Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Relativitas Khusus pertama kali di publikasikan oleh Einstein pada tahun 1905. Teori ini
diyakini oleh ilmuwan dapat mengkoreksi prediksi eksperimental dan observasi meliputi
seluruh rentang kelajuan dari kecepatan nol hingga mendekati kecepatan cahaya. Teori
relativitas khusus berkenaan dengan pembandingan pengukuran yang dilakukan dalam
kerangka acuan inersia berbeda, akibatnya teori ini menggunakan sedikit penjabaran
matematik dan segi keteknikan. Lalu, mengapa setelah seratus tahun teori ini masih
dipercayai mampu menjelaskan pergerakan benda yang kecepatannya mendekati
kecepatan cahaya? Apa saja konsekuensi dari teori ini?

2.1 Ruang Lingkup Kajian


Fisika Modern

3.1 Tujuan dan Manfaat


 Tujuan
1. Mencari bukti konsekuensi teori relativitas khusus Einstein
2. Mencari bukti konsekuensi kesetaraan massa energi
 Manfaat
1. Dapat memahami teori relativitas khusus beserta konsekuensinya
2. Dapat menjelaskan teori relativitas khusus dan konsekuensinya dengan
bukti yang telah diberikan
3. Dapat memahami teori relativitas khusus beserta konsekuensinya
4. Dapat menjelaskan teori relativitas khusus dan konsekuensinya dengan
bukti yang telah diberikan
BAB II

ISI

A. Landasan Teori

1. Mengenal Kerangka Acuan


Kerangka acuan pertama kali dikenalkan oleh Newton dalam relativitas Newton.
Hukum pertama menyatakan bahwa jika tidak terdapat gaya luar yang bekerja,
partikel tersebut akan tetap berada dalam keadaan awalnya (benda diam tetap
diam, benda bergerak tetap bergerak konstan). Newton mengadaptasi “kerangka
acuan” dari hukum satunya dan karena hukum satu menyatakan keadaan inersial
suatu benda maka kerangka acuannya menjadi inersial. Jadi kerangka acuan
inersia merupakan kerangka acuan dimana hukum Newton berlaku. Prinsip
relativitas Newton yaitu gerak mutlak tidak dapat dideteksi. Pada abad 19
diteorikan bahwa gerak mutlak dapat dideteksi dengan pengukuran kecepatan
cahaya.

2. Percobaan Michelson Morley


Percobaan Michelson dan Morley diawali pada tahun 1887, Albert Michelson
(1852 – 1931) dan Edward Morley (1838 – 1923) melakukan suatu percobaan
untuk mengukur kecepatan cahaya
merambat ke bumi dengan ether,
yaitu suatu medium hipotetik yang
dahulu diyakini diperlukan untuk
membantu perambatan radiasi
elektromagnetik. Dengan
menggunakan interferometer
Michelson, mereka berharap dapat
mengamati suatu pergeseran pada
pita interferensi yang terbentuk
saat alat diputar 90°, untuk

Gambar 1. Alat percobaan


menunjukkan bahwa laju cahaya yang diukur pada arah rotasi bumi, atau arah
lintasan orbit, berbeda dengan laju pada arah 90° terhadap arah rotasi.

Cahaya yang merambat dalam arah


horizontal yaitu dari beam spliter
(BS) ke C2 dan dari C2 ke BS
memerlukan waktu sebesar

Gambar 2. Sketsa Percobaan

−1
𝐿 𝐿 2𝐿𝑐 2𝐿 𝑐2
𝑡2 = + = 2 = (1 − )
𝑐 + 𝑣 𝑐 − 𝑣 𝑐 − 𝑣2 𝑐 𝑣2

Ketika cahaya merambat dengan arah rambat cahaya tegak lurus dengan arah
kecepatan ether, maka waktu yang diperlukan cahaya untuk merambat dari BS ke
C1 dan kembali lagi ke BS adalah

−1⁄
2𝐿 2𝐿 𝑣2 2
𝑡1 = 1⁄ = (1 − 2 )
(𝑐 2 − 𝑣 2 ) 2 𝑐 𝑐

Perbedaan waktu antara berkas cahaya yang merambat horizontal dan yang
merambat vertical ialah

−1 −1⁄
2𝐿 𝑐2 𝑣2 2
∆𝑡 = 𝑡2 − 𝑡1 = [(1 − 2 ) − (1 − 2 ) ]
𝑐 𝑣 𝑐

Karena 𝑣 2 ⁄𝑐 2 ≪ 1 maka yang berada dalam tanda kurung diubah kedalam


ekspansi binomial maka
𝐿𝑣 2
∆𝑡 = 𝑐3

Fakta hasil percobaan di atas yaitu;

 Kedua berkas cahaya selalu tiba dalam waktu yang sama (tidak ada perbedaan
waktu