DOKTER
LAYANAN PRIMER
INDONESIA
SUBPOKJA KOMPETENSI,
DESEMBER 2014
INDONESIA
DISUSUN OLEH
SUBPOKJA KOMPETENSI
DESEMBER 2014
ii
Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya, memperbanyak dan menjual belikan
naskah ini tanpa ijin
iii
SUB POKJA KOMPETENSI
Ketua:
Sekretaris:
Anggota:
iv
(Kolegium Obstetri & Ginekologi Indonesia)
v
Daftar Isi
PENDAHULUAN .........................................................................................................................1
vi
Pengantar
Dokter Layanan Primer (DLP) adalah profesi baru di Indonesia yang di wujudkan
berdasarkan adanya kebutuhan masyarakat akan pelayanan dokter di layanan primer
yang memenuhi kebutuhan. Perwujudan kebutuhan tersebut dilandasi oleh adanya
Undang-undang no. 20 tahun 2013 mengenai Pendidikan Kedokteran yang
menyebutkan bahwa Dokter terdiri atas Dokter, Dokter Layanan Primer setara spesialis
dan Dokter Spesialis. Dengan demikian kompetensi DLP perlu disusun dan disepakati
bersama sebagai landasan penyusunan Kurikulum Pendidikan DLP dan acuan
penerbitan setifikat kompetensi serta kebutuhan pemutihan dan pembentukan kolegium.
Pokja tersebut menyusun naskah akademik DLP yang terdiri atas naskah akademik
standar kompetensi DLP, naskah akademik standar pendidikan DLP, naskah akademik
masa transisi dan naskah akademik kelembagaan untuk mendukung keberadaan DLP.
Naskah akademik standar kompetensi DLP ini disusun oleh subpokja kompetensi, dan
mendapat asupan dari anggota subpokja lainnya pada pertemuan-pertemuan pokja yang
berlangsung sejak bulan September 2014 hingga Desember 2014.
Semoga naskah akademik standar kompetensi ini dapat menjadi pegangan kolegium
yang akan terbentuk kelak dalam menyusun Standar Kompetensi Dokter Layanan Primer
Indonesia.
Wassalam,
Penyusun
vii
PENDAHULUAN
1
Walau 95,4% ibu hamil pernah memeriksakan kehamilannya, dan 83,5% memeriksakan
sebanyak 4 kali, namun hanya 70,4% yang melahirkan di sarana pelayanan kesehatan.
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia, angka kematian ibu meningkat
dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2008 menjadi 359 pada tahun 2012.
Padahal target Millenium Development Goals adalah 110 pada tahun 2015. Demikian
pula menurut Biro Pusat Statistik, pada tahun 2010 angkat kematian bayi adalah 26 dari
100.000 kelahiran hidup yang turun dari angka 39 pada tahun 2007, meningkat lagi pada
tahun 2012 menjadi 34 per 100.000 kelahiran hidup. Lebih dari duapuluh tahun terakhir
dokter di layanan primer tidak lagi menangani kesehatan reproduksi ibu, terutama karena
tersebarnya tenaga bidan yang dilatih khusus untuk pelayanan kesehatan ibu. Namun
dengan tingginya angka kematian ibu, dokter di layanan primer digerakkan kembali untuk
ikut mendeteksi dini risiko kehamilan dan persalinan pada ibu hamil dan melaksanakan
asuhan antenatal terfokus setidaknya satu kali pada setiap kehamilan.
Kebutuhan yang lebih spesifik untuk pelayanan di tingkat primer, menuntut seorang
dokter tidak hanya trampil secara klinis, namun juga trampil dalam memimpin suatu
fasilitas pelayanan kesehatan primer, menguasai permasalahan kesehatan di
komunitasnya dan menjunjung profesionalisme, kepemimpinan dengan selalu dapat
berkomunikasi dengan baik kepada siapa saja baik pada suasana yang sama maupun
lintas budaya.
Selain tidak adil bagi dokter yang menginginkan berkarier sebagai spesialis tertentu
kelak, juga tidak memungkinkannya seluruh kemampuan generalisyang dibutuhkan di
primer, diberikan pada saat pendidikan dokter, maka program studi khusus yang
mendidik dokter agar berkemampuan sesuai kebutuhan sebagai generalis di fasilitas
pelayanan kesehatan primer yang berkualitas, telah dibutuhkan di Indonesia.
Beberapa tulisan yang dipakai sebagai acuan naskah akademik standar kompetensi ini
menunjukkan bahwa Dokter Layanan Primer yang dibutuhkan di Indonesia seyogyanya
mempunyai peran dan funfgsi seperti yang tertulis pada buku laporan WHO tahun 2008:
Primary Care:More Than Never, yaitu sebagai berikut: (1). Melayani agar terjamin
layanan kesehatan dan (4) Membangun jaringan kerja demi kepentingan pelayanan
kesehatan.
2
Beberapa tulisan menunjukkan bahwa bukan hanya masyarakat, namun pelayanan
kedokteran juga menaruh harapan pada dokter. Pelayanan kedokteran berharap (1)
dokter menjadikan pasien dan keluarganya sebagai mitra dalam penatalaksanaan, (2)
dapat berkomunikasi dengan pasien apapun keadaannya dan apapun lbahasa yang
Sebagai dokter yang bekerja di layanan primer, koordinasi dan kolaborasi dengan
pengandil, mitra dan (kompetitor sebagai pengobat), sangat dibutuhkan. Fungsi dokter di
layanan primer sebagai kolaborator adalah: (1) Siap untuk bekerja dengan tenaga medis
lain, tenaga kesehatan lain dan pekerja sosial lainnya, (2) Berkontribusi dan
berpartisipasi aktif dalam tim multidisiplin kesehatan primer untuk melaksanakan tugas
multifungsi dengan baik, (3) Dapat menjadi narasumber utama untuk pasien dan
keluarga serta bekerjasama dengan pasien dan keluarga untuk penatalaksanaan yang
komprehensif.
Oleh sebab itu, kompetensi Dokter Layanan Primer sebagian besar merupakan
dan kepemimpinan yang baik, serta ditunjukkan kepada pasien, keluarga dan
masyarakat dalam bentuk pribadi yang luhur, fasih berkomunikasi efektif dan cakap
Dimulainya program jaminan kesehatan sosial nasional pada tahun 2014 mendorong
pembiayaan jaminan semesta bagi masyarakat yang berimbas adanya perubahan sistim
pembiayaan fee for service menjadi sistim kapitasi bagi layanan kesehatan primer.
Dokter yang diharapkan menjadi pimpinan di fasilitas pelayanan kesehatan primer, tidak
saja dituntut untuk piawai dalam hal kepemimpinan, namun juga pandai mengelola
berbagai sistim yang dilaksanakan, termasuk sistim pembiayaan. Oleh karena itu
kompetensi Dokter Layanan Primer tidak cukup dalam hal ketrampilan klinis dan
3
yang ahli untuk berpraktik sebagai ujung tombak pelayanan, sebagai pimpinan
Dengan berlandaskan berbagai keadaan dan tuntutan kebutuhan akan Dokter Layanan
Primer, maka bab kompetensi (bab 2) akan menguraikan kompetensi dan komponen
kompetensi Dokter Layanan Primer yang telah disesuaikan dengan Peraturan Konsil
Definisi DLP
Dengan mengacu pada Deklarasi Alma Ata dan konsep PHC dari WHO (1978), definisi
pelayanan primer dari Institute of Medicine (1996), definisi disiplin ilmu GP/FM dari
WONCA Europe (2011), UU Dikdok 2013, dan konsensus yang melatar-belakanginya;
maka yang dimaksud dengan DLP adalah dokter masa depan (saat ini belum ada) yang
disiapkan untuk menjadi fondasi sistem pelayanan kesehatan di era Jaminan Kesehatan,
baik yang diselenggarakan oleh pemerintah, maupun oleh pihak swasta. Keberagaman
yang menjadi ciri khas Indonesia dan kompleksitas masalah kesehatan di Indonesia,
mengharuskan dokter masa depan ini menguasai Ilmu Kedokteran Keluarga, yang
ditunjang Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk
menghadapi tantangan dan masalah kesehatan Indonesia.
berkualitas.
4
Penjelasan dalam definisi DLP:
Kompetensi Generalis:
5
Ilmu Kedokteran Komunitas:
6
KOMPETENSI DOKTER LAYANAN PRIMER
Berangkat dari: (1) anjuran WHO untuk reformasi pelayanan kesehatan primer agar lebih
berkualitas pada pelayanan kedokteran, kesehatan masyarakat dan koordinator jejaring
pelayanan kesehatan, (2) adanya reformasi pembiayaan kesehatan di Indonesia
berupa pelaksanaan jaminan kesehatan yang mencakup nasional, (3) dengan
menggunakan perkembangan ilmu kedokteran keluarga yang telah terbukti dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan dokter (4) dengan mengaplikasikan
kemajuan tekhnologi ketrampilan khusus dalam penyelesaian masalah klinis yang
banyak ditemui di layanan primer terutama untuk diagnosis dini, skrining dan
kegawatdaruatan sehingga dapat mengatasi masalah secara tepat dan cepat hingga ke
akarnya, maka disimpulkan beberapa kompetensi utama dokter layanan primer guna
dapat mewujudkan (5) pelayanan kesehatan primer yang mengimplementasikan
pelayanan berpusat pada pasien pada fasyankes sebagai rumah kesehatan bagi semua.
Deskripsi dalam capaian pembelajarannya untuk level KKNI 8 (setara spesialis) sesuai
perkonsil no.12 tahun 2013 adalah sebagai berikut:
Umum
l. Bertakwa kepada Tuhan YME.
2. Memahami dan menunjukkan sikap yang sesuai dengan Kode Etik Kedokteran
Indonesia. (etika)
3. Memahami aspek medikolegal dalam praktik kedokteran dalam masyarakat Indonesia
dengan budaya yang aneka ragam.(hukum)
4. Menyadari kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan dengan praktik kedokterannya
dan mempraktikkan belajar sepanjang hayat dengan selalu mengikuti perkembangan
ilmu dan praktek kedokteran mutakhir. (mawas diri dan life long learner)
5. Berperilaku professional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan
kesehatan baik sebagai pribadi maupun dalam suatu tim pelayanan kesehatan
(profesionalisme dan kepemimpinan)
6. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga dan status
sosial ekonomi. (culture proficiency)
7
Khusus untuk Dokter Layanan Primer, dari deskripsi khusus menurut perkonsil no. 12
tahun 2013 tersebut disimpulkan sebagai berikut:
Hubungan antar area kompetensi satu dan lainnya digambarkan sebagai berikut: