Perlindungan Konsumen Asuransi Pasca Ter
Perlindungan Konsumen Asuransi Pasca Ter
Abstract
Insurance thrive rapid now. Growth of insurance customer increase every year. This case push government
to established Otoritas Jasa Keuangan to supervise operation of insurance bussines. This research aims to
determine the condition of the protection of insurance customers before and after establishment of law no.21 of
2011 about Financial Service Authority, it will be decribed matters relating to consumer protection insuranve,
Abstrak
Asuransi berkembang pesat saat ini. Pertumbuhan nasabah asuransi tiap tahun semakin meningkat. Hal
ini mendorong pemerintah membentuk Otoritas Jasa Keuangan untuk mengawasi jalannya bisnis asuransi.
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perlindungan terhadap konsumen asuransi sebelum dan
pasca terbentuknya UU No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, maka akan dideskripsikan hal-
hal yang berkaitan dengan perlindungan konsumen asuransi, Otoritas Jasa Keuangan sangat bergerak aktif,
meski bertahap, dalam melindungi konsumen dalam industri keuangan, baik itu perbankan ataupun sektor
keuangan non-bank, seperti asuransi.
Kata Kunci: perlindungan konsumen asuransi, Otoritas Jasa Keuangan.
123
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Edisi 3 Januari-Juni 2015
seperti Asuransi, Dana Pensiun, Bursa Effek/ 2011 akan diberlakukan mulai tahun 1 Januari 2013,
Pasar Modal, Modal Ventura, Perusahaan Anjak dengan tugas untuk mengawasi lembaga keuangan
Piutang, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana baik bank maupun non bank. Lembaga ini didirikan
pensiun dan asuransi. Dengan mulai beroperasinya sesuai dengan amanat pasal 34 UU No 23 tahun
Lembaga tersebut, maka sejak republik ini berdiri 1999 tentang Bank Indonesia. Sesuai dengan bunyi
baru pertamakalinya lahir Lembaga Otoritas Jasa pasal 34 tersebut bahwa yang dialihkan adalah tugas
Keuangan (OJK) yang mengawasi lembaga secara pengawasan bank, namun dalam perkembangannya
terintegrasi yaitu lembaga keuangan bank dan non malah tugas pengaturan perbankan juga diambilalih,
bank. Lembaga berarti tidak sesuai dengan bunyi pasal tersebut.
independen tersebut akan mengambil alih tugas Tugas pengaturan perbankan yang diambilalih
pengawasan lembaga keuangan bank dan non yang dari Bank Indonesia, dapat mengakibatkan
selama ini dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai pelaksanaan tugas pengelolaan moneter dapat
pengawas Bank dan Bapepam-LK untuk lembaga terganggu karena ketika timbul masalah dengan
keuangan non bank sebagaimana disebutkan di atas. perbankan, Bank Indonesia sudah tidak berhak
mengatur perbankan, padahal pengelolaan moneter
OJK, adalah institusi yang bukan hanya
tidak lepas dari kinerja perbankan nasional karena
menyandang independen, berdiri sendiri, namun
sebagaimana disebutkan di atas, perbankan adalah
wewenangnya juga berbeda dengan wewenang
lembaga yang menguasai sekitar 80% sistem
lembaga sebelumnya yakni Bank Indonesia yang
keuangan nasional. Sekalipun terdapat pasal-pasal
selama ini tidak memiliki kewenangan untuk
yang memungkinkan OJK dapat berkoordinasi
melakukan penyidikan, namun OJK memiliknya.
dengan Bank Indonesia apabila perekonomian
Selain hal tersebut, OJK juga memiliki kewenangan
dalam kondisi krisis, namun pekerjaan koordinasi
untuk memungut fee dari lembaga keuangan yang
di negeri ini masih relatif “mahal”, padahal dalam
diawasinya. Fee tersebut akan digunakan sebagai
kondisi krisis penanganan harus dilakukan secara
biaya operasional lembaga yang baru lahir tersebut.
cepat. OJK mempunyai wewenang sebagaimana
Sungguh suatu hal yang menarik, sebuah lembaga
ditetapkan dalam pasal 9 UU No 21 tahun 2011
yang dikatakan independen menarik fee (iuran) dari
adalah sebagai berikut :
lembaga yang diawasinya. Selama ini pengawasan
1. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan
perbankan dilakukan oleh Bank Indonesia dengan
terhadap kegiatan jasa keuangan;
anggaran untuk keperluan tersebut seluruhnya atas
2. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan
beban Bank Indonesia tanpa memungut dari lembaga
yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif;
perbankan dan juga tidak dialokasikan dari APBN.
3. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan,
Sehubungan dengan sistem baru kinerja perlindungan Konsumen, dan tindakan lain
institusi keuangan di Indonesia yang nota bene terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku,
adalah salah satu pilar sistem keuangan dan dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan
perekonomian bangsa yang harus dijaga dan tegak sebagaimana dimaksud dalam peraturan
berdiri agar tidak menggoyahkan sendi-sendi perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
kehidupan berbangsa secara keseluruhan. Hal- 4. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga
hal yang perlu dicermati terkait dengan lahirnya Jasa Keuangan dan/atau Pihak tertentu;
lembaga baru tersebut khususnya pada masa transisi 5. Melakukan penunjukan pengelola statuter;
penyerahan tugas-tugas tersebut antara lain terkait 6. Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
: wewenang penyidikan, pungutan(fee), sarana dan 7. Menetapkan sanksi administratif terhadap
prasarana, acuan sistem kerja (best practise) lembaga pihak yang melakukan pelanggaran terhadap
tersebut dengan lembaga-lembaga yang ada di peraturan perundang-undangan di sektor jasa
negara lain. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi keuangan; dan
kinerja misalnya masalah fee (pungutan) akan 8. Memberikan dan/atau mencabut:
berpengaruh secara “psikologis” bagi lembaga a. izin usaha;
yang diawasinya(baca: mengurangi ketegaran b. izin orang perseorangan;
independensinya). c. efektifnya pernyataan pendaftaran;
d. surat tanda terdaftar;
Lembaga Otoritas Jasa Keungan (OJK) telah e. persetujuan melakukan kegiatan usaha;
didirikan dengan Undang-Undang No 21 tahun f. pengesahan;
124
Rovita Ayuningtyas. Perlindungan Konsumen Asuransi Pasca Terbentuknya Undang-Undang...
125
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Edisi 3 Januari-Juni 2015
Perlindungan konsumen yang dijamin oleh potensial merugikan kepentingan konsumen, baik
undang-undang ini adalah adanya kepastian hukum secara langsung maupun tidak langsung.
terhadap segala perolehan kebutuhan konsumen,
Atas dasar kondisi sebagaimana dipaparkan
yang bermula dari ”benih hidup dalam rahim ibu
diatas, perlu upaya pemberdayaan konsumen melalui
sampai dengan tempat pemakaman dan segala
pembentukan undang-undang yang dapat melindungi
kebutuhan diantara keduanya”. Kepastian hukum
kepentingan konsumen secara integrative dan
itu meliputi segala upaya berdasarkab atas hukum
komprehensif serta dapat diterapkan secara efektif
untuk memberdayakan konsumen memperoleh atau
di masyarakat.
menentukan pilihannya atas barang dan/atau jasa
kebutuhannya serta mempertahankan atau membela Piranti hukum yang melindungi konsumen
hak-haknya apabila dirugikan oleh perilaku pelaku tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para
usaha penyedia kebutuhan konsumen. pelaku usaha, tetapi justru sebaliknya perlindungan
konsumen dapat mendorong iklim berusaha yang
Di bidang perindustrian dan perdagangan
sehat yang mendorong lahirnya perusahaan yang
nasional telah menghasilkan berbagai variasi
tangguh dalam menghadapi persaingan melalui
barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi.Di
penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas.
samping itu, globalisasi dan perdagangan bebas yang
didukung oleh kemajuan teknologi telekomunikasi Di samping itu, Undang-undang tentang
dan informatika telah memperluas ruang gerak arus Perlindungan Konsumen ini dalam pelaksanaannya
transaksi barang dan/atau jasa melintasi batas-batas tetap memberikan perhatian khusus kepada pelaku
wilayah suatu negara, sehingga barang dan/atau usaha kecil dan menengah. Hal ini dilakukan
jasa yang ditawarkan bervariasi baik produksi luar melalui upaya pembinaan dan penerapan sanksi atas
negeri maupun produksi dalam negeri. Kondisi yang pelanggarannya.
demikian pada satu pihak mempunyai manfaat bagi
konsumen karena kebutuhan konsumen akan barang Undang-undang tentang Perlindungan Konsu-
dan/atau jasayang diinginkan dapat terpenuhi serta men ini dirumuskan dengan mengacu pada filosofi
semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih pembangunan nasional bahwa pembangunan nasional
aneka jenis dan kualitas barang dan/atau jasa termasuk pembangunan hukum yang memberikan
sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsum perlindungan terhadap konsumen adalah dalam
Di sisi lain, kondisi dan fenomena tersebut di atas rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya
dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan yang berlandaskan pada falsafah kenegaraan Republik
konsumen menjadi tidak seimbang dan konsumen Indonesia yaitu dasar negara Pancasila dan konstitusi
berada pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi negara Undang-Undang Dasar 1945.
objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan Di samping itu, Undang-undang tentang
yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui Perlindungan Konsumen pada dasarnya bukan
kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan merupakan awal dan akhir dari hukum yang
perjanjian standar yang merugikan konsumen. mengatur tentang perlindungan konsumen, sebab
Faktor utama yang menjadi kelemahan sampai pada terbentuknya Undang-undang tentang
konsumen adalah tingkat kesadaran konsumen akan Perlindungan Konsume ini telah ada beberapa
haknya masih rendah. Hal ini terutama disebabkan undang-undang yang materinya melindungi
oleh rendahnya pendidikan konsumen. Oleh karena kepentingan konsumen, seperti:
itu, Undang-undang Perlindungan Konsumen 1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1961 tentang
dimaksudkan menjadi landasan hukum yang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
kuat bagi pemerintah dan lembaga perlindungan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1961 tentang
konsumen swadaya masyarakat untuk melakukan Barang, menjadi Undang-undang;
upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan 2. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang
dan pendidikan konsumen. Hygiene;
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang
Upaya pemberdayaan ini penting karena tidak Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah;
mudah mengharapkan kesadaran pelaku usaha yang 4. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang
pada dasarnya prinsip ekonomi pelaku usaha adalah Metrologi Legal;
mendapat kentungan yang semaksimal mungkin 5. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang
dengan modal seminimal mungkin. Prinsip ini sangat Wajib Daftar Perusahaan;
126
Rovita Ayuningtyas. Perlindungan Konsumen Asuransi Pasca Terbentuknya Undang-Undang...
127
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Edisi 3 Januari-Juni 2015
128
Rovita Ayuningtyas. Perlindungan Konsumen Asuransi Pasca Terbentuknya Undang-Undang...
merasa tidak dapat atau tidak mau Indonesia yaitu menetapkan dan melaksanakan
menanggung sendiri suatu risiko kebijakan moneter, mengatur dan mengawasi system
material, dengan demikian terdapat pembayaran, dan mengatur dan mengawasi bank
2 fungsi yaitu pemindahan risiko dan (dialihkan kepada OJK). Setelah pengawasan bank
pembagian risiko. menjadi tugas OJK, Bank Indonesia akan fokus pada
2) Tujuan sosial (sociale-doel) yaitu otoritas moneter dan system pembayaran. Bank
adanya perhatian terhadap para Indonesia diberi kewenangan dalam menetapkan
korban. Dengan adanya asuransi itu dan melaksanakan kebijakan moneter dan lalu lintas
diharapkan agar supaya para korban pembayaran dengan meggunankan instrument yang
yang termasuk golongan yang tidak dimilikinya.(Anwar Nasution:2013)
mampu tidak berada dalam keadaan
Bank Indonesia dalam Hukum Perbankan di
terlantar dan tanpa suatu sumber
Indonesia memiliki peranan yang sangat penting.
penghasilan. (Wirjono Projodikoro:
Bank Indonesia sebagai bank sentral berperan dalam
2012)
menentukan dan memberikan arah perkembangan
Asas-asas dalam asuransi, yaitu: Asas perbankan karena industri perbankan memiliki
Indemnitas, Asas Kepentingan (Insubrable fungsi dan peran yang penting dan strategis dalam
Interest), Asas itikad baik (Good Faith), menggerakkan pembangunan nasional. Kedudukan
Asas subrogasi pada penanggung. Bank Indonesia dalam Hukum Perbankan dapat
dilihat dari berbagai Peraturan Perundang-undangan
di bidang Perbankan antara lain: Undang-undang
D. Otoritas Jasa Keuangan Bank Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun
Di Indonesia, Bank Indonesia (BI) merupakan 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
bank sentral yang melakukan pengawasan industri Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Undang-
jasa keuangan. Seiring berjalannya waktu fungsi Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga
pengaturan dan pengawasan yang dimiliki BI Penjamin Simpanan, dan Undang-Undang Nomor 24
berpindah pada sebuah lembaga pengawasan industri Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem
jasa keuangan yang independen, yaitu Otoritas Jasa Nilai Tukar. Lahirnya Otoritas Jasa Keuangan
Keuangan (OJK). sebagai amanat Pasal 34 Undang-undang Bank
Indonesia di dasarkan pada prinsip-prinsip reformasi
Pasal 7 Undang-undang Bank Indonesia keuangan yaitu Independensi, terintegrasi, dan
ditentukan bahwa Bank Sentral mempunyai menghindari benturan kepentingan. (Nurhaida :
tugas utama mengatur, menjaga, dan memelihara 2012)
kestabilan nilai rupiah. Mata uang rupiah perlu
dijaga dan dipelihara karena dampak yang Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,
ditimbulkan apabila suatu mata uang tidak stabil OJK berlandaskan Asas-asas Umum Pemerintahan
sangatlah luas seperti salah satunya adalah inflasi yang Baik (Good Coorporate Governanofian
yang memberatkan masyarakat luas. Oleh karena Efendce). Bank Indonesia memberikan pengertian
itu, tugas Bank Indonesia untuk mencapai dan tentang pemerintahan yang baik adalah sebagai
memelihara kestabilan nilai rupiah sangatlah suatu hubungan yang sinergis dan konstruktif
penting. Adapun maksud dari kestabilan nilai rupiah di antara sektor swasta dan masyarakat. (Sofian
adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan effendi,1996:47)
jasa yang dapat diukur dengan atau tercermin dari Asas-asas tersebut adalah independensi,
perkembangan laju inflasi dan kestabilan nilai k epa stia n huku m, kep en tin gan um um,
rupiah terhadap mata uang asing. Hal ini dapat keterbukaan, profesionalitas, dan integritas.
diukur dengan atau tercermin dari perkembangan Tujuan OJK adalah agar keseluruhan kegiatan di
nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. dalamindust jasa keuangan terselenggara secara
(Kasmir, 2009:180) teratur, adil, transparan, dan akuntabel, mampu
Undang-undang Bank Indonesia meletakkan mewujudkanindustri keuangan yang tumbuh secara
tujuan Bank Indonesia tersebut dalam Pasal 7, dan berkelanjutan dan stabil serta mampu melindungi
untuk mencapai tujuan tersebut, Pasal 8 Undang- kepentingan konsumen. Fungsi OJK adalah untuk
undang Bank Indonesia menetapkan tiga tugas Bank menyelenggarakan pengaturan dan pengawasan
129
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Edisi 3 Januari-Juni 2015
yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
dalam jasa keuangan. OJK diberikan kewenangan adalah lembaga yang independen dan bebas dari
dalam melaksanakan tugasnya sebagai regulator campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
dan pengawas di dunia perbankan, pasar modal, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
dan perasuransian, dan lembaga pembiayaan, dan pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud
lembaga jasa keuangan lainnya. (Mirza Nasution dalam Undang-Undang OJK.
2012:4)
OJK dibentuk untuk mewujudkan perekonomian
Tu g a s O J K d a l a m m en g a w a s i b a n k nasional yang mampu tumbuh secara berkelanjutan
membutuhkan koordinasi dengan Bank Indonesia. dan stabil, diperlukan kegiatan didalam ndust jasa
Pengawasan bank pada prinsipnya terbagi atas dua keuangan yang terselenggara secara teratur, adil,
jenis, yaitu pengawasan dalam rangka mendorong transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan
bank-bank untuk ikut menunjang pertumbuhan sektor keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan
ekonomi dan menjaga kestabilan moneter (macro- dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan
prudential supervision), dan pengawasan yang konsumen dan masyarakat. Sementara fungsi dari
mendorong bank secara individual tetap sehat OJK itu sendiri adalah untuk menyelenggarakan
serta mampu memelihara kepentingan masyarakat pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
dengan baik (micro-prudensial supervison). Untuk terhadap keseluruhan kegiatan di dalam bidang
pengawasan (macro-prudential supervision) jasa keuangan. Tugas OJK dalam Pasal 6 UU No 21
dilakukan oleh Bank Indonesia dan microprudensial Tahun 2011 yaitu melaksanakan tugas pengaturan
supervison dilakukan oleh OJK. (Zulkarnaen dan pengawasan terhadap Kegiatan jasa keuangan di
Sitompul, 2002:220) sektor Perbankan, Pasar Modal, serta Perasuransian,
Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga
Sasaran yang ingin dicapai oleh macropru-
Jasa Keuangan Lainnya.
dential supervision adalah mengarahkan dan
mendorong bank serta sekaligus mengawasinya Ringkasnya OJK saat ini adalah lembaga yang
agar dapat ikut berperan dalam program pencapaian mengawasi seluruh industri keuangan nasional.
sasaran ekonomi makro, baik yang terkait dengan Secara perlahan OJK akan mulai melakukan
kebijaksanaan umum untuk mendorong pertumbuhan pengawasan industri keuangan nasional. Dalam
ekonomi, kemantapan neraca pembayaran, perluasan Pasal 55 UU OJK, OJK akan mengambil peran
lapangan kerja, kestabilan moneter, maupun upaya Bapepam sejak 31 Desember 2012, dan akan
pemerataan pendapatan dan kesempatan berusaha. mengambil wewenang Bank Indonesia pada
Tujuan dari micro-prudential supervision adalah pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan
mengupayakan agar setiap bank secara individual di bidang perbankan. Dengan demikian OJK lebih
sehat dan aman, serta keseluruhan sektor perbankan memiliki pengaturan dan pengawasan yang lebih
menjadi sehat dan dapat memelihara kepercayaan luas dibandingkan dengan Bapepam-LK dan Bank
masyarakat. Ini berarti setiap bank dari sejak awal Indonesia, yaitu semua sector keuangan yang ada
harus dijauhkan dari segala kemungkinan risiko di Indonesia.
yang akan timbul. Dengan demikian bank perlu
dipagari dengan berbagai peraturan yang membatasi E. Pengawasan Asuransi dan Perlindungan
atau sekurang-kurangnya mengingatkan mengenai Asuransi Pasca Terbentuknya OJK
perlunya penanganan risiko secara seksama, dan
bahkan jika perlu melarang bank melakukan 1. Asuransi Sebelum Terbentuknya OJK
kegiatan tertentu yang mengandung risiko tinggi.
Berdasarkan laporan yang telah
(Bismar Nasution :2002)
dipublikasikan hingga 2011 lalu, investasi
Menurut penjelasan Pasal 34 Undang-Undang perusahaan asuransi jiwa sebesar Rp 200,39
Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia, OJK triliun atau naik 20 persen industriperiode
bersifat independen dan dalam menjalankan tugasnya yang sama tahun 2010. Sementara investasi
dan kedudukannya berada diluar pemerintah dan asuransi umum naik 18 persen menjadi Rp 39,47
berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan triliun. Aset asuransi jiwa juga naik 20 persen
Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Dewan Perwakilan menjadi Rp 225,54 triliun dan ndus asuransi
Rakyat (DPR). Pengertian OJK dalam UU No.21 umum naik 17 persen menjadi Rp 53,76 triliun.
130
Rovita Ayuningtyas. Perlindungan Konsumen Asuransi Pasca Terbentuknya Undang-Undang...
Perusahaan asuransi sangat berkembang, konsumen menjadi nilai tambah tersendiri bagi
hingga mencapai 864 perusahaan asuransi, dan OJK karena ini menjadi pilar penting bagi OJK
memberikan ndus yang sangat besar. Semakin untuk mewujudkan ndust keuangan nasional
banyak perusahaan asuransi, maka seharusnya yang baik.
semakin hati-hati pula masyarakat konsumen
Otoritas Jasa Keuangan juga menerbitkan
untuk memlih asuransi yang tepat.
Peraturan OJK Nomor : 1/POJK.07/2013
2. Asuransi Pasca Terbentuknya OJK Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
Keuangan. Konsumen sangat diutamakan
OJK melakukan pengawasan ketat seperti dalam peraturan ini. Ini terlihat bagaimana
apa yang tertulis dalam Pasal 9 ayat (1) dan
perumusan mengenai perlindungan konsumen
(2) UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha
ndust jasa keuangan sangat lengkap.
Perasuransian jo Pasal 9 ayat (1) PP No.
63 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas 5. Kelebihan OJK
Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992
Keunggulan OJK adalah ndust ini
Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian,
mempunyai koordinasi untuk antisipasi krisis
dimana di dalam pasal tersebut dijelaskan
global yang terjadi sekarang. Selain itu adanya
mengenai mendapatkan izin serta syarat untuk
perlindungan nasabah atau konsumen yang
mendirikan perusahaan perasuransian. Beberapa
telah diatur secara lengkap lewat peraturan
perusahaan perbankan dan non perbankan
baru Peraturan OJK Nomor : 1/POJK.07/2013
mendapat teguran bahkan pencabutan izin
Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
usaha oleh OJK. Perusahaan yang tidak
Keuangan.
sanggup memenuhi modal awal perusahaan
dan tidak melakukan mereger sebagai upaya Pengawasan OJK terhadap jasa keuangan
penyelamatan perusahaan, maka OJK segera melalui koordinasi antara OJK, otoritas
mencabut izin usaha. moneter, pemerintah dan LPS, yang telah diatur
dalam UU OJK, maka diharapkan semakin
3. P e r l i n d u n g a n K o n s u m e n S e b e l um
bertambahnya lembaga keuangan yang sehat,
Terbentuknya OJK
efektif dan melayani nasabah dengan baik. Itu
Posisi konsumen sebelum terbentuknya merupakan elemen penting terciptanya daya
OJK adalah memiliki hak yang diatur secara tahan ndust keuangan dalam mengatasi gejolak
umum dalam Pasal 4 UU Perlindungan ekonomi nasional.\
Konsumen. Pada pasal tersebut tertulis jelas
6. Kelemahan OJK
apa-apa saja yang menjadi hak dari pada
konsumen. Namun secara umum dan luas UU Terbatasnya cakupan OJK pada bank,
Perlindungan Konsumen memberikan hak- bank perkreditan rakyat (BPR), dan lembaga
hak yang secara tidak langsung ditulis pada keuangan non-bank (LKNB). OJK juga tidak
UU tersebut. Misalnya pada apa yang diatur mencakup pada koperasi simpan pinjam,
sebagai hal-hal yang menjadi kewajiban lembaga keuangan, mikro dan BMPT. Selain
pelaku usaha serta hal-hal yang dilarang itu, microprudential yang dipegang OJK dan
untuk dilakukan pelaku usaha adalah macroprudential lender of the last di ndust
merupakan bagian dari pada konsep perbankan yang dipegang oleh Bank Indonesia
melindungi konsumen dan menjaga hak- (BI). Pemisahan seperti ini pernah terjadi di
hak konsumen. Inggris, dan hasilnya membuat perbankan di
Inggris akhirnya harus dibailout.
4. Perlindungan Konsumen Pasca Terbentuknya
OJK
Dalam rangkaiannya pada Pasal 28 UU F. Penutup
No. 21 Tahun 2011 Tentang OJK, yang
wewenangnya diberikan kepada lembaga yang Beberapa peraturan perundangan yang
bernama OJK untuk menerapkan fungsi edukasi mengatur mengenai usaha perasuransian dan
dan perlindungan konsumen dalam ndust jasa perlindungan terhadap konsumen menjadi
keuangan. Fungsi edukasi dan perlindungan modal utama dan fair dalam industri keuangan
131
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Edisi 3 Januari-Juni 2015
Indonesia. Pada akhirnya Pemerintah melalui Nurhaida, 2012, “Reformasi Pengawasan Sektor
OJK akan melakukan pengawasan terhadap usaha Jasa Keuangan melalui Pem ben tuka n
perasuransian dan membuka pengaduan masyarakat Otoritas Jasa Keuangan sebagai Upaya
melalui Pembentukan Sistem Pelayanan Konsumen Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasio-
Keuangan Terintegrasi (Financial Customer Care/ nal, Jakarta.
FCC) dan Cetak Biru Program Literasi Keuangan
Sofian Efendi, 1996, Membangun Martabat
Nasional.
Manusia:Peran Ilmu-ilmu social d a l a m
Konsumen di Indonesia pada umumnya masih Pembangunan, Yogyakarta : Gajah Mada
mendapat persoalan mengenai pemenuhan hak- University.
haknya secara penuh. Sifat dari konsumen itu
Zulkarnain Sitompul, 2002, Perlindungan Dana
sendiri yang tidak memiliki sifat yang kritis untuk
Nasabah Bank: Suatu gagasan tentang
memperjuangkan hak-haknya. SDM yang kurang
memadai juga akan berpengaruh dalam penjualan Indonesia, Jakarta: Fakultas Hukum
asuransi. Kurangnya keseriusan pemerintah dan Universitas Indonesia .
penegak hukum untuk melakukan perlindungan
terhadap konsumen. Untuk itu, sebaiknya dengan
adanya OJK ini, konsumen asuransi bisa memberikan Peraturan Perundang-undangan:
data profil selengkap-lengkapnya dan secara
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
transparan agar tidak terjadi kesinambungan antara
Perubahan Atas Undang-undang N o m o r
pihak Perusahaan asuransi dengan konsumennya,
7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
supaya hak dan kewajiban antara dua belah pihak
dapat dijalankan sesuai aturan yang telah ditetapkan. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
132