Anda di halaman 1dari 22

II.

PEMBAHASAN
PRAKTIKUM I

1. Judul Praktikum : Terrarium

2. Tujuan Praktikum : Mengetahui dan menambah keterampilan dalam

membuat terrarium sebagai salah satu

teknik/metode dalam pertanian kota.

3. Tanggal Praktikum :

4. Tempat Praktikum :

5. Alat dan Bahan : a. Alat

- Gunting,pinset,ember,sprayer kecil,kain

lap,sumpit,corong dan air.

b. Bahan

- Wadah (Aquarium mini,gelas,botol,stoples)

yang tembus padang.

- Media tanam (kerikil,pasir

halus,zeolit,moss,arang,kompos,pasir).

- Tanaman hias (kaktus,bambu

mini,anthurium,aglonema,dll).

- Aksesoris (batu karang,ranting

kayu,kerang,patung hewan,dll)

6. Tinjauan Pustaka :

Terarium pertama kali ditemukan oleh Natheniel B. Ward, seorang ahli

fisika. Secara tidak sengaja menemukan cara bertanam dalam wadah kaca.

1
2

Cara ini ditemukan ketika ward sedang melakukan percobaan mengenai

pengaruh kelembapan udara terhadap perkembangan serangga. Di dalam

salah satu tabung percobaan yang terbuat dari gelas dan permukaannya

tertutup rapat, ditemukan sebatang kecambah pakis yang tumbuh subur.

Awalnya, ward mengira sosok mungil kecambah pakis itu sebutir telur

serangga percobaannya. Ternyata semakin hari, sosok mungil itu terus

tumbuh dan berkembang sehingga jelas terlihat bahwa sosok itu adalah pakis.

Saat itu wadah tanaman hasil penelitian Ward dikenal dengan istilah the

wardian case. Namun, Wardsendiri menyebutnya dengan istilah terrarium.

Setelah dibakukan dalam bahasa indonesia menjadi terrarium ( Kristiani,

Anie. 2008).

Membudidayakan tanaman hias adalah hobi yang digemari masyarakat

Indonesia. Selain bias member udarasegar, aneka tanaman hias tersebut

mampu mempercantik hunian. Kebiasaan menanam pohon makin popular

seiring merebaknya gaya hidup alami. Meski banyak manfaatnya, banyak

masyarakat mengalami kesulitan. Semakin sempitnya lahan, khususnya di

daerah perkotaan, membuat masyarakat tak lagi memiliki ruang terbuka di

rumah ( Wita. 2013)

Terariumakan menampilkan taman mini atur dalam media kaca.

Terarium dapat mensimulasikan kondisi di alam yang sebenarnya dalam

media kaca tersebut.Misalnya terarium dapat mensimulasikan ekosistem

gurun, ekosistem padang pasir, ekosistem hutan hujan tropis maupun lainnya.

Pertama kali terrarium diperkenalkan di Inggris, diawali dengan rumah kaca


3

mini di Kerajaan Inggris dan kaum bangsawan kemudian terrarium menjadi

terkenal di seluruh dunia termasuk di Indonesia ( Ahmad. 2014 ).

7. Prosedur Kerja :

a. Siapkan semua alat,wadah dan tanaman

b. Siapkan media tanam yang steril dan aksesoris

c. Masukan secara berurutan kerikil,batu kecil,zeolit di dalam wadah

ketebalan 1 cm

d. Masukan moss dan arang setebal 1 cm

e. Selanjutnya masukan kompos yang dicampur dengan pasir (1:1) setebal

5cm

f. Padatkan media di dalam wadah

g. Siapkan lubang tanam, lalu tanam satu persatu sesuai dengan mode dan

tema yang diambil

h. Padatkan media tanam sehingga tanaman berdiri kokoh

i. Siram tanaman dengan memakai sprayer secaran perlahan lahan

j. Letakkan aksesoris di atas media tanam sebagai penghias sesuai tema

k. Siram kembali media dan tanaman dengan air, pastikan jumlah air tidak

terlalu banyak

l. Bersihkan bagian tanaman dan dinding wadah yang terkena percikan air

dengan tisu hingga bersih

m. Terarium siap dipanjang


4

8. Hasil Praktikum :

Gambar 1. Tanaman Terrarium.

9. Pembahasan :

Terrarium adalah teknik menanam dengan menggunakan media kaca

yang didalamnya diisi dengan tanaman hias. Selain tanaman hias, tanaman

hortikultura seperti sawi dan kangkung juga bisa ditanam pada terrarium.

Terarium menampilkan taman miniatur dalam media kaca. Terarium dapat

mensimulasikan kondisi di alam yang sebenarnya dalam media kaca tersebut.

Misalnya terarium dapat mensimulasikan ekosistem gurun, ekosistem padang

pasir, ekosistem hutan hujan tropis dan bermacam-macam ekosistem lainnya.

Dapat dikatakan bahwa terarium merupakan biosfer buatan yang paling alami

karena fungsi biologis yang terjadi dalam terarium pun mirip dengan yang

terjadi di alam. Sehingga terarium dapat juga dijadikan laboratorium biologi

mini.
5

10. Kesimpulan :

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa terarium merupakan

biosfer buatan yang paling alami karena fungsi biologis yang terjadi dalam

terarium pun mirip dengan yang terjadi di alam. Terarium dapat

mensimulasikan kondisi di alam yang sebenarnya dalam media kaca

tersebut.
6

PRAKTIKUM II

1. Judul Praktikum : Veltikultur

2. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui teknik bertanam secara

vertikultur dan mampu membuat sebagai model

dari bahan yang sederhana.

3. Tanggal Praktikum :

4. Tempat Praktikum :

5. Alat dan Bahan :

a. Alat

- Bor listrik

- Meteran

- Gembor

- Gergaji

- Martil

b. Bahan

- Bambu betung

- Pipa paralon

- Paku

- Tanah top soil

- Pupuk organik/kompos

- Pupuk NPK

- Benih tanamn (sawi,kangkung,bayam,dll)

- Air
7

6. Tinjauan Pustaka :

Untuk memulai budidaya tanaman vertikultur sebenarnya tidak terlalu

repot dengan menghabiskan peralatan dan menghabiskan biaya yang begitu

besar., karena hal yang terpenting adalah wadah yang dipakai dapat

menyediakan ruang yang baik bagi tanaman. Namun kita terkadang

menginginkan hasil yang tidak hanya berupa panen, tetapi juga keindahan

tanaman yang ditanam secara vertikultur dan setruktur bangunan tanaman

tahan lama. Untuk alas an-alasan itu maka terdapat beberapa pilihan bahan

yang nantinya bisa dipilh, seperti paralon, bambu, talang, pot, dll. Banyak

sedikitnya alat dan bahan yang digunakan bergantung pada bangunan dan

model wadah yang akan kita pilih. Ukuran panjang-pendek, tinggi-rendah,

serta besar-kecilnya tergantung pada lahan yang kita miliki (Banfad, 2008).

Kekurangan dengan menggunakan teknik budidaya sistem vertikultur

yaitu memerlukan investasi awal cukup tinggi. Jika sistem vertikultur

menggunakan struktur bangunan utama berupa rumah plastik. Waktu yang

dibutuhkan untuk persiapan lebih lama, karena membuthkan konsep terlebih

dahulu. Tanaman rentan terhadap serangan jamur. Diakibatkan tingkat

kerapatan tanaman lebih tinggi, sehingga menciptakan kondisi kelembapan

udara yang tinggi. Akan tetapi serangan jamur yang tinggi dapat dikendalikan

dengan menerapkan beberapa tindakan yang mrupakan konsep pengendalian

hama terpadu. Contohnya dengan menggunakan pestisida alami, melakukan

pergiliran tanaman atau menerapkan pengelolaan air yang tepat

(Sutarminingsih dkk, 2003 ).


8

Sistem tanam vertikultur sangat cocok diterapkan khususnya bagi para

petani atau pengusaha yang memiliki lahan sempit.Vertikulutr juga dapat

diterapkan pada bangunan-bangunan bertingkat perumahan umum atau

bahkan pada daerah perumahan umum atau bahkan pada pemungkinman di

daerah padat yang tidak punya halaman sama sekai. Dengan metode

vertikultur ini kita dapt memanfaatkan lahan semaksimal mungkin. Usaha

tani secara komersial dapat dilakukan secara vertikultur apalagi kalau sekedar

untuk memenuhi kebutuhan sendiri akan sayuran atau buah-buahan semusim

(Noverita,2005).

