Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KONSEP KERACUNAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN KERACUNAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Kegawatdaruratan


dengan dosen pembimbing Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep

Disusun Oleh:

1. Pujiyanto 11. Singgih Aris


2. Purwanto
Ruwanto
3. Pusporini
4. Putri Asdynia
12. Siti Fathimah
5. Putri
13. Sri Endang S.
Wigatiningrum 14. Sri Sugiarti
6. Rahel Sumaryanti 15. Sri Susanti
7. Revinna Sinaga 16. Supardi
8. Rizka Adila 17. Triyono
18. Wardi Sugiyarto
Wardani
19. Wiwid Wahyudianto
9. Rizky Wulan
20. Wiwit Windarti
Primadhani 21. Yen Herdian Arba
10. Saiful Rizky 22. Yesi Nugrahani P. P.
23. Rizky Ramadhan
Ramadhan

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA


SURAKARTA

2018
KONSEP KERACUNAN

A. Pengertian
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi,
menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang
relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan
dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu
kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua
pengunjung departemen kedaruratan datang karena masalah toksik.
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang
disebabkan oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik,
dan lain-lain. Keracunan dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan
tidak disengaja, tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri atau
dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan kriminal. Keracunan
yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik
lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja.
B. Etologi
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan
keracunan, antara lain :
1. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari
berbagai golongan seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat,
karbamat ), golongan gas (nitrogen metana, karbon monoksida,
klor ), golongan logam (timbal, posfor, air raksa,arsen) ,golongan
bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida
fenol ).
2. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological
toxicants ) mis : sengatan serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll
3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial
toxicants ) mis : Bacillus cereus, Compilobacter jejuni,
Clostridium botulinum, Escherichia coli dll
4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical
toxicants ) mis : jamur amnita, jamur psilosibin, oleander,
kecubung dll
C. Patofisiologi
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat
dengan akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan.
Fungsi kardiovaskuler mungkin juga terganggu,sebagian karena efek
toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian
lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak. Hipotensi yang terjadi
mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan
ginjal, hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu
tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi
sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan
memperberat syok,asidemia,dan hipoksia
D. Manifestasi Klinis
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara
pemberian, apakah melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan,
karena hal ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan
distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan
metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons jaringan.
Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti adanya
bau gas batu bara (saat ini jarang), pupil sangat kecil (pinpoint), muntah,
depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan akut morfin dan
alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena
biasanya pupil berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien
yang sangat rendah tingkat kesadaranya, pupilnya mungkin menyempit
tetapi tidak sampai berukuran pinpoint. Kulit muka merah, banyak
berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah
pada keracunan salisilat akut (aspirin).

Manifestasi Klinis Keracunan

Onset (Masa Awitan) Gejala Utama Jasad Renik/Toksin


Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan

Garam logam
< 1 jam Mual, muntah, rasa yang tak lazim
di mulut, mulut terasa panas

1-2 jam Mual, muntah, sianosis, sakit Nitrit


kepala, pusing, sesak nafas,
gemetar, lemah, pingsan.

1-6 jam (rerata 2-4) Mual, muntah, diare, nyeri perut. Staphylococcus Aureus dan
enterotoksinnya

Bacillus Cereus.
8-16 jam (2-4 muntah) Muntah, kram perut, diare, rasa
mual.

6-24 jam Mual, muntah, diare, rasa haus, Jamur berjenis Amanita.
pelebaran pupil, pingsan, koma.

Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas

12-72 jam Radang tengorokan, demam, mual, Streptococcus Pyogene


muntah, pengeluaran secret dari
hidung, terkadang ruam kulit.

Corynebacterium diphtheria
2-5 hari Radang tengorokan dan hidung,
eksudat berwarna keabuan, demam,
mengigil, nyeri tengorokan, lemah,
sulit menelan, pembengkakan
kelenjar getah bening leher.

Gejala Saluran Cerna Bawah (kram perut, diare) yang Dominan


C. perfringens; B. cereus; S;
2-36 jam (rerata 6-12) Kram perut, diare, diare yang faecalis; S. faecium
disebabkan Clostridiumperfringens,
kadang-kadang rasa mual dan
muntah

12-72 jam (rerata 18-36) Kram perut, diare, muntah, demam, Salmonella spp (termasuk S.
mengigil, lemah hebat, mual, sakit Arizonae), E. coli
kepala, kadang-kadang diare enteropatogenik, dan
berdarah dan berlendir, lesi kulit Enterobakteriacae, V. cholera
yang disebabkan Vibrio vulnificuis. (01 dan non-01), vulvinicus,
Yersinia enterocolitica V. fluvialis.
menyebabkan gejala yang
menyerupai flu apendisitis akut.

