Disusun oleh :
A. Kesimpulan........................................................................................ 13
B. Saran................................................................................................. 14
BAB I PENDAHULUAN
3.Tindak kejahatan
Pada dasarnya perilaku menyimpang tidak terjadi begitu saja tanpa adanya
sebab yang menyertai, karena perilaku menyimpang melewati periode waktu tertentu
hasil dari interaksi sosial, akumulasi sesak dan kejenuhan terhadap kondisi negatif
tertentu yang menemukan waktu pelepasan yang memungkinkan.
Beberapa faktor yang menyebabkan penyimpangan perilaku masyarakat
antara lain :
1. Sosialisasi yang tidak sempurna
Atau dengan kata lain hasil dari interaksi dengan orang atau kelompok lain
yang menyimpang. Proses belajar yang dimaksud disini bukan hanya secara
formal ataupun
bersinggungan langsung dengan pelaku penyimpangan, tetapi proses belajar itu
juga bisa terjadi lewat media massa cetak atau elektronik.
Ekspose yang terus menerus dan masif terhadap tindakan kriminalitas,
contohnya, bisa jadi malah membuat orang tahu dan bisa melakukan tindakan
yang sama atau bahkan lebih dari apa yang ditayangkan. Dalam hal ini
pendampingan terhadap individu pembelajar meski dilakukan, baik secara langsung
maupun tidak. Langkah ini menjadi tanggung jawab bersama elemen-elemen
masyarakat dengan cara pemberian informasi yang benar, berimbang dan akurat
dan pemerintah berkewajiban melakukan fungsi regulasi dengan tepat, tidak
menyembunyikan informasi tapi juga memberikan pendidikan yang paripurna kepada
masyarakat terhadap informasi, pelurusan cara pandang dan tidak melakukan
hegemoni.
3. Ketegangan antar kebudayaan dan struktur sosial
Kebudayaan dalam arti luas dari pemenuhan kebutuhan hidup sampai upaya
aktualisasi. Sedangkan struktur sosial lebih kepada tingkatan sosial yang
melembaga di suatau masyarakat. Di jaman modern ini struktur masyarakat
cenderung terbuka tidak seperti pada masyarakat feodal,
namun dampak kapitalisme membuat struktur sosial terbentuk dari penguasaan
dan atau kemampuan mengakses modal.
Demo buruh yang kadang diwarnai aksi anarki, saling sandra diantara yang
pro dan kontra serta ketegangan yang ditimbulkan akibat itu di lapangan dengan
unsur masyarakat lain misalnya menjadi contoh bagaimana struktur masyarakat,
sering menjadi biang dari perilaku menyimpang.
Secara antropologis yang disebut bangsa dan negara Indonesia yang
diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 adalah sebuah konsensus, cita-cita, dan
konstruksi politik mengingat jika ditelusuri lebih dalam lagi, yang ditemui didalamnya
sejatinya adalah himpunan “bangsa-bangsa” nations yang kemudian disepakati
sebagai “suku” yang kemudian secara politis dinamakan Bangsa Indonesia. Suku-
suku itu dikatakan bangsa karena pada awalnya merupakan sebuah entitas
masyarakat yang memiliki penduduk, bahasa, wilayah, tradisi dan pemerintahan
sendiri layaknya sebuah bangsa yang
berdaulat.4 Pertanyaannya adalah mampukah semua itu
melebur menjadi satu “Indonesia” dengan tetap menjadi entitas yang berbeda dan
merdeka?
4
Hidayat, Komaruddin, 2004, Merawat Keragaman Budaya dalam Pendidikan Manusia
Indonesia, Jakarta: Penerbit Buku Kompas
4. Adanya ikatan sosial yang berlainan
Tak pelak lagi tindakan akan berdampak bagi pelaku maupun orang atau
kelompok lain, diantara akibat yang ditimbulkan itu adalah:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mencegah lebih baik daripada mengobati, ungakapan itu juga relevan untuk
kita terapkan dalam menyikapi kecenderungan perilaku menyimpang
masyarakat. Ketaatan melaksanakan hukum dan aturan yang telah disepakati
bersama adalah sesuatu yang mutlak untuk dilakukan, sehingga unsur-unsur yang
melahirkan penyimpangan itu dapat diminimalisir.
Terpenuhinya hak-hak dasar kemanusiaan sebagai penunjang kelangsungan
hidup dan media aktualisasi diri perlu mendapatkan media yang cukup. Di sini peran
pelaksana organisasi kelompok, semisal negara harus benar-benar terwujud.
Kesejahteraan, kenyamanan dan keadilan sosial harus ada melingkupi setiap warga
negara.
Terakhir kemauan untuk terus belajar, saling menghargai, menumbuhkan
empati, bertindak simpatik dan mengutamakan dialog serta menghidupkan budaya
silaturrahim menjadi penangkal sekaligus menjadi obat yang mujarab yang mampu
menawar unsur negatif penyimpangan. Sehingga ketika ada perubahan yang
dianggap sebuah penyimpangan dapat diantisipasi secara bersama- sama sejak din
DAFTAR PUSTAKA
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hal. 1351
Anggara, Acep Derby Yudha, 2011 “Makalah Perilaku Menyimpang” (online), http://acep-
cyber.blogspot.com/2012/07/makalah-perilaku- menyimpang-sosiologi.html" diakes
tanggal 18 April 2013