Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SISTEM KOLOID

POSTED ON JUNE 18, 2011 BY THAFRANSISCA


1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang tiada hentinya bagi TUHAN yang telah menolong hamba-Nya
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan, rahmat dan karunia-Nya,
kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir semester untuk bidang study kimia,
dan lebih lanjut semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan seputar Sistem
Koloid.

Dalam penyusunan makalah ini, kami tim penyusun telah berusaha semaksimal mungkin sesuai
kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa, kami tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik
dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa.Tetapi walaupun demikian kami berusaha sebisa
mungkin menyelesaikan makalah ini meskipun tersusun sangat sederhana.

Kami menyadari tanpa kerja sama antara guru pembimbing dan pihak lain yang memberi berbagai
masukan yang bermanfaat bagi kami demi tersusunnya makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada pihak tersebut di atas yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan arahan dan saran demi kelancaran makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca . Seperti pribahasa
“tiada gading yang tak retak”, makalah ini juga tidak sempurna, memiliki kelebihan dan kekurangan.
Oleh sebab itu kami mohon untuk saran dan kritiknya yang membangun.

Atas kesediaan waktunya untuk membaca makalah ini, kami ucapkan terima kasih.
Ingatlah pepatah “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina”, artinya teruslah berlatih dan belajar.
Jangan mudah menyerah.

Purwakarta, 16 Juni 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

JUDUL
TIM PENYUSUN
PENGESAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Pemilihan Judul
I.2. Maksud dan Tujuan
I.3. Metode yang Digunakan
I.4. Sasaran yang Dituju
I.5. Ruang Lingkup Permasalahan
BAB II SISTEM KOLOID
II.1. Pengertian Sistem Koloid
II.2. Macam-macam Koloid
II.3. Koloid Sol
II.4. Koloid Emulsi
II.5. Koloid Buih
II.6. Kestabilan Koloid
II.7. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
II.8. Pembuatan Koloid
II.9. Koloid Dalam Kehidupan Sehari-hari
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
III.1. Kesimpulan
III.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Pemilihan Judul


Tema yang kami angkat pada makalah ini adalah mengenai sistem koloid.
Telah kami ketahui bahwa kimia ada di segala tempat dan waktu serta sangat berhubungan jelas,
dekat dan nyata dalam kehidupan kami.
Ketertarikan kami mengenai sistem koloid ini mengundang keingintahuan yang lebih besar pada diri
kami sehingga menarik diri kami untuk mencari sebanyak-banyaknya data yang akurat mengenai
sistem koloid ini.

I.2. Maksud dan Tujuan


Maksud pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir semester bidang study Kimia.
Selain itu tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk menambah wawasan para pembaca
mengenai sistem koloid yang sangat berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari. Diharapkan
makalah ini dapat membantu para pembaca untuk lebih memahami penjelasan mengenai sistem
koloid ini.

I.3. Metode yang Digunakan


Metode yang kami gunakan dalam pembuatan karya ilmiah ini adalah dengan study pustaka. Kami
mencari berbagai data yang akurat yang berasal dari internet dan bertanya pada guru di bidang study
kimia. Dan melakukan perbandingan atara data yang satu dengan yang lain sehingga akan
memudahkan pembaca untuk lebih mengerti mengenai sistem koloid ini.

I.4. Sasaran yang Dituju


Makalah ini dibuat untuk kalangan murid sekolah juga para pembaca yang membutuhkan agar lebih
mengerti penjelasan mengenai sistem koloid. Diharapkan setelah membaca makalah ini, para
pembaca dapat membedakan secara jelas mengenai larutan, koloid maupun suspensi.

I.5. Ruang Lingkup Permasalahan


Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang mencakup berbagai bidang. Hal itu
dapat kita perhatikan di dalam tubuh makhluk hidup, yaitu makanan yang kita makan (dalam ukuran
besar) sebelum digunakan oleh tubuh. Namun lebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid. Juga
protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup merupakan suatu koloid sehingga proses – proses dalam
sel melibatkan sitem koloid.

Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari
beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen. Misalnya saja saat ibu
membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan air panas.
Kemudian, es krim yang biasa dikonsumsi oleh orang mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut
haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh. Kesemuanya merupakan contoh koloid.
Udara mengandung juga sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur) dalam
udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan
sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh –
tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk
membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat (minyak).
Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna
merah merupakan sistem koloid.

BAB II Sistem Koloid

II.1. Pengertian Sistem Koloid


Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana partikel-
partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat
lain (medium pendispersi/ pemecah).
Dimana di antara campuran homogen dan heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau
bisa juga disebut bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen.
Campuran homogen adalah campuran yang memiliki sifat sama pada setiap bagian campuran
tersebut, contohnya larutan gula dan hujan.
Sedangkan campuran heterogen sendiri adalah campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap
bagian campuran, contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan semen.
Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm.
Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel.
Contoh dari sistem koloid adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan
(air). Contoh lainnya yaitu mayones, hairspray, jelly, dll.
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut.
Zat terlarut dinamakan juga dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut disebut dengan
fasa pendispersi atau solvent.
Contohnya larutan gula atau larutan garam.
Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel – partikel kecil padat atau cair yang
terdispersi dalam zat cair atau gas. Misalnya, tepung beras dilarutkan dalam air dan dikocok dengan
kuat; apabila campuran tersebut dibiarkan beberapa saat, campuran tersebut akan mengendap ke
bawah.

Tabel Perbandingan antara Larutan, Koloid, dan Suspensi


Larutan Koloid Suspensi
Homogen
Secara makroskopis bersifat homogen tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra Heterogen

Semua partikel berdimensi


100 nm
1 fase 2 fase 2 fase
Stabil Pada umumnya stabil Tidak stabil
Tidak dapat disaring
Tidak dapat disaring kecuali dengan penyaring ultra Dapat disaring

Contoh : larutan gula, larutan garam, spiritus, alkohol 70%, larutan cuka, air laut, udara yang bersih,
bensin.
Contoh : sabun, susu, jeli, mentega, dan mayonaise. Contoh : air sungai yang keruh, campuran air
dengan pasir, campuran kopi dengan air, dan campuran minyak dengan air.
II.2. Macam-macam Koloid
Koloid merupakan suatu sistem campuran “metastabil” (seolah-olah stabil, tapi akan memisah setelah
waktu tertentu).
Koloid berbeda dengan larutan; larutan bersifat stabil.
Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :
– Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
– Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid

Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:


1. Sol (fase terdispersi padat)
a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
Contoh: debu di udara, asap pembakaran
2. Emulsi (fase terdispersi cair)
a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk
3. Buih (fase terdispersi gas)
a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun
Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama-
sama berupa gas, campurannya tergolong larutan.
FASE TERDISPERSI FASE PENDISPERSI NAMA CONTOH

Padat Padat Sol padat Gelas berwarna, intan hitam


Cair Sol Sol emas, sol belerang, tinta, cat
Gas Aerosol padat Asap, debu di udara
Cair Padat Emulsi padat Jelly, mutiara, opal
Cair Emulsi Susu, santan
Gas Aerosol cair Kabut dan awan
Gas Padat Buih padat Karet busa, batu apung
Cair Buih Buih sabun, krim kocok
II.3. Koloid Sol
Sifat – sifat koloid sol:
1. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu
(gerak acak/tidak beraturan).
Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut
akan bergerak membentuk zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak.
Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown),
sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ).
Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan
menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung
dari segala arah.
Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang.
Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel
sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin
besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa
gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair
dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem
koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya.
Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula
sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+

Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-

2. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini
disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John
Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari
dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem
koloid cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-
partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati,
partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit
diamati.

3. Adsorpsi koloid
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel
koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Dimana partikel-partikel sol padat
ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan
terakumulasi pada permukaan zat padat tersebut. Beda halnya dengan absorpsi. Absorpsi adalah
fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di atas permukaannya, melainkan di
dalam sol padat tersebut.
Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel pada permukaannya, baik
partikel netral atau bermuatan (kation atau anion) karena mempunyai permukaan yang sangat luas.
Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid
As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.

4. Muatan koloid sol


Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid memiliki muatan sejenis
(positif dan negatif). Maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Partikel koloid tidak dapat
bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. Sistem koloid secara keseluruhan
bersifat netral. Berikut penjelasan tentang sumber muatan koloid, kestabilan, lapisan bermuatan
ganda, elektroforesis koloid sol, dan proses – proses lainnya pada koloid sol :
Sumber muatan koloid sol
Partikel-partikel koloid mendapat mutan listrik melalui dua cara, yaitu :
Proses adsorpsi
Partikel koloid dapat mengadsorpsi partikel bermuatan dari fase pendispersinya. Jenis muatan
tergantung dari jenis partikel yang bermuatan. Partikel sol Fel (OH)3 kemampuan untuk mengadsorpsi
kation dari medium pendisperinya sehingga bermuatan positif, sedangkal partikel sol As2S3
mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif.
Sol AgCI dalam medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebihan akan mengadsorpsi Ag+ sehingga
bermuatan positif. Jika anion CI- berlebih, maka sol AgCI akan mengadsorpsi ion CI- sehingga
bermuatan positif.
Proses ionisasi gugus permukaan partikel
Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus-gugus yang ada pada
permukaan partikel koloid. Contohnya adalah koloid protein dan koloid sabun/ deterjen. Berikut
penjelasannya:
Koloid protein
Koloid protein adalah jenis koloid sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam (-COOH) dan biasa (-
NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan muatan pada molekul protein. Pada ph
rendah , gugus basa –NH2 akan menerima proton dan membentuk gugus –NH3. Ph tinggi, gugus –
COOH akan mendonorkan proton dan membentuk gugus – COO-. Pada ph intermediet partikel protein
bermuatan netral karena muatan –NH3+ dan COO- saling meniadakan.
Koloid sabun dan deterjen
Pada konsentrasi relatif pekat, molekul ini dapat bergabung membentuk partikel berukuran koloid yang
disebut misel. Zat yang molejulnya bergabung secara spontan dalam suatu fase pendispersi dan
membentuk partikel berukuran koloid disebut koloid terasosiasi. Sabun adalah garam karboksilat
dengan rumus R-COO-Na+. Anion R-COO- terdiri dari gugus R- yang bersifat non pola. Gugus R- atau
ekor non-polar tidak larut dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat.
Lapisan Bermuatan Ganda
Pada awalnya, partikel-partikel koloid mempunyai muatan yang sejenis yang didapatkannya dari ion
yang diadsorpsi dari medium pendispersinya. Apabila dalam larutan ditambahkan larutan yang
berbeda muatan dengan system koloid, maka sistem koloid itu akan menarik muatan yang berbeda
tersebut sehingga membentuk lapisan ganda.
Lapisan pertama ialah lapisan padat di mana muatan partikel koloid menarik ion-ion dengan muatan
berlawanan dari medium pendispersi. Sedangkan lapisan kedua berupa lapisan difusi dimana muatan
dari medium pendispersi terdifusi ke partikel koloid. Model lapisan berganda tersebut tijelaskan pada
lapisan ganda Stern. Adanya lapisan ini menyebabkan secara keseluruhan bersifat netral.

Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu proses untuk menghitung berpindahnya ion atau partikel koloid bermuatan
dalam medium cair yang dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu, pergerakan partikel – partikel koloid
dalam medan listrik ke masing – masing elektrode. Prinsip kerja elektroforesis digunakan untuk
membersihkan asap hasil industri dengan alat Cottrell.

Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koloid akan mengalami koagulasi
dengan cara:
1. Mekanik.
Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.
2. Kimia.
Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam).
Contoh: susu + sirup masam —> menggumpal
lumpur + tawas —> menggumpal
Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan.
Contoh: Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As2S3 yang bermuatan
negatif.

Koloid pelindung
– Sistem koloid dimana partikel terdisperesinya mempunyai daya adsorpsi yang relatif besar disebut
koloid liofil.
– Sistem koloid dimana partikel terdisperesinya mempunyai daya adsorpsi yang relatif kecil disebut
koloid liofob.
– Koloid lioil bersifat stabil, sedangkan koloid liofob kurang stabil. Koloid liofil yang berfungsi sebagai
koloid pelindung.

Pemurnian Koloid Sol


Seringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu pembuatan suatu sistem koloid.
Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan atau dimurnikan guna menjaga kestabilan kolid. Ada
beberapa metode pemurnian yang dapat digunakan, yaitu:

Dialisis
Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada
permukaannya. Pada proses dialisis ini digunakan selaput semipermeabel. Pergerakan ion-ion dan
molekul – molekul kecil melalui selaput semipermiabel disebut dialysis. Suatu koloid biasanya
bercampur dengan ion-ion pengganggu, karena pertikel koloid memiliki sifat mengadsorbsi. Pemisahan
ion penggangu dapat dilakukan dengan memasukkan koloid ke dalam kertas/membran semipermiabel
(selofan), baru kemudian akan dialiri air yang mengalir. Karena diameter ion pengganggu jauh lebih
kecil daripada kolid, ion pengganggu akan merembes melewati pori-pori kertas selofan, sedangkan
partikel kolid akan tertinggal.
Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut dijadikan dasar bagi
pengembangan dialisator. Salah satu aplikasi dialisator adalah sebagai mesin pencuci darah untuk
penderita gagal ginjal. Jaringan ginjal bersifat semipermiabel, selaput ginjal hanya dapat dilewati oleh
air dan molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan partikel-partikel kolid seperti sel-sel darah
merah.

Elektrodialisis
Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh medan listrik. Cara kerjanya; listrik
tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam yang menyokong selaput semipermiabel. Sehingga
pertikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju elektrode
dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medanlistrik akanmempercepat proses pemurnian
sistem koloid.
Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut elektrolit karena
elektrodialisis melibatkan arus listrik.

Penyaring Ultra
Partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-pori kertas saring
terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut. Tetapi, bila kertas saring tersebut diresapi
dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas akan sering berkurang. Kertas saring
yang dimodifikasi tersebut disebut penyaring ultra.
Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini termasuklambat, jadi tekanan harus
dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-pertikel koloid akan teringgal di kertas
saring. Partikel-partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan menggunakan
penyaring ultra bertahap.

II.4. Koloid Emulsi


Seperti yang telah dijelaskan, emulsi merupakan jenis koloid dimana fase terdispersinya merupakan
zat cair.
Kemudian, berdasarkan medium pendispersinya, emulsi dapat dibagi menjadi:
• Emulsi Gas
Emulsi gas dapat disebut juga aerosol cair yang adalah emulsi dalam medium pendispersi gas. Pada
aerosol cair, seperti; hairspray dan obat nyamuk dalam kemasan kaleng, untuk dapat membentuk
system koloid atau menghasilkan semprot aerosol yang diperlukan, dibutuhkan bantuan bahan
pendorong/ propelan aerosol, anatar lain; CFC (klorofuorokarbon atau Freon). Aerosol cair juga memiliki
sifat-sifat seperti sol liofob; efek Tyndall, gerak Brown, dan kestabilan denganmuatan partikel. Contoh:
dalam hutan yang lebat, cahaya matahari akan disebarkan oleh partikel-partikel koloid dari sistem
koloid kabut à merupakan contoh efek Tyndall pada aerosol cair.
• Emulsi Cair
Emulsi cair melibatkan dua zat cair yang tercampur, tetapi tidak dapat saling melarutkan, dapt juga
disebut zat cair polar &zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air (zat cair polar) dan
zat lainnya; minyak (zat cair non-polar). Emulsi cair itu sendiri dapat digolongkan menjadi 2 jenis,
yaitu; emulsi minyak dalam air (cth: susu yang terdiri dari lemak yang terdispersi dalam air,jadi butiran
minyak di dalam air), atau emulsi air dalam minyak (cth: margarine yang terdiri dari air yang
terdispersi dalam minyak, jadi butiran air dalam minyak).
Beberapa sifat emulsi yang penting:
– Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak apabila terjadi pemansan, proses sentrifugasi, pendinginan,
penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi. Krim atau creaming atau sedimentasi dapat
terbentuk pada proses ini. Pembentukan krim dapat kita jumpai pada emulsi minyak dalam air, apabila
kestabilan emulsi ini rusak,maka pertikel-partikel minyak akan naik ke atas membentuk krim.
Sedangkan sedimentasi yang terjadi pada emulsi air dalam minyak; apabila kestabilan emulsi ini
rusak, maka partikel-partikel air akan turun ke bawah. Contoh penggunaan proses ini adalah:
penggunaan proses demulsifikasi dengan penambahan elektrolit untukmemisahkan karet dalam lateks
yang dilakukan dengan penambahan asam format (CHOOH) atau asam asetat (CH3COOH).
– Pengenceran
Dengan menambahkan sejumlah medium pendispersinya, emulsi dapat diencerkan. Sebaliknya, fase
terdispersi yang dicampurkan akan dengan spontan membentuk lapisan terpisah. Sifat ini dapat
dimanfaatkan untuk menentukan jenis emulsi.

• Emulsi Padat atau Gel


Gel adalah emulsi dalam medium pendispersi zat padat, dapat juga dianggap sebagai hasil bentukkan
dari penggumpalan sebagian sol cair. Partikel-partikel sol akan bergabung untuk membentuk suatu
rantai panjang pada proses penggumpalan ini. Rantai tersebut akan saling bertaut sehingga
membentuk suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair terperangkap dalam lubang-
lubang struktur tersebut. Sehingga, terbentuklah suatu massa berpori yang semi-padat dengan
struktur gel. Ada dua jenis gel, yaitu:
1. Gel elastis
Karena ikatan partikel pada rantai adalah adalah gaya tarik-menarik yang relatif tidak kuat, sehingga
gel ini bersifat elastis. Maksudnya adalah gel ini dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan dapat
kembali ke bentuk awal bila gaya tersebut ditiadakan. Gel elastis dapat dibuat dengan mendinginkan
sol iofil yang cukup pekat. Contoh gel elastis adalah gelatin dan sabun.
2. Gel non-elastis
Karena ikatan pada rantai berupa ikatan kovalen yang cukup kuat, maka gel ini dapat bersifat non-
elastis. Maksudnya adalah gel ini tidak memiliki sifat elastis, gel ini tidak akan berubah jika diberi
suatu gaya. Salah satu contoh gel ini adalah gel silica yang dapat dibuat dengan reaksi kia;
menambahkan HCl pekat ke dalam larutan natrium silikat, sehingga molekul-molekul asam silikat yang
terbentuk akan terpolimerisasi dan membentuk gel silika.

Beberapa sifat gel yang penting adalah:


– Hidrasi
Gel non-elastis yang terdehidrasi tidak dapat diubah kembali ke bentuk awalanya, tetapi sebaliknya,
gel elastis yang terdehidrasi dapat diubah kembali menjadi gel elastis dengan menambahkan zat cair.
– Menggembung (swelling)
Gel elastis yang terdehidrasi sebagian akan menyerap air apabila dicelupkan ke dalam zat cair.
Sehingga volum gel akan bertambah dan menggembung.
– Sineresis
Gel anorganik akan mengerut bila dibiarkan dan diikuti penetesan pelarut, dan proses ini disebut
sineresis.
– Tiksotropi
Beberapa gel dapat diubah kembali menjadi sol cair apabila diberi agitasi atau diaduk. Sifat ini disebut
tiksotropi. Contohnya adalah gel besi oksida, perak oksida, dsb.

II.5. Koloid Buih


Buih adalah koolid dengan fase terdisperasi gas dan medium pendisperasi zat cair
atau zat padat. Berdasarkan medium pendisperasinya, buih dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
• Buih Cair (Buih)
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium pendisperasi zat cair.
Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa udara atao karbondioksida yang terbetuk dari fermentasi.
Kestabilan buih dapat diperoleh dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah
antar-fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu kestabilan.
Ukuran kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem kolid umumnya, tetapi adalah
ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase dimana zat pembuih teradsorbsi, ukuran kolid
berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki struktur yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh
kandungan zat cairnya, bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair lebih
dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk hamper seperti bola. Jika kurang dari 5%, maka
bentuk gelembung gas adalah polihedral.

Beberapa sifat buih cair yang penting:


Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu, karena:
– pemisahan medium pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas dan zat cair yang jauh
berbeda,
– terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar akibat tegangan
permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih besar,
– rusaknya film antara dua gelembung gas.
Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Bila gaya yang diberikan kecil, maka
struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah gaya tersebut ditiadakan. Jika gaya yang diberikan
cukup besar, maka akan terjadi deformasi.
Contoh buih cair:
– Buih hasil kocokan putih telur
Karen audara di sekitar putih telur akan teraduk dan menggunakan zat pembuih, yaitu protein dan
glikoprotein yang berasal dari putih telur itu sendiri untukmembentuk buih yang relative stabil.
Sehingga putih telur yang dikocok akan mengembang.
– Buih hasil akibat pemadam kebakaran
Alat pemadam kebakaran mengandung campuran air, natrium bikarbonat, aluminium sulfat, serta
suatu zat pembuih. Karbondioksida yang dilepas akan membentuk buih dengan bamtuam zat pembuih
tersebut.
• Buih Padat
Buih padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas dan denganmedium pendisperasi zat
padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga (surfaktan). Contoh-contoh buih
padatyang mungkin kita ketahui:
– Roti
Proses peragian yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses pembuatan roti. Zat pembuih
protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilimgi gelembung-
gelembung karbondioksida untuk membentuk buih padat.
– Batu apung
Dari proses solidifikasi gelas vulkanik, maka terbentuklah batu apung.
– Styrofoam
Styrofoam memiliki fase terdisperasi karbondioksida dan udara, serta medium pendisperasi polistirena.
OID DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

II.6. Kestabilan Koloid


Terdapat beberapa gaya pada sistem koloid yang menentukan kestabilan koloid, yaitu sebagai berikut :
Gaya pertama ialah gaya tarik – menarik yang dikenaln dengan gaya London – Van der Waals. Gaya ini
menyebabkan partikel – partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan akhirnya mengendap.
Gaya kedua ialah gaya tolak menolak. Gaya ini terjadi karena pertumpangtindihan lapisan ganda listrik
yang bermuatan sama. Gaya tolak – menolak tersebut akan membuat dispersi koloid menjadi stabil.
Gaya ketiga ialah gaya tarik – menarik antara partikel koloid dengan medium pendispersinya.
Terkadang, gaya ini dapat menyebabkan terjadinya agregasi partikel koloid dan gaya ini juga dapat
meningkatkan kestabilan sistem koloid secara keseluruhan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas koloid ialah muatan permukaan koloid. Besarnya
muatan pada permukaan partikel dipengaruhi oleh konsentrasi elektrolit dalam medium pendispersi.
Penambahan kation pada permukaan partikel koloid yang bermuatan negatif akan menetralkan
muatan tersebut dan menyebabkan koloid menjadi tidak stabil.
Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk penggunaannya. Contoh: es krim,
tinta, cat. Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di sekeliling koloid tersebut.
Koloid lain ini disebut koloid pelindung. Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat tertarik pada kedua
cairan yang membentuk emulsi. Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari emulsi minyak dan air.

II.7. Koloid Liofil dan Koloid Liofob


Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel koloid terhadap medium pendispersinya,
kita mengenal dua macam koloid :
Koloid liofil yaitu koloid yang ”senang cairan” (bahasa Yunani : liyo = cairan;
philia = senang). Partikel koloid akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga
terbentuk selubung di sekeliling partikel koloid itu. Contoh koloid liofil adalah
kanji, protein, dan agar-agar.
Koloid liofob yaitu koloid yang ”benci cairan” (phobia = benci). Partikel koloid
tidak mengadsorpsi molekul cairan. Contoh koloid liofob adalah sol sulfida dan
sol logam.

Tabel Perbandingan Koloid Liofil dan Koloid Liofob


KOLOID LIOFIL KOLOID LIOFOB
Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium terdispersinya Tidak
dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium pendisperinya
Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan Memiliki muatan positif atau negative
Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat proses solvasi/ hidrasi, yaitu
terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga
menyebabkan partikel sol liofil tidak saling bergabung Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi
medium pendispersinya. Muatan partikel diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan
listrik
Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan
viskositas medium pendispersi
Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit Mudah menggumpal dengan penambahan
elektrolit karena mempunyai muatan
Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi, kemudian dapat
diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium pendispersinya. Irreversibel artinya sol
liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol
Memberikan efek Tyndall yang lemah Memberikan efek Tyndall yang jelas
Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali Akan bergerak ke anode atau
katode, tergantung jenis muatan partikel
Contoh : protein, sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin. Contoh : susu, mayonaise, sol
belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam.

II.8. Pembuatan Koloid


1. Cara Kondensasi
Pembuatan koloid sol dengan metode ini pada umumnya dilakukan dengan cara kimia (dekomposisi
rangkap, hidrolisis, dan redoks) atau dengan penggatian pelarut. Cara kimia tersebut bekerja dengan
menggabungkan partikel-partikel larutan (atom, ion, atau molekul) menjadi pertikel-partikel berukuran
koloid.
a. Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
– Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3 dingin
sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
– Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer; AgNO3 (ag) +
HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
b. Reaksi redoks
Misalnya:
– Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan
melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
– Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan
mengalirinya gas H2S ; 2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l)
c. Reaksi hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya:
– Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan
larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
– Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
d. Reaksi pergantian pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi
yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid. Misalnya;
– Untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol seperti
etanol dengan medium pendispersi air, belerang harus terlebih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai
jenuh. Baru kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke
dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan
penurunan kelarutan belerang dalam air.
– Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan terlebih dahulu
dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol maka terjadi kondensasi dan
terbentuklah koloid kalsium asetat.
2. Cara Dispersi
Metode ini melibatkan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi berukuran koloid yang kemudian
akan didispersikan dalam medium pendispersinya. Ada 3 cara dalam metode ini, yaitu:
a. Cara mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses penggilingan untuk
dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut
penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:
– Industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
– Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb.
– Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
– Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.

b. Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan /
proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut
dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu.
Contoh:
– Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
– Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3.
– Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru terbentuk dengan sedikit
FeCl3. Sol Fe(OH) 3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan positif
– Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem kolid. Contohnya;
gelatin dalam air.
c. Cara busur bredig
Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti Ag, Au, dan Pt. Dalam
cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai elektrode.
Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin) sampai kedua
ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan diberi loncatan listrik. Panas yang timbul
akan menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi
dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah jadi
partikel kolid dengan proses uap logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.

II.9. Koloid Dalam Kehidupan Sehari-hari


Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini dikarenakan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu sangat bermanfaat untuk mencampur
zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala
besar.
Oleh karena sifat tersebut, sistem koloid menjadi banyak kita jumpai dalam industri (aplikasi kolid
untuk produksi cukup luas).
Beberapa contoh koloid dalam bidang industri :
Industri makanan : Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan perawatan tubuh : Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat : Cat
Industri kebutuhan rumah tangga : Sabun, deterjen
Industri pertanian : Peptisida dan insektisida
Industri farmasi : Minyak ikan, pensilin untuk suntikan

Tetapi selain industri, sistem koloid juga banyak dapat kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari,
contohnya saja di alam, kedokteran, pertanian, dsb;

– Penggumpalan darah
Darah mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan negative. Jika terdapat luka kecil, maka
luka tersebut dapat doibati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al+3 dan Fe+3,
dimana ion-ion tersebut akan membantu menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein
danmembnatu penggumpalan darah.

– Pembentukan delta di muara sungai


Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif.
Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air
sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat.
Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.

– Pengambilan endapan pengotor


Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat pengotor
berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap
elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel
koloid.

– Pemutihan gula
Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah
diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan mengadsorbsi zat warna tersebut.
Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan.
– Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan
berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk
diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu
dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.

Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3
yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al(OH)3 + 3H+Al3+ + 3H2O

Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan
terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga
mengendap karena pengaruh gravitasi.

BAB III PENUTUP

III.1.Kesimpulan
Koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari – hari untuk proses apapun. Koloid juga saling
berhubungan antara larutan dan suspensi. Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga
berkas cahaya yang melalui sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut
efek Tyndall. Koloid dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sol, emulsi, dan buih.
Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lain pada permukaannya, dan oleh karena luas permukaannya
yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar. Penggumpalan partikel koloid
disebut koagulasi.
Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan
elekrolit akan menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang.
Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil
mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya; sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya
tersebut tidak ada atau sangat lemah.
Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi.
Pada cara dispersi, bahan kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya.
Pada cara kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami agregasi
(pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid. Sabun dan detergen bekerja sebagai bahan aktif
permukaan yang fungsinya mengelmusikan lemak ke dalam air.

III.2.Saran
Kami tim penyusun sekaligus bagian dari SMAN 1 Purwakarta ingin mengajukan saran kepada pihak
guru SMAN 1 Purwakarta khususnya dalam bidang study kimia agar lebih menekankan pengajaran
koloid ini melalui berbagai latihan praktek agar murid dapat lebih mengerti mengenai sistem koloid ini.
Teori dalam kelas saja tidak cukup menunjang kemampuan siswa untuk dapat mengerti dan
memahami sistem koloid ini. Praktikum yang diadakan dapat menunjang dan mendorong kemampuan
berpikir siswa dan menghasilkan daya ingat yang cukup tinggi.
Kami berharap agar saran kami dipertimbangkan

DAFTAR PUSTAKA

http://sistemkoloid11.blogspot.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
https://thafransisca.wordpress.com
https://thafransisca.wordpress.com/2011/06/18/makalah-sistem-koloid/

Anda mungkin juga menyukai