Anda di halaman 1dari 10

AKUNTABILITAS PELAKSANAAN DANA DESA DI KABUPATEN

HALMAHERA BARAT PROVINSI MALUKU UTARA


(Studi Kasus Desa Gufasa Dan Desa Matui Kecamatan Jailolo)

Akbar Ismail, Dyah Mutiarin


Pasca sarjana, magister ilmu pemerintahan
universitas muhammadiyah yogyakarta
Yogyakarta, Indonesia
Akbarismail62@yahoo.com

Abstra: Salah Satu perubahan besar dalam keuangan I. PENDAHULUAN


publik ditingkat Desa adalah adanya pemberian dana
Desa kepada seluruh Desa yang berada di wilayah Salah Satu perubahan besar dalam keuangan publik
Indonesia, dana Desa ini di keluarkan sejak tahun 2015 di tingkat Desa adalah adanya pemberian dana Desa
menurut Undang-undang No.6 Tahun 2014 tentang kepada seluruh Desa yang berada di wilayah Indonesia,
Desa, adapun substansi dari dana Desa menurut
dana Desa ini di keluarkan sejak tahun 2015 menurut
peraturan menteri Desa No.21 tahun 2015 tentang
prioritas penggunaan dana Desa ialah untuk Undang-undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa, adapun
pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat substansi dari dana Desa menurut peraturan menteri
Desa. Prioritas penggunaan Dana Desa untuk Desa No.21 tahun 2015 tentang prioritas penggunaan
pembangunan Desa dialokasikan untuk mencapai dana Desa ialah untuk pembangunan Desa dan
tujuan pembangunan Desa tentunya dengan pemberdayaan masyarakat Desa. Prioritas penggunaan
menjunjung tinggi asas akuntabilitas. Namun Dana Desa untuk pembangunan Desa dialokasikan untuk
kenyataannya menunjukan bahwa akuntabilitas mencapai tujuan pembangunan Desa yaitu meningkatkan
pengelolaan keuangan Desa pada pelaksanaan dana kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup
Desa di Desa Gufasa dan Matui berjalan belum
manusia serta penanggulangan kemiskinan, melalui:
optimal, seperti kurangnya sosialisasi terkait
penggunaan dana Desa, serta jumlah dana Desa yang a. pemenuhan kebutuhan dasar
diterima. Rumusan masalah dalam penelitian ini b. pembangunan sarana dan prasarana
adalah, Bagaimana Akuntabilitas pelaksanaan Dana c. pengembangan potensi ekonomi lokal
Desa di kabupaten Halmahera Barat? Faktor-faktor d. pemanfaatan sumber daya alam lingkungan secara
apa yang mempengaruhi Akuntabilitas Pelaksanaan berkala
Dana Desa di kabupaten Halmahera Barat?, tujuannya
adalah Untuk menggambarkan dan menganalisis Penggunaan Dana Desa yang bersumber dari APBN
Akuntabilita pelaksanaan Dana Desa di kabupaten untuk Pemberdayaan Masyarakat Desa terutama untuk
Halmahera Barat, Untuk menggambarkan dan penanggulangan kemiskinan dan peningkatan akses atas
menganalisis Faktor yang mempengaruhi Akuntabilitas
sumber daya ekonomi, sejalan dengan pencapaian target
Pelaksanaan Dana Desa di kabupaten Halmahera
Barat, metode yang digunakan adalah kualitatif RPJM Desa dan RKP Desa setiap tahunnya. Dengan
deskriptif. Secara garis besar dapat dijelaskan bahwa definisi dan makna itu, UU Desa telah menempatkan
akuntabilitas pelaksanaan dana Desa di Desa Gufasa Desa sebagai organisasi campuran (hybrid) antara
dan Desa Matui pada tahun 2015 belum bisa di katakan masyarakat pemerintahan dan (self governing comonity)
telah berjalan secara optimal, fokus untuk penggunaan dengan pemerintah lokal (local self government). Dengan
dana Desa di Desa Gufasa dan Desa matui lebih banyak begitu, system pemerintahan di Desa berbentuk
mengarah pada pembangunan Desa sementara dari sisi pemerintahan masyarakat atau pemerintahan berbasis
pemberdayaan masyarakat masih banyak yang belum masyarakat dengan segala kewenangannya (authority).
terealisasi sehingga masyarakat dari kedua Desa ini
Desa juga tidak lagi identik dengan pemerintahan Desa
hanya merasakan sedikit dampak dari penggunaan
dana Desa dan kepala Desa, melainkan pemerintahan Desa yang
sekaligus pemerintahan masyarakat yang berbentuk
Kata Kunci: Akuntabilitas, Dana Desa kesatuan entitas hukum. Artinya, masyarakat juga
mempunyai kewenangan dalam mengatur Desa
sebagaimana pemerintah Desa. Sejalan dengan
pelaksanaan otonomi Desa serta keleluasaan kewenangan
yang diberikan kepada Desa serta perangkat Desa, maka
seharusnya Desa Gufasa dan Matui dalam menjalankan
tugasnya terutama pengelolaan keuangan Desa dapat
menjadi lebih baik. Namun kenyataannya menunjukan
bahwa akuntabilitas pengelolaan keuangan Desa pada

1 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 5


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah(APPPTM)
ISBN: xxx-xxx-xxxxx-x-x
pelaksanaan dana Desa di Desa Gufasa dan Matui 1. Sebagai bahan untuk membantu para penentu
berjalan belum optimal hal itu dapat dilihat dari beberapa kebijakan dan sumbangan pemikiran bagi masyarakat
permasalahan yang teridentifikasi terkait pengelolaan dan pemerintah provinsi Maluku utara dalam
dana Desa. Permasalahan itu antara lain adalah: memahami tentang akuntabilitas pelaksanaan dana
1. Pemerintah Desa tidak mampu memeberikan Desa.
informasi yang up todate terkait dengan penggunaan 2. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat
dana Desa, padahal seperti yang kita ketahui bahwa menjadi rujukan bagi peneliti lain dalam
didalam undang-undang Desa telah tertulis bahwa melaksanakan penelitian-penelitian yang serupa
pemerintah Desa wajib memberikan informasi ditempat lain.
secara massif kepada masyarakat oleh karena itu
pemerintah Desa harus membuat papan informasi I.4. Kajian Pustaka
sebagai sarana penyampaian informasi.
2. Dalam proses perencanaan program, masyarakat Dalam setiap melakukan penelitian kajian
tidak di ikut libatkan didalam menentukan program, pustaka mempunyai fungsi membantu penentuan tujuan
sehingga program-program pemerintah Desa lebih dan alat penelitian dengan memilih konsep-konsep yang
banyak adalah hasil diskusi subjektif pemerintah tepat. Kajian pustaka digunakan sebagai kerangka dasar
Desa itu sendiri. dalam melakukan analisis terhadap permsalahan yang
3. Tidak adanya sosialisasi terkait jumlah dan kapan akan diteliti. Sehingga pada dasarnya sangat penting dalam
dana Desa itu masuk, menjadi salah satu maslah melakukan kajian pustaka karena mempunyai fungsi untuk
yang urgen di Desa Gusafa dan Matui, sehingga menjelaskan hubungan yang akan dipergunakan untuk
terjadi gesekan antara masyarakat yang respek menjelaskan gejala dan permasalahan yang akan diteliti
terhadap Desa dengan pemerintah Desa, ini dengan kajian yang sudah di lakukan terhadap lieteratur
tentunya menjadi maslah komunal, dan berpotensi penelitian untuk membedakan dengan objek kajian yang
menjadi besar apabila praktek seperti ini masih saja sekarang. Sehingga pada bab ini membuat uraian secara
terjadi. sistematis tentang hasil penelitian terdahulu tentang
persoalan yang akan dikaji dalam penelitian. Adapun hasil-
Mengingat pentingnya pengelolaan dana Desa yang hasil penelitian terdahulu anatara lain:
diamanatkan oleh Peraturan perundang-undangan, akan
mengarah pada pembangunan Desa maupun Penelitian yang dilakukan oleh Paulus Israwan
kesejahteraan masyarakat. Hal ini memotivasi Penulis Setyoko (2011) dengan judul Akuntabilitas Administrasi
untuk melakukan Penelitian dengan judul“Akuntabilitas Keuangan Program Alokasi Dana Desa (ADD). Untuk
Pelaksanaan Dana Desa Di Kabupaten Halmahera Barat meningkatkan keberhasilan Program ADD, maupun
Provinsi Maluku Utara (Studi Kasus Desa Gufasa Dan program pembangunan peDesaan lainnya, peningkatan
Desa Matui Kecamatan Jailolo)”. kemampuan administratif aparat pemerintah Desa,
tersedianya system sanksi yang tegas atas setiap
I.1. Rumusan masalah pelanggaran, dan peningkatan kepedulian masyarakat
dalam pengawasan keuangan sangat dibutuhkan.
1. Bagaimana Akuntabilitas pelaksanaan Dana Desa di Peningkatan kemampuan administrative ini dapat
kabupaten Halmahera Barat? dilakukan dengan memberikan pelatihan teknis terkait
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Akuntabilitas dengan system dan mekanisme pelaksanaan program,
Pelaksanaan Dana Desa di kabupaten Halmahera serta pendampingan oleh pemerintah kabupaten. Guna
Barat? meningkatkan kepatuhan aparat pemerintah Desa dalam
I.2. Tujuan Penelitian membuat laporan keuangan, ketersediaan mekanisme
sanksi yang jelas dan tegas sangat diperlukan.
1. Untuk menggambarkan dan menganalisis ketersediaan mekanisme sanksi ini dapat berbentuk
Akuntabilita pelaksanaan Dana Desa di kabupaten sanksi administrative maupun sanksi hukum, sesuai
Halmahera Barat dengan sistem pengelolaan keuangan Negara. Sedangkan
2. Untuk menggambarkan dan menganalisis Faktor untuk meningkatkan kepeduliaan masyarakat perDesaan
yang mempengaruhi Akuntabilitas Pelaksanaan Dana terhadap persoalan akunabilitas publik, BPD Sebagai
Desa di kabupaten Halmahera Barat lembaga masyarakat perDesaan perlu lebih difungsikan
I.3. Manfaat Penelitian sebagai forum pengawasaan pembangunan Desa.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Riya Novita Sari,
a. Manfaat akademis
Heru Ribawanto, Mohamad said (2015) dengan judul
1. sebagai bahan informasi ilmiah bagai peneliti-peneliti Pengelolaan Dana Desa Dalam Prespektif Pemberdayaan
yang ingin melihat bagaimana Akuntabilitas
Masyarakat (study pada kantor pemerintah Desa ngasem,
Pelaksanaan Dana Desa di kabupaten Halmahera
kecamatan ngasem, kabupaten Kediri). Pelaksanaan alokasi
Barat.
dana Desa (ADD) di Desa Ngasem masih kurang
2. memperkaya khsana kajian ilmu kebijakan publik sempurna. Terlihat dengan masih adanya selisih dari
dalam upaya perkembangan keilmuan terutama
jumlah dana Desa yang telah di terima oleh Desa ngasem.
dalam bidang akuntabilitas Pelaksanaan Dana Desa
Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian ulang untuk
b. Manfaat Praktis
memperbaiki pengelolaan dan oleh Desa ngasem. Selain
2 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 5
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah(APPPTM)
ISBN: xxx-xxx-xxxxx-x-x
itu, perlu memperhatikan adanya faktor pendudkung b. Sekretaris Desa sebagai orang yang ikut melaksanakan
yaitu: dukungan kebijakan dari pemerintah sekitar Desa hal-hal yang berkaitan pengelolaan keuangan Desa
ngasem dan kualitas sumber daya manusia yang harus c. Bendahara Desa sebagai orang yang ikut serta dalam
ditingkatkan. Faktor penghambat yang meliputi: penyelenggara pengelolaan keuangan Desa
rendahnya sinkronisasi antara perencanaan ditingkat d. Ketua/Staf BPD Desa Gufasa dan Matui sebagai orang
Desa dan kecamatan, jumlah alokasi dana Desa (ADD) yang mengontrol kinerja pemerintah Desa
sebagai operasinal administrasi pemerintah masih e. Anggota masyarakat Desa Gufasa dua orang dan
terbatas, dan kurangnya intensitas sosialisasi alokasi dana Matui dua orang. Sebagai orang yang ikut menikmati
Desa (ADD) pada masyarakat yang harus terus dikaji atas pengelolaan keuangan.
ulang secara mendalam, sehingg akan dapat menemukan
solusi untuk meminimalkannya. II.6 Teknik Analisa Data
Proses analisis data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis data model interaktif.
II. METODE PENELITIAN
a. Kegiatan Pengumpulan Data
II.1.Jenis Penelitian Peneliti akan melakukan pengumpulan data di
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan yang sesuai dengan judul penelitian
kualitatif deskriptif. b. Reduksi Data
II.2. Lokasi Penelitian Setelah data terkumpul dari lokasi penelitian
Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini Desa Gufasa kemudian peneliti akan melakukan kegiatan proses
dan Matui Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat pemelihan, memusatkan perhatian pada
Provinsi Maluku Utara. penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi dari
II.3 Jenis Data data kasar yang muncul dalam catatan-catatan tertulis
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data di lapangan.
primer dan data sekunder. Data Primer adalah data yang c. Penyajian Data
diperoleh secara langsung di lapangan yang berkaitan Sekumpulan informasi tersusun yang memberi dasar
dengan penelitian ini. Data Sekunder merupakan pijakan pada peneliti untuk melakukan penarikan
data/informasi pendukung yang didapat dari lapangan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data
yang berhubungan dengan penelitian ini. ini dilakukan berdasarkan hasil reduksi data pada
II.4 Teknik Pengumpulan Data langkah yang kedua.
Tekni-teknik pengumpulan data yang dilakukan d. Menarik Kesimpulan.
dalam penelitian ini terdiri atas Melakukan verifikasi Berdasarkan data yang sudah
1. Wawancara disajikan kemudian ditarik kesimpulan dan dilakukan
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada. verifikasi untuk memberikan makna terhadap data
1) Kepala/Staf badan pemberdayaan tersebut dan upaya analisa data berlanjut, berulang
masayrakat Desa (BPMD) Kabupaten dan terus menerus.
Halmahera Barat
II.7. Kerangka Teori
2) Perangkat Desa Gufasa dan Matui
a. Kepala Desa II.7.1. Akuntabilitas
b. Sekretaris Desa
c. Bendahara Desa Mohamad dalam tesis Rahmanurrasjid (2008:81) [1]
d. Ketua/Staf BPD Desa Gufasa dan Matui membedakan akuntabilitas dalam arti sempit dan arti
e. Anggota Masyarakat Desa Gufasa dua orang dan luas. Akuntabilitas dalam arti sempit dapat dipahami
Matui dua orang. sebagai bentuk pertanggungjawaban yang mengacu pada
2. Dokumentasi siapa organisasi atau (pekerja individu) bertanggungjawab
Dokumentasi dilakukan dengan cara menyelidiki dan untuk apa organisasi bertanggngjawab, sedangkan
benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen, akuntabilitas dalam arti luas dapat dipahami sebagai
peraturan. kewajiban pihak pemegang amanah (agen) untuk
memberi pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan
II.5 Unit Analisa Data dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang
Unit analisa data dalam penelitian ini antara lain: menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah
1. Kepala/Staf Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk
(BPMD) Kabupaten Halmahara Barat karena salah meminta pertanggungjawaban tersebut. Menururt
fungsinya mengendalikan tenaga adiministrasi sumber Dwiyanto (2002:49) [2] Akuntabilitas Publik merujuk
daya manusia dan sumber dana yang diperlukan pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi
tentunya mengetahui akuntabilitas pengelolaan publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh
keuangan Desa di Desa Gufasa dan Matui. rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik
2. Perangkat Desa Gufasa dan Matui tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya
a. Kepala Desa sebagai orang yang bertanggungjawab akan selalu mempresentasikan kepentingan rakyat. Dalam
terhadap adiminstrasi Desa konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan

3 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 5


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah(APPPTM)
ISBN: xxx-xxx-xxxxx-x-x
untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan pihak sehingga stndar dan aturannya dapat
organisasi publik itu konsisten dengan kehendak diterima oleh semua pihak.
masyarakat banyak. c. Perlu pemahaman masyarakat.
Perlu diperlukan pilot project pelaksanaan
Menurut Ellwood dalam Mardiasmo (2009:22) [3] akuntabilitas yang kemudian di komonikasikan
menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas yang kepada seluruh masyarakat, sehingga akan dapat
harus di penuhi oleh organisasi sektor publik. diperoleh ekspektasi dan bagaimana tanggapan
1. Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas mereka mengenai hal tersebut. Penerimaan
Hukum. Akuntabilitas kejujuran (accoumtability for masyarakat akan sesuatu hal yang baru akan
probility) terkait dengan penghindaran dipengaruhi oleh pemahaman masyarakat
penyalahgunaan jabatan (abuse of power) terhadap hal tersebut.
sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan d. Adaptasi secara terus menerus
jaminan dengan adanya kepatuhan terhadap Perubahan yang terjadi di masyarakat akan
hukum (legal accoutability) dan peraturan lain yang mengakibatkan perubahan dalam akuntabilitas.
diisyaratkan dalam penggunaan sumber dana Sistem akuntabilitas harus secara terus menerus
publik reponsif terhadap setiap perubahan yang terjadi di
2. Akuntabilitas Proses, terkait dengan apakah masyarakat
prosedur yang digunakan dalam melaksanakan
tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan Menurut mardiasmo dalam Hamid (2004:89) [6] ada
sistem informasi akuntansi, sistem informasi lima kerangka kerja akuntabilitas yang di sajikan oleh
manajemen dan prosedur administrasi auditor general of document ,government accountability.
3. Akuntabilitas program, terkait dengan lima langkah tersebut antara lain:
pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat 1. Menyusun tujuan yang terukur dan
dicapai atau tidak, dan apakah telah tanggungjawab. Mengikuti rencana strategik,
mempertimbangkan alternative program yang kemudian mengembangkan sasaran, ukuran-
memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang ukuran, dan ekspektasinya, identifikasi peran dan
minimal; tanggungjawab dalam hubungan pencapain
4. akuntabilitas kebijakan, terkait dengan ekspektasi tersebut.
pertanggungjawaban Pemerintah, baik Pusat 2. Rencana apa yang diperlukan untuk melaksanakan
maupun daerah atas kebijakan-kebijakan yang pencapaian tujuan. Identifikasi tindakan apa yang
diambil pemerintah terhadap DPR/DPRD dan di perlukan untuk dilaksanakan oleh seseorang,
masyarakat luas pada waktu apa/kapan, dan berapa biaya.
3. Melaksanakan pekerjaan dan memonitor
Menurut Stewart dalam Djalil (2014:409) [4] perkembangannya. Mengumpulkan dan
mengidentifikasi bahwa akuntabilitas terdiri dari lima menganalisis data kinerja.
tingkat: 4. Laporan hasil. Menyiapkan secara lengkap, dapat
a. Policy accountability, yakni akuntabilitas atas pilihan- dipahami dan laporan yang nyata pada basis
pilihan kebijakan yang di sebut sesuai anggaran. kinerja dan mendistribusikan pada pihak yang
b. Program accountability, yakni akuntabilitas atas berkepentingan tepat waktu.
pencapain tujuan/hasil dan efektifitas yang dicapai 5. Evaluasi hasil dan mengusahakan umpan balik.
c. Performance accountability, yakni akuntabilitas Evaluasi hasil untuk menunjukan apakah tindakan
terhadap pencapain kegiatan yang efisien. koreksi diperlukan untuk meningkatkan kinerja
d. Probity and legality accountability, yakni akuntabilitas atau untuk menunjukan penghargaan yang harus
atas legalitas dan kejujuran penggunaan dana yang di berikan bagi kinerja yang efisien dan efektif.
disetujui atau ketaatan terhadapa undang-undang
yang berlaku II.7.3. Publik Finance

Menurut Sugandi (2011:102) [7] berbagai


II.7.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akuntabilitas pendekatan dalam keuangan publik ini dapat dibagi
menjadi dua bagian dalam melakukan anlisis-analisis yang
Menurut Adisasmita (2011:87-88) [5] Untuk
berkaitan dengan anggaran pemerintah yaitu sebagai
mencapai keberhasilan akuntabilitas perlu diperhatikan
beriku:
faktor-faktor berikut ini:
1. Pendekatan Normatif
a. Kepemimpinan yang berkemampuan
Pendekatan ini mencakup kriteria yang perlu di
Untuk menyelenggarakan akuntabilitas yang baik
tetapkan untuk menilai kebijakan anggaran, bagaimana
di instansi pemerintah diperlukan pimpinan yang
kualitas kebijakan fiskal, dan bagaimana agar prestasi
sensitif, responsif, dan akuntabel serta transpran
dapat di tingkatkan.
kepada bawahannya maupun kepada masyarakat.
2. Pendekatan positif
b. Dapat diterima oleh semua pihak
Pendekatan ini dilakukan dengan membahas hal-hal
Tujuan dan makna akuntabilitas harus di
yang berhubungan dengan estimasi, berdasarkan bukti
komunikasikan secara terbuka kepada semua
empiris, analisis ini menilai mengapa kebijakan fiskal
4 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 5
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah(APPPTM)
ISBN: xxx-xxx-xxxxx-x-x
pemerintah mencakup aspek ekonomi, historis, Desa menururt Pusdiklat Ap Sutiono (2015) [14] adalah
politik dan sosial. Bagaimana tekanan pihak yang Kepala Desa, sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan
berkepentingan dan bagaiamana preferensi fiskal dan keuangan Desa yang dalam pelaksanaannya dapat
bagaiamana proses politik. dikuasakan kepada perangkat Desa. Perangkat Desa
Menurut Prawoto (2015:17) [8] keuangan publik terdiri atas sekretariat Desa, pelaksana kewilayahan dan
akan membahas aspek belanja publik yang merupakan pelaksanaan teknis. Perangkat Desa berkedudukan
aktivitas utama dalam penerimaan barang dan jasa publik sebagai unsur pembantu kepala Desa. Sekretariat Desa
untuk kesejahteraan masyarakat. Contoh-contoh belenja dipimpin oleh sekretaris Desa dibantu oleh unsur staf
pemerintah tersebut meliputi pendidikan, kesehatan, dan sekretariat yang bertugas membantu kepala Desa dalam
pertahanan, dimana bahasan tersebut akan dihubungkan bidang administrasi pemerintahan. Pelaksana kewilayahan
dengan aspek efisiensi penyediaan jasa tersebut. merupakan unsur pembantu kepala Desa sebagai satuan
II.7.4. Lokal Publik Finance tugas kewilayahan. Pelaksana teknis merupakan unsur
Menurut Mardiasmo dalam Madani (2011:64) [9] pembantu kepala Desa sebagai pelaksana tugas
mengemukakan bahwa salah satu aspek dari pemerintah operasional. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan
daerah yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah Desa adalah perangkat Desa yang ditunjuk oleh Kepala
keungan daerah. Dan anggaran daerah dan anggaran Desa untuk melaksanakan pengelolaan keuangan Desa.
daerah. Dalam konsep yang lebih luas Adisasmita
(2011:141) [10] manajemen keuangan daerah meliputi III.HASIL DAN PEMBAHASAN
aspek-aspek sebagai berikut:
III.1. Program Accountability
1. Pengelolaan (optimalisasi dan/atau penyeimbangan)
Akuntablitas program merupakan salah satu bagian
seluruh sumber yang mampu memberikan
yang sangat di perlukan untuk mengukur pencapain
penerimaan, pendapatan dan/atau penghematan yang
tujuan atau hasil yang di capai oleh pemerintah terhadap
mungkin dilakukan
pelakasanaan dana Desa.
2. Ditetapkan oleh badan eksekutif dan badan legislatif,
III.1.1. Perencanaan program pembangunan Desa
dilaksanakan oleh badan eksekutif, serta di awasi dan
Dalam kerangka Desa Membangun harus dimulai dari
di kendalikan oleh seluruh komponen masyarakan
proses perencanaan Desa yang baik, dan diikuti dengan
dan badan legislatif daerah.
tatakelola program yang baik pula, untuk itu perencanaan
3. Diarahkan untuk mencapai kesejahteraan seluruh
program merupakan salah satu kunci untuk mencapai
masyarakat
pembangunan Desa yang efektif. Proses perencanaan
4. Didasari oleh prinsip-prinsip Ekonomi, Efisien dan
yang baik akan melahirkan pelaksanaan program yang
Efektivitas (3E) (Value for Money).
baik, dan pada gilirannya akan menumbuhkan partisipasi
5. Dokumnetasi untuk transparan dan akuntabilitas.
masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan Desa.
Proses merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
II.7.5. Keuangan Desa
sendiri kegiatan pembangunan Desa merupakan wujud
Menurut Damayanti dalam Halim dan Iqbal (2012:20)
nyata dari kewenangan mengatur dan mengurus
[11] pengelolaan keuangan yang baik membuat setiap
pembangunan Desa yang berskala lokal Desa. (Kesa,
aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah dapat
2015:11) [15]
dipertanggungjawabkan secara finansial. Oleh sebab itu
Hadirnya dana Desa yang diberikan oleh pemerintah
pengelolaan keuangan yang baik akan menciptakan
pusat kepada Desa dengan jumlah yang sangat besar
akuntabilitas publik. Menurut Suwignjo (1985: 216) [12]
maka perencanaan Desa merupakan sesuatu yang sangat
setiap kegiatan pemerintahan dan pembangunan yang
urgen untuk di lakukan di Desa dikarenakan perencanaan
dilaksanakan oleh pemerintah Desa merupakan realisasi
tersebut akan menjadi sebuah implementasi
daripada rencana kegiatan pemerintahan dan
pembangunan di Desa agar tepat sasaran dan terukur
pembangunan yang di tuangkan dalam Rencana Anggaran
dengan melewati tahapan-tahapan dalam perencanaan
Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan Desa. Pos-pos
program yang di bangun di Desa seperti yang di jelaskan
yang ada dalam APPKD merupakan penerimaan kegiatan
Oleh Bapak Fachri M.Taher selaku Ketua (BPD) Desa
tiap tahunnya. Karena itu apa yang masuk dalam suatu
Gufasa saat diwawancarai menjelaskan bahwa
kegiatan dalam anggaran Desa, merupakan apa yang
“Mekanisme pelaksanaan program dana Desa yang saya
harus di lakukan pada tahun yang bersangkutan.
ketahui setelah di pelajari itu, harusnya berawal dari tim
Menurut Balai Diklat Keuangan (BDK) Cimahi (2015)
penyusun RPJM Desa, kemudian penjaringan Program yang
[13] menjelaskan bahwa Keuangan Desa adalah semua
merupakan hasil usulan dari tiap-tiap RT yang di berikan
hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang
kepada pemerintah Desa untuk di masukan kedalam RPJM
serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang
Desa, setelah itu pemerintah Desa menyusun RKP Desa
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
sebagai penjabaran dari RPJM Desa kemudian di buatlah
Desa. Sementara Pengelolaan Keuangan Desa adalah
peraturan Desa tentang APBD esa Hingga keluar menjadi
keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
suatu kegiatan.(Wawancara tanggal 1 Agustus 2016 08:00
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan
malam WIT)
pertanggungjawaban keuangan Desa. Berhubungan
Pelaksanaan pembangunan Desa yang di laksanakan
dengan pengelolaan keuangan Desa diatas maka yang
oleh pemerintah Desa memerlukan perencanaan yang
menjadi unsur dan sistematika dari pelaksanaan keuangan
benar-benar matang sesuai dengan yang tertuang dalam

5 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 5


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah(APPPTM)
ISBN: xxx-xxx-xxxxx-x-x
RPJM-Desa dan rencana kerja pembangunan Desa RKP- karena infrasturktur jalan darat yang kurang memadai
Desa sehingga pembangunan di Desa dapat berjalan sehingga dapat memperlambat pembangunan dan
dengan baik, tepat dan sesuai dengan tujuan yang di mengeluarkan biaya cukup banyak untuk mengangkut
harapkan. Berdasarkan data yang didapatkan di lapangan material. Menurut ketua BPD Desa Matui Suryani Amtari
perencanaan progrgam dana Desa di Desa Gufasa dan “Desa Matui ini mungkin berbeda dengan Desa Gufasa
Matui pada tahun 2015 telah berjalan sesuai dengan kendala kami di Desa Matui ini karena jalan darat itu belum
prosedur dan ketentuan yang berlaku hal ini dapat dilihat ada sehingga untuk material semua di angkut dengan
dari mekanisme perencanaan hingga pada laporan menggunakan motor laut (Bodi) baik iitu pasir, semen dan
pertanggungjawabannya, namun pada tahapan lain-lain sehingga ini juga memakan biaya karena di lakukan
implemntasinya belum bisa dikatakan telah terealisasi dengan tiga kali angkut” (Wawancara tanggal 10 agustus
secara optimal. 2016 pukul 08:00 Malam WIT )
III.1.2. Pelakasanaan Progrogram Dari hasil wawancara diatas menunjukan bahawa pada
Tahapan pelaksanaan program yang berkaitan dengan pelaksanan program kegiatan di Desa Matui masih
dana Desa diawali dengan penyusunan RAB, Namun diperhadapkan dengan salah satu kendala terbesar yaitu
sebelum menyusun RAB perlu dipastikan kembali akses jalan darat yang kurang memadai sehingga tahapan
tersedianya data tetang standar Harga barang dan jasa pelaksanaan program dana Desa di Desa Matui masih
yang dibutuhkan dalam kegiatan pembangunan. belum berjalan secara optimal, disis lain banyak anggaran
Berdasarkan RAB yang sudah disahkan Kepala Desa dan yang di keluarkan untuk mengangkut material khusnya
rencana teknis pengerjaan kegiatan dilapangan, pada pembangunan Desa di Desa Matui ketimbang
Kaur/Kepala Seksi (Pelaksana Kegiatan) dengan Desa Gufasa. Hal ini tentunya akan berdampak
memproses/memfasilitasi Pengadaan Barang dan Jasa pada pelaksanaan program dana Desa di Desa Matui.
guna menyediakan barang/jasa sesuai kebutuhan suatu
kegiatan yang akan dikerjakan, baik yang dilakukan secara III.2. Policy Accountability
swakelola maupun oleh pihak ketiga, Selanjutnya, Kepala Akuntabilitas kebijakan merupakan salah satu unsur
Seksi sebagai Koordinator Pelaksana Kegiatan yang sangat penting dari pertanggungjawaban dana Desa
mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) sesuai khusunya di Desa Gufasa dan Desa Matui, untuk melihat
prosedur dan tatacara yang berlaku. Prosedur dan bentuk pilihan kebijakan apa saja yang telah di buat oleh
tatacara pembayaran ditetapkan melalui (1) Kepala seksi pemerintah Desa, disisi lain lembaga publik dalam hal ini
atau kaur menyerahkan dokumen SPP yang telah pemerintah Desa harus dapat mempertanggungjawabkan
disetujui/disahkan Kepala Desa, (2) Bendahara melakukan kebijakan yang telah ditetapkan dengan
pembayaran sesuai SPP, (3) Bendahara melakukan mempertimbangkan dampak dimasa depan.
pencatatan atas pengeluaran yang terjadi. Desa Gufasa pada tahun 2015 menerima dana Desa
Berdasarakan hasil observasi peneliti di lapangan yang bersumber dari anggaran pendapatan belanja negara
menunjukan bahwa tahapan pelaksanaan program yang (APBN) kemudian di transfer ke rekening Desa sebesar
berkaitan dengan dana Desa telah berjalan sesuai dengan 257,208,000,00 sementara dana yang bersumber dari
prosedur yang berlaku sampai pada tahapan pelaporan Alokasi dana Desa (ADD) sebesar 155,300,000,00 total
pertanggungjawaban. Ini dapat di buktikan dengan adanya anggaran yang di transfer ke Desa sebesar
tahapan laporan pertanggungjawaban tahap 1 (Satu) 412,504,000,00. Berbeda dengan Desa Gufasa, Di Desa
sapai dengan Tahap 3 (Tiga) tahun 2015. Namun pada Matui pendapatan transfer dana Desa yang bersumber
pelaksanaan kegiatan di lapangan masih banyak dari Anggaran pendapatan belanja negara (APBN) tahun
kekurangan. Senada dengan hal tersebut di atas kepala 2015 sebesar 263,961,000,00 sementara Alokasi dana
Bidang pemeintah Desa (BPMD) Ariyanto M. Taher, Desa (ADD) yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
menyatakan bahwa “jika hari ini saya mengatakan Belanja Daerah (APBD) sebesar 145, 600,000,00 maka
pelaksanaan program dana Desa tahun 2015 di kabupaten total pendapatan transefer ke Desa sebesar
halmahera barat pada umumnya dan Desa Gufasa dan Desa 409,561,000.00.
Matui pada khusnya telah berjalan sesuai dengan amanat Dana Desa yang bersumber dari APBN diberikan
undang-undang itu memangg benar, tapi jika di katakan oleh pemerintah pusat kepada Desa untuk dikelolah
pelaksanaan kegiatan di lapangan berjalan sudah normal sesuai dengan skala prioritas penggunaan dana Desa ini
100% tanpa ada kekuranag itu hal yang mustahil sebab kemudian telah dijalankan oleh pemerintah Desa Gufasa
masih banyak yang perlu di benahi ” (Wawancara Tanggal namun foukus kebijakan penggunaan anggaran yang
5 september 2016 Pukul 11:00 siang WIT). disalurkan ke Desa Gufasa pada tahun 2015 ialah pada
Desa Gufasa yang terletak dipusat perkotaan pembangunan drainase, hal ini dilakukan karena keluhan
Kecamatan jailolo pada tahun 2015 merupakan salah satu msyarakat Desa ketika hujan beberapa rumah warga
Desa yang tingkat pelaksanaan program khusnya pada sering terkena banjir.
pembangunan Desa dapat di kategorikan cukup baik, Fokus penggunaan dana Desa yang diberikan oleh
salah satu faktor pendukung adalah infrasturktur jalan pemerintah pusat di Desa Matui pada tahun 2015 ialah
yang memadai sehingga mudah diakses oleh kendaraan pada pembangunan Desa terutama pada pembuatan Balai
yang mengangkut material maumpun berbelanja untuk pertemuan yang menghabiskan anggaran yang bersumber
pembangunan dan kebutuhan masyarakat Desa dari Dana Desa sebesar 200,000,000,00 dan kedua jalan
dibandingkan dengan Desa Matui. Sementara Desa Matui setapak 30 meter menghabiskan dana sebesar

6 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 5


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah(APPPTM)
ISBN: xxx-xxx-xxxxx-x-x
30,961,000,00 Hal ini menjadi prioritas utama sesuai dengan target waktu dan biaya per tahap yang telah
dikarenakan pada tahun sebelumnya balai pertemuan di di tentukan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah
Desa Matui belum ada sehingga pemerintah Desa Desa, bahkan dalam pelaksanaan kegiatannya telah selesai
mengambil inisiatif untuk menggunakan salah satu rumah sebelum jatuh pada target waktu yang di tentukan dan untuk
warga untuk membuat pertemuan. pertanggungjawaban penggunaan anggaran ditahun 2015
Salah satu kendala pada tahun 2015 adalah belum telah tertanggungjawab baik itu kepada pemerintah
maksimalanya pertanggungjawaban kebijakan dana Desa kecamatan sebagai arsip maupun kepada BPMD di tingkat
di Desa Matui hal ini di karenakan pemerintah Desa kabupaten” (Wawancara 5 Agustus 2016 pukul 08:00
belum memahami betul terkait dengan tata cara Malam WIT)
pengelolaan dana Desa sampai pada pelaksanaan Dari hasil wawancara di atas menunjukan bahwa
pertanggungjawaban sehingga pada pembangunan fisik di pelaksanan kegiatan maupun pertanggungjawaban terkait
kerjakan oleh pihak ketiga, berhubungan dengan Hal ini, dengan penggunaan anggaran tahun 2015 di Desa Gufasa
berikut hasil wawancara dengan sekertaris Desa Matui, telah berjalan sesuai dengan target atau dengan kata lain
Manan Mahmud. “Pada tahun 2015 di karenakan Kepala capaian kegiatan berjalan secara maksimal. hal ini juga
Desa Sedang Berangkat naik haji maka segala urusan didukung dengan beberapa Arsip Desa terkait
pemerintahan Desa di percayakan ke saya, dan pada pelaksanaan pertanggungjawaban yang penulis temukan di
penggunaan dana Desa di tahun 2015 khusunya pada lapangan. Desa Matui yang juga merupakan Salah satu
pembangunan fisik itu saya memiliki kendala karena ada Desa di kecamatan jailolo kabupaten halmahera barat
keterlibatan pihak ke 3, Hal ini juga di karenakan anggaran memiliki sumber dana dari Anggaran Pendapatan Belanja
yang di berikan oleh pemerintah pusat ini saya masih belum Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja
memahmi tentang cara pelaksanaannya” Wawancara Daerah (APBD) yang ditransfer ke rekening Desa
Tanggal 15 Agustus 2016 Pukul 07:30 Malam WIT). sebesar 409,561,000,00 untuk pelaksanaan kegiatan baik
Dari hasil wawancara diatas menunjukan bahwa dari segi pembangunan Desa maupun Pemberdayaan
pilihan kebijakan yang diambil oleh pemerintah Desa Masyarakat Desa sesuai dengan Skala prioritas
belum berjalan secara maksimal di karenakan pemerintah penggunaan dana Desa. Untuk itu pemerintah Desa
Desa pada tahapan pelaksanaannya belum memahmi Matui khusuny di tuntut untuk menggunakan anggaran
betul terkait dengan pelaksanaannya, di sisi lain dengan sesuai dengan waktu dan Biaya yang telah ditentukan.
adanya keterlibatan pihak ketiga dalam pembangunan Namaun dalam pelaksaan kegiatan di lapangan terindikasi
Desa ini sehingga tidak adanya keterlibatan masyarakat belum berjalan secara optimal.
dalam pembangunan Desa, sementara Salah satu pilar Berkaitan dengan hal diatas, berikut ini adalah hasil
dari tatakelola pemerintahan yang baik adalah wawancara penulis di lapangan, menurut Bapak Arif
keterlibatan para pemangku kepentingan. Dalam konteks Samma selaku orang yang menjabat sebagai Ketua BPD
pengelolaan dana Desa ini, untuk memenuhi prinsip Desa Matui Tahun 2015 menyatakan bahwa “penggunaan
tatakelola pemerintahan yang baik, masyarakat Desa anggaran di tahun 2015 belum layak ketika di katakan
perlu terlibat dalam pelaksanaan anggaran dana Desa. hal sudah berjalan secara optimal, hal ini di karenakan
ini tentunya ankan berdampak pada pertanggungjawaban pelaksaan di lapangan tidak sesuai dengan target waktu
kebijakan pemerintah Desa. yang di tentukan, ini kemudian di buktikan dengan pelaksaan
III.3.Performance Accountability kegiatan yang di tentukan oleh pemerintah bahwa kegiatan
Salah satu prestasi bagi pemerintah Desa Gufasa yang seharusnya diselesaikan dalam waktu 3 bulan sesui
dengan menggunakan Anggaran Dana Desa yang dengan yang sudah di targetkan malah tertunda 5-6 bulan”
bersumber dari Anggaran Pendapan Dan Belanja negara (23 Agustus 2016 Pukul 11:00 Siang WIT).
(APBN) maupun Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Berdasarkan Hasil wawancara di atas dapat dijelaskan
(APBD) pada tahun 2015 dengan besaran anggaran bahwa penggunaan anggaran yang bersumber dari APBN
412,508,000,00 adalah terselenggaranya Kegiatan dengan maupun APBD di Desa Matui dari segi pelaksanaan
tapat pada target waktu dan Biaya yang telah di tentukan kegiatan belum berjalan secara optimal. Meski demikian
oleh pemerintah kabupaten maupun pemerintah Desa. tak bisa kita pungkiri bahwa upaya dalam mencapai hasil
Salah satu contoh untuk kegiatan pembangunan fisik yang maksimal dalam pealaksanaan satu kegiatan memang
bawasannya waktu yang telah ditentukan oleh tidaklah mudah, hal ini membutuhkan kerja keras dan di
pemerintah ialah dalam kurun waktu 3 bulan penggunaan topang oleh sumber daya manusia (SDM) yang
anggaran Tahap satu untuk pembangunan fisik harus berkualitas, disisi lain dukungan dari berbagai pihak
selesai, dan dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah Desa sangatlah diperlukan terutama dari pihak pemrintah
Gufasa telah memenuhi target waktu dan biaya yang daerah dalam menyediakan pelatihan-pelatihan terkait
sudah di tetapakn. dengan penggunaan anggaran Sesuai dengan Skala
Berkaitan dengan hal diatas penggunaan anggaran prioritas. Dengan demikian maka pelaksanaan kegiatan
dana Desa tahun 2015 di Desa Gufasa yang menurut akan terlaksanan dengan baik dan efisien.
pengamatan penulis bahwa telah sesuai dengan target
waktu biaya yang di anggarkan atau di tetapkan, berikut III.4. Probity And Legality Accountability
adalah hasil wawancara dengan kepala Desa Gufasa Ibu Terkait dengan tingkat legalitas dan kejujuran dalam
Emmy Polhaupessy “Untuk penggunaan anggaran tahun penggunan anggaran dana Desa, di Desa Gufasa pada
2015 pelaksanan kegiatan di Desa Gufasa telah berjalan dasarnya telah mempertanggungjawabkan segala

7 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 5


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah(APPPTM)
ISBN: xxx-xxx-xxxxx-x-x
pelaksanaan kegiatan yang direncanakan sampai pada pengelolaan dana Desa adalah menyangkut dengan belum
tingkat pelaporan sesuai dengan mekanisme atau adanya regulasi dalam hal ini yang di amaksudkan adalah
prosedur aturan yang berlaku, jenis kegiatan yang peraturan daerah (Perda) yang mengatur soal
kemudian di kerjakan dan di laporkan dengan mangacu pengelolaan keuangan Desa.
pada permendes No 21 Tahun 2015 tentang Prioritas
Penggunaan dana Desa. Yang di prioritaskan untuk (1) III.5 Kepemimpinan Yang Berkemampuan
pelaksanaan pembangunan Desa dan (2) pemberdayaan Desa Gufasa pada tahun periode 2015 mengalami
masyarakat Desa. Berdasarkan pengamatan di lapangan, peralihan kepemimpinan pertama di pimpin oleh bapak M
Desa Gufasa pada tahun 2015 meskipun Sumber daya Ibrahim Sau dan kemudian di lanjutkan oleh emmy
Manusia (SDM) masih terbatas namun pada realisasinya polhaupessy yang merupakan utusan dari pemerintah
masih dapat di katakan berjalan dengan sedikit lebih baik, kecamatan untuk menjalankan pemerintahanan Desa di
sejauh ini Hasil Inspeksi yang dilakukan Oleh inspektorat Desa Gufasa. Meski demikian dalam menjalankan
khususnya pada tahun 2015 menunjukan belum adanya tugasnya PJS kepala Desa in kiranya memiliki sedikit
temuan terkait dengan penyalah gunaan dana Desa, disisi kemampuan dalam menjalankan tugasnya terkait dengan
lain keterlibatan pemerintah daerah dalam hal ini Badan pelaksanaan dana Desa, hal ini di buktikan dengan adanya
Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Khususnya di perencanaan, pelaksanaan sampai pada tingkat pelaporan
bidang Pemerintahan Desa selalu membuka Ruang Bagi pertanggungjawaban. Meski demikian hal ini tidak bisa
pemerintah Desa untuk mengkonsultasikan Kendala yang dikatakan berjalan sampai pada tahapan 100%
di alami oleh pemerintah Desa. dikarenakan tahun 2015 merupakan tahap awal
Sama halnya dengan Desa Gufasa, Desa Matui juga pelaksanaan dana Desa di indonesia dan khusunya di
memiliki keterbatasan SDM dalam mengelolah dana kabupaten halmahera barat
Desa, meski demikian pada tahun 2015 Tahapan Berhubungan dengan hal diatas, Masyarakat sebagai
pelaporan Pertanggungjawaban dapat di objek dari kepentingan pemerintah khusunya Desa
pertanggungjawabkan kepada pemerintah daerah sesui Gufasa dalam pelakasanaan kegiatannya telah melakukan
dengan mekanisme yang di tentukan, sebab hal ini penyampaian secara terbuka oleh pemerintah Desa
merupakan kewajiban bagi setiap Desa yang ada di terhadap masyarakat terkait dengan program yang akan
Kabupaten Halmahera Barat khusunya Desa Gufasa dan di jalankan namun karena kepala Desa Gufasa masih
Matui sebagai syarat untuk pencairan dana Desa tahap tergolong baru dalam menjabat sebagai PJS Desa Gufasa
berikutnya. Salah satu kendala yang dialami oleh sehingga dalam pelaksanaannya masih terlihat kaku, Hal
pemerintah Desa Matui adalah keterlibatan pihak ke tiga ini kemudian disampaikan oleh bendahara Desa Tahun
dalam pengelolaan dana Desa khusunya ditahun 2015 2015 M.Sardi Ibrahim. “ kepala Desa Gufasa ini sebenarnya
tentang pelaksanaan pembangunan balai pertemuan Desa, memiliki kemampuan dalam pengelolaan dana Desa namun
sehingga tidak ada keterbukaan terhadap masih sedikit kaku, hal ini juga tidak bisa di salahkan
penyelenggaraan keuangan. Berkaitan dengan keterbukan pemerintah Desa sebab kejadian yang pernah terjadi di Desa
anggaran menurut Salah satu Guru Sekolah Dasar (SD) Gufasa dan bebarapa Desa pada tahun 2015 salah satunya
Mustamin Pale, yang merupakan Anggata masyarakat adalah pembayaran pajak, sebelumnya tidak ada
Desa Matui memberi penjelasan bahwa “Desa Matui pada pemberitahuan bahwa setiap pembangunan itu di kenakan
tahun 2015 juga mengalami problem terkait dengan pajak nanti sampai pada pelaksanaan kegiatannya selesai
keterbukaan penggunaan dana Desa, masalah ini kemudian barulah keluar informasi terkait dengan pembayaran pajak,
dibawah sampai ketingkat kecamatan dan kabupaten sehingga kepala Desa mengambil kebijakan dengan
bahkan ada dari pihak media lokal juga sempat meliput menggunakan anggaran pribadi dalam membayar pajak”
terkait persoalan ini, namun pada prosesnya dapat (Wawancara Tanggal 3 agustus 2016 pukul 08:00 Malam
diselesaikan dengan baik, baik itu dari tingkat Desa hingga WIT )
ke pemerintah kecamatan, , yang di inginkan oleh Sama halnya dengan Desa Gufasa, di Desa Matui juga
masyarakat Desa Matui adalah terkait dengan penggunaan dari proses perencanaan hingga pelaporan
anggaran harusnya ada keterbukan dari pemerintah Desa pertaggungjawaban dalam bentuk dokumen semuanya
terhadap masyarakat Desa Matui)”. (Wawancara 23 telah tertanggungjawab dipemerintah kabupaten sebagai
Agustus 2016 Pukul 04:00 Siang WIT) Arsip. Namun untuk mengukur kemampuan seorang
Transparansi dalam penggunaan anggaran untuk pemimpin di Desa tidak hanya dengan sejauh mana dia
kepentingan publik pada pemerintah Desa harus sinergi mampu mempertanggungjwabkan laporannya ke
antara kebijakan pemerintah daerah dan kebijakan pemerintah kecamatan dan pemerintah kabupaten.
pemerintah Desa. Olehnya itu selain peraturan daerah Namun pelaksanaannya dilapangan juga menjadi sebuah
(Perda) yang jelas hal yang tidak kalah penting iyalah tolak ukur bagi seorang pemimpin dalam menjalankan
tahapan implementasinya. Tahap ini merupakan tolok tugasnya
ukur keberhasilan dalam suatu kebijakan. Peran aktif Berdasarkan pengamatan di lapangan dari
masyarakat untuk melakukan kontrol juga mempengaruhi kepemimpinan di dua Desa ini masih terdapat kelemahan
terhadap keberhasilan pelaksanaan transparansi dan kekurangan dalam pelaksanaan dana Desa, Namun
penggunaan anggaran untuk kepentingan publik pada demikian pemerintah daerah dalam hal ini BPMD masih
pemerintah Desa. Salah satu masalah terbesar bagi memberikan toleransi serta mencaba memahami dengan
pemerintah Desa di Desa Gufasa Terkait dengan kondisi Desa ditahun 2015 hal itu kemudian akan menjadi

