Disusun Oleh:
2018
KONSEP KERACUNAN
A. Pengertian
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi,
menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang
relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan
dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu
kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua
pengunjung departemen kedaruratan datang karena masalah toksik.
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang
disebabkan oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik,
dan lain-lain. Keracunan dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan
tidak disengaja, tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri atau
dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan kriminal. Keracunan
yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik
lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja.
B. Etologi
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan
keracunan, antara lain :
1. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari
berbagai golongan seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat,
karbamat ), golongan gas (nitrogen metana, karbon monoksida,
klor ), golongan logam (timbal, posfor, air raksa,arsen) ,golongan
bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida
fenol ).
2. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological
toxicants ) mis : sengatan serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll
3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial
toxicants ) mis : Bacillus cereus, Compilobacter jejuni,
Clostridium botulinum, Escherichia coli dll
4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical
toxicants ) mis : jamur amnita, jamur psilosibin, oleander,
kecubung dll
C. Patofisiologi
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat
dengan akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan.
Fungsi kardiovaskuler mungkin juga terganggu,sebagian karena efek
toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian
lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak. Hipotensi yang terjadi
mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan
ginjal, hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu
tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi
sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan
memperberat syok,asidemia,dan hipoksia
D. Manifestasi Klinis
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara
pemberian, apakah melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan,
karena hal ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan
distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan
metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons jaringan.
Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti adanya
bau gas batu bara (saat ini jarang), pupil sangat kecil (pinpoint), muntah,
depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan akut morfin dan
alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena
biasanya pupil berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien
yang sangat rendah tingkat kesadaranya, pupilnya mungkin menyempit
tetapi tidak sampai berukuran pinpoint. Kulit muka merah, banyak
berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah
pada keracunan salisilat akut (aspirin).
Garam logam
< 1 jam Mual, muntah, rasa yang tak lazim
di mulut, mulut terasa panas
1-6 jam (rerata 2-4) Mual, muntah, diare, nyeri perut. Staphylococcus Aureus dan
enterotoksinnya
Bacillus Cereus.
8-16 jam (2-4 muntah) Muntah, kram perut, diare, rasa
mual.
6-24 jam Mual, muntah, diare, rasa haus, Jamur berjenis Amanita.
pelebaran pupil, pingsan, koma.
Corynebacterium diphtheria
2-5 hari Radang tengorokan dan hidung,
eksudat berwarna keabuan, demam,
mengigil, nyeri tengorokan, lemah,
sulit menelan, pembengkakan
kelenjar getah bening leher.
12-72 jam (rerata 18-36) Kram perut, diare, muntah, demam, Salmonella spp (termasuk S.
mengigil, lemah hebat, mual, sakit Arizonae), E. coli
kepala, kadang-kadang diare enteropatogenik, dan
berdarah dan berlendir, lesi kulit Enterobakteriacae, V. cholera
yang disebabkan Vibrio vulnificuis. (01 dan non-01), vulvinicus,
Yersinia enterocolitica V. fluvialis.
menyebabkan gejala yang
menyerupai flu apendisitis akut.
Giardia lamblia
1-6 minggu Diare lengket (tinja berlemak), sakit
perut, berat badan menurun
Entamoeba hystolitica
1-beberapa minggu Sakit perut, diare, sembelit, sakit
kepala, mengantuk, kadang tanpa
gejala
3-6 bulan Sulit tidur, tak ada nafsu makan, Taenia sanginata dan taenia
berat badan menurun, sakit perut, solium
kadang gastroenteritis
24 jam (gastrointestinal) Muntah, diare, sakit perut, bingung, Domoic Acid (Amnestic
sampai 48 jam hilang ingatan, deisorientasi, kejang shelifish poisoning: ASP)
(neurologis) dan koma.
Bervariasi, bergantung Demam, mengigil, sakit kepala atau Bacillus anthracis, brucella
pada tipe penyakit sendi, lemah-lesu, bengkak melitensis, B. abortus, B.
dikelenjar getah bening, dan gejala suis, coxiella bernetti,
yang khas untuk penyakit lain. francisella tularensis, listeria
monocytogenes, M.
tuberculosis, mycobacterium
sp, pasteurella multocida,
streptobacillus moniliformis,
campylobacter jejuni,
leptospira SSP.
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas
5. Syok (Brunner and Suddarth, 2010).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium toksikologi
2. uji darah, urin, isi lambung, atau muntah.
3. foto sinar X abdomen (Noer Syaifoellah,2006).
H. Penatalaksanaan Kedaruratan Keracunan
Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-
inaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan
pendukung, untuk memelihara sistem organ vital, menggunakan antidotum
spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk
mempercepat eliminasi racun terabsorbsi. Penatalaksanaan umum
kedaruratan keracunan antara lain:
1. Dapatkan kontrol jalan panas, ventilasi, dan oksigenisasi. Pada
keadaan tidak ada kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien
bergantung pada keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sistem
sirkulasi.
2. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan
waktu tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang
tepat.
3. Tangani syok yang tepat.
4. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
5. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin
untuk menurunkan efek toksin.
6. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu
sistem saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena
oksigen tidak adekuat.
7. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung
penghilangan zat yang ditelan, yaitu:
A. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
2. Data Obyektif
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran menurun
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
5. Gastrointestinal
Muntah, diare
6. Integumen
Berkeringat
7. Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan
8. Integritas Ego
Gelisah, pucat
9. Eliminasi
Diare
Hipersaliva
11. Sensori
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
E. RENCANA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik pada
mioakrd
Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
Intervensi :
a. Kaji adanya perubahan tanda-tanda vital.
Rasional : Data tersebut berguna dalam menentukan perubahan
perfusi
b. Kaji daerah ekstremitas dingin,lembab,dan sianosis
Rasional : Ekstremitas yang dingin,sianosis menunjukan penurunan
perfusi jaringan
c. Berikan kenyamanan dan istirahat
Rasional : Kenyamanan fisik memperbaiki kesejahteraan pasien
istirahat mengurangi komsumsi oksigen
d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
antidotum
Rasional : Obat antidot (penawar) dapat mengakumulasi
penumpukan racun.
2. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan depresi
pernapasan
Tujuan : Mempertahankan pola napas tetap efektif
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien dalam
menentukan tindakan selanjutnya
b. Berikan O2 sesuai anjuran dokter
Rasional : Terapi oksigen meningkatkan suplai oksigen ke jantung
c. Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen(ventilator) dan
lakukan suction.
Rasional : Ventilator bisa membantu memperbaiki depresi jalan
napas
d. Berikan kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan
memberikan asuhan keperawatan individual
Rasional : Kenyamanan fisik akan memperbaiki kesejahteraan
pasien dan mengurangi kecemasan,istirahat mengurangi komsumsi
oksigen miokard
3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf
pusat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan dapat
mempertahankan tingkat kesadaran klien (komposmentis)
Intervensi :
a. Monitor vital sign tiap 15 menit
Rasional : bila ada perubahan yang bermakna merupakan indikasi
penurunan kesadaran
b. Catat tingkat kesadaran pasien
Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran
darah otak.
c. Kaji adanya tanda-tanda distress pernapasan,nadi
cepat,sianosis dan kolapsnya pembuluh darah
Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan
pada otak, ginjal, jantung dan paru.
d. Monitor adanya perubahan tingkat kesadaran
Rasioanal : Tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan
hidup, meliputi resusitasi : Airway, breathing, sirkulasi
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti dotum
Rasional : Anti dotum (penawar racun) dapat membantu
mengakumulasi penumpukan racun
4. Cemas berhubungan dengan koping yang tidak efektif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan berkurang
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan pasien
Rasional : Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi
dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan
tindakan medikamentosa
b. Jelaskan mekanisme pengobatan
Rasional : Pengetahuan terhadap mekanisme pengobatan
diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien
c. Tingkatkan mekanisme koping yang efektif
Rasional : Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping
yang dimiliki efektif
d. Jika keracunan sebagai usaha untuk bunuh diri maka lakukan
safety precautions.
Rasional : Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis dapat
membantu proses pengobatan (Doengoes, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal
Bedah, vol: 3. Jakarta: EGC.