Anda di halaman 1dari 15

STANDAR KOMPETENSI

DOKTER

LAYANAN PRIMER

INDONESIA
SUBPOKJA KOMPETENSI,

POKJA PERCEPATAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN


DOKTER LAYANAN PRIMER INDONESIA

DESEMBER 2014

STANDAR KOMPETENSI DOKTER LAYANAN PRIMER

INDONESIA

DISUSUN OLEH

SUBPOKJA KOMPETENSI

POKJA PERCEPATAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DOKTER LAYANAN PRIMER


INDONESIA

DESEMBER 2014

@ KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA & KEMENTERIAN


PENDIDIKAN TINGGI, RISET & TEKHNOLOGI

ii
Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya, memperbanyak dan menjual belikan
naskah ini tanpa ijin

iii
SUB POKJA KOMPETENSI

Ketua:

DR. Dr. Dhanasari Vidiawati Trisna Sanyoto MSc.CM-FM

(Pengajar FK UI - Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia – Ikatan Dokter Indonesia)

Sekretaris:

Dr. Mora Claramita MHPE,PhD

(Pengajar FK UGM - Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia)

Anggota:

1. Dr. Bambang Tridjaja Sp.A (K)

(Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia)

2. DR. Dr. Dwiana Ocvyanti Sp.OG (K)

iv
(Kolegium Obstetri & Ginekologi Indonesia)

3. Dr. Dyah Agustina Waluyo

(Perhimpunan Dokter Umum Indonesia – Ikatan Dokter Indonesia)

4. Dr. Nita Arisanti MSc.CM-FM

(Pengajar FK UNPAD - Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia)

5. Dr. Aida S.D. Surjadiredja, Sp.KK (K)

(Pengajar FKUI – Program Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan IDI)

v
Daftar Isi

Pengantar ................................................................................................................................ vii  

PENDAHULUAN .........................................................................................................................1  

Definisi DLP ...............................................................................................................................4  

KOMPETENSI  DOKTER  LAYANAN  PRIMER.......................................................................7  

PERBANDINGAN  DESKRIPSI  KOMPETENSI  DOKTER  menurut  PERKONSIL  12  


thn  2013  DAN    KOMPETENSI  DLP .......................................................................................9  

vi
Pengantar

Dokter Layanan Primer (DLP) adalah profesi baru di Indonesia yang di wujudkan
berdasarkan adanya kebutuhan masyarakat akan pelayanan dokter di layanan primer
yang memenuhi kebutuhan. Perwujudan kebutuhan tersebut dilandasi oleh adanya
Undang-undang no. 20 tahun 2013 mengenai Pendidikan Kedokteran yang
menyebutkan bahwa Dokter terdiri atas Dokter, Dokter Layanan Primer setara spesialis
dan Dokter Spesialis. Dengan demikian kompetensi DLP perlu disusun dan disepakati
bersama sebagai landasan penyusunan Kurikulum Pendidikan DLP dan acuan
penerbitan setifikat kompetensi serta kebutuhan pemutihan dan pembentukan kolegium.

Sebelum perhimpunan dan kolegium DLP terbentuk, melalui kesepekatan bersama


antara Menteri Kesehatan dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, pada
pertengahan tahun 2014 dibentuk Kelompok Kerja Percepatan Pengembangan
Pendidikan Program Studi Dokter Layanan Primer yang terdiri atas unsur Kementrian
Kesehatan (Dit.Jen Bina Upaya Kesehatan, BPPSDM), Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Dit.Jen Pendidikan Tinggi), Ikatan Dokter Indonesia (PDKI, PDUI,
Kolegium Penyakit Dalam, Kolegium Obsgin, Kolegium Ilmu Kesehatan Anak, Kolegium
Bedah, Kolegium Patologi Klinik, Kolegium Radiologi, Kolegium Psikiatri dan Kolegium
Anestesi), Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (FKUI, FKUGM, FKUSU,
FKUNSRI, FKUNPAD, FKUNAIR) dan Konsil Kedokteran Indonesia.

Pokja tersebut menyusun naskah akademik DLP yang terdiri atas naskah akademik
standar kompetensi DLP, naskah akademik standar pendidikan DLP, naskah akademik
masa transisi dan naskah akademik kelembagaan untuk mendukung keberadaan DLP.