3-5 hari Diare, demam, muntah dengan nyeri Virus-virus enterik


perut, gejala saluran nafas

Giardia lamblia
1-6 minggu Diare lengket (tinja berlemak), sakit
perut, berat badan menurun

Entamoeba hystolitica
1-beberapa minggu Sakit perut, diare, sembelit, sakit
kepala, mengantuk, kadang tanpa
gejala

3-6 bulan Sulit tidur, tak ada nafsu makan, Taenia sanginata dan taenia
berat badan menurun, sakit perut, solium
kadang gastroenteritis

Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis)

Gastroenteritis, cemas, penglihatan Fosfat organic


< 1 jam kabur, nyeri dada, sianosis, kedutan,
kejang.
Jamur jenis muscaria
Salvias berlebihan, berkeringat,
gastroenteritis, nadi tak teraratur,
pupil mengecil, bernafas seperti
orang asma.

Rasa baal atau gatal, pusing, pucat, Tetrodotoxin


1-6 jam pendarahan perut, pengelupasan
kulit, mata terfiksasi, reflek hilang,
kedutan, paralisis otot.

Rasa baal atau gatal, gastroenteritis, Ciguatoxin


pusing, mulut kering, otot nyeri,
pupil melebar, pandangan kabur,
paralisis otot.

Rasa mual, muntah, rasa (geli) Chlorinated hydrocarbon


2 jam-6 hari (12-36 jam) seperti dikaruk, pusing, lemah, tak
ada nafsu makan, berat badan
menurun, bingung.

Vertigo, pandangan kabur atau Clostridium botulinum dan


diplobia, reflek cahaya hilang, sulit toksinnya.
menelan, berbicara dan bernafas;
mulut kering, lemah, paralisis
pernafasan.

Rasa baal, kaki lemah, paralisis, Air raksa organic


>72 jam spastic, penglihatan berkurang, buta,
dan koma.

Gastroenteritis, nyeri pada kaki, Triortrocresyl phosphate.


kaki dan tangan jatuh.

Terjadi Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal)

Sakit kepala, pusing, mual, muntah, Scombrotoxin (histamine)


< 1 jam rasa panas pada mulut, tengorok
terasa terbakar, muka sembab dan
merah, sakit perut, gatal dikulit.
Rasa baal disekitar muluit, rasa
seperti digaruk (geli), kemerahan,
pusing, sakit kepala, mual. Monosodium glutamate
(MSG)
Kemerahan, rasa panas, gatal, sakit
perut, edema lutut dan wajah.
Asam nikotinat

Gejala Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang)

0,5-2 jam Saxitoxin (paralytic shelifish


Rasa seperti digaruk (geli), terbakar, poisoning: PSP)
baal, mengantuk, bicara inkoheren,
paralisis pernafasan.

2-5 menit sampai 3-4 Brevetoxin (neurotoxic


jam Sensasi panas dan dingin shelifish poisoning: NSP)
bergantian, rasa geli; baal disekitar
bibir, lidah dan tengorokan; nyeri
otot, pusing, diare, muntah.

30 menit sampai 2-3 jam


Rasa mual, muntah, diare, sakit Dinophysis toxin, okadaic
perut, mengigil, demam. acid, pectenotoxin,
yessotoxin (Diarrheic
shelifish poisoning:DSP)

24 jam (gastrointestinal) Muntah, diare, sakit perut, bingung, Domoic Acid (Amnestic
sampai 48 jam hilang ingatan, deisorientasi, kejang shelifish poisoning: ASP)
(neurologis) dan koma.

Gejala Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan Kelenjar


Limfe)

4-28 hari (rerata 9 hari) Trichinella spiralis


Gastroenteritis, demam, edema
disekitar mata, berkeringat, nyeri
otot, mengigil, lemah, sulit bernafas.
7-28 hari (rerata 14 hari) Lemah yang hebat, sakit kepala, Salmonella typhi
sakit kepala, demam, batuk, mual,
muntah, sembelit, sakit perut,
mengigil, bintik merah dikulit, tinja
berdarah.

10-13 hari Demam, sakit kepala, nyeri otot, Toxoplasma gondii


kemerahan.
10-50 hari (rerata 25-30)
Demam, lemah-lesu, tak ada nafsu
makan, mual, sakit perut, kuning Mungkin virus
(ikterus).

Bervariasi, bergantung Demam, mengigil, sakit kepala atau Bacillus anthracis, brucella
pada tipe penyakit sendi, lemah-lesu, bengkak melitensis, B. abortus, B.
dikelenjar getah bening, dan gejala suis, coxiella bernetti,
yang khas untuk penyakit lain. francisella tularensis, listeria
monocytogenes, M.
tuberculosis, mycobacterium
sp, pasteurella multocida,
streptobacillus moniliformis,
campylobacter jejuni,
leptospira SSP.

