Anda di halaman 1dari 8

CASE STUDY

Mitigasi bencana
provinsi maluku
Imran 200104501012
.
Provinsi Maluku memiliki potensi acaman bencana alam yang tinggi. Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Maluku,
Henri Far Far mengungkapkan berdasarkan kajian terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),
setidaknya ada 14 jenis ancaman bencana yang bisa saja terjadi di maluku Dari 14 jenis ancaman bencana ini
diantaranya banjir, cuaca ekstrem, tanah eskrim, gempa bumi, kebakaran hutan, letusan gunung berapi hingga
tsunami.
“Coba bayangkan 14 jenis ancaman yang setiap tahun ada saja kita (di Maluku) alami,”kata Henri Jumat
(15/10/2021) saat memaparkan materi tentang Peran Pemerintah Daerah dalam menghadapi ancaman gempabumi
dan tsunami diMaluku dalam kegiatan Table Top Exercise di Ambon.
Cuaca ekstrem juga sering terjadi saat musim timur maupun barat. Dampaknya
mengakibatkan gelombang tinggi hingga abrasi. “Rata-rata seluruh pulau di
Maluku rentan sekali terhadap gelombang dan abrasi.
Begitu juga tanah longsor yang juga sering terjadi di Ambon.
“Tanah longsor tidak terhitung di Pulau Ambon karena kerusakan lingkungan,
disamping pembangunan rumah pemukiman yang tidak dapat dikendalikan
Maluku Utara, rawan bencana. Provinsi yang memiliki 1.407 pulau dengan luas
mencapai 140.255 kilometer persegi, 76% lebih atau 106.977,32 km² lautan, hanya
33.278 km² (23,73%) daratan ini berada di jalur cincin api (ring of fire) serta
berhadapan dengan beragam bencana.Data Badan Penangggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Malut, menyebutkan, daerah ini terancam bencana seperti gunung
api, gempa bumi, abrasi air laut, gelombang pasang, dan banjir bandang. Juga,
banjir lahar dingin, longsor, puting beliung, kebakaran hutan, tsunami, banjir rob,
kekeringan
BANJIR

•Maluku Utara, provinsi kepulauan dengan risiko bencana tinggi. Data


Jumat (16/1/21) banjir melululantakkan tujuh kecamatan BPBD Malut menyebutkan, daerah ini memiliki beberapa ancaman
di Halmahera serius bencana seperti gempa bumi, gunung api, abrasi air laut,
gelombang pasang, banjir bandang, banjir lahar dingin, longsor, puting
beliung, kebakaran hutan, tsunami, banjir rob, kekeringan dan konflik
horisontal.
Begitu banyak ancaman bencana ini, perlu upaya mitigasi untuk
meminimalkan dampak kepada masyarakat. Mitigasi itu, baik struktural
maupun non struktural. Mitigasi struktural, misal, dengan penyediaan
infrastruktur. Sementara mitigasi non struktural, katanya, dengan
memperkuat aturan atau regulasi yang menyangkut mitigasi bencana

Banjir di PT IWIP tahun lalu. Foto: M Ichi/


Mongabay Indonesia
Dalam dua tahun terakhir, banjir besar melanda beberapa daerah di Maluku utara
seperti di Halmahera Tengah, Halmahera Utara, Kepulauan Sula dan Halmahera
Selatan. Terbaru Jumat (16/1/21) banjir melululantakkan tujuh kecamatan di
Halmahera Utara.Pada 26 Agusutus 2020, banjir besar melanda kawasan industri
PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), pengelola kawasan industri dari
tambang nikel sampai pabrik smelter dan berbagai fasilitas di dalamnya. Banjir
itu berdampak terhadap masyarakat desa-desa sekitar.Banjir di Halmahera
Utara, menyebabkan warga mengungsi dan jembatan penghubung antara Galela
dan Loloda, hancur. Pemerintah Halmahera Utara melalui BPBD
memperkirakan kerugian akibat banjir mencapai Rp9 miliar lebih. Nilai
Mitigasi Banjir

Sebelum Banjir
Penataan daerah aliran sungai
Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan banjir
Tidak membangun bangunan di bantaran sungai
Buang sampah di tempat sampah
Pengerukan sungai
Penghijauan hulu sungai
penanaman pohon

Saat Banjir
Matikan listrik
Mengungsi ke daerah aman
Jangan berjalan dekat saluran air
Hubungi instansi yang berhubungan dengan penanggulangan bencana

Setelah Banjir
Bersihkan rumah
Siapkan air bersih untuk menghindari diare
Waspada terhadap binatang berbisa atau penyebar penyakit yang mungkin ada
Selalu waspada terhadap banjir susulan
Gempa bumi
Dalam catatan, bencana alam di Malut terjadi sejak lama, terutama
gempa dan gunung meletus.Dari catatan Belanda, pada November dan
Desember 1550, di Galela, Halmahera Utara, Gunung Dukono, meletus
sangat besar menyebabkan air Danau Galela naik sampai empat meter
atau terjadi

Indonesia, punya sekitar 140 gunung api, sebagian di Malut,


melebihi Jepang ada 120. Gunung-gunung ini sejak 1600-an
pernah meletus , bahkan ada dikatakan sudah mati, tetapi hidup
Letusan Gamalama pada 18 Juli 2015. Foto: Mahmud Ichi/ lagi.
Mongabay Indonesia

Sejarah gempa Pulau Bacan dan sekitar mencatat, di wilayah ini terjadi
gempa merusak pada 27 November 1961 magnitudo 6,2, 16 April 1963
magnitudo 7,1. Pada 2 Agustus 1992 magnitudo 6,3 dan 16 Juli 2019
magnitudo 7,2 menyebabkan empat orang meninggal dunia, 50 luka-
luka, 971 rumah rusak.

Rumah warga Morotai yang ambruk akibat gempa


yang terjadi pada awal Februari 2019. Foto:
Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia
Mitigasi Bencana Gempa Bumi

Sebelum Gempa
Mendirikan bangunan sesuai aturan baku (tahan gempa)
Kenali lokasi bangunan tempat Anda tinggal
Tempatkan perabotan pada tempat yang proporsional
Siapkan peralatan seperti senter, P3K, makanan instan, dll
Periksa penggunaan listrik dan gas
Catat nomor telepon penting
Kenali jalure evakuasi
Ikuti kegiatan simulasi mitigasi bencana gempa

Ketika Gempa
Tetap tenang
Hindari sesuatu yang kemungkinan akan roboh, kalau bisa ke tanah lapang
Perhatikan tempat Anda berdiri, kemungkinan ada retakan tanah
Turun dari kendaraan dan jauhi pantai.

Setelah Gempa
Cepat keluar dari bangunan. Gunakan tangga biasa
Periksa sekitar Anda. Jika ada yang terluka, lakukan pertolongan pertama.
Hindari banugnan yang berpotensi roboh.

Anda mungkin juga menyukai