Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No.

3 Desember 2013: 219-235

Karakteristik erupsi dan potensi bahaya Gunung Dukono,


Halmahera, Maluku Utara

Eruption characteristic and potential hazards of Mount Dukono,


Halmahera, North Maluku
Deden Wahyudin
Badan Geologi, Jln. Diponegoro 57 Bandung 40122

Abstrak

Gunung Dukono (1087 m dpl.) dengan kawah aktif Malupang-Warirang merupakan salah satu gunung api
aktif dan sering meletus sampai saat ini, terletak di wilayah Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku
Utara. Gunung api ini merupakan yang paling muda dan masih aktif di antara gunung api lainnya yang sudah
tidak aktif yang tumbuh dalam suatu zona depresi vulkanik. Dari data geologi yang tercermin dari batuan
penyusun Kompleks Gunung Dukono-Warirang dan sejarah erupsi Gunung Dukono sejak 1550 sampai saat
ini, karakteristik erupsi gunung api ini bersifat eksplosif dan efusif yang menghasilkan abu, lontaran batu pijar,
aliran piroklastika, dan aliran lava. Dengan memperhatikan jenis, volume, dan pelamparan produk erupsi di
masa lalu maupun sampai sekarang, erupsi Gunung Dukono dapat diklasifikasikan ke dalam erupsi eksplosif
dan efusif bertipe Stromboli – Vulkano berskala kecil sampai menengah. Potensi bahaya primer erupsi Gunung
Dukono terdiri atas aliran piroklastika (awan panas), jatuhan piroklastika (lontaran batu dan abu vulkanik),
gas beracun, dan aliran lava. Sedangkan jenis bahaya sekunder adalah aliran lahar. Dari potensi bahaya erupsi
Gunung Dukono teridentifikasi tiga kawasan rawan bencana gunung api, yaitu Kawasan Rawan Bencana III,
II, dan I.
Kata kunci: Dukono, karakteristik erupsi, potensi bahaya, Maluku Utara

ABSTRACT

Mt. Dukono (1087 m asl) with the active crater Malupang-Warirang is an active volcano and often erupting up to
now, located in North Halmahera Regency, North Maluku Province. This volcano is the youngest and still active in
between the other dormant volcanoes which is located and appeared in a volcanic depression zone. From geological
data which shown by the rock composition of Dukono-Malupang Warirang volcanic complex and historical eruption
of Dukono volcano since 1550 up to present time, the eruption characteristic of Dukono volcano is explosive and ef-
fusive, produced ash, ejection of incandescent rocks, pyroclastic flows, and lava flows. Based on the type, volume, and
distribution of the last eruption products of Dukono volcano, the eruption of the volcano is classified as explosive and
effusive eruptions with Strombolian-Vulcanian types from small to medium in scale. The potential primary hazard
of Dukono eruption consists of pyroclastic flows (nue ardantes), pyroclastic falls (ballistic rocks and volcanic ash),
poisonous gas and lava flows. Whereas the secondary hazards are lahar flows. From the potential hazards of Dukono
eruption can be identified there are three volcanic hazard zones namely Volcanic Hazard Zones III, II, and I.
Keywords: Dukono, eruption characteristic, potensial hazards, North Maluku

Naskah diterima 5 Oktober 2013 selesai direvisi 12 November 2013


Korespondensi, email: deden@vsi.esdm.go.id
219
220 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 3 Desember 2013: 219-235

PENDAHULUAN dipisahkan oleh selat, menjadi bersatu dengan


Pulau Halmahera oleh produk letusannya beru-
Latar Belakang
pa aliran lava dan mungkin juga aliran pirokla-
Gunung Dukono atau nama lain Doekono, stika (Surmayadi et al., 1998).
Dukoko, Dodoeko, Dukoma, Tala, dan Tolo
Potensi bahaya Gunung Dukono yang akan
(Kusumadinata et al., 1979) merupakan salah
datang dapat diperkirakan berdasarkan data ge-
satu gunung api aktif tipe A yang berada di
ologi Kompleks Gunung Dukono maupun se-
ujung utara Pulau Halmahera. Secara adminis-
jarah erupsi Gunung Dukono sejak tahun 1550
tratif gunung api ini terdapat di wilayah Ka-
sampai saat ini. Dalam rangka mitigasi bencana
bupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku
erupsi Gunung Dukono dilakukan pula iden-
Utara.
tifikasi Kawasan Rawan Bencana Gunung Du-
Gunung Dukono merupakan gunung api pa­ kono.
ling muda di antara gunung api lainnya yang
Lokasi dan Pencapaian Daerah
sudah tidak aktif yang tumbuh dalam zona
depresi vulkanik. Gunung api lainnya yang Gunung Dukono (+ 1087 m dpl) secara admi-
tumbuh dalam zona depresi tersebut adalah nistratif termasuk ke dalam wilayah Kabupa­
Gunung Mede, Gunung Gogodom, Gunung ten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara,
Dilekene, Gunung Telori, Gunung Mancile, meliputi dua kecamatan, yakni Kecamatan
dan Gunung Kariang yang membentuk Kom- Galela, dan Kecamatan Tobelo Utara (Gambar
pleks vulkanik Dukono. 1). Posisi geografis puncak Gunung Dukono
(posisi Kawah Malupang - Warirang), terle-
Aktivitas vulkanik Gunung Dukono saat ini
tak pada koordinat 01o42’ Lintang Utara, dan
berlangsung di Kawah Malupang Warirang
127o52’00” Bujur Timur (Kusumadinata et al.,
yang berbentuk hampir bulat. Berdasarkan
1979; Rasyid, 1990),
karakterisitik erupsinya, Gunung Dukono ter-
masuk gunung api yang bersifat eksplosif dan Gunung Dukono dapat dicapai dari Pulau
efusif. Dari data sejarah kegiatannya Gunung Ternate menuju Kota Sofifi, Ibukota Provinsi
Dukono cukup sering meletus, bahkan sampai Maluku Utara di Pulau Halmahera. Dari Sofifi
beberapa tahun terakhir ini erupsi masih sering dilanjutkan dengan jalan darat ke arah utara
terlihat. Pulau Halmahera menuju Kecamatan Tobelo
dan Galela, Kabupaten Halmahera Utara.
Dalam catatan sejarah kegiatannya Gunung
Dukono pernah mengalami letusan cukup be- Untuk sampai di puncak Gunung Dukono
sar di antaranya terjadi pada tahun 1550 dan (kawah Malupang - Warirang), umumnya per-
1933 yang mengakibatkan banyak daerah di jalanan dilakukan dari Desa Mamuya, tempat
sekitarnya rusak. Menurut Van Padang (1939, Pos Pe­ngamatan Gunung api Dukono berada
dalam Kusumadinata et al., 1979), letusan Gu- dengan ketinggian lk. 10 m dpl. Pendakian gu-
nung Dukono tahun 1550 mengakibatkan Gu- nung api ini dilakukan melalui lereng bagian
nung Mamuya yang berjarak lk. 10 km di se- utara. Lama perjalanan lk. 8 jam, melewati
belah utara Gunung Dukono yang sebelumnya perkebunan penduduk dan hutan belukar.
Karakteristik erupsi dan potensi bahaya Gunung Dukono, Halmahera, 221
Maluku Utara - Deden Wahyudin