Naskah akademik standar kompetensi DLP ini disusun oleh subpokja kompetensi, dan
mendapat asupan dari anggota subpokja lainnya pada pertemuan-pertemuan pokja yang
berlangsung sejak bulan September 2014 hingga Desember 2014.

Semoga naskah akademik standar kompetensi ini dapat menjadi pegangan kolegium
yang akan terbentuk kelak dalam menyusun Standar Kompetensi Dokter Layanan Primer
Indonesia.

Wassalam,

Penyusun

vii
PENDAHULUAN

Masalah kesehatan di Indonesia terus berkembang mengikuti masalah kesehatan yang


ada di dunia. Masalah kesehatan yang terkait dengan gaya hidup terus meningkat.
Sementara itu masalah kesehatan yang telah mulai berkurang di dunia, yaitu penyakit
infeksi, untuk Indonesia tidak bergeming dari angka-angka yang tinggi. Masalah infeksi
biasanya terkait dengan lingkungan dan kualitas pelayanan kesehatan selain tentu saja
pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan.

Riset kesehatan dasar (riskesdas) 2013 menunjukkan secara berurutan bahwa


prevalensi Hipertensi, Diabetes Mellitus, dan Obesitas berdasarkan pemeriksaan adalah
25,8%, 2,4% dan 15,4%. Prevalensi penyakit berdasarkan wawancara bahwa pernah
didiagnosis dokter untuk Hipertensi dan Diabetes Mellitus adalah 9,4% dan 1,5%. Berarti
hanya sebagian kecil dari masyarakat yang hipertensi dan diabetes mellitus yang
mengetahui bahwa mengidap hipertensi dan diabetes mellitus. Begitupula hanya 57,9%
penderita stroke dan 48,2% penderita penyakit sendi yang didiagnosis oleh tenaga
kesehatan. Layanan kesehatan primer memerlukan dokter yang peduli dan ahli untuk
mendeteksi secara dini dan melakukan pencegahan sekunder bagi masyarakat yang
berisiko dan berpenyakit degeneratif agar terkontrol dan terpelihara produktifitasnya.
Perlu adanya dokter yang mencegah terpicunya penyakit degeneratif pada masyarakat
yang berisiko dengan membangkitkan motivasi masyarakat untuk mengubah gaya
hidupnya menjadi gaya hidup sehat.

Riskesdas 2013 juga menunjukkan prevalensi infeksi kronis berdasarkan wawancara


adalah untuk TB paru adalah 0,4%, Hepatitis 1,2%, dan Malaria 6%. Cakupan imunisasi
lengkap 59,2%, penggunaan kontrasepsi 59,7% dan perilaku bercucitangan yang benar
adalah 47%. Perlu adanya pelayanan kesehatan primer yang memiliki tenaga dokter
yang sensitif dan ahli dalam menegakkan penyakit infeksi, memutus rantai
penyebarannya, mencegah timbulnya pada masyarakat dan meningkatkan motivasi
masayrakat untuk mengendalikan kebersihan lingkungan dalam rangka mencegah
kejadian infeksi.

1
Walau 95,4% ibu hamil pernah memeriksakan kehamilannya, dan 83,5% memeriksakan
sebanyak 4 kali, namun hanya 70,4% yang melahirkan di sarana pelayanan kesehatan.
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia, angka kematian ibu meningkat
dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2008 menjadi 359 pada tahun 2012.
Padahal target Millenium Development Goals adalah 110 pada tahun 2015. Demikian
pula menurut Biro Pusat Statistik, pada tahun 2010 angkat kematian bayi adalah 26 dari
100.000 kelahiran hidup yang turun dari angka 39 pada tahun 2007, meningkat lagi pada
tahun 2012 menjadi 34 per 100.000 kelahiran hidup. Lebih dari duapuluh tahun terakhir
dokter di layanan primer tidak lagi menangani kesehatan reproduksi ibu, terutama karena
tersebarnya tenaga bidan yang dilatih khusus untuk pelayanan kesehatan ibu. Namun
dengan tingginya angka kematian ibu, dokter di layanan primer digerakkan kembali untuk
ikut mendeteksi dini risiko kehamilan dan persalinan pada ibu hamil dan melaksanakan
asuhan antenatal terfokus setidaknya satu kali pada setiap kehamilan.

Kebutuhan yang lebih spesifik untuk pelayanan di tingkat primer, menuntut seorang
dokter tidak hanya trampil secara klinis, namun juga trampil dalam memimpin suatu
fasilitas pelayanan kesehatan primer, menguasai permasalahan kesehatan di
komunitasnya dan menjunjung profesionalisme, kepemimpinan dengan selalu dapat
berkomunikasi dengan baik kepada siapa saja baik pada suasana yang sama maupun
lintas budaya.

Selain tidak adil bagi dokter yang menginginkan berkarier sebagai spesialis tertentu
kelak, juga tidak memungkinkannya seluruh kemampuan generalisyang dibutuhkan di
primer, diberikan pada saat pendidikan dokter, maka program studi khusus yang
mendidik dokter agar berkemampuan sesuai kebutuhan sebagai generalis di fasilitas
pelayanan kesehatan primer yang berkualitas, telah dibutuhkan di Indonesia.

Beberapa tulisan yang dipakai sebagai acuan naskah akademik standar kompetensi ini
menunjukkan bahwa Dokter Layanan Primer yang dibutuhkan di Indonesia seyogyanya
mempunyai peran dan funfgsi seperti yang tertulis pada buku laporan WHO tahun 2008:
Primary Care:More Than Never, yaitu sebagai berikut: (1). Melayani agar terjamin

keadilan dalam bidang kesehatan, (2) Melaksanakan pelayanan kesehatan dengan

prinsip ‘patient-centered’ (3) Melaksanakan pelayanan pencegahan dalam semua tingkat

layanan kesehatan dan (4) Membangun jaringan kerja demi kepentingan pelayanan

kesehatan.

2
Beberapa tulisan menunjukkan bahwa bukan hanya masyarakat, namun pelayanan

kedokteran juga menaruh harapan pada dokter. Pelayanan kedokteran berharap (1)

dokter menjadikan pasien dan keluarganya sebagai mitra dalam penatalaksanaan, (2)

dapat berkomunikasi dengan pasien apapun keadaannya dan apapun lbahasa yang

digunakan pasien, (3) terlatih menghadapi pasien apapun latarbelakangnya.

Sebagai dokter yang bekerja di layanan primer, koordinasi dan kolaborasi dengan

pengandil, mitra dan (kompetitor sebagai pengobat), sangat dibutuhkan. Fungsi dokter di

layanan primer sebagai kolaborator adalah: (1) Siap untuk bekerja dengan tenaga medis

lain, tenaga kesehatan lain dan pekerja sosial lainnya, (2) Berkontribusi dan

berpartisipasi aktif dalam tim multidisiplin kesehatan primer untuk melaksanakan tugas

multifungsi dengan baik, (3) Dapat menjadi narasumber utama untuk pasien dan

keluarga serta bekerjasama dengan pasien dan keluarga untuk penatalaksanaan yang

komprehensif.

Oleh sebab itu, kompetensi Dokter Layanan Primer sebagian besar merupakan

kompetensi Kedokteran Keluarga, Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat

dengan berkemampuan untuk melaksanakannya dalam kerangka etik, profesionalisme

dan kepemimpinan yang baik, serta ditunjukkan kepada pasien, keluarga dan

masyarakat dalam bentuk pribadi yang luhur, fasih berkomunikasi efektif dan cakap

budaya dalam segala kondisi biopsikososiokulturalrpiritual apapun.

Sistim pelayanan kesehatan yang diselelnggarakan di Indonesia saat ini mulai

menunjukkan adanya reformasi terutama mengenai sistim pembiayaan kesehatannya.

Dimulainya program jaminan kesehatan sosial nasional pada tahun 2014 mendorong

pembiayaan jaminan semesta bagi masyarakat yang berimbas adanya perubahan sistim

pembiayaan fee for service menjadi sistim kapitasi bagi layanan kesehatan primer.

Dokter yang diharapkan menjadi pimpinan di fasilitas pelayanan kesehatan primer, tidak

saja dituntut untuk piawai dalam hal kepemimpinan, namun juga pandai mengelola

berbagai sistim yang dilaksanakan, termasuk sistim pembiayaan. Oleh karena itu

kompetensi Dokter Layanan Primer tidak cukup dalam hal ketrampilan klinis dan

manajerial, namun termasuk trampil dalam mengelola keuangan. Dibutuhkan dokter

3
yang ahli untuk berpraktik sebagai ujung tombak pelayanan, sebagai pimpinan

fasyankes di primer dan sebagai koordinator pelayanan yang handal.

Dengan berlandaskan berbagai keadaan dan tuntutan kebutuhan akan Dokter Layanan

Primer, maka bab kompetensi (bab 2) akan menguraikan kompetensi dan komponen

kompetensi Dokter Layanan Primer yang telah disesuaikan dengan Peraturan Konsil

Kedokteran Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Kerangka Kualifikasi Nasional

Indonesia untuk Pendidikan Kedokteran.

Definisi DLP

Dengan mengacu pada Deklarasi Alma Ata dan konsep PHC dari WHO (1978), definisi
pelayanan primer dari Institute of Medicine (1996), definisi disiplin ilmu GP/FM dari
WONCA Europe (2011), UU Dikdok 2013, dan konsensus yang melatar-belakanginya;
maka yang dimaksud dengan DLP adalah dokter masa depan (saat ini belum ada) yang
disiapkan untuk menjadi fondasi sistem pelayanan kesehatan di era Jaminan Kesehatan,
baik yang diselenggarakan oleh pemerintah, maupun oleh pihak swasta. Keberagaman
yang menjadi ciri khas Indonesia dan kompleksitas masalah kesehatan di Indonesia,
mengharuskan dokter masa depan ini menguasai Ilmu Kedokteran Keluarga, yang
ditunjang Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk
menghadapi tantangan dan masalah kesehatan Indonesia.

Dokter Layanan Prim er adalah dokter generalis yang m endapatkan

pendidikan setara spesialis, yang m engintegrasikan Kedokteran Keluarga,

Kedokteran Kom unitas dan Kesehatan M asyarakat serta m am pu m em im pin

dan m enyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertam a / prim er yang

berkualitas.

4
Penjelasan dalam definisi DLP:

Kompetensi Generalis:

– Kompetensi yang didapat setelah lulus dari Institusi Pendidikan Kedokteran


dan menyandang gelar ‘Dokter’
– Mampu menyelesaikan berbagai masalah kesehatan sesuai kompetensi
yang tercantum dalam SKDI

Mampu memimpin dan menyelenggarakan pelayanan:

– Adalah kompetensi tambahan yang diperoleh dari pendidikan dokter layanan


primer (penjelasan Pasal 8 UU Dikdok)

Pelayanan Kesehatan Primer:

– Strata pelayanan yang merupakan bagian dari sistim pelayanan kesehatan


yang menjadi bagian dari suatu komunitas di masyarakat dan merupakan
fasilitas kontak pertama pasien dengan profesional dalam bidang kesehatan
– Pelayanan kesehatan yang mudah diakses dan disajikan oleh klinisi yang
akuntabel untuk menyelesaikan sebagian kebutuhan pelayanan kesehatan
individu, menjalankan kemitran yang sinambung yang baik dengan pasien,
dan menerapkannya dalam konteks keluarga dan komunitas (Institute of
Medicine)

Kualifikasi Setara Dokter Spesialis:

– Menempuh pendidikan dengan kualitas yang sama dengan kualitas


pendidikan dokter spesialis (72 SKS – Dikti 2014), KKNI 8

Ilmu Kedokteran Keluarga:

– Sebuah cabang Ilmu Kedokteran yang memfokuskan pada pelayanan


kontak pertama yang komprehensif dan sinambung, dengan memperhatikan
bahwa setiap individu secara utuh, unik dan spesifik, tanpa memandang
usia, jenis kelamin dan penyakit, melayani individu dalam konteks keluarga,
komunitas, dan masyarakat.

5
Ilmu Kedokteran Komunitas:

– Sebuah cabang Ilmu Kedokteran yang memfokuskan pada pelayanan


individu dalam komunitasnya yang spesifik, antara lain kedokteran kerja,
kedokteran olah raga, kedokteran penerbangan, kedokteran kelautan,
kedokteran hiperbarik, dan sebagainya

Ilmu Kesehatan Masyarakat:

– Sebuah disiplin ilmu yang memfokuskan pada upaya peningkatan status


kesehatan masyarakat dengan metode pendekatan prevensi dan promosi,
prolonging life melalui upaya kesehatan dasar yakni sanitasi lingkungan,
pengendalian penyakit infeksi, promosi dan pemberdayaan masyarakat
(Basic 6 WHO, 2009)

6
KOMPETENSI DOKTER LAYANAN PRIMER

Berangkat dari: (1) anjuran WHO untuk reformasi pelayanan kesehatan primer agar lebih
berkualitas pada pelayanan kedokteran, kesehatan masyarakat dan koordinator jejaring
pelayanan kesehatan, (2) adanya reformasi pembiayaan kesehatan di Indonesia
berupa pelaksanaan jaminan kesehatan yang mencakup nasional, (3) dengan
menggunakan perkembangan ilmu kedokteran keluarga yang telah terbukti dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan dokter (4) dengan mengaplikasikan
kemajuan tekhnologi ketrampilan khusus dalam penyelesaian masalah klinis yang
banyak ditemui di layanan primer terutama untuk diagnosis dini, skrining dan
kegawatdaruatan sehingga dapat mengatasi masalah secara tepat dan cepat hingga ke
akarnya, maka disimpulkan beberapa kompetensi utama dokter layanan primer guna
dapat mewujudkan (5) pelayanan kesehatan primer yang mengimplementasikan
pelayanan berpusat pada pasien pada fasyankes sebagai rumah kesehatan bagi semua.

Deskripsi dalam capaian pembelajarannya untuk level KKNI 8 (setara spesialis) sesuai
perkonsil no.12 tahun 2013 adalah sebagai berikut:

Umum
l. Bertakwa kepada Tuhan YME.
2. Memahami dan menunjukkan sikap yang sesuai dengan Kode Etik Kedokteran
Indonesia. (etika)
3. Memahami aspek medikolegal dalam praktik kedokteran dalam masyarakat Indonesia
dengan budaya yang aneka ragam.(hukum)
4. Menyadari kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan dengan praktik kedokterannya
dan mempraktikkan belajar sepanjang hayat dengan selalu mengikuti perkembangan
ilmu dan praktek kedokteran mutakhir. (mawas diri dan life long learner)
5. Berperilaku professional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan
kesehatan baik sebagai pribadi maupun dalam suatu tim pelayanan kesehatan
(profesionalisme dan kepemimpinan)
6. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga dan status
sosial ekonomi. (culture proficiency)

7
Khusus untuk Dokter Layanan Primer, dari deskripsi khusus menurut perkonsil no. 12
tahun 2013 tersebut disimpulkan sebagai berikut:

1. Mampu mengembangkan dan mengaplikasikan pengetahuan, teknologi, dan atau seni


berpraktik di dalam bidang ilmu kedokteran keluarga melalui riset dan atau pelayanan
kedokteran di tingkat primer berkualitas, hingga menghasilkan karya kreatif, original
dan teruji (pendalaman kemampuan klinis).

2. Mampu memecahkan permasalahan sains, teknologi, dan atau seni berpraktik di


dalam bidang ilmu kedokteran keluarga melalui pendekatan inter, multi, dan
transdisipliner di layanan primer (aplikasi klinis kedokteran keluarga di layanan
primer).

3. Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan riset dan pengembangan


pelayanan primer berorientasi komunitas dan pemberdayaan masyarakat yang
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan kemaslahatan umat manusia, serta mampu
mendapat pengakuan nasional maupun intemasional (pelayanan primer berorientasi
komunitas dan pemberdayaan masyarakat).

4. Mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan manajemen dalam mengelola fasilitas


pelayanan kesehatan primer yang bermanfaat bagi masyarakat, serta mampu
mendapat pengakuan nasional maupun internasional (manajemen fasilitas pelayanan
kesehatan primer).

Sehingga area kompetensi Dokter Layanan Primer Indonesia adalah:

1. Manajemen fasilitas pelayanan kesehatan primer


2. Pelayanan primer berorientasi komunitas dan pemberdayaan masyarakat
3. Aplikasi klinis kedokteran keluarga di layanan primer
4. Pendalaman klinis (terutama untuk penapisan dan kegawatdaruratan)
5. BerkeTuhanan, etika, hukum, mawas diri, belajar sepanjang hayat & profesionalisme
di layanan primer
6. Kepemimpinan
7. Komunikasi Holistik, Komprehensif dan Kecakapan Budaya

Hubungan antar area kompetensi satu dan lainnya digambarkan sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai