Disusun oleh:
Nikesari Puji Utari
1406646894
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
KERANGKA TEORI...........................................................................................................3
2.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah.......................................................................3
2.2 Pengertian Dana Alokasi Umum............................................................................3
2.3 Penerapan Dana Alokasi Umum............................................................................4
2.4 Profil Kabupaten Kediri.........................................................................................5
BAB III.................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..................................................................................................................7
3.1 Hasil Pelaksanaan Pembangunan Kabupaten Kediri.............................................7
3.2 Implementsi Dana Alokasi Umum.........................................................................8
BAB IV................................................................................................................................1
PENUTUP............................................................................................................................1
4.1 Kesimpulan............................................................................................................1
4.2 Saran.......................................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN
1
pemerintah hendaknya lebih banyak untuk program - program layanan publik, pendapat
ini menyiratkan pentingnya mengalokasikan belanja untuk berbagai kepentingan publik.
Dalam kesempatan kali ini penulis menyusun makalah yang berjudul “Implementasi
Dana Alokasi Umum yang diterima Kabupaten Kediri Pemerintah Provinsi Jawa Timur
TA. 2014”.
Rumusan dari penulisan makalah ini ialah didasari penulis akan pertanyaan
Bagaimana Implementasi Dana Alokasi Umum yang diterima Kabupaten Kediri
Pemerintah Provinsi Jawa Timur mampu memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahannya .
Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui Apakah Dana Alokasi
Umum yang diterima Kabupaten Kediri Pemerintah Provinsi Jawa Timur tersebut untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pemerintahannya .
2
BAB II
KERANGKA TEORI
3
menjadi sangat minim. Kendalanya yang dihadapi pemerintah daerah dalam menjalankan
otonomi daerah adalah rendahnya pendapatan yang bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah.Dampaknya menyebabkan pemerintah daerah rendah dalam kemandirian
mengelola keuangan daerah meskipun sebagian besar pengeluaran untuk rutin maupun
pembangunan tersebut didanai dari Dana Alokasi Umum (DAU).
Menurut PP Nomor 55 Tahun 2005 “Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang
berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah
untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi”. Dari
pendapat mengenai pengertian Dana Alokasi Umum (DAU) di atas dapat disimpulkan
bahwa Dana Alokasi Umum merupakan dana transfer dari pemerintah pusat yang berasal
dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan dialokasikan ke setiap daerah
dalam pelaksanaan desentralisasi dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk
membiayai kebutuhan pengeluaran dan belanja pada daerah Transfer dari pemerintah
pusat ini cukup signifikan sehingga pemerintah daerah dengan leluasa dapat
menggunakannya untuk peningkatan pelayanan publik
Proporsi DAU untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan sesuai dengan
perimbangan wewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota. Dana Alokasi Umum
termasuk sebagai transfer tak bersyarat (unconditional grant) atau block grant yang
merupakan jenis transfer di tingkat pemerintahan yang tidak dikaitkan dengan program
pengeluaran manapun. Dana ini digunakan oleh setiap pemerintah daerah dalam
memenuhi kebutuhan daerah dalam menjalankan kegiatan pelayanan public.
Pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 104 Tahun 2000 Pasal 15,diterangkan bahwa
penggunaan DAU tersebut bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan daerah
dalam rangka penyediaan pelayanan dasar pada masyarakat. Dana ini penting karena
menjamin tercapainya standar Pelayanan Publik minimum pada daerah dibawah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dana ini timbul karena konsekuensi dari tidak
meratanya kemampuan keuangan dan ekonomi pada daerah. Dana tersebut juga memiliki
tujuan untuk mengurangi kesenjangan keuangan horizontal tingkat daerah, serta pada
kesenjangan pemerintahan bersifat vertikal antara pusat maupun daerah, demi
terwujudnya stabilitas pada perkonomian di daerah dan negara.
4
2.3 Penerapan Dana Alokasi Umum
Setiap daerah memperoleh besaran DAU yang tidak sama, karena harus
dialokasikan atas dasar besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) dan alokasi dasar. Celah
fiskal merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi daerah (fiscal
capacity). Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah.
Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan
fungsi layanan dasar umum. Kebutuhan pendanaan daerah diukur secara berturut-turut
dari jumlah penduduk, luas wilayah, indeks kemahalan konstruksi, produk domestik
regional bruto per kapita, dan indeks pembangunan manusia. Alokasi DAU bagi daerah
yang potensi fiskalnya besar, tetapi kebutuhan fiskal kecil akan memperoleh alokasi DAU
relatif kecil. Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskal
besar, akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. Secara implisit, prinsip tersebut
menegaskan fungsi DAU sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal.
Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari pendapatan
dalam negeri neto yang ditetapkan dalam APBN. Pendapatan dalam negeri neto adalah
penerimaan negara yang berasal dari pajak dan bukan pajak setelah dikurangi dengan
penerimaan negara yang dibagihasilkan kepada daerah. Jumlah DAU 26% ini merupakan
jumlah DAU untuk seluruh provinsi dan kabupaten/kota. Proporsi DAU antara provinsi
dan kabupaten/kota dihitung dari perbandingan antara bobot urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota. Dalam hal penentuan proporsi ini
belum dapat dihitung secara kuantitatif. Proporsi DAU antara DAU provinsi dan
kabupaten/kota ditetapkan dengan imbangan 10% dan 90%. Jumlah keseluruhan DAU
ditetapkan dalam APBN setiap tahun dan bersifat final.
Kota Kediri adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak
130 km sebelah barat daya Surabaya dan merupakan kota terbesar ketiga di Jawa Timur
setelah Surabaya dan Malang menurut jumlah penduduk. Kediri dikenal merupakan pusat
perdagangan utama untuk gula dan industri rokok terbesar di Indonesia. Di kota ini juga,
pabrik rokok kretek Gudang Garam berdiri dan berkembang. Pada tahun 2010, Kediri
dinobatkan sebagai peringkat pertama Indonesia yaitu Most Recommended City for
Investment berdasarkan survei oleh SWA yang dibantu oleh Business Digest, unit bisnis
5
riset grup SWA. Wilayah Kabupaten Kediri terletak di bagian selatan Provinsi Jawa
Timur yaitu terletak antara 1110 47’ 05” s/d 1120 18’ 20” Bujur Timur dan 70 36’ 12” s/d
80 0’ 32” Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara :Kabupaten Jombang & Nganjuk.
Sebelah Selatan :Kabupaten Blitar & Tulungagung.
Sebelah Timur :Kabupaten Malang & Jombang.
Sebelah Barat :Kabupaten Nganjuk & Tulungagung.
Kabupaten Kediri memiliki luas wilayah sebesar 1.386,05 Km2 atau 138.605 Ha
yang terbagi menjadi 26 kecamatan, serta 343 desa dan 1 kelurahan. Sebelum tahun 2004
Kabupaten Kediri terbagi menjadi 23 kecamatan dan berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 19 Tahun 2004 dibentuk tiga kecamatan baru yang merupakan pemekaran
dari tiga kecamatan, yaitu :
Kecamatan Kayen Kidul, pemekaran dari KecamatanPagu.
Kecamatan Badas, pemekaran dari Kecamatan Pare.
Kecamatan Ngasem, pemekaran dari Kecamatan Gampengrejo.
6
Visi Pembangunan Kota :
Gambar 1. Sumber : kedirikota.go.id
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
Restoran. Satuan Wilayah Pengembangan Kabupaten Kediri terdiri dari beberapa Sub
Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP), meliputi:
a) SSWP A terdiri dari Kecamatan Grogol, Tarokan, danBanyakan, berpusat di perkotaan
Grogol sebagai PKLp,dengan kegiatan utama yang dikembangkan meliputi pertanian,
pendidikan, industri kecil/menengah, dan perdagangan;
b) SSWP B terdiri dari Kecamatan Ngadiluwih, Mojo, Kras, Kandat, dan Ringinrejo,
berpusat di perkotaan Ngadiluwih sebagai PKLp, dengan kegiatan utama yang
dikembangkan meliputi pertanian, perdagangan, pariwisata, pendidikan,dan industri
kecil/menengah;
c) SSWP C terdiri dari Kecamatan Ngancar dan Wates,berpusat di perkotaan Wates
sebagai PKLp, dengan kegiatan utama yang dikembangkan meliputi pertanian,
perhubungan, perdagangan, industri kecil, dan pariwisata;
d) SSWP D terdiri dari Kecamatan Ngasem, Gampengrejo,Gurah, Pagu, Kayenkidul, dan
Plosoklaten, berpusat diKecamatan Ngasem sebagai PKL, dengan kegiatan utama yang
dikembangkan meliputi perdagangan,industri, pusat pemerintahan, pemasaran/jasa,
pertanian, pendidikan, dan pariwisata;
e) SSWP E terdiri dari Kecamatan Pare, Badas, Puncu,Kepung, dan Kandangan, berpusat
di perkotaan Paresebagai PKL, dengan kegiatan utama yang dikembangkan meliputi
pertanian, industri, perdagangan, pariwisata, perhubungan, dan pendidikan;
f) SSWP F yang terdiri dari Kecamatan Papar, Plemahan, Kunjang, dan Purwoasri,
berpusat di perkotaan Papar sebagai PKLp, dengan kegiatan yang dikembangkan meliputi
pertanian, perdagangan, transportasi, dan industri; dan
g) SSWP G terdiri dari Kecamatan Semen, berpusat di perkotaan Semen sebagai PKLp,
dengan kegiatan yang dikembangkan meliputi perdagangan, industri kecil, pariwisata, dan
pertanian.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil
pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Hal ini bertujuan untuk memberikan
keleluasan kepada Pemerintah Daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan
otonomi daerah sebagai perwujudan azas Desentralisasi. (UU Nomor 33 Tahun 2004).