Gambar 1. Lokasi Gunung Dukono di Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara.

Metode Penyelidikan Dalam upaya mitigasi bencana gunung api,


dilakukan pemetaan kawasan rawan bencana
Dari data geologi Kompleks Gunung Duko-
Gunung Dukono dengan cara mengidentifikasi
no oleh para penyelidik terdahulu seperti van
beberapa kawasan di sekitar Gunung Dukono
Padang (1951) dan Surmayadi et al. (1998)
berdasarkan tingkat kerawanannya.
serta didukung catatan sejarah kegiatan vul-
kanik Gunung Dukono sejak 1550 sampai saat
GEOLOGI KOMPLEKS Gunung DU-
ini, maka secara umum dapat diketahui karak­
KONO
teristik erupsinya. Berdasarkan data itu dapat
diperkirakan pula tipe erupsi dan potensi baha- Gunung Dukono dengan kawahnya bernama
ya Gunung Dukono yang akan datang. Selain Malupang Warirang merupakan salah satu
bahaya erupsi langsung (primer) kemungkinan gunung api termuda di kompleks gunung api
terjadi pula bahaya tidak langsung (sekunder) yang tumbuh di dalam zona depresi vulkanik
yang dapat menimbulkan bencana. berbentuk tapal kuda dengan bukaan ke arah
222 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 3 Desember 2013: 219-235

timur laut. Gunung api lainnya yang tumbuh dua, yaitu Morfologi Gunung api Tua dianta-
dalam zona depresi ini dan sekarang sudah ti- ranya Gunung Mamuya, (Gambar 3) dan Mor-
dak aktif adalah: Gunung Mede (1.000 m), Gu- fologi Kompleks Gunung Dukono.
nung Gogodam (1.100 m), Gunung Dilekene,
Morfologi Kompleks Gunung Dukono, meru-
Gunung Telori (750 m), Gunung Mancile, dan
pakan kumpulan gunung api yang tumbuh di
Gunung Kariang yang membentuk Kompleks
dalam suatu zona depresi. Masing-masing gu-
Gunung Dukono (Surmayadi et al., 1998). Di
nung api tersebut merupakan titik erupsi yang
sekitar puncak Gunung Dukono (Gambar 2),
berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya di
terdapat sejumlah kawah yang beberapa dianta-
dalam zona depresi. Morfologi Kompleks Gu-
ranya telah padam, yaitu Tanah Lapang, Dile-
nung Dukono terbagi dua, yaitu Morfologi Per-
kene A dan B, Malupang Magiwe (C), Telori
bukitan Dukono tua (Gunung Mede, Gunung
(D), Heneowara (G) dan kawah yang masih
Gogodom, Gunung Dilekene, Gunung Telori
Aktif Malupang-Warirang.
dan Gunung Mancile) dan Morfologi Perbuki-
tan Dukono (meliputi Gunung Kariang dan
Gunung Dukono dengan Kawah Malupang
Warirang berada di dalam Kawah Kariang).
Sungai-sungai yang terdapat di bagian tubuh
Gunung Dukono memperlihatkan pola aliran
radier-sub radier, umumnya sangat terjal, akan
tetapi mulai dari ketinggian lk. 100 m dpl. ke
bawah semakin melandai dan melebar di dekat
muaranya.
Gambar 2. Morfologi Gunung Dukono terletak di antara Pembentukan Gunung Dukono erat kaitannya
Gunung Mede (kiri) dan Gunung Gogodom (kanan). Ba-
gian paling kanan adalah morfologi bagian lereng Gunung
dengan gunung api lainnya di Kompleks Gu-
Balewale (sumber: Deden Wahyudin). nung Dukono (Gambar 4) yang tumbuh dalam

Kawah Malupang-Warirang di puncak Gunung


Karirang merupakan pusat kegiatan dan kawah
paling aktif di Kompleks Gunung Dukono saat
ini. Lokasi kawah ini terletak pada ketinggian
antara 1.000 - 1.100 m dpl, berbentuk corong
dengan diamater antara 400 – 500 m dan ke-
dalamannya lk. 150 – 250 m. Dasar kawah
terisi bahan-bahan vulkanik lepas seperti abu,
pasir, lapili dan bongkah-bongkah lava.
Gambar 3. Morfologi Gunung Mamuya (kanan) yang
Secara garis besar morfologi Kompleks Gunung merupakan gunung api tua terletak di sebelah utara Kom-
Dukono dan sekitarnya dapat dibagi menjadi pleks Gunung Dukono (sumber: Deden Wahyudin).
Karakteristik erupsi dan potensi bahaya Gunung Dukono, Halmahera, 223
Maluku Utara - Deden Wahyudin

suatu zona depresi. Vulkanisme di dalam zona Gunung Dukono terletak pada Kawah Gunung
depresi tersebut berpindah-pindah membentuk Kariang, yang erupsinya tercatat dalam sejarah
suatu jalur berarah barat laut-tenggara dengan dimulai pada tahun 1550 dengan erupsi be-
jarak lk. 1,25 – 2,5 km. Vulkanisme pertama sar yang menghasilkan aliran lava yang meng-
terjadi pada Gunung Mede yang menghasilkan hubungkan Pulau Halmahera dengan Gunung
beberapa aliran lava andesitis. Titik erupsi ber- Mamuya yang sebelumnya berupa selat (Van
pindah ke arah barat laut membentuk Gunung Padang, 1939, dalam Kusumadinata et al.,
Gogodom, menghasilkan beberapa aliran lava 1979)
andesitis – basaltis serta kerucut sinder Dile­
Menurut Surmayadi, dkk. (1998), produk Gu-
kene dan Telori.
nung Kariang dan Gunung Malupang-Warirang
Vulkanisme di Gunung Mancile dimulai de­ (merupakan 2 gumuk dari Gunung Dukono),
ngan erupsi efusif, menghasilkan aliran lava didominasi oleh aliran lava andesitik dan ande­
andesitis-basaltis, serta kerucut sinder Mancile. sit-basaltik, sedangkan produk minornya beru-
Titik erupsi berpindah ke arah tenggara mem- pa aliran piroklastika dan jatuhan piroklastika.
bentuk Gunung Kariang, menghasilkan bebera­
Batuan produk erupsi Gunung Dukono dike-
pa aliran lava andesit-basaltis. Pembentukan
lompokkan ke dalam seri kalk-alkali sampai

Gambar 4 . Peta Geologi Kompleks G. Dukono (disederhanakan dari Surmayadi drr, 1998).
224 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 3 Desember 2013: 219-235

kalk-alkali kaya akan Kalium. Berdasarkan


ana­lisis kimia batuan, lava produk 1933, bom
ke­
rak roti yang diambil dari sekitar kawah
dan abu produk erupsi paling akhir, semuanya
berkomposisi andesit dengan kandungan SiO2=
55,50 – 59,66% (Zaennudin dan Purbawinata,
1992).
Conto lava produk erupsi Gunung Dukono
yang dianalisis oleh Prayitno dan Kraeff (1953, Gambar 5. Pematang Kawah Gunung Malupang Wari-
dalam Kusumadinata et al., 1979) adalah ber- rang dengan aliran lava muda terletak di bagian lerengnya
jenis basal hipersten – basal hipersten augit. (sumber: Deden Wahyudin, 2008).
Conto lava lain berjenis andesit basaltik den-
gan kandungan SiO2 sebesar 56,34% (Reksow-
KARAKTERISTIK ERUPSI GUNUNG
irogo, 1971). Suhu solfatara di sekitar Kawah
Tanah Lapang dan di Gunung Dilekene tercatat DUKONO
berkisar 86 – 96o C. Temperatur beberapa sum- Gunung Dukono termasuk gunung api yang
ber mata air panas di sekitar Gunung Mamuya sering meletus baik tercatat maupun yang tidak
berkisar 35 – 68o C, pH umumnya normal (Di- tercatat dalam sejarah. Aktivitas erupsi Gunung
rektorat Vulkanologi, 2000). Dukono silih berganti antara erupsi eksplosif
Struktur sesar di Kompleks Gunung Dukono dan efusif yang menghasilkan endapan pirokla-
berupa Sesar Normal yang merupakan suatu stika dan aliran lava.
zona depresi yang membentuk tapal kuda ter- Sejak tahun 1550 sampai 1978 paling sedikit
buka ke arah timurlaut. Zona depresi ini me- telah terjadi 12 kali erupsi Gunung Dukono.
miliki diameter sekitar 7000 m yang di dalam- Letusan-letusan kecil sering terjadi sejak 1980
nya tumbuh beberapa kerucut gunung api yang sampai beberapa tahun terakhir ini (Tabel 1 dan
terangkum dalam Kompleks Gunung Dukono. Gambar 6). Suara dentuman dan erupsi abu
Sesar Normal Gunung Kua terbentuk pada le- produk Gunung Dukono sering terdengar dan
reng bagian barat Gunung Kua yang memben- melanda daerah Tobelo dan Galela.
tuk suatu jalur sesar berarah barat laut – teng-
Pada umumnya erupsi Gunung Dukono ini
gara (Surmayadi et al., 1998).
berupa letusan strombolian dari kawah pusat.
Paling sedikit terdapat 9 struktur kawah di dae- Erupsi Gunung Dukono ini sering mengeluar-
rah penyelidikan, yaitu Kawah Gunung Gosa- kan aliran lava dan endapan piroklastika meli-
na, Kawah Gunung Mamuya, Kawah Gunung puti aliran piroklastika dan jatuhan piroklastika
Mede, Kawah Tanah Lapang di Gunung Gogo- yang dapat menimbulkan bencana bagi pen-
dom, Kawah Gunung Telori, Kawah Gunung duduk di sekitar bagian utara gunung api.
Dilekene, Kawah Gunung Mancile, Kawah
Erupsi Gunung Dukono tahun 1550 merupa­
Gunung Kariang, dan Kawah Malupang Wari-
kan erupsi cukup besar dari kawah pusat yang
rang (Gambar 5) di Gunung Dukono.
Karakteristik erupsi dan potensi bahaya Gunung Dukono, Halmahera, 225
Maluku Utara - Deden Wahyudin

menghasilkan aliran lava (van Padang, 1939,


dalam Kusumadinata et al., 1979) dan kemung-
kinan endapan aliran piroklastika (Surmayadi
et al., 1998). Aliran lavanya mengalir ke arah
utara sepanjang 12 km hingga mampu meng-
hubungkan Gunung Mamuya dengan Pulau
Halmahera yang sebelumnya dipisahkan oleh
selat (Van Padang, 1939, dalam Kusumadinata
et al., 1979). Letusan dengan VEI = 3 ini meng-
Gambar 6. Aktivitas vulkanik Gunung Dukono masih
hasilkan tefra dengan total volume: 5,1 ± 5,0 x terus terjadi berupa erupsi asap dan abu halus menyem-
108 m3 (Global Volcanism Program, 2012). bur dari Kawah Malupang Warirang (sumber: Deden
Wahyudin, 2008).
Pada umumnya erupsi Gunung Dukono terjadi
di kawah pusat, tetapi menurut catatan Global
Volcanism Program (2012), pada 1719 terjadi menghasilkan abu, dan pada 1982 letusan abu
erupsi samping (erupsi eksentrik) terjadi di le- terjadi setiap 10 -15 menit, mirip seperti akti-
reng bagian timur Gunung Tala. Erupsi efusif vitas Gunung Semeru di Jawa Timur (Wittiri,
ini menghasilkan aliran lava. 2003).

Pada 1861 sampai 1869 terjadi erupsi di kawah Sejak 1980 sampai saat ini sering terjadi pe­
pusat dan daerah di sekitar puncaknya terba- ningkatan kegiatan seperti peningkatan kegem-
kar. Pada tahun 1901 terjadi erupsi yang titik paan, terjadi letusan-letusan abu dan asap yang
kegiatannya pindah ke sekitar Tanah Lapang. disertai dengan suara gemuruh dari kawah.
Erupsi ini merupakan erupsi eksplosif dengan Pada saat kegiatan vulkanik Gunung Dukono
kekuatan letusan (VEI) = 2 (Global Volcanism meningkat letusan atau hembusan asap terjadi
Program, 2012). disertai abu berwarna putih kelabu sampai ke-
hitaman dengan tinggi asap mencapai 1.000
Erupsi cukup besar dengan VEI = 3 (Global Vol-
m di atas puncak seperti yang terjadi pada Mei
canism Program, 2012), terjadi pada 13 Agus-
2008 (Zainuddin et al., 2008).
tus 1933 dari kawah pusat yang menghasilkan
aliran lava ke arah utara. Erupsi ini mengakibat- Interval antara dua kenaikan kegiatan/erupsi
kan terjadinya aliran lahar yang merusak lahan Gunung Dukono adalah berkisar 1 – 6 tahun
dan infrastruktur. Pada tahun 1937 dan 1938 (interval terpendek), 16 – 32 tahun (interval
terjadi lagi letusan dari kawah pusat Malupang menengah), dan 169 tahun (interval terpan-
Walirang. jang). Data kegiatan vulkanik Gunung Duko-
no, di Halmahera utara disajikan dalam Tabel
Pada tahun 1941-1942, 1945, 1946, 1952,
1.
1969, 1971 terjadi erupsi eksplosif berskala
kecil, menghasilkan asap hitam dan hujan abu Kegempaan di Gunung Dukono dipantau
(Kusumadinata et al., 1979). Pada tahun 1973 deng­an menggunakan seismograf satu kom-
- 1978 terjadi kegiatan erupsi secara beruntun ponen, yang dioperasikan secara sistem radio
226 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 3 Desember 2013: 219-235

telemetri (RTS). Seismometer ditempatkan vulkanik dalam (VA), gempa vulkanik dangkal
pada satu lokasi di lereng bagian utara Gunung (VB), gempa hembusan dan gempa letusan.
Dukono dengan ketinggian lk. 800 m dpl. Se-
Pada saat peningkatan kegiatan vulkanik,
dangkan perekam gempa di operasikan di Pos
kondisi kegempaan Gunung Dukono umum-
Pengamatan Gunung api (PGA) Gunung Du-
nya didominasi oleh gempa-gempa letusan dan
kono, di Desa Mamuya, Kecamatan Galela,
jumlahnya dapat mencapai 70 kejadian perhari
Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku
seperti yang terjadi pada awal tahun 2007 (Ba-
Utara. Jenis gempa yang terekam di Gunung
suki et al., 2007). Gempa letusan ini seringkali
Dukono umumnya terdiri atas gempa tektonik
diikuti oleh gempa tremor hembusan yang si-
lokal (TL), gempa tektonik jauh (TJ), gempa
fatnya menerus (Gambar 7) seperti yang terjadi

Gambar 7. Contoh rekaman gempa letusan dan hembusan, pada saat peningkatan kegiatan Gunung
Dukono 29 Mei 2008 (sumber: Zainuddin, 2008).

Tabel 1. Sejarah Kegiatan Vulkanik Gunung Dukono, Maluku Utara (Sumber: Van Padang, 1951;
Kusumadinata drr, 1979; Global Volcanism Program, 2012; Volcano News. Com, 2013)

Tahun
1550 O↑ ꜛ Nov. ► » ◙ +

1719 O= ►

1868 (?) O↑ ꜛ⋇ ◙
1901 O↑ ꜛ⋇
Karakteristik erupsi dan potensi bahaya Gunung Dukono, Halmahera, 227
Maluku Utara - Deden Wahyudin

Tabel 1. Sejarah Kegiatan Vulkanik Gunung Dukono, Maluku Utara (Sumber: Van Padang, 1951;
Kusumadinata drr, 1979; Global Volcanism Program, 2012; Volcano News. Com, 2013) (Lanjutan)

Tahun
1933 O↑ ꜛ Agust.► → ◙ +
1941-1942 (O↑) ⋇
1945 O↑ ꜛ

1946 O↑ ꜛ Juli-Agust
1952 O↑ ꜛ

1969 O↑ ꜛ

1971 O↑ ꜛ

1978 O↑ ꜛ Juli
1991 O↑ ꜛ Juni →

1992 O↑ ꜛ Mei

1993 O↑ ꜛ Juni

1994 (O↑ ?) Nov-des

1995 O↑ ꜛ Jan (Feb?), Sept (Okt ?)

2003 O↑ ꜛ Maret, Juni-Des

2004 O↑ ꜛ Jan-Sep

2005 O↑ ꜛ Feb, Mei, Juni, Agust, Okt, Nov

2006 O↑ ꜛ Jan, Agust, Nov, Des

2007 O↑ ꜛ Jan, Juni

2008 O↑ ꜛ Mei-Des

2009 O↑ ꜛ Jan-Feb, April-Des

2010 O↑ ꜛ Feb

2011 O↑ ꜛ 22 Des

2012 O↑ ꜛ Feb (3km), Mei (3km), Juni (4,5 km), Sept, Nov

2013 O↑ ꜛ Feb, Maret, April Mei

Keterangan: ► : Aliran lava

O↑ : Erupsi pusat ⋇ : Sinar api/kebakaran di puncak

O= : Erupsi samping (eksentrik) → : Aliran lahar

ꜛ : Letusan asap/abu/jatuhan piroklastika ◙ : Kerusakan lahan dan infrastruktur

» : Aliran piroklastika + : Korban


228 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 3 Desember 2013: 219-235

pada Mei 2008 (Zainuddin et al., 2008). pakan suatu aliran massa yang terdiri dari pen-
campuran antara gas dan material lepas berbagai
POTENSI BAHAYA ukuran yang mengalir dengan kecepatan tinggi
Berdasarkan data geologi Kompleks Gunung (V= 70 - 150 km/jam), bersuhu tinggi (300 -
Dukono (Surmayadi et al., 1998), jenis erupsi 500oC), bergumpal-gumpal seperti wujudnya
Gunung Dukono yang dihasilkan dari Kawah awan. Umumnya aliran piroklastika (awan pa-
aktif Malupang - Warirang umumnya berupa nas) ini, adalah produk erupsi magmatik/frea-
erupsi magmatik efusif (berupa beberapa aliran to-magmatik eksplosif tipe Strombolian sampai
lava), dan erupsi magmatik eksplosif (berupa Plinian. Letusan eksplosif tersebut berdasarkan
endapan jatuhan dan aliran piroklastika). skala kekuatan letusan gunung api (Volcanic
Explosivity Index = VEI ) yang di perkenalkan
Dalam waktu sejarah, tercatat puluhan kejadian
oleh Newhall dan Self (1982) mempunyai skala
erupsi Gunung Dukono sejak 1550 sampai saat
letusan (VEI) berkisar antara 2 - 5.
ini. Erupsi magmatik cukup besar dengan VEI
= 3 (Global Volcanism Program, 2012) terjadi Jatuhan Piroklastika (Lontaran Batu Pijar
pada tahun 1550, menghasilkan tefra dan lava dan Hujan Abu)
dan mungkin juga aliran piroklastika (Surma­
Besar/kecilnya bahaya erupsi akan sangat ter-
yadi et al., 1998). Erupsi eksplosif cukup besar
gantung kepada jenis dan tipe erupsinya. Un-
de­ngan VEI = 3 (Global Vulcanism Program,
tuk jenis magmatik tipe Plinian yang bersifat
2012), juga terjadi pada tahun 1933, meng-
eksplosif cukup membahayakan karena pada
hasilkan aliran lava ke utara dan hujan abu
umumnya dapat menghasilkan endapan jatu-
mencapai Tobelo. Erupsi eksplosif skala kecil
han piroklastik yang tersebar jauh hingga ber-
sering terjadi sejak tahun 1941 sampai dengan
jarak puluhan km dari pusat erupsi. Begitu juga
tahun 2013 ini dengan diselingi masa istirahat
bahan lontaran batu (pijar) yang berukuran <
1- 16 tahun. Erupsi berskala kecil ini meng-
2 cm dapat tersebar dalam radius lk. 8 km. Se-
hasilkan asap, abu vulkanik dan kadang-kadang
mentara bahan lontaran batu (pijar) yang beru-
lontaran batu (pijar).
kuran > 2 cm dapat tersebar dalam radius lk.
Potensi bahaya Gunung Dukono, terdiri dari 5 km dari pusat erupsi. Kegiatan tahun 2006
bahaya langsung (bahaya primer) dan bahaya sampai saat ini vulkanisme Gunung Dukono
tidak langsung (bahaya sekunder). Jenis bahaya masih terjadi erupsi strombolian yang meng-
primer, terdiri dari aliran piroklastika (awan pa- hasilkan asap dan hujan abu dengan kolom le-
nas), jatuhan piroklastika, lontaran batu (pijar), tusan mencapai 1.000 m di atas kawah, disertai
hujan abu lebat, dan aliran lava. Sedangkan je- suara gemuruh dari arah Kawah aktif Malupang
nis bahaya sekunder adalah aliran lahar. Warirang.

Aliran Piroklastika (awan panas) Aliran Lava


Derajat bahaya paling tinggi produk erupsi Gu- Aliran lava adalah aliran massa pijar bersuhu
nung Dukono adalah aliran piroklastika (awan tinggi (600 -1000o C) yang mengalir secara per-
panas). Aliran piroklastika (awan panas) meru- lahan dan selalu mengalir melalui lereng dan
Karakteristik erupsi dan potensi bahaya Gunung Dukono, Halmahera, 229
Maluku Utara - Deden Wahyudin

lembah menuju ke tempat-tempat yang lebih (Global Volcanism Program, 2012) sehingga
rendah. Oleh karenanya aliran lava ini walau- terjadi aliran lava bervolume besar ke arah utara
pun bersuhu sangat tinggi, derajat bahayanya (van Padang, 1951) dan aliran lahar yang me-
tidak terlalu tinggi karena umumnya kecepatan nimbulkan kerusakan lahan dan infrastruktur
alirannya relatif lambat. Aliran lava (Gambar 8) (Global Volcanism Program, 2012).
merupakan produk erupsi efusif magmatik tipe
Lahar
Produk erupsi Gunung Dukono didominasi
aliran lava dan endapan piroklastika. Endapan
piroklastika (jatuhan dan aliran piroklastika)
berpotensi sebagai bahan pembentuk lahar.
Umumnya material lepas ini dialirkan melalui
media air, dan masuk ke dalam sungai-sungai
besar. Jenis potensi lahar di sekitar Gunung Du-
kono, yakni lahar hujan.
Gambar 8. Aliran lava muda dari Kawah Malupang Wari- Pembentukan lahar hujan, sangat dimungkin­
rang mengalir mencapai Kawah Tanah Lapang di Gunung kan karena selain produk erupsi Gunung Du-
Gogodom (Sumber: Deden Wahyudin, 2008).
kono di masa silam banyak menghasilkan enda-
pan piroklastika yang bersifat urai, juga karena
Stromboli Gunung Dukono berskala letusan kemiringan lereng Gunung Dukono sangat
relatif kecil (VEI; 0 - 1). memungkinkan untuk terjadinya aliran lahar,
terutama ke arah timur laut dan barat laut. Pada
Pola erupsi pada beberapa erupsi besar Gunung
kedua daerah tersebut terdapat unit pemuki-
Dukono, umumnya relatif identik seperti dua
man dengan jumlah penduduk cukup padat.
kejadian erupsi besar Gunung Dukono yang
Di sektor barat laut terdapat unit pemukiman
tercatat dalam waktu sejarah, yaitu pada tahun
Desa Mamuya, Kecamatan Galela dan di sektor
1550 dan 1933. Erupsi 1550 berupa erupsi
timurlaut adalah unit pemukiman Desa Ruko,
magmatik berskala cukup besar dengan VEI
Kokotajaya, Mede dan Papilo yang termasuk
= 3 yang menghasilkan tefra dan aliran lava
Kecamatan Galela.
(mengalir ke sektor timurlaut melalui A. Ruko
dan A. Mede), sehingga menyambungkan selat Bencana yang ditimbulkan oleh lahar dapat di-
antara Gunung Mamuya dengan Pulau Halma- tanggulangi dengan cara membuat bangunan
hera menjadi daratan (Van Padang, 1939, pelindung yang dapat mencegah penyimpangan
dalam Kusumadinata et al., 1979). Kemung- aliran lahar ke daerah pemukiman penduduk
kinan erupsi ini juga disertai erupsi magmatik dan lahan pertanian. Bangunan pelindung yang
eksplosif menghasilkan aliran piroklastika atau dapat dibuat di sepanjang sungai-sungai besar/
awan panas (Surmayadi et al., 1998). Erupsi kecil (yang berpotensi sebagai media transpor-
Gunung Dukono tahun 1933 berupa erupsi tasi lahar), yaitu berupa: tanggul (berfungsi
magmatik yang cukup besar dengan VEI =3 untuk mengendalikan perluasan aliran lahar),
230 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 3 Desember 2013: 219-235

check-dam (berfungsi sebagai pengendali arah terjadi pada masa mendatang, Kawasan Rawan
aliran lahar), dam konsolidasi/dam pengelak Bencana Gunung api Dukono dibagi ke dalam
dan sabo-dam (berfungsi untuk mengendapkan tiga kawasan (Gambar 9), yaitu Kawasan Rawan
material lahar dan mencegah agar produk erup- Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II, dan
si tidak tertransportasi ke arah hilir yang me- Kawasan Rawan Bencana I.
nyebabkan kerusakan lebih besar), dan kantong
Kawasan Rawan Bencana (KRB) III
lahar/pasir (berfungsi sebagai tempat penam-
pungan lahar/pasir). KRB III adalah kawasan sumber erupsi, daerah
puncak dan sekitarnya yang sangat berpotensi
KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG terlanda oleh berbagai macam hasil erupsi. Ka-
API wasan ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
Kawasan rawan bencana gunung api adalah a. KRB III terhadap aliran massa adalah ka-
kawasan yang pernah terlanda atau diidentifi- wasan yang sangat berpotensi terlanda aliran
kasikan berpotensi terlanda bahaya erupsi baik piroklastika (awan panas), aliran lava dan
langsung (primer) maupun tidak langsung mungkin gas vulkanik beracun. Kawasan ini
(sekunder). diperlihatkan pada peta berupa daerah ber-
warna merah tua. Perluasan dari penyebaran
Berdasarkan pada potensi bencana yang dapat

Gambar 9. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Dukono, Halmahera (Wahyudin drr, 2008).
Karakteristik erupsi dan potensi bahaya Gunung Dukono, Halmahera, 231
Maluku Utara - Deden Wahyudin

awan panas dapat terjadi ketika erupsi Gu- diameter 2 – 6 cm dilontarkan sejauh 5 km
nung Dukono yang akan datang lebih besar dari pusat erupsi.
dari erupsi terdahulu.
Kawasan Rawan Bencana (KRB) I
b. KRB III terhadap jatuhan adalah kawasan
Kawasan Rawan Bencana I ini dibedakan men-
yang sangat berpotensi terlanda bahan lon-
jadi dua bagian, terdiri dari:
taran dan jatuhan seperti lontaran fragmen
batuan (pijar), dan hujan abu lebat. Kawasan a. KRB I terhadap aliran massa yaitu kawasan
ini diperlihatkan pada peta dalam bentuk yang berpotensi terlanda aliran lahar, dan
lingkaran putus-putus diarsir berwarna kemungkinan perluasan awan panas, ter-
merah dengan radius sekitar 1,5 km dari letak di sepanjang daerah aliran sungai, di
pusat erupsi. Berdasarkan sejarah produk dekat lembah sungai atau di bagian hilir
erupsi Gunung Dukono, bahan lontaran sungai yang berhulu di daerah puncak. Ka-
dengan diameter 2 – 6 cm dilontarklan se- wasan ini diperlihatkan dalam peta berupa
jauh 1,5 km dari pusat erupsi. Ketika terjadi daerah berwarna kuning.
erupsi besar, penyebaran dari jatuhan pirok-
Secara garis besar jalur aliran sungai di sekitar
lastika mengikuti batas dari Kawasan Rawan
Gunung Dukono yang dapat menjadi pemben-
Bencana II untuk batuan lontaran.
tukan lahar yaitu:
Kawasan Rawan Bencana (KRB) II • Aliran Sungai ke arah utara - barat laut
KRB II adalah kawasan yang berpotensi terlan- Pada jalur ini terdapat dua buah sungai besar
da awan panas, aliran lava, lahar, lontaran batu yang berpotensi sebagai media transportasi
(pijar) dan hujan abu lebat. Kawasan ini dibe- aliran lahar, yakni: Ake Mamuya (Gambar
dakan menjadi dua bagian, yaitu: 9), dan Ake Auluto. Sungai-sungai besar di
a. KRB II terhadap aliran massa adalah ka- sektor ini, umumnya mengalir ke arah utara
wasan yang berpotensi terlanda awan panas, barat laut dengan menampilkan pola aliran
aliran lava dan aliran lahar. Kawasan ini di- sub-paralel, semuanya bermuara di Laut
perlihatkan dalam peta berupa daerah ber- Halmahera. Jarak dari bagian hulu (dekat
warna merah muda. daerah puncak Gunung Dukono) hingga
Laut Halmahera mencapai 11 km.
a. KRB II terhadap jatuhan adalah kawasan
yang berpotensi terlanda bahan lontaran • Aliran Sungai ke arah timur laut
dan jatuhan seperti lontaran fragmen batu- Sungai besar yang berpotensi terbentuknya
an (pijar), dan hujan abu lebat. Kawasan ini lahar di sektor ini, adalah Ake Mede (Gam-
diperlihatkan pada peta dalam bentuk ling- bar 10) dan Ake Ruko yang bermuara lang-
karan putus-putus diarsir berwarna merah sung ke Laut Halmahera. Jarak dari bagian
muda dengan radius sekitar 5 km dari pusat hulu (daerah puncak Gunung Dukono)
erupsi. Berdasarkan sejarah produk erupsi hingga Laut Halmahera mencapai 12 km.
Gunung Dukono, bahan lontaran dengan
• Aliran sungai ke arah barat
232 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 3 Desember 2013: 219-235

Pada jalur ini hanya terdapat satu buah (Desa Luari, Ruko, Kokotajaya dan Mede)
sungai besar yang berpotensi terbentuknya yang berjumlah 773 Kepala Keluarga (KK) atau
lahar, yakni Ake Mancile yang mengalir ke 3125 Jiwa, serta penduduk Desa Mamuya, Ke-
arah barat dan baratlaut dengan pola aliran camatan Tobelo Utara yang berjumlah 439 Ke-
sub-dendritik. Sungai ini menyatu di bagian pala Keluarga (KK) atau 2038 jiwa.
hilir dengan Sungai Ake Sioso dan seterus-
nya menuju Laut Halmahera. Jarak dari ba- DISKUSI
gian hulu hingga Laut Halmahera > 15 km. Dari sejarah kegiatannya, erupsi Gunung Du-
b. KRB I terhadap jatuhan adalah kawasan kono didominasi oleh erupsi eksplosif bersekala
yang berpotensi terlanda jatuhan piroklas- kecil sampai cukup kuat. Berdasarkan estimasi
tika/lontaran berupa hujan abu tanpa mem- kekuatan letusan atau Volcanic Explosivity In-
perhatikan arah tiupan angin (saat terjadi le- dex (VEI ) yang di klasifikasikan oleh Newhall
tusan), dan kemungkinan terkena lontaran dan Self (1982) seperti pada Gambar 10 adalah
batu. Kawasan ini berpotensi terlanda oleh berkisar: 0 – 3. Erupsi Gunung Dukono ini
jatuhan abu dan fragmen batuan < 2 cm menghasilkan aliran piroklastika (awan panas),
dalam radius 8 km dari pusat erupsi. Daerah jatuhan piroklastika (lontaran batu pijar dan
ini diperlihatkan pada peta dalam bentuk abu vulkanik), serta erupsi efusif yang meng-
lingkaran putus-putus diarsir berwarna ku­ hasilkan aliran lava.
ning. Hingga saat ini, Gunung Dukono masih aktif
dengan terjadinya erupsi yang mengeluarkan
Kependudukan
asap, abu dan kadang-kadang lontaran batu pi-
Konsentrasi penduduk yang bermukim tetap jar, disertai suara gemuruh dari Kawah Malu-
di sekitar Gunung Dukono terdapat di bagian pang- Warirang yang terdengar sampai jarak lk
lereng bawah dan kaki bagian utara-timur laut 12 km. Apabila tidak terjadi perubahan, maka
(Desa Mede, Desa Ruko, Desa Kokotajaya, pola erupsi Gunung Dukono di masa men-
Desa Papilo, Kecamatan Tobelo Utara) dan datang relatif identik dengan pola erupsi pada
daerah barat laut (Desa Mamuya, Kecamatan waktu lampau – berupa erupsi eksplosif mag-
Galela) dengan kepadatan penduduk bervariasi matik tipe Strombolian - Vulcanian yang meng-
dari sedang hingga cukup tinggi. Sementara hasilkan aliran piroklastika (awan panas), jatu-
penduduk yang bertempat tinggal di sekitar le- han piroklastika (lontaran batu pijar dan abu
reng tengah bagian timur laut, barat laut, barat- vulkanik), serta erupsi magmatik efusif yang
daya, dan tenggara relatif sedikit, digolongkan menghasilkan aliran lava.
ke dalam kepadatan penduduk rendah-sangat
Secara umum, kemungkinan karakter, tipe dan
rendah.
skala erupsi Gunung Dukono di masa men-
Penduduk yang bermukim tetap di KRB I ber- datang adalah erupsi berskala kecil sampai
jumlah 1212 Kepala Keluarga (KK) atau 5164 menengah dengan Nilai Indeks Letusan Gu-
jiwa (Data tahun 2008). Jumlah penduduk ini nung api (VEI atau Volcanic Explosity Index):
terdapat di 4 Desa di Kecamatan Tobelo Utara 0 – 3. Tipe erupsinya adalah Stromboli (Strom-
Karakteristik erupsi dan potensi bahaya Gunung Dukono, Halmahera, 233
Maluku Utara - Deden Wahyudin

bolian) - Vulkano (Vulcanian) disertai dengan skala besar mempunyai ciri-ciri berikut; nilai
aliran lava yang bersumber dari kawah pusat. indeks letusan gunungapi (VEI= 4 ), tipe erupsi
Potensi bahayanya, terdiri dari awan panas (ali- Vulkano kuat hingga tipe Plinian (Newhall dan
ran piroklastika), aliran lava, lontaran batu (pi- Self, 1982). Potensi bahayanya diperkirakan
jar), serta hujan abu dan pasir dan kemungki- terdiri dari aliran piroklastika (awan panas),
nan gas beracun. Material letusan yang bersifat lontaran batu (pijar) dapat mencapai 3-4 km
aliran seperti aliran piroklastika (awan panas) dari pusat erupsi, aliran lava, hujan pasir dan
dan aliran lava kemungkinan hanya akan men- abu lebat serta lahar. Produk awan panasnya
jangkau daerah sempit di sekitar Gunung Du- dapat mencapai jarak puluhan kilometer, ber-
kono (terutama daerah puncak). Hal ini dapat gantung kepada tinggi kolom erupsi dan arah
terjadi, karena dinding kawah Gunung Du- robohnya kolom erupsi. Bahan jatuhan pirok-
kono dan tubuh beberapa bukit kecil di seki- lastika berbutir kasar dan bahan lontaran batu

Gambar 10. Kriteria untuk estimasi kekuatan letusan gunung api VEI menurut Newhall dan Self (1982).

tar puncak akan mampu menghalangi produk (pijar), kemungkinan besar dapat mencapai
letusan berskala kecil tipe Stromboli atau Vul- jarak 5-10 km dari pusat erupsi. Tipe vulkano
kano lemah menyebar ke arah bawah. Semen- kuat ini diimplementasikan oleh letusan Gu-
tara produk letusan berupa jatuhan piroklastika nung Dukono dimasa silam atau pra sejarah
berbutir halus dapat menjangkau daerah yang yang menghasilkan aliran piroklastika (awan
lebih jauh dari pusat erupsi. panas), jatuhan piroklastika berikut bahan lon-
taran batu (pijar) berupa bom vulkanik yang
Kemungkinan lain adalah terjadinya erupsi ber-
234 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 3 Desember 2013: 219-235

mencapai jarak maksimum antara 5-8 km dari eksplosif dan efusif bertipe Stromboli – Vul-
pusat erupsi (Surmayadi et al., 1998). kano berskala kecil sampai menengah dengan
kekuatan letusan (VEI): 0 – 3.
Erupsi berskala sangat besar (Paroxysmal) de­
ngan tipe erupsi Ultra Plinian kemungkinan Berdasarkan potensi bahaya erupsi Gunung
bisa pula terjadi mempunyai ciri-ciri berikut; Dukono diidentifikasi tiga kawasan rawan ben-
nilai indeks letusan gunung api (VEI > 5), yang cana gunung api, yaitu: Kawasan Rawan Ben-
acapkali disertai dengan longsoran/guguran cana (KRB) III, II dan I. Beberapa aliran sungai
puing. Potensi bahayanya diperkirakan berupa yang termasuk KRB I dan berpotensi sebagai
aliran piroklastika (awan panas) letusan, long- media transportasi lahar di sekitar lereng dan
soran/guguran puing, lontaran batu (pijar), kaki Gunung Dukono antara lain aliran su­ngai
hujan abu lebat dan lahar. Letusan berskala A. Mamuya dan A. Auluto ( wilayah utara-
besar ini sangat kecil kemungkinannya terjadi baratlaut); A. Mede dan A. Ruko ( wilayah
pada erupsi Gunung Dukono, kecuali ada pe- timurlaut) dan A. Mancile (wilayah barat).
nyimpangan dari sifat/karakter, tipe, dan skala
Bencana yang ditimbulkan oleh lahar dapat
letusan Gunung Dukono selama ini. Apabila
dimitigasi dengan cara membuat infra struktur
letusan besar ini terjadi di masa datang, maka
yang berfungsi untuk pengendali dan pengelak
daerah yang akan terlanda produk erupsi Gu-
aliran lahar seperti tanggul, checkdam, Sabo
nung Dukono akan jauh lebih luas.
dam dan kantong lahar.
KESIMPULAN
ACUAN
Karakteristik erupsi Gunung Dukono yang
Basuki, A., Hendrasto, M., dan Hinondaleng,
tercermin dari data geologi dan sejarah erupsi
D., 2007, Laporan Peringatan Dini Bahaya Gu-
Gunung Dukono yang terekam sejak 1550
nungapi G. Dukono, Maluku Utara. Pusat Vul-
sampai saat ini, berupa erupsi bersifat eksplosif
kanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Tidak
dan efusif menghasilkan produk erupsi gunung
diterbitkan.
api yang dapat menimbulkan bencana terhadap
wilayah di sekitarnya. Direktorat Vulkanologi, 2000, Laporan Tahu-
nan Direktorat Vulkanologi Tahun 1999/2000.
Potensi bahaya langsung (primer) erupsi Gu-
Direktorat Vulkanologi, hal. 184-185
nung Dukono terdiri atas aliran piroklastika
(awan panas), jatuhan piroklastika (lontaran Global Volcanism Program, 2012, Dukono:
batu pijar dan hujan abu vulkanik), aliran lava Eruption History. http//www.volcano. si.edu/
dan kemungkinan gas beracun. Sedangkan po- volcano.cfm/um = 268010 (14 Agustus 2013).
tensi bahaya sekunder adalah lahar hujan. Kusumadinata, K., Hadian, R., Hamidi, S., dan
Dengan memperhatikan tipe erupsi serta jenis, Reksowirogo, L.D., 1979, Data Dasar Gunung
volume dan pelamparan produk erupsi di masa api Indonesia: G. Dukono, Bandung: Dit. Vul-
lalu maupun sampai sekarang, erupsi Gunung kanologi.
Dukono dapat diklasifikasikan ke dalam erupsi Newhall, C.G. and Self, S., 1982, The Volcanic
Karakteristik erupsi dan potensi bahaya Gunung Dukono, Halmahera, 235
Maluku Utara - Deden Wahyudin

Explosivity Index (VEI): An Estimate of Explo- news & eruption updates. http//www. volcano-
sive Magnitude for Historical Volcanism, Jour- news com/volcano news/Indonesia/halmahera/
nal of Geophysical Research, Vol. 86, No C2, P. Dukono/eruption updates.html (15 Agustus
1231-1238. 2013).
Rasyid, S.A., 1990, G. Dukono, Berita Berkala Wahyudin, D., Karim, A., Nursalim, A., dan
Vulkanologi, Edisi Khusus No. 137. Bandung: Purwoto, 2008, Peta Kawasan Rawan Bencana
Direktorat Vulkanologi. G. Dukono, Propinsi Maluku Utara. Pusat Vul-
kanologi dan mitigasi Bencana Geologi
Reksowirogo, L.D., 1971, G. Dukono di P.
Halmahera dengan Daerah Bahaya Sementara­ Wittiri, S.R., 2003, Gunungapi yang Meletus
nya, Bandung: Direktorat Geologi. Tidak diter- 1995 – 2003. Direktorat Vulkanologi dan Miti-
bitkan. gasi Bencana Geologi.
Surmayadi, M., Pribadi, A., Mulyadi, D., dan Zaennudin, A., dan Purbawinata, M.A., 1992,
Haerani, N., 1998, Laporan Pemetaan Geologi Penelitian Petrokimia G. Dukono, Halmahera
Komplek Gunungapi Dukono, Maluku Utara, Utara, Bandung: Direktorat Vulkanologi. Tidak
Bandung: Dit. Vulkanologi. Tidak diterbitkan. diterbitkan.
Van Padang, N. M., 1951, Catalogue of the ac- Zainuddin, Pamungkas, H., dan Indrastuti,
tivity volcanoes of the world including solfatara N., 2008. Laporan Tanggap Darurat Letusan
fields, vol. 1: Indonesia, p. 254 - 257. Gunungapi G. Dukono, Maluku Utara. Tidak
diterbitkan.
Volcano News. Com, 2013, Dukono volcano

Anda mungkin juga menyukai