1. Spironolakton dan Valsartan (Interaksi farmakodinamik)
Spironolakton merupakan antagonis reseptor aldosteron dan termasuk kedalam golongan obat diuretik hemat kalium, sementara Valsartan merupakan salah satu obat dari golongan antagonis reseptor angiotensin II, dimana efeknya dapat menurunkan retensi natrium dan air, menurununkan resistensi perifer (1). Menggunakan spironolakton bersama dengan valsartan dapat meningkatkan kadar kalium di dalam darah dan dapat menyebabkan hipotensi jika antagonis reseptor angiotensin II diberikan kepada pasien yang menggunakan diuretik dosis tiggi. Kadar kalium yang tinggi dapat berkembang menjadi hiperkalemia, dimana dalam beberapa kasus bisa menimbulkan gagal ginjal, kelumpuhan otot, detak jantung tidak beraturan, henti jantung (cardiac arrest). Kemungkinan timbulnya hiperkalemia dengan pengobatan ini lebih tinggi pada pasien lanjut usia, dehidrasi, pada pasien penderita penyakit ginjal, diabetes, atau gagal ginjal (2,3). Penanganan untuk mencegah interaksinya dapat dilakukan dengan memodifikasi terapi, direkomendasikan menurunkan dosis diuretik atau antagonis reseptor angiotensin II saat memulai terapi untuk menghindari hipotensi. Monitoring tekanan darah dan kadar kalium selama menjalankan terapi. Menjaga suplai cairan yang cukup selama pengobatan menggunakan spironolakton dan valsartan, terutama jika digunakan dalam waktu yang lama. Konsultasikan kepada dokter jika harus membatasai konsumsi makanan kaya kalium seperti tomat, kismis, buah tin, kentang, kacang lima, pisang, pepaya, pir, mangga, dan garam yang mengandung kalium (2,3,4).
2. Simvastatin dan Lansoprazole (Interaksi metabolisme)
Menggunakan kedua obat ini dalam suatu pengobatan bisa saja meningkatkan kadar simvastatin dalam darah dan meningkatkan efeknya. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko efek samping seperti kerusakan hati dan kondisi rhabdomyolisis yang jarang tapi serius, yang melibatkan gangguan jaringan otot rangka. Pada beberapa kasus rhabdomyolisis dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan kematian (2). CYP2C19 merupakan isoenzim yang memetabolisme obat lansoprazol dan sebagian yang lainnya juga dimetabolisme oleh CYP3A4. Sementara obat- obat golongan statin dimetabolisme pula oleh sitokrom P450 3A4 (CYP3A4). Hal tersebut menyebabkan terjadinya interaksi karena kedua obat memiliki jalur metabolisme yang sama melalui CYP3A4 (5,6). Pencegahan interaksi dari kedua obat dapat dilakukan penyesuaian dosis jika dibutuhkan dan monitoring yang berkala oleh dokter untuk menggunakan kedua obat ini dengan aman (2).
3. Valsartan dan Meloxicam (Interaksi farmakodinamik)
Penggunaan obat ini secara bersamaan bisa mengurangi efek valsartan dalam menurunkan tekanan darah. Selain itu pengobatan ini dapat mempengaruhi fungsi ginjal pasien, terutama apabila sering digunakan bersamaan (2). Meloxicam menurunkan efek dari valsartan melalui antagonisme farmakodinamik. AINS menurunkan sintesis prostaglandin vasodilating renal dan berefek pada homeostatis cairan sehingga dapat mengurangi efek antihipertensi (4). Pencegahan interaksi dapat dilakukan dengan penyesuaian dosis dan monitoring kondisi pasien selama proses terapi. DAFTAR PUSTAKA
2. Drug Interaction Checker. https://www.drugs.com/drug_interactions.php
(diakses 2 Oktober 2017).
3. Baxter Karen. Stockley’s Drug Interaction 2010. London; Pharmaceutical
Press. 2010.
4. Medscape, Drug Ineteraction Checker. http://reference.medscape.com/
drug-interactionchecker (diakses 24 September 2017).
5. Fallah A, Deep M, Hughes P. Life-threahening Rahabdomyolysis folloeing
the Interaction of Two Commonly Prescribed Medication. Australia Med J. 2013; 6(3): 112-114.
6. Trifiro G, Corrao S, Alacqua M, Moretti S, Tari M, Caputi AP, Arcoraci V.
Interaction Risk with Proton Pump Inhibitors in General Practice: Significant Disagreement Between Different Drug-related Information Sources. Br J Clin Pharmacol. 2006; 62(5); 582-590.