktif: Pohon kelapa dan pohon
pala.
Banyak Gedung Sekolah: 4 Luas Usaha Perikanan:
Banyak Mesjid: 1 Mushola 2 Hasil Pertanian Menonjol: Kelapa,Pala dan
Cengkeh.
Gedung Lainnya: Hasil Perekonomian Menonjol:

Pembahasan ke tiga:
Dari hasil observasi diatas menunjukan bahwa di desa maregam dilihat dari aspek ruang
terbangun jumlah KK di desa maregam berjumlah 126 KK, Sedangkan dilihat dari banyak rumah
warga di desa maregam sebanyak 105 rumah sebagiannya belum di bangun dan masih
membentuk pondasi, Sedangkan dari banyak gedung sekolah berjumlah 4, dikarenakan tingkat
pendidikan di desa mare hanya sebatas tingkat SD dan SMP, dan bila dilihat banyak mesjid
hanya 1 mesjid dan 2 mushola di desa maregam. Sedangkan tanaman produktif berupa pohon
kelapa dan pohon pala dan hasil pertanian yang paling menonjol berupa kelapa,pala dan cengkeh
serta lainnya.
B. KUESIONER
BIODATA NARASUMBER

NAMA :
TEMPAT,TANGGAL LAHIR :
PENDIDIKAN TERAKHIR :
MATA PENCARIAN :
NAMA SUAMI/ISTRI :
JUMLAH ANAK :

1. Bagaimana bapak/ibu memulai usaha kerajinan gerabah?


Jawaban:
2. Sekitar tahun berapa bapak/ibu?
Jawaban:
3. Berapa jam sehari bapak/ibu bekerja membuat kerajinan gerabah?
Jawaban:
4. Dalam sehari berapa gerabah yang dihasilkan?
Jawaban:
5. Model kerajinan apa saja yang di buat?
Jawaban:
6. Bapak/ibu bahan baku kerajinan gerabah apa saja?
Jawaban:
7. Berapa banyak bahan baku yang di pakai dalam sehari?
Jawaban:
8. Bagaimana cara mendapatkan bahan baku kerajinan gerabah?
Jawaban:
9. Berapa orang yang membantu bapak/ibu dalam membuat kerajinan gerabah?
Jawaban:
10. Bagaimana system penjualan kerajinan gerabah?
Jawaban:
11. Daerah mana sajakah yang menjadi tujuan pemasaran kerajinan gerabah?
Jawaban:
12. Berapa pendapatan kotor dalam 1 bulan?
Jawaban:
13. Berapa pendapatan bersih dalam 1 bulan?
Jawaban:
14. Apakah sudah pernah ada pelatihan keterampilan kerajinan gerabah?
Jawaban:
15. Jika ya dari mana?
Jawaban:

16. Apakah ada kendala dalam kerajinan gerabah?


Jawaban:
17. Jika ya berupa apa?
Jawaban:
18. Harapan ibu mengenai kerajinan gerabah di mare apa?
Jawaban:
19. Selain bapak/ibu siapa saja yang memiliki usaha kerajinan gerabah didesa maregam?
Jawaban:
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


mengartikan desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah,
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Beberapa definisi (secara etimologis) “kota”dalam bahasa lain yang agak tepat dengan
pengertian ini, seperti dalam bahasa Cina, kota artinya dinding dan dalam bahasa
Belanda kuno, tuiin bisa berarti pagar. Jadi dengan demikian kota adalah batas.
 Orang Mare yang dianggap penduduk asli pulau itu, dahulunya berdiam di atas gunung
dalam perkampungan yang disebut "fola igo". Sebagian penduduk lainnya dianggap
pendatang, antara lain dari Papua, yang memang menunjukkan ciri-ciri fisik sama
dengan penduduk Papua pada umumnya. Kini orang Mare berdiam dalam dua buah
kampung, yaitu kampung Mare (PSMare GamPS) yang terletak di bagian timur pulau
itu, dan kampung Mare Kofo di bagian barat

B. Saran
kita sebagai anak anak generasi penerus perlu kita ketahui dan mempertimbangkan lagi
dalam mengetahui cara pembuatan gerabah di desa maregam, tidak hanya mengetahui kita perlu
lagi mengembangkan tentang gerabah di maregam tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ensiklopedi Suku Bangsa Di Indonesia oleh M. Junus Melalatoa

Ahmadi, Abu, Drs. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineke Cipta.

Kosim, H, E. 1996. Bandung: Sekolah Tinggi Bahasa Asing Yapari

http://syariah99.blogspot.com/2013/01/makalah-isd-masyarakat-kota-dan-desa.html
Lampiran-lampiran

Anda mungkin juga menyukai