2.8 Komplikasi
Angina Ludwig merupakan selulitis bilateral dari ruang submandibular
yang terdiri dari dua ruang yaitu ruang sublingual dan ruang submaksilar.
Secara klinis, kedua ruang ini berfungsi sebagai satu kesatuan karena adanya
hubungan bebas serta kesamaan dalam tanda dan gejala klinis. Celah
buccopharingeal, yang dibentuk oleh m. styloglossus melalui m. constrictor
media dan superior, merupakan penghubung antara ruang submandibular
dengan ruang pharingeal lateral. Infeksi Angina Ludwig dapat menyebar
secara langsung melalui celah buccopharingeal ini ke ruang pharingeal
lateral, di mana selulitis akan dengan cepat menjadi berbahaya serta
menimbulkan obstruksi jalan napas yang berat (Ugboko et al, 2005:21;
Raharjo, 2008:34).
Akibat barrier anatomik yang tidak dibatasi, infeksi dapat menyebar
secara mudah ke jaringan leher, ruang fascia retropharingeal, bahkan hingga
mediastinum dan ruang subphrenik. Selain gejala obstruksi jalan napas yang
dapat terjadi tiba-tiba, komplikasi dari Angina Ludwig dapat berupa
trombosis sinus kavernosus, aspirasi dari sekret yang terinfeksi, dan
pembentukan abses subphrenik. Komplikasi lebih lanjut yang telah
dilaporkan meliputi sepsis, mediastinitis, efusi perikardial/pleura, empiema,
infeksi dari carotid sheath yang mengakibatkan ruptur a. carotis, dan
thrombophlebitis supuratif dari v. jugularis interna (Lemonick, 2002:35;
Sharma, 2011:5;dan Ugboko et al, 2005:21).
2.9 Pencegahan
Raharjo (2008:35) menyatakan, “pencegahan dapat dilakukan dengan
pemeriksaan gigi ke dokter secara rutin dan teratur. Penanganan infeksi gigi
dan mulut yang tepat dapat mencegah kondisi yang akan meningkatkan
terjadinya Angina Ludwig”.
2.10 Prognosis
Lemonick, 2002:37; dan Raharjo,2008:35 menyatakan bahwa
prognosis Angina Ludwig tergantung pada kecepatan proteksi jalan napas
untuk mencegah asfiksia, medikasi infeksi dengan antibiotik, serta
pengurangan radang. Jika tidak diobati dapat menyusup ke ruang faring
dengan atau tanpa tanda-tanda luar, menjalar ke bawah dari belakang
esofagus menuju ke mediastinum posterior, septikemia, perdarahan, edema,
ruptur, dan aspirasi. Angina Ludwig dapat berakibat fatal karena
membahayakan jiwa. Sekitar 45% – 65% penderita memerlukan insisi dan
drainase pada area yang terinfeksi, disertai dengan pemberian antibiotik
untuk memperoleh hasil pengobatan yang lengkap. Selain itu, 35% dari
individu yang terinfeksi memerlukan intubasi dan trakeostomi.
Kematian pada era preantibiotik adalah sekitar 50%. Namun dengan
diagnosis dini, perlindungan jalan nafas yang segera ditangani, pemberian
antibiotik intravena yang adekuat serta penanganan dalam ICU, penyakit ini
dapat sembuh tanpa mengakibatkan komplikasi. Begitu pula angka
mortalitas dapat menurun hingga kurang dari 5% (Karasutisna, 2007:13;
Raharjo, 2008:35).
Tambahan dapus ku
Novialdi dan Asyari. 2010. Penatalaksanaan Abses Submandibula dengan
Penyulit Uremia dan Infark Miokardium Lama. Padang: Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Padang.