8 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 5


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah(APPPTM)
ISBN: xxx-xxx-xxxxx-x-x
bahan evalusi untuk membangun dan diperketat pada III.7. Perlu Adanya Pemehaman Masyarakat
tahun berikutnya. Perlu adanya pemahaman masyarakat, yang
dimaksudkan adalah penyampaian secara terbuka kepada
III.6. Diterima Oleh Semua Pihak masyarakat terkait dengan kegiatan yang nantinya akan
Desa Gufasa pada tahun 2015 dari sisi keterlibatan dikerjakan sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan
masyarakat terkait dengan proses awal perencanaan oleh masyarakat, serta apa dampak dari pelaksanaan
kegitan masih sangatlah minim, hal ini dikarenakan kegiatan tersebut dan bagaimana tanggapan masyarakat
Desakan dari pemerintah daerah untuk secepatnya terkait dengan kegiatan yang dibuat oleh pemerintah,
membuat RPJM-Desa sehingga perencnaan pembangunan oleh karena itu pemerintah Desa dalam hal ini kepala
awal yang tertuang dalam RPJM-Desa hanyalah sebatas Desa sebagai pemegang otoritas tertinggi di Desa dalam
diskusi diinternal pemerintah Desa Gufasa, dengan pelaksanaan kegiatan perlu mempertimbangkan secara
dilibatkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Sebagai matang terkait dengan hal yang paling di prioritaskan di
Perwajahan Tangan Dari masarakat, Desa disamping itu kepala Desa sebagai penyelenggara
Hal diatas dilakukan oleh pemerintah Desa dengan pemerintah Desa harus mampu memberikan penjelasan
melihat kebutuhan yang paling mendasar oleh masyarakat atau merasionalisasikan kepada masyarakat terkait
Desa Gufasa, sehingga fokus penggunaan dana Desa pada dengan perencanaan kegiatan tersebut.
tahun 2015 lebih banyak mengarah pada pembangunan Desa Gufasa seperti yang telah dibahas sebelumnya,
Desa, namun setelah di buat RPJM-Desa maka meskipun tidak ada keterlibatan masyarakat dalam
pemerintah Desa kemudian mengadakan rapat terbuka perencanaan awal yang kemudian dimuat dalam RPJM-
terkait dengan perencanaan pembangunan yang mau di Desa namun sebelum pemerintah Desa melaksanakan
jalankan oleh pemerintah Desa. Berkaitan dengan hal kegiatan terkait dengan penggunaan dana Desa,
diatas bapak Ibnu Sau selaku Anggota masyarakat pemerintah Desa telah mengadakan rapat terbuka terkait
menjelaskan Bahwa ”Di tahun 2015 Tidak ada keterlibatan dengan Perencanaan kegiatan yang akan dikerjakan oleh
masyarakat dalam perecanaan kegiatan, dalam hal ini pemerintah Desa. Meskipun pemerintah Desa mendapat
rencana pembangunan jangka menengah Desa (RPJM-Desa) kritikan dari masyarakat terkait dengan keterlibatan
dengan kata lain RPJM-Desa di tetapakan hanya di internal masyarakat dalam perencanaan awal, namun Pada
pemerintah Desa, Namun Setelah RPJM itu di buat dasarnya masyarakat Desa menyetujui Usulan kegiatan
kemudian pemerintah Desa melakukan Rapat terkait dengan yang di buat oleh pemerintah Desa sebab, Usulan
program yang akan mereka jalankan dan itu kemudian di Kegiatan yang di sempaikn secara terbuka kepada
setujui oleh masyarakat” (Wawancara tanggal 3 sesember masyarakat tersebut merupakan hal yang paling di
2016 Pukul 08:30 Malam WIT) prioritaskan untuk Desa Gufasa
Hasil wawancara diatas memeberikan penjelasan Desa Matui pada tahun 2015 untuk penggunaan dana
bahwa pemerintah Desa dalam hal perencanaan kegiatan Desa lebih banyak di prioritaskan untuk pembangunan
sama sekali tidak melibatkan masyarakat, namun dengan fisik dengan dibangunnya balai pertemuan Desa,
adanya sedikit keterbukaan pemerintah terkait dengan meskipun hal ini di kelola oleh pihak ketiga namun pada
program yang akan di jalankan oleh pemerintah Desa tahapan Realisasinya masyarakat dapat memahami dan
maka masyarakat dapat menerima setiap usulan yang di menerima terkait dengan pembangunan balai pertemuan
berikan oleh pemerintah Desa, dari sisi lain pada saat tersebut, sebab sebelum diadakan balai pertemuan Desa,
pelaksanaan kegiatan sampai pada implementasinya masyarakat masih menggunakan rumah warga sebagai
masyarakat dapat memahami dan menerima. wadah untuk membahas segala sesuatu di Desa.
Sama halnya dengan Desa Gufasa Desa matui dalam Kebijakan pemerintah untuk membuat balai pertemuan
perencanaan pembangunan di Desa tidak adanya rapat ini mendapat respon postif dari masyarakat meskipun
terbuka hal ini hanya di lakukan oleh pemerintah Desa, dalam perencnaan awal masyarakat tidak dilibatkan,
BPD dengan tim pelaksanaan kegiatan (TPK), yang hanya saja pada sebagian masyarakat Matui menuntut
selanjutnya dalam pengambilan keputusan untuk agar penggunaan dana Desa itu disampaiakan secara
pembangunan balai pertemuan Desa itu di putuskanl oleh terbuka kepada masyarakat. Disisi lain masyarakat yang
bapak kepala Desa, karena menurut beliu pembangunan terlibat langsung dalam pekerjaan balai pertemuan itu
balai pertemuan Desa itu adalah hal yang harus di meminta agar upah dari pekerjaan mereka segara di
prioritaskan. bayar.
terkait dengan pelaksanaan kegiatan tersebut maka Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapan
keterlibatan masyarakat merupakan salah satu langkah Belanja Negar (APBN) yang diperuntukan untuk
strategi yang harus diambil oleh pemerintah untuk pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa
berbagai macam pembangunan yang ada di Desa. yang ini harusnya dikomunikasikan secara terbuka oleh
terjadi di Desa Matui masih adanya keterlibatan pemerintah Desa agar tidak menimbulkan pemikiran yang
masyarakat terhadap kegiatan pelaksanaan pembangunan subjektif dari masyarakat kepada pemerintah yang
di Desa salah satu contoh adalah pembutan Balai nantinya akan berdampak pada hal yang tidak diinginkan
Pertemuan Desa Tahun 2015, namun keterlibatan oleh semua pihak.
masyarakat ini hanya sebagai tenaga kerja yang nantinya
akan di bayar oleh pihak ketiga.

9 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 5


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah(APPPTM)
ISBN: xxx-xxx-xxxxx-x-x
III.8.Adaptasi Secara Terus Menerus secara optimal, hal ini di karenakan di tahun 2015
Terjadinya suatu proses perubahan pada masyarakat, merupakan tahun awal bagi pemerintah Desa dalam
diakibatkan adanya faktor pendorong, sehingga menjalankan dana Desa sehingga pada
menyebabkan timbulnya perubahan. Oleh karena itu pelaksanaannya masih terdapat banyak kekurangan.
kepala Desa sebagai pelaksana pertanggungjawaban dana 2. Penggunaan dana Desa di tahun 2015 lebih banyak
Desa harus memiliki reaksi dengan melihat perubahan digunakan pada pembangunan Desa, hal ini
yang terjadi dimasyarakat. dikerjakan oleh pemerintah Desa gufasa dan matui
Berkaitan dengan hal diatas maka kebijakan yang
dengan melihat kondisi yang harus di prioritaskan
diambil haruslah benar-benar menyentuh terhadap
dikedua Desa ini.
masyarakat, sebab masyarakat merupakan objek yang
akan merasakan setiap kebijakan yang dibuat oleh 3. Meskipun secara prosedural dari tingkat
pemerintah Desa. Hal ini kemudian menjadi sebuah perencanaan sampai pada tingkat pelaporan
indikator bagi pemerintah untuk melakukan evalusi pertanggungjawaban telah dibuat oleh pemerintah
secara terus menerus terkait dengan pelaksanaan dana Desa gufasa dan matui, namun hanya segelintir
Desa serta melihat perubahan yang terjadi pada masyarakat yang merasakan dampak langsung dari
masyarakat. Penggunaan dana Desa secara bertahap di penggunaan dana Desa, hal ini dikarenakan
Desa Gufasa pada tahun 2015 yang kemudian difokuskan pembngunan Desa yang di lakukan di kedua Desa ini
terhadap pembangunan Desa ini memang belum bisa belum berjalan secara merata.
dikatakan maksimal, hal ini dikarenakan tidak semua
masyarakat di Desa Gufasa merasakan hasil dari
pelaksanaan dana Desa, terkait dengan hal itu bapak Daftar Pustaka
M.sardi Ibrahim selaku Bendahara Desa Gufasa
memberikan penjelasan bahwa “Terkait dengan Hasil [1] Rahmanurrasjid, Amin, 2008, Akuntabilitas dan Transparansi dalam
Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah untuk Mewujudkan
pengelolaan dana Desa di Desa Gufasa ini memang pada Pemerintahan yang Baik di Daerah (Studi di Kabupaten Kebumen).
tahapan pelaksanaan kegiatannya telah berjalan dengan Diss. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro,
baik, namun dalam konteks perubahan yang terjadi di [2] Dwiyanto, Agus. 2002. Reformasi birokrasi publik di indonesia. Pusat
masyarakat belum berjalan secara keseluruhan, sebab yang studi kependudukan dan kebijakan universita Gadjah Mada
[3] Mardiasmo, 2009, Akuntansi Sektor Publik. Andi
merasakan perubahan dari penggunaan dana Desa ini hanya [4] Djalil, Rizal.2014. Akuntabilitas Keuangan Daerah, Implemntasi Pasca
pada masyarakat yang merasakan dampak dari Reformasi RMBOOKS
pembangunan itu sendiri, namun pemerintah Desa akan [5] Adisasmita, Raharjo. 2011, Manajemen Pemerintah Daerah. Graha
terus berusaha agar masyarakat Desa Gufasa secara Ilmu
[6] Hamid, Edy Suandi, 2004. Memperkokoh otonomi daerah. UII Press
keseluruhan akan menikmati hasil dari pelaksanaan dana yogyakarta (Anggota IKAPI)
Desa Pada tahap berikutnya” (Wawancara Tanggal 3 [7] Sugandi, Yogi Suprayogi, 2011 Administrasi Publik; Konsep dan
agustus 2016 pukul 08:00 Malam WIT ) Perkembangan Ilmu di Indonesia. Graha Ilmu
Dari hasil wawancara tersebut dapat dicermati bahwa [8] Prawoto, Agus. 2015. Pengantar Keuangan Publik. BPFE-Yogyakarta
[9] Madani,muhlis. 2011. Dimensi Interaksi Aktor Dalam Proses Perumusan
pelaksanaan dana Desa pada tahun 2015 di Desa Gufasa Kebijakan Publik. Graha Ilmu
memang belum berjalan secara optimal, namun sebagian [10] Adisasmita, Raharjo. 2011, Manajemen Pemerintah Daerah. Graha
masyarakat telah merasakan perubahan terkait dengan Ilmu
adanya pemberian dana Desa. Dan pemerintah Desa [11] Halim, Abdul dan Iqbal, Muhammad. 2012. Seri Bunga Rampai
Manajemen Keuangan Daerah, Pengelolaan Keuangan Daerah. UPP
Gufasa akan terus berupaya agar hasil dari pemberian STIM YKPN
dana Desa oleh pemerintah pusa dapat di rasakan oleh [12] Suwignjo. 1985, Administrasi Pembangunan Desa dan sumber-sumber
semua pihak, hal ini juga di karenakan 2015 merupakan pendapatan Desa. Balai Aksara-Yudhistira dan Pustaka Saadiyah
tahap awal dari penggunaan dana Desa. [13] Agus, Puji dan Madya Widyaiswara.2015. Pengelolaan Keuangan
Desa Matui juga dalam pelaksanaan dana Desa tahun Desa: Sistem dan Prosedur Pelaksanaan Keuangan Desa.
2015 belum bisa dikategorikan telah berjalan secara http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-
anggaran-dan-perbendaharaan. di akses tanggal 31/1/2017
optimal, namun pada pelaksanaan kegiatannya
masyarakat sedikit merasakan perubahan yang kemudian [14] Sutiono, 2015, BAGAIMANA KEUANGAN DESA DIKELOLA.
terjadi di Desa Matui terkait dengan hasil dari http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-
anggaran-dan-perbendaharaan. di akses tanggal 31/1/2017
pelaksanaan kegiatan dana Desa. Sementara dari pihak
[15] Kesa wahyudin, 2015, Perencanaan pebangunan desa. Kementrian
pemerintahpun terus berusaha untuk mengutamakan desa
kepentingan masyarakat dengan menjadikan pelaksanaan
dana Desa pada tahap sebelumnya sebagai langkah untuk
memperbaiki dan meningkatkan pelaksanaan tahap
berikutnya.

IV.Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Akuntabilitas pelaksanaan dana Desa di Desa gufasa
dan Desa Matui pada tahun 2015 belum berjalan

10 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 5


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah(APPPTM)
ISBN: xxx-xxx-xxxxx-x-x

Anda mungkin juga menyukai