9
Belanja Daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah. Hal tersebut diwujudkan dalam
bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak, serta mengembangkan sistem
jaminan sosial. Dalam belanja daerah tersebut perlu mempertimbangkan analisis standar
belanja, standar harga, tolak ukur kinerja, dan standar pelayanan minimal yang diterapkan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
DAU (Dana Alokasi Umum) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU dialokasikan
untuk provinsi dan kabupaten/kota. DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan
keuangan antardaerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan
keuangan antardaerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan
dan potensi daerah.
DAU untuk suatu Kabupaten/Kota tertentu ditetapkan berdasarkan perkalian
jumlah DAU untuk Kabupaten/Kota yang ditetapkan APBN dengan porsi
Kabupaten/Kota yang bersangkutan, Seperti yang terlihat dalam Ringkasan APBD yang
dimiliki oleh Pemerintah Kota Kediri memperoleh Dana Alokasi Umum sebesar Rp.
634.431.169.000,- dimana jumlah tersebut cukup besar mengingat luas wilayah yang
dimiliki Kota Kediri. Melalui DAU, pemerintah bertujuan untuk menciptakan pemerataan
kemampuan keuangan antardaerah yang berdasarkan pertimbangan kebutuhan dan
potensi daerah, sehingga daerah dapat membelanjakan dana tersebut untuk kebutuhan-
kebutuhan daerahnya. Dalam DAU ini tidak terdapat batasan mengenai bagaimana dana
tersebut dibelanjakan, sehingga daerah dapat dengan leluasa memanfaatkan dana tersebut
untuk kebutuhan yang diinginkan.
Dalam Ringkasan APBD Tahun Anggaran 2014 tersebut terlihat penggunaan
Anggaran digunakan untuk Belanja Dadrah yang terbagi menjadi Belanja Langsung dan
Tidak langsung. Namun, masalah yang muncul adalah kemampuan daerah dalam
mengelola DAU. Apabila daerah kurang mampu mengelola dana tersebut, maka tidak
menutup kemungkinan yang terjadi adalah semakin meningkatnya ketergantungan daerah
pada dana perimbangan ini. Pengelolaan terhadap DAU sebaiknya dilakukan dengan
selektif agar dananya tidak sia-sia dan bermanfaat bagi publik. Pemanfaatan DAU yang
10
dominan untuk belanja pegawai negeri sipil daerah dapat berdampak pada berkurangnya
alokasi belanja modal, berkurangnya alokasi dana untuk penciptaan lapangan pekerjaan,
ataupun berkurangnya alokasi dana untuk program penanggulangan kemiskinan. Oleh
karena itu, sebaiknya pemanfaatan DAU dibuat seimbang dengan belanja lainnya atau
mengkaji kembali alokasi yang sangat penting bagi daerah, namun tidak pula melupakan
belanja pegawai/penggajian pegawai sebagai suatu keharusan daerah untuk
mengembangkan potensi sumber daya manusia.
11
12
1
2
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Terdapat pengaruh yang signifikan antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota
Kediri terhadap Belanja Daerah Kota Kediri. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Kediri
memiliki hubungan yang sangat erat dengan Belanja Daerah Kota Kediri. Unsur terbesar
dari perolehan Pendapatan Daerah Kota Kediri bukan berasal dari PAD, tetapi mayoritas
dari Dana Perimbangan seperti Dana Alokasi Umum dari Pemerintah Pusat, besarnya
perolehan DAU yang diterima Kabupaten Kediri diharapkan menjadi sebuah modal
dalam rangka menciptakan pemanfaatan yang lebih baik seperti dalam kepentingan
pembangunan/ infrastruktur. Dengan demikian, DAU menjadi penting bagi suatu daerah
sebagai salah satu pendapatan daerah yang dapat digunakan sebagai modal untuk
memenuhi kebutuhan daerah. hal tersebut digunakan acuan oleh Pemerintah Kota Kediri
dalam menentukan kebijakan penyusunan APBD atau kebijakan yang berhubungan
dengan keuangan daerah, terutama kebijakan belanja daerah.
4.2 Saran
Hendaknya, Pemerintah Kota Kediri terus berupaya untuk bisa mendongkrak nilai
PAD sebagai komponen utama pemasukan pendapatan daerah, bukan yang selama ini
terjadi, karena sebagian besar pendapatan daerah Kota Kediri berasal dari dana
perimbangan pemerintah pusat. Dan penerimaan Dana Alokasi Umum menjadi sebuah
modal dalam rangka menciptakan pemanfaatan yang lebih baik seperti dalam kepentingan
pembangunan/ infrastruktur, hal ini akan memiliki dampak yang besar bagi masyarakat
dengan tersedianya pelayanan publik yang lebih baik maupun mengurangi pengangguran
dengan penyerapan tenaga kerja di sejumlah sentra-sentra lapangan kerja.
1
DAFTAR PUSTAKA
Yani, Ahmad. 2009. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di
Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.