7. Prosedur Kerja :

Pipa Paralon

a. Ambil pipa paralon berdiameter 4 inci dan potong sepanjang 1,5 m

b. Lubangin pipa paralon dengan diameter 2 cm dengan menggunkan bor

listrik

c. Lubang dibuat berselang saling hingga tanaman tidak saling menutupi

d. Lubang pertama dibuat dengan jarak 10 cm dari ujung paralon , lubang

berikutnya dibuat dengan jarak 25 cm (12 lubang)

e. Bagian bawah pipa di tutupidop pvc setebal 5 cm

f. Letakkan pipa paralon dengan semen pada sebidang kayu sehingga pipa

dapat berdiri lurus

g. Masukan media tanam (tanah + kompos) ke dalam paralon sampai penuh

h. Tanam bibit/benih sayuran.


9

Bambu Betung

a. Siapkan bambu betung berdiameter 10 cm dan potong sepanjang 1,5 cm

b. Lubangi tunas bambu bagian dalam dengan linggis

c. Ujung atas dan ujung bawah dibelah 4 sepanjang 10 cm

d. Dibagian tengah belahan diberi sepotong kayu, sehingga belahan bambu

membuka

e. Dengan bor listrik di buat diameter 2 cm secara bertingkat dan berselang

seling

f. Lubang pertama dibuat 12,5 cm dari ujung bambu, selanjutnya lubang

dibuat dengan jarak 25 cm (12 lubang)

g. Selanjutnya masukkan media tanam ke dalam bambu sehingga penuh

h. Bibit/benih tanaman siap ditanam

8. Hasil Praktikum

Gambar 2. Tanaman Veltikultur


10

9. Pembahasan :

Vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara

vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya

pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan

yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Tanaman yang akan

ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai

ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran

yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain selada, kangkung,

bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang panjang,

mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya.

10. Kesimpulan :

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa tanaman veltikultur

memiliki kelemahan, yaitu pertumbuhan tanaman menjadi lebih lama

dikarenakan adanya persaingan untuk memperebutkan unsur hara pada

tanaman bayam lainnya pada area yang sama. Untuk tujuan komersial,

pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek ekonomisnya

agar biaya produksi jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil penjualan

tanaman. Sedangkan untuk hobiis, vertikultur dapat dijadikan sebagai media

kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas.


11

PRAKTIKUM III

1. Judul Praktikum : Pembuatan Nutrisi Hidroponik

2. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahuin dan menambah keterampilan

dalam pembutan nutrisi hidroponik.

3. Tanggal Praktikum :

4. Tempat Praktikum :

5. Alat dan Bahan :

a. Alat

- Timbangan

- Ember

- Sendok pengaduk

- Derigen

b. Bahan

- Pupuk urea 100 g

- Pupuk KCL 100 g

- Pupuk NPK 100 g

- Pupuk gandasil 50 g

- Pupuk multi mikro 25 cc

6. Tinjauan Pustaka :

Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk

fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan.

Pemberian nutrisi pada tanaman dapat diberikan melalui akar dan daun
12

tanaman. Aplikasi melalui akar dapat dilakukan dengan merendam atau

mengalirkan larutan pada akar tanaman. Larutan nutrisi dibuat dengan cara

melarutkan garam-mineral ke dalam air. Ketika dilarutkan dalam air, garam-

mineral ini akan memisahkan diri menjadi ion. Penyerapan ion-ion oleh

tanaman berlangsung secara kontinue dikarenakan akar-akar tanaman selalu

bersentuhan dengan larutan (Suwandi, 2006).

Bercocok tanaman tanpa tanah itulah gambaran hidroponik.

Hidroponik berasal dari bahasa Yunani, yaiitu hydro yang berarti air dan

Ponos yang berarti kerja, sehingga keseluruhannya dapat diartikan sebagai

kerja air. Prinsip dasar dari hidroponk adalah menyediakan atau memberikan

nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam bentuk larutan. Pemberiannya

dilakukan dengan menyiramkan atau meneteskannya ke tanaman. Yang pasti

tidak digunakan tanah senagai media tanam, melainkan bahan-bahan yang

bersifat porous (Marsoem, 2002).

Hidroponik (latin; hydro = air; ponos = kerja) adalah suatu metode

bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah, melainkan dengan

menggunakan larutan mineral bernutrisi atau bahan lainnya yang

mengandung unsur hara seperti sabut kelapa, serat mineral, pasir, pecahan

batu bata, serbuk kayu, dan lain-lain sebagai pengganti media tanah.

Tanaman hidroponik bisa dilakukan secara kecil - kecilan di rumah sebagai

suatu hobi ataupun secara besar-besaran dengan tujuan komersial

(Sumansutra. 2011).
13

7. Prosedur Kerja :

a. Campurkan semua pupuk yang telah ditimbang ke dalam ember dengan

volume 20 l

b. Masukan air sumur ke dalam ember berisi campuran pupuk sebanyak 10 l

c. Aduk larutan air dan pupuk secara merata sehingga tidak terjadi

pengendapan

d. Siapkan air sumur sebanyak 100 l, kemudian campurkan larutan pupuk

sambil diaduk

e. Larutan nutrisi siap digunakan


14

PRAKTIKUM IV

1. Judul Praktikum : Hidroponik

2. Tujuan Praktikum : Mengetahui dan memahami prinsip prinsip serta

pembudidayan tanaman secara hidroponik dengan

berbagai model.

3. Tanggal Praktikum :

4. Tempat Praktikum :

5. Alat dan Bahan :

a. Alat

- Wadah berupa kotak yang terbuat dari

kaleng (rak)

- Styrofoam

- Pot/ember plastik

- plastik

b. Bahan

- Air

- Larutan pupuk

- Bibit tanaman holtikultura (bayam, sawi,

kangkung, dll)

- Batu kerikil
15

6. Tinjauan Pustaka :

Hidroponik dengan mempergunakan air sebagai media, yaitu air yang

sudah mengandung larutan nutrien atau pupuk dialirkan selama 24 jam atau

dengan menentukan jangka waktu tertentu. Akar tanaman terendam

sebahagian dalam air tersebut sedalam lebih kurang 3 mm (mirip film),

sistem ini disebut dengan NFT ( Nutrien Film Technical). Dengan teknik ini

reaksi tanaman terhadap perubahan formula pupuk dapat segera terlihat. Air

yang mengandung pupuk dialirkan dengan bantuan pompa listrik, jadi listrik

harus tersuplai selama 24 jam (Siti, 2008).

Sistem pengaliran secara pengaliran tetes (drip irigation) adalah

pengairan atau pendistribusian air ke media hidroponik secara meneteskan air

dari sumber air melalui pipa-pipa cabang ke pipa distribusi (drip tube) yang

besar lubang tetesan air yang dapat diatur sesuai kebutuhan. Pencampuran

Nutrien dapat dilakukan dalam suatu bak atau tabung pencampur atau dengan

cara menyuntikan (injeksi) ke dalam pipa. Pipa-pipa yang telah dipakai pada

waktu yang cukup lama (lebih kurang 3 bulan) sebagai pipa pendistribusian

air nutrien, perlu dibersihkan dari endapan nutrien. Sistim pengaliran secara

NFT ini adalah dengan cara pengaliran air dibawah akan tanaman, kelebihan

air di daur ulang untuk kemudian dialirkan lagi, sehingga larutan tidak ada

yang terbuang (Siti, 2008).

Semua keuntungan yang diperoleh melalui teknik budidaya hidroponik

sangat ditentukan oleh kandungan unsur hara makro maupun mikro.

Bartanam dengan teknik hidroponik akan memudahkan para petani dalam


16

mengatur kebutuhan unsur hara yang diperlukan suatu tanaman secara

langsung. Pengaturan secara kebutuhan input tanaman secara langsung dapat

mengoptimalkan potential genetic tanaman yang dibudidaya dan peningkatan

hasil panen. (Douglas, 2007).

7. Prosedur Kerja :

Hidroponik Pot

a. Sediakan pot plastik/ stpoles kaca

b. Isi bagian bawah wadah dengan krikil

c. Isi wadah dengan air yang telkah di campurkan dengan larutan pupuk

d. Tutup bagian ats wadah dengan gabus yang telah dilubagi (lubnag tanam)

e. Tanam bibit pada lubang tanam yang telah dibuat dengan gabus penutup

Hidroponik Rakit Apung

a. siapkan wadah media tanam berupa rak dari seng

b. isi wadah dengan air yang telah diberi larutan pupuk

c. tutup wadah dengan gabus yang telah dilubangi sebagai lubnag tanam

sesusai dengan jarak tanam

d. tanamkan bibit yang telah diseamai pada lubang tanam yang dibuat pada

gabus dengan hati hati

e. media ditambahkan 3 hari sekali dengan menggunakan larutan pupuk


17

PRAKTIKUM V

1. Judul Praktikum : Pembuatan Pestisida Nabati

2. Tujuan Praktikum : Mengetahui dan memahami prinsip prinsip serta

cara pembutan pestisida nabati dan menidentifikasi

berbagai tanaman yang dapat dijadikan sebagai

bahan dasar pembuatan pestisida nabati.

3. Tanggal Praktikum :

4. Tempat Praktikum :

5. Alat dan Bahan :

a. Alat

- Blender

- Kain kasa

- Sprayer

- Wadah/mangkok

b. Bahan

- Jambu monyet

- Bebandotan

- Biji sirsak

- Air

6. Tinjauan Pustaka :

Pestisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun,

bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit
18

sekunder atau senyawa bioaktif. Beberapa tanaman telah diketahui

mengandung bahan-bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau

menolak serangga. Beberapa tumbuhan menghasilkan racun, ada juga yang

mengandung senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus

pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau mengubah perilaku serangga

(Supriyatin dan Marwoto, 2000).

Pestisida dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi

sudah lama digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri.

Sejak pertanian masih dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan

dunia telah terbiasa memakai bahan yang tersedia di alam untuk

mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pada tahun 40-an sebagian

petani di Indonesia sudah menggunakan bahan nabati sebagai pestisida,

diantaranya menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan hama serangga

(Thamrin dkk, 2008).

Dari sisi lain pestisida alami/ nabati, mempunyai keistemewaan yang

bersifat mudah terurai di alam, sehingga tidak mencemari lingkungan dan

relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah

hilang. Pestisida nabati bersifat lebih aman dan nyaman, yaitu apabila

diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu (bersifat kontak) dan

setelah hamanya terbunuh, maka residunya akan cepat menghilang di alam.

Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman

untuk dikonsumsi (Supriyatin dan Marwoto, 2000).


19

7. Prosedur Kerja :

Jambu Monyet

 Kulit biji mete dikeringkan dan digiling halus

 Larutan dalam air

 Biarkan selama satu malam

 Aplikasi dengan cara penyemprotan

Bebandotan

 Daun bebandotan 100 g

 Blender/giling sampai halus

 Campurkan dengan air 500 ml

 Biarakan satu malam

 Saring dengan kain kasa

Biji Sirsak

 Biji sirsak digiling halus, larutkan dalam air aquades (4500 cc + 750 g

serbuk)

 Biarkan selama satu malam kemudian saring dengan kain kasa

 Aplikasi dengan cara penyemprotan


20

III.PENUTUP

A.Kesimpulan

B.Saran
21

IV.DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2014. Belajar Mengenai Bisnis Terrarium. Tersedia : http://terrarium-

indonesia.blogspot.co.id/2014/10/pengetahuan-dasar-terrarium.html

(diakses tanggal 15 Januari 2016).

Bangfad. 2008. Budidaya Secara Vertikultur. http://cerianet – agricultur . blogspot

.com./2008/12/budidaya-tanaman-secara-vertikultur.html.(Diakses tanggal

29/11/2013, 19.57 PM ).

Douglas J. Peckenpaugh, 2007. Hydroponic Solutions: Volume 1: Hydroponic

Growing Tips, Volume 1. London. New Moon Publishing, Inc.

Kristiani, Anie. 2008. Membuat Terarium, dari Hobi menjadi Bisnis. Jakarta: PT

Agromedia Pustaka

Marsoem, S. 2002. Tantangan dan prospek pengembangan usaha hidroponik.

Dalam : Pelatihan aplikasi teknologi hidroponik untuk pengembangan

agribisnis perkotaan.Creata-IPB. Bogor.

Noverita. 2005. Sistem Pertanian Vertikultur. Jakarta.

Siti, Istiqomah. 2008. Menanam Hidroponik. Yogyakarat : Aska Press.

Sumansutra. 2011 . Tanaman Hidroponik. http://sumansutra.wordpress.com/

tanaman-hidroponik. Diakses tanggal 15 Desember 2011. Jakarta.

Supriyatin dan Marwoto, 2000. Pestisida Nabati. Jakarta: Rineka Cipta.


22

Sutarminingsih, Lilies. 2003. Pola Bertanam Secara Vertikultur. Yogyakarta:

Kanisius.

Suwandi, A. 2006. Pengaruh Penggunaan Kompos Kambing sebagai Tambahan

Larutan Anorganik dalam Sistem Hidroponik Rakit Apung pada Budidaya

Selada (Lactuca sativa L.) Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas

Pertanian. Universitas Djuanda. Bogor.

Thamrin dkk,2008. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa Sebagai Pestisida Nabati.

Jakarta: balai pertanian lahan rawa.

Wita. 2013. Strategi Pemasaran Dalam Analisis SWOT. Tersedia :http://eprints

.undip.ac.id/26745/1/skripsi_wita(r).pdf (Diakses tanggal 15 Januari

2016).

Anda mungkin juga menyukai