Anda di halaman 1dari 11

Askep teoritis

1. Defenisi Diare

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. (Suriadi,Rita
Yuliani, 2001).

Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja
yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI
Ditjen PPM dan PLP, 2002).

Diare merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi pada masa kanak-kanak,
didefenisikan sebagai peningkatan dalam frekuensi, konsistensi, dan volume dari feces
(Mc.Kinney, Emily Stone et al, 2000).

2.2. Jenis Diare

Ada beberapa jenis diare, yaitu:

1. Diare cair akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang
dari 7 hari) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering dan tanpa darah,
mungkin disertai muntah dan panas. Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi
merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.

2. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dengan atau tanpa lendir dalam tinjanya.
Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kerusakan mukosa
usus karena bakteri invasif.

3. Diare persisten, yaitu diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung lebih
dari 14 hari. Episode ini dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri. Akibat diare persisten
adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.

4. Diare dengan masalah lain. Anak yang menderita diare (diare akut dan persisten)
mungkin juga disertai dengan penyakit lain seperti demam, gangguan gizi, atau penyakit
lainnya. Tatalaksana penderita diare ini berdasarkan acuan baku diare dan tergantung juga
pada penyakit yang menyertainya.

2.3. Etiologi Diare

Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi , malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi),
makanan, dan faktor psikologis.

1. Faktor infeksi

a. Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak. Infeksi enteral ini meliputi:

Ø Infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Aeromonas, dll.


Ø Infeksi Virus: Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astovirus, dll.

Ø Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa (entamoeba histolitika,


giardia lamblia), jamur (candida albicans).

b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti OMA,
tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dsb.

2. Faktor malabsorpsi

a. Malabsorpsi karbohidrat

b. Malabsorpsi lemak

c. Malabsorpsi protein

3. Faktor makanan

Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu
banyak lemak, mentah (misal, sayuran), dan kurang matang.

4. Faktor psikologis

Rasa takut, cemas dan tegang, jika terjadi pada anak akan menyebabkan diare kronis.

5. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:

1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah

2. Suhu tubuh meninggi

3. Feces encer, berlendir atau berdarah

4. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu

5. Anus lecet

6. muntah sebelum dan sesudah diare

7. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang

8. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor kulit berkurang,
mata dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa kering.
2.6. Komplikasi

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai
macam komplikasi, seperti:

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, hipertonik)

2. Renjatan hipovolemik

3. Hipokalemia

4. Hipoglikemia

5. Intoleransi laktosa sekunder

6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik

7. Malnutrisi energi protein

2.7. Penatalaksanaan

Secara umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan mengobati
dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat kerusakan mukosa usus,
penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk
memperoleh hasil yang baik pengobatan harus rasional.

7.1. Pemberian cairan pada diare dehidrasi murni

1. Jenis cairan

a) Cairan rehidrasi oral

Formula lengkap, mengandung NaCl, NaHCO3, KCl, dan Glukosa

Formula sederhana, hanya mengandung NaCl dan sukrosa atau karbohidrat lain.

b) Cairan parenteral

2. Jalan pemberian cairan

a) Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum
serta kesadaran baik.

b) Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak tidak mau
minum, atau kesadaran menurun.

c) Intravena untuk dehidrasi berat.

3. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang hilang didasarkan pada berat badan dan usia anak
4. Jadwal pemberian cairan
a) Belum ada dehidrasi
 Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar
 Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
b) Dehidrasi ringan
 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik
 Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
c) Dehidrasi sedang
 1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik
 Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
d) Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak

7.2. Pengobatan dietetik

1. Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7
kg, jenis makanannya adalah:

Ø Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam lemak tak
jenuh)
Ø Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim)
Ø Susu khusus, sesuai indikasi kelainan yang ditemukan
2. Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg. Jenis makanannya adalah
makanan padat atau makanan cair/ susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.

7.3 Obat – obatan


Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau
tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras, dll)
1. Obat antisekresi
2. Obat antispasmolitik

3. Obat pengeras tinja

4. Antibiotika, kapan perlu


Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Diare

3.1. Pengkajian

3.1.1. Identitas Anak

Nama, umur, tempat/ tanggal lahir, alamat/ No telp, tingkat pendidikan dll.

3.1.2. Riwayat Kesehatan Dahulu

- Riwayat kelahiran ; Panjang Lahir, Berat Badan Lahir Rendah

- Riwayat Nutrisi ; Mal Nutrisi, KEP, Pola Makan dan Minum, Tipe Susu Formula

- Riwayat diare ; Berulang, Penyebab

- Pola Pertumbuhan

- Riwayat Otitis media dan atau infeksi lainnya

3.1.3. Riwayat Kesehatan Sekarang

- Riwayat Diare : Frekuensi, Penyebab

- Riwayat Tinja : Jumlah, warna, bau, konsistensi, waktu BAB

- Kaji Intake dan Output

3.1.4. Pengkajian Sistem

a. Pengkajian umum

1) Kesadaran

2) Tanda – tanda vital

Suhu tubuh : pengukuran suhu melalui mulut (anak > 6 th)

Pengukuran axilla (<4 – 6 th)

Nadi : kuat, lemah, teratur/ tidak.

Nafas : kedalaman, irama, teratur/ tidak

TD : Sistolik/ diastolik, tekanan nadi

3) TB / BB

4) Lingkar kepala
5) Lingkar Dada

b. Pengkajian fisik

1) Kepala

Higiene kepala

Ubun-ubun cekung

2) Mata

Palpebra : cekung/ tidak

Konjungtiva : anemis/tidak

Sklera : ikterik/tidak

3) Hidung

Sianosis, epistaksis

4) Mulut

Membran mukosa : pink, kering

5) Telinga

Apakah ada infeksi/ tidak

6) Sistem kardiovaskuler

Nadi apeks : irama teratur/ tidak

Nadi perifer : irama teratur/ tidak

Bunyi jantung : murni/ bising

Kulit : pucat/ sianosis

7) Sistem pernapasan

Frekuensi napas

Bunyi napas : murni/ bising

Kedalaman, Pola napas


8) Sistem persarafan

Tingkat kesadaran

Pola tingkah laku

Fungsi pergerakan : ketahanan, paralysis

Fungsi sensori : Rf fisiologis, Rf patologis

9) Sistem musculoskeletal

Gaya berjalan

Persendian

Kesimetrisan

10) Sistem pencernaan

Bising usus : ada/ tidak, frekuensi

Distensi abdomen : ada/tidak

Mual/ muntah

11) Sistem eliminasi ( BAB dan BAK )

Frekuensi, konsistensi, bau, warna

3.1.5. Faktor Psikososial

– Tahap perkembangan anak, kebiasaan di rumah

– Metode koping orangtua dan anak

– Interaksi orangtua dan anak

3.1.6. Pengkajian Keluarga

– Jumlah anggota keluarga

– Pola komunikasi

– Pola interaksi

– Pendidikan dan pekerjaan

– Kebudayaan dan keyakinan


– Fungsi keluarga

3.1.7. Pemeriksaan Laboratorium

– Pemeriksaan tinja : makroskopis dan mikroskopis, pH, kadar gula

– Keseimbangan asam basa dalam darah

– Kadar ureum dan kreatinin ( mengetahui faal ginjal)

- Elektrolit : Na, K, Ca, F, dalam serum (terutama diare yang disertai kejang)

- Intubasi duodenum ( mengetahui jenis parasit)

3.2. Diagnosa Keperawatan 1

Kurang volume cairan b.d seringnya buang air besar dan encer

Tujuan

Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal yang ditandai dengan:

1) Pengeluaran urin sesuai

2) Pengisian kembali kapiler kurang dari 2 detik

3) Turgor kulit elastis

4) Membran mukusa lembab

5) Berat badan tidak menunjukkan penurunan

Intervensi Rasional
Mandiri
1. Indikator langsung status cairan/ perbaikan
1. Kaji status hidrasi
ketidakseimbangan

2. Menunjukkan status hidrasi keseluruhan


2. Kaji pemasukan dan pengeluaran
3. Membantu dalam evaluasi derajat defisit cairan/
cairan
keefektifan penggantian terapi cairan dan respon
terhadap pengobatan
3. Monitor tanda-tanda vital

4. memberikan informasi tentang hidrasi, fungsi


organ
Kolaborasi 5. Mengisi/ mempertahankan volume sirkulasi dan
keseimbangan elektrolit
4. Pemeriksaan laboratorium sesuai
program; elektrolit, Ht, pH, serum
albumin
Menurunkan kehilangan cairan
5. Pemberian cairan dan elektrolit
sesuai protokol (dengan oralit dan Mengobati infeksi supuratif lokal
cairan parenteral)

6. Pemberian obat sesuai indikasi

Antidiare

Antibiotik

3.3. Diagnosa Keperawatan 2

Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d menurunnya intake dan menurunnya
absorpsi makanan dan cairan

Tujuan

Anak akan toleran dengan diit yang sesuai yang ditandai dengan:

1) Berat badan dalam batas normal

2) Tidak terjadi kekambuhan diare

Intervensi Rasional
Mandiri

1. Timbang berat badan anak setiap hari 1. Memberikan informasi tentang diit
dan keefektifan terapi

2. Memberikan informasi tentang


2. Monitor pemasukan dan pengeluaran kebutuhan pemasukan/ defisiensi

3. Diit yang tepat penting untuk


penyembuhan
3. Setelah rehidrasi, berikan minuman oral dengan
sering dan makanan yang sesuai dengan diit dan usia
dan atau berat badan anak

4. Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan


4. Mulut yang bersih dapat
5. Bagi bayi, ASI tetap diteruskan meningkatkan rasa makan

5. Mencegah berkurangnya berat


badan lebih lanjut dan mempercepat
penyembuhan

6. Bila bayi tidak toleran terhadap ASI, berikan 6. Mengurangi malnutrisi


susu formula yang rendah laktosa

3.4. Diagnosa Keperawatan 3

Kerusakan integritas kulit b.d kurang pengetahuan

Tujuan

Orangtua dapat berpartisipasi dalam perawatan anak

Intervensi Rasional
Mandiri

1. Kaji tingkat
pemahaman orangtua

2. Jelaskan tentang 1. Hal ini mempengaruhi orangtua untuk menguasai tugas dan
penyakit, pengobatan dan melakukan tanggung jawab perawatan
perawatan
2. Memberikan dasar pengetahuan dimana orangtua dapat
membuat pilihan berdasarkan informasi. Komunikasi efektif dan
dukungan turunkan cemas dan tingkatkan penyembuhan

3. Menurunkan penyebaran bakteri dan resiko infeksi serta


iritasi kulit dan jaringan

4. Diit yang tepat pen

3. Jelaskan tentang
pentingnya kebersihan
(misal, cuci tangan)

4. Ajarkan tentang prinsip


diit dan kontrol diare
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (2000). Buku Ajar Diare. Jakarta: Depkes RI Ditjen PPM dan
PLP.

Doenges,ME, et all. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed.3. Jakarta:EGC.

M.C.Widjaya. (2002). Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka

Subijanto.M.S, et all. (2003). Manajemen Diare pada Bayi dan Anak. Jurnal hal 506. Buletin
IKA. Surabaya: Bagian IKA FK Unair/ RSUD dr. Soetomo Surabaya bekerja sama dengan
Yayasan Penyelenggara Informasi Pediatri.

Staf Pengajar IKA FK UI. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta: Bagian IKA FK UI.

Suriadi, S.Kp.,Rita Yuliani,S.Kp., (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Ed.1. Jakarta:
P.T. Fajar Intrapratama.

Tin Afifah, Srimawar Djaja, Joko Irianto. (2003). Kecendrungan Penyakit Penyebab
Kematian Bayi dan Anak Balita di Indonesia 1992-2001 dalam Buletin Penelitian Kesehatan.
Vol 31. No2. Jakarta: Depkes RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai