Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG

MASYARAKAT, PENYEBAB DAN DAMPAKNYA

Disusun oleh :

Imam Budi Santoso


Satrio Ari Widigdo
KATA PENGANTAR

Lagi-lagi kekerasan, hal yang kita semua mengutuknya dalam tayangan


sinetron dan film kini hadir dalam dunia nyata, bukan di negara lain, tapi di sini, di
Indonesia, negara kita tercinta; gejala apakah ini? Masihkan kita bisa disebut bangsa
yang santun, berdab dan penuh tata krama melihat kenyataan ini?
Kita pernah dikenal sebagai bangsa yang ramah, suka damai, lemah
lembut dan entah sebutan apa lagi yang membuat bangsa lain suka dengan
kebudayaan kita, namun dengan fakta banyaknya kekerasan yang terjadi di
sekeliling kita masihkah semua gelar itu patut kita sandang? Atau semua tindakan
keji ini hanya sebuah kecenderungan perilaku menyimpang sebagian masyarakat
kita? Apa yang meyebabkan semua ini terjadi? Lalu apa dampaknya?
Makalah ini ditulis sebagai upaya mengurai permasalahan di atas walau tentu
masih banyak lagi persoalan yang tidak terjawab. Tulisan singkat ini juga masih jauh
dari kesempurnaan, kritik dan saran serta koreksi akan kami terima sebagai upaya
perbaikan.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i KATA


PENGANTAR .................................................................................. II DAFTAR ISI
.............................................................................................. III
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN MASALAH............................................................. 3

A. Definisi Perilaku Menyimpang ............................................................. 3

B. Jenis Penyimpangan Sosial ................................................................ 4

C. Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Menyimpang ............................ 6

D. Dampak dari perilaku menyimpang ................................................... 10

BAB III PENUTUP.................................................................................... 13

A. Kesimpulan........................................................................................ 13

B. Saran................................................................................................. 14
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata menyimpang punya makna tindakan


yang menyalahi kebiasaan atau menyeleweng dari hukum negara atau ajaran
agama1, dengan kata lain kecenderungan perilaku menyimpang masyarakat bisa
dimaknai perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai
dan norma yang berlaku secara umum dalam masyarakat yang sering terjadi dalam
kehidupan kita sehari-hari.
Main hakim sendiri menjadi salah satu contoh yang kasat mata dan terjadi
di sekeliling kita, bagaimana mungkin hal ini terjadi di sebuah negara yang
berdasarkan hukum di sebuah negeri yang penduduknya dikenal ramah dan
beradab? Kalau memang benar bahwa ini adalah penyimpangan yang dilakukan
oleh sekelompok kecil orang tentu kita masih bisa bernafas lega karena berarti
secara umum kekerasan bukanlah tabiat utama dari bangsa ini, namun bukan berarti
kita menganggapnya wajar, karena sekecil apapun bentuk penyimpangan harus
sedini mungkin kita antisipasi dan ketika itu telah terjadi maka kita harus segera
mengambil tindakan, ibarat penyakit harus segera diobati.
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hal. 1351
B. Rumusan Masalah

Ruang lingkup masalah kecenderungan perilaku menyimpang masyarakat


sanagat luas cakupannya, namaun dalam makalah ini kami membatasi beberapa hal
pokok yang menjadi topik pembahasannya sehingga lebih fokus dan terukur.
Rumusan masalah tersebut di atas antara lain sebagai berikut :
1. Definisi perilaku menyimpang

2. Jenis penyimpangan sosial

3. Faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang

4. Dampak dari perilaku menyimpang


BAB II PEMBAHASAN MASALAH
A. Definisi Perilaku Menyimpang

Paul B.Horton menyatakan bahwa perilaku menyimpang adalah perilaku yang


dinyatakan sebagai pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma kelompok
ataupun masyarakat. Bruce J.Cohen berpendapat bahwa perilaku menyimpang
adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-
kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Robert M.Z
Lawang menyatakan bahwa perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang
menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan
menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem tersebut untuk
memperbaiki perilaku tersebut. Sedangkan James Vander Sander Ia berpendapat
bahwa yang dimaksud perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap sebagai
hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh
sejumlah atau sebagian besar orang atau masyarakat. 2

Jadi perilaku menyimpang adalah sikap pelanggaran terhadap norma-norma


akibat tidak berhasilnya individu dalam menyesuaikan diri terhadap kehendak
masyarakat atau kelompok tertentu sehingga dianggap tercela oleh sebagian besar
orang atau masyarakat.

B. Jenis Penyimpangan Sosial

Setidaknya ada empat jenis penyimpangan sosial diantaranya adalah :


1.Perkelahian antar kelompok atau tawuran

Kompleksnya persoalan yang dihadapi sebuah kelompok, mulai dari hal-hal


sepele sampai pada urusan keyakinan atau hidup dan mati sering menjadi penyebab
terjadinya tawuran.
Banyak berita menyuguhkan peristiwa ini, bisa jadi ini adalah bagian dari proses
menuju pendewasaan dalam bersosialisasi namun begitu tetap harus ada sikap yang
jelas dan tegas mengatasi masalah ini.
2.Penyalah gunaan narkotika, obat-obatan terlarang dan minuman keras

Perilaku menyimpang ini biasanya dipengaruhi oleh lingkungan, oleh karenanya


pembelajaran yang lebih baik oleh negara maupun kelompok-kelompok sipil akan
bahaya dan dampak negatif NAPZA dan MIRAS perlu terus dilakukan.

3.Tindak kejahatan

Tindakan kriminalitas atau kejahatan sendiri terbagi menjadi beberapa bagian,


antara lain :
a. Kejahatan tanpa korban adalah kejahatan yang tidak mengakibatkan
penderitaan pada korban akibat tindak pidana orang lain. Contohnya berjudi,
mabuk-mabukan, penyalahgunaan narkotika, dan sebagainya.
b. Kejahatan terorganisir adalah pelaku kejahatan merupakan komplotan
yang secara berkesinambungan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan uang
atau kekuasaan dengan jalan menghindari hukum. Contohnya komplotan korupsi,
penyediaan jasa pelacur.
c. Kejahatan kerah putih adalah kejahatan yang mengacu pada kejahatan orang-
orang terpandang atau berstatus tinggi. Contohnya korupsi, kolusi
d. Kejahatan kerah biru adalah kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang
golongan rendah. Contohnya mencuri jemuran, sandal di masjid dan sebagainya
e. Kejahatan korporat adalah jenis kejahatan yang dilakukan atas nama
organisasi dengan tujuan menaikkan keuntungan atau menekan kerugian.
Contohnya, suatu perusahaan membuang limbah beracun ke sungai yang
mengakibatkan penduduk sekitar mengalami berbagai
jenis penyakit.3

C. Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Menyimpang

Pada dasarnya perilaku menyimpang tidak terjadi begitu saja tanpa adanya
sebab yang menyertai, karena perilaku menyimpang melewati periode waktu tertentu
hasil dari interaksi sosial, akumulasi sesak dan kejenuhan terhadap kondisi negatif
tertentu yang menemukan waktu pelepasan yang memungkinkan.
Beberapa faktor yang menyebabkan penyimpangan perilaku masyarakat
antara lain :
1. Sosialisasi yang tidak sempurna

Interaksi sosial adalah sebuah keniscayaan manusia sebagai makluk


sosial, hubungan antar individu atau antar kelompok bisa berupa interaksi
positif dan negatif, singgungan yang terjadi juga bisa berdampak kearah kerjasama
atau permusuhan.
Masyarakat terbentuk dari pribadi-pribadi yang berbeda, khas dengan
karakteristik masing-masing. Menyatukan perbedaan ini bukan perkara mudah
mengingat keberbedaan itu juga tidak jarang diikuti oleh kepentingan yang berbeda
pula. Hal-hal yang bisa menjadikan sumber pemersatu antara lain; kesamaan
kepentingan, kesamaan latar belakang atau ideologi pada tataran tertentu justru
menjadi pemicu perpecahan ketika bertemu dengan kelompok yang berlainan.
Dalam Islam, diajarkan untuk menjalin tali silaturrahim, dalam konteks yang
lebih luas bisa kita maknai dengan interaksi yang intens dan dilandasi ketulusan
hati untuk dapat menerima satu sama lain sehingga timbul kasih sayang terhadap
sesama. Kesimpulannya adalah komunikasi, egaliter dan sikap terbuka sebenarnya
menjadi kunci dari keberhasilan sebuah interaksi sosial.
2. Proses belajar yang menyimpang

Atau dengan kata lain hasil dari interaksi dengan orang atau kelompok lain
yang menyimpang. Proses belajar yang dimaksud disini bukan hanya secara
formal ataupun
bersinggungan langsung dengan pelaku penyimpangan, tetapi proses belajar itu
juga bisa terjadi lewat media massa cetak atau elektronik.
Ekspose yang terus menerus dan masif terhadap tindakan kriminalitas,
contohnya, bisa jadi malah membuat orang tahu dan bisa melakukan tindakan
yang sama atau bahkan lebih dari apa yang ditayangkan. Dalam hal ini
pendampingan terhadap individu pembelajar meski dilakukan, baik secara langsung
maupun tidak. Langkah ini menjadi tanggung jawab bersama elemen-elemen
masyarakat dengan cara pemberian informasi yang benar, berimbang dan akurat
dan pemerintah berkewajiban melakukan fungsi regulasi dengan tepat, tidak
menyembunyikan informasi tapi juga memberikan pendidikan yang paripurna kepada
masyarakat terhadap informasi, pelurusan cara pandang dan tidak melakukan
hegemoni.
3. Ketegangan antar kebudayaan dan struktur sosial

Kebudayaan dalam arti luas dari pemenuhan kebutuhan hidup sampai upaya
aktualisasi. Sedangkan struktur sosial lebih kepada tingkatan sosial yang
melembaga di suatau masyarakat. Di jaman modern ini struktur masyarakat
cenderung terbuka tidak seperti pada masyarakat feodal,
namun dampak kapitalisme membuat struktur sosial terbentuk dari penguasaan
dan atau kemampuan mengakses modal.
Demo buruh yang kadang diwarnai aksi anarki, saling sandra diantara yang
pro dan kontra serta ketegangan yang ditimbulkan akibat itu di lapangan dengan
unsur masyarakat lain misalnya menjadi contoh bagaimana struktur masyarakat,
sering menjadi biang dari perilaku menyimpang.
Secara antropologis yang disebut bangsa dan negara Indonesia yang
diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 adalah sebuah konsensus, cita-cita, dan
konstruksi politik mengingat jika ditelusuri lebih dalam lagi, yang ditemui didalamnya
sejatinya adalah himpunan “bangsa-bangsa” nations yang kemudian disepakati
sebagai “suku” yang kemudian secara politis dinamakan Bangsa Indonesia. Suku-
suku itu dikatakan bangsa karena pada awalnya merupakan sebuah entitas
masyarakat yang memiliki penduduk, bahasa, wilayah, tradisi dan pemerintahan
sendiri layaknya sebuah bangsa yang
berdaulat.4 Pertanyaannya adalah mampukah semua itu

melebur menjadi satu “Indonesia” dengan tetap menjadi entitas yang berbeda dan
merdeka?

4
Hidayat, Komaruddin, 2004, Merawat Keragaman Budaya dalam Pendidikan Manusia
Indonesia, Jakarta: Penerbit Buku Kompas
4. Adanya ikatan sosial yang berlainan

Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika


pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka
kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang5.
Remaja adalah usia dimana perubahan baik secara fisik maupun mental
terjadi, di saat inilah aktualisasi diri dalam kelompok menuntut untuk dipenuhi.
Diantara kelompok- kelompok remaja sering kali mempunyai tata nilai yang berbeda
satu sama lain, sehingga acap kali menimbulkan ketersinggungan dengan kelompok
lain yang sangat mungkin menimbulkan ketegangan yang mengganggu dan merusak
ketertiban umum.

D. Dampak dari perilaku menyimpang

Tak pelak lagi tindakan akan berdampak bagi pelaku maupun orang atau
kelompok lain, diantara akibat yang ditimbulkan itu adalah:

1. Kriminalitas atau tindak kejahatan;

Penyimpangan berakibat pelaku bertindak kejahatan atau pidana.


Hedonisme mengejar kesenangan ragawi materiil menjadi gejala umum sebagai
dampak dari budaya kapitalisme matrialistik masyarakat modern.
Akibatnya banyak orang menghalalkan segala cara untuk mencapai
tujuan, hal ini dapat terlihat dalam kasus oknum pegawai pajak yang telah
mendapatkan gaji serta remunerasi yang tinggi masih tetap melakukan korupsi guna
membiayai gaya hidup hedonis mereka.
2. Terganggunya keseimbangan sosial

Kesepakatan bersama yang tertulis maupun tidak menjadi pedoman


sebuah komunitas, negara misalnya, dalam tata hubungan antar personal dan
kelompok di dalamnya. Tindakan yang menyimpang dari kaidah-kaidah yang
disepakati akan mengganggu bahkan merusak hubungan tersebut.
Dengan dalih menegakkan sebuah keyakinan, sebuah organisasi massa
melakukan perusakan terhadap tempat hiburan malam, karena disinyalir menjadi
ajang mesum dan transaksi barang haram. Tindakan perusakan oleh kelompok
massa seperti ini tidak bisa dibenarkan, dengan dalih apapun, karena yang berhak
melakukan sweeping adalah aparat
penegak hukum yang berwenang, di sisi lain, prostitusi dan narkoba juga dilarang di
negeri ini. Sebuah penyimpangan di lawan dengan penyimpangan yang lain.
3. Pudarnya nilai dan norma

Kenapa sebuah penyimpangan memicu lahirnya penyimpangan yang lain


oleh kelompok yang berbeda? Mari kita melakukan analisa, transaksi seksual di
luar institusi pernikahan adalah sebuah penyimpangan begitu juga dengan transaksi
narkoba. Tempat hiburan malam, bukan rahasia lagi adalah tempat terjadinya
penyimpanga-penyimpangan tersebut, apakah itu rumor atau nyata seharusnya
aparat yang diberi kewenangan intelegen oleh negara meski tahu dan melakukan
antisipasi atas itu semua.
Sementara ormas yang tahu hal tersebut dan merasakan adanya pembiaran
oleh pihak berwenang, bahkan disinyalir ikut bermain di dalamnya, menjadi geram
dan melakukan tindakan anarkis. Jadi dalam hal ini telah terjadi penyimpangan oleh
dua kelompok masyarakat dan oknum aparat di lapangan.
Tindakan main hakim sendiri, tidak mematuhi norma dan melanggar hukum
telah mempengaruhi pemahaman umum akan norma dan aturan itu sendiri
bahkan ada sebuah adagium, norma dan hukum ada untuk dilanggar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perilaku menyimpang banyak sifat, ragam dan karakternya masing-masing


dari tindakan penyimpangan itu punya karakteristik yang berbeda-beda, sehingga
tindakan pencegahan atau perlakuan terhadap penyimpangan itu sendiri berbeda
satu sama lain.
Tidak semua penyimpangan itu negatif, ada penyimpangan yang punya unsur
positif. Dulu di hampir semua budaya nusantara, perempuan dinomor duakan
setelah kaum laki-laki, namun menjelang abad 20 dengan perkembangan yang
semakin tak terbendung di segala bidang, perempuan tampil bukan hanya
sebagai konco wingking tapi juga mampu berperan di hampir semua bidang yang
dulunya adalah wilayah laki-laki.
Begitulah perubahan yang dilakukan individu atau kelompok selalu di pandang
sebagai penyimpangan, namun ketika nilai positif dari penyimpangan itu dapat
dirasakan dampaknya maka perubahan yang menyimpang itupun dapat diterima
dan mungkin akan ditetapkan sebagai kesepakatan baru dalam sebuah komunitas.
B. Saran

Mencegah lebih baik daripada mengobati, ungakapan itu juga relevan untuk
kita terapkan dalam menyikapi kecenderungan perilaku menyimpang
masyarakat. Ketaatan melaksanakan hukum dan aturan yang telah disepakati
bersama adalah sesuatu yang mutlak untuk dilakukan, sehingga unsur-unsur yang
melahirkan penyimpangan itu dapat diminimalisir.
Terpenuhinya hak-hak dasar kemanusiaan sebagai penunjang kelangsungan
hidup dan media aktualisasi diri perlu mendapatkan media yang cukup. Di sini peran
pelaksana organisasi kelompok, semisal negara harus benar-benar terwujud.
Kesejahteraan, kenyamanan dan keadilan sosial harus ada melingkupi setiap warga
negara.
Terakhir kemauan untuk terus belajar, saling menghargai, menumbuhkan
empati, bertindak simpatik dan mengutamakan dialog serta menghidupkan budaya
silaturrahim menjadi penangkal sekaligus menjadi obat yang mujarab yang mampu
menawar unsur negatif penyimpangan. Sehingga ketika ada perubahan yang
dianggap sebuah penyimpangan dapat diantisipasi secara bersama- sama sejak din
DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hal. 1351

Anggara, Acep Derby Yudha, 2011 “Makalah Perilaku Menyimpang” (online), http://acep-
cyber.blogspot.com/2012/07/makalah-perilaku- menyimpang-sosiologi.html" diakes
tanggal 18 April 2013

Wikipedia. 2013 “Perilaku Menyimpang” (online),


http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang diakes tanggal 18
April 2013

Hidayat, Komaruddin, 2004, Merawat Keragaman Budaya dalam


Pendidikan Manusia Indonesia, Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Aditya, Rizki, “Faktor Penyebab Terjadi Perilaku Menyimpang” (online),


2011,
http://teknologianakcikande.blogspot.com/2012/12/faktor-
penyebab-terjadi-perilaku.html diakses tanggal 18 April 2013

Anda mungkin juga menyukai