E. Mengatasi Efek dan Gejala Keracunan


Efek dan gejala keracunan pada manusia dapat timbul setempat
(lokal) atau sistemik setelah racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem
peredaran darah atau keduanya.
1. Lokal
Racun yang bersifat korosif akan merusak atau mengakibatkan
luka pada selaput lendir atau jaringan yang terkena. Beberapa
racun lain secara lokal mempunyai efek pada sistem saraf pusat
dan organ tubuh lain, seperti jantung, hati, paru, dan ginjal tanpa
sifat korosif dan iritan.
2. Sistemik
Setelah memberikan efek secara lkal, biasanya racun diabsorpsi
dan masuk ke dalam sistem peredaran darah dan akan
mempengaruhi organ-organ tubuh yang penting. Faktor-faktor
yang mempengaruhi efek dan gejala keracunan antara lain; bentuk
dan cara masuk, usia, makanan, kebiasaan, kondisi kesehatan,
idiosinkrasi, dan jumlah racun. Efek dan gejala yang ditimbulkan
akibat keracunan terjadi antara lain pada sistem pernapasan,
pencernaan, kardiovaskuler, urogenital, darah dan hemopoitika,
serta sistem saraf pusat (SSP).
Tatacara mencegah atau menghentikan penyerapan racun:
Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
a. Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air,
susu, telor mentah atau norit)
b. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan
sebelum 4 jam) dengan cara:
1) Dimuntahkan: bisa dilakukan dengan cara
mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan),
atau pemberian air garam.
2) Kontraindikasi: cara ini tidak boleh
dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa
kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun
dan penderita kejang.
c. Bilas lambung:
1) Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih
rendah.
2) Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan
norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5
%.
3) Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume
250 cc.
4) Kontraindikasi : keracunan zat korosif &
kejang.
5) Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar,
klisma (air sabun atau gliserin).
3. Racun melalui melalui kulit atau mata
a. Pakaian yang terkena racun dilepas
b. Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air
dan sabun atau zat penetralisir (asam cuka / bicnat
encer).
c. Hati-hati: penolong jangan sampai
terkontaminasi.
4. Racun melalui inhalasi
a. Pindahkan penderita ke tempat aman dengan
udara yang segar.
b. Pernafasan buatan penting untuk
mengeluarkan udara beracun yang terhisap, jangan
menggunakan metode mouth to mouth.
5. Racun melalui suntikan
a. Pasang torniquet proximal tempat suntikan,
jaga agar denyut arteri bagian distal masih teraba
dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit
b. Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg
subkutan/im.
c. Beri kompres dingin di tempat suntikan
6. Mengeluarkan racun yang telah diserap. Dilakukan dengan
cara:
a. Diuretic: lasix, manitol
b. Dialisa
c. Transfusi exchange
F. Komplikasi

1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas
5. Syok (Brunner and Suddarth, 2010).

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium toksikologi
2. uji darah, urin, isi lambung, atau muntah.
3. foto sinar X abdomen (Noer Syaifoellah,2006).
H. Penatalaksanaan Kedaruratan Keracunan
Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-
inaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan
pendukung, untuk memelihara sistem organ vital, menggunakan antidotum
spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk
mempercepat eliminasi racun terabsorbsi. Penatalaksanaan umum
kedaruratan keracunan antara lain:
1. Dapatkan kontrol jalan panas, ventilasi, dan oksigenisasi. Pada
keadaan tidak ada kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien
bergantung pada keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sistem
sirkulasi.
2. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan
waktu tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang
tepat.
3. Tangani syok yang tepat.
4. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
5. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin
untuk menurunkan efek toksin.
6. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu
sistem saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena
oksigen tidak adekuat.
7. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung
penghilangan zat yang ditelan, yaitu:

a. Diuresis untuk agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal


b. Dialisis Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui
sirkuit ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent
[karbon atau resin], dimana setelah detoksifikasi darah
dikembalikan ke pasien.
8. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
9. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
10.Menurunkan peningkatan suhu.
11.Berikan analgesik yang sesuai untuk nyeri.
12.Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan
muntah.
13.Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
14.Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan
kejang.
15.Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukkan
tanda dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Data Subyektif

a. Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak


seperti jalan nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya
gangguan asam basa, keadaan status jantung dan status kesadaran.
b. Riwayat kesadaran : riwayat keracunan, bahan racun yang
digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah
lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang
ditimbulkan dan kapan terjadinya.

2. Data Obyektif

a. Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi


dan perdarahan saluran pencernaan.

b. Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus,


disorientasi, delirium, kejang sampai koma.

c. BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan


berkeringat.

d. Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic


dalam jumlah besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.

e. Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan


trombositopenia.

f. Gangguan elektrolit : hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia


atau hipokalsemia (Mansjoer Arif, 2009).

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum

Kesadaran menurun

2. Pernafasan

Nafas tidak teratur

3. Kardiovaskuler

Hipertensi, nadi aritmia


4. Persarafan

Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan, paralise

5. Gastrointestinal

Muntah, diare

6. Integumen

Berkeringat

7. Muskuloskeletal

Kelelahan, kelemahan

8. Integritas Ego

Gelisah, pucat

9. Eliminasi

Diare

10. Selaput lendir

Hipersaliva

11. Sensori

Mata mengecil/membesar, pupil miosis (Mansjoer Arif,2009).

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula


darah, cairan lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas
serum, elektrolit, urea N, kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG,
Foto toraks/ abdomen, Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis obat,
Tes toksikologi kuantitatif (Mansjoer Arif, 2009).
D. DIAGNOSIS YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan distress


pernapasan.
2. Resiko kekurangan cairan tubuh.
3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf
pusat.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan mual, muntah.
5. Perubahan perfusi berhubungan dengan efek toksik pada miokard.
6. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan depresi mekanisme
suhu tubuh.
7. Cemas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping individu
(Doengoes, 2014).

E. RENCANA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik pada
mioakrd
Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
Intervensi :
a. Kaji adanya perubahan tanda-tanda vital.
Rasional : Data tersebut berguna dalam menentukan perubahan
perfusi
b. Kaji daerah ekstremitas dingin,lembab,dan sianosis
Rasional : Ekstremitas yang dingin,sianosis menunjukan penurunan
perfusi jaringan
c. Berikan kenyamanan dan istirahat
Rasional : Kenyamanan fisik memperbaiki kesejahteraan pasien
istirahat mengurangi komsumsi oksigen
d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
antidotum
Rasional : Obat antidot (penawar) dapat mengakumulasi
penumpukan racun.
2. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan depresi
pernapasan
Tujuan : Mempertahankan pola napas tetap efektif
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien dalam
menentukan tindakan selanjutnya
b. Berikan O2 sesuai anjuran dokter
Rasional : Terapi oksigen meningkatkan suplai oksigen ke jantung
c. Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen(ventilator) dan
lakukan suction.
Rasional : Ventilator bisa membantu memperbaiki depresi jalan
napas
d. Berikan kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan
memberikan asuhan keperawatan individual
Rasional : Kenyamanan fisik akan memperbaiki kesejahteraan
pasien dan mengurangi kecemasan,istirahat mengurangi komsumsi
oksigen miokard
3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf
pusat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan dapat
mempertahankan tingkat kesadaran klien (komposmentis)

Intervensi :
a. Monitor vital sign tiap 15 menit
Rasional : bila ada perubahan yang bermakna merupakan indikasi
penurunan kesadaran
b. Catat tingkat kesadaran pasien
Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran
darah otak.
c. Kaji adanya tanda-tanda distress pernapasan,nadi
cepat,sianosis dan kolapsnya pembuluh darah
Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan
pada otak, ginjal, jantung dan paru.
d. Monitor adanya perubahan tingkat kesadaran
Rasioanal : Tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan
hidup, meliputi resusitasi : Airway, breathing, sirkulasi
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti dotum
Rasional : Anti dotum (penawar racun) dapat membantu
mengakumulasi penumpukan racun
4. Cemas berhubungan dengan koping yang tidak efektif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan berkurang
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan pasien
Rasional : Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi
dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan
tindakan medikamentosa
b. Jelaskan mekanisme pengobatan
Rasional : Pengetahuan terhadap mekanisme pengobatan
diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien
c. Tingkatkan mekanisme koping yang efektif
Rasional : Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping
yang dimiliki efektif
d. Jika keracunan sebagai usaha untuk bunuh diri maka lakukan
safety precautions.
Rasional : Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis dapat
membantu proses pengobatan (Doengoes, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, Marillyn. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Fajri. (2012). Keracunan Obat dan bahan Kimia Berbahaya.


Dari:http://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-
bahan-kimia-berbahaya/. Diakses tanggal 4 Mei 2012.

Noer Syaifoellah,2006,Ilmu Penyakit Dalam,FKUI,Jakarta

Indonesiannursing. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Luka Bakar


(Combustio). Dari:http://indonesiannursing.com/2008/10/asuhan-
keperawatan-pada-klien-dengan-luka-bakar-combustio/. Diakses tanggal 16
April 2012.

Sartono. (2001). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.

Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal
Bedah, vol: 3. Jakarta: EGC.

Syamsi. (2012). Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan


Serangga. Dari:http://nerssyamsi.blogspot.com/2012/01/konsep-
kegawatdaruratan-pada-pasien.html. Diakses tanggal 16 April 2012

Anda mungkin juga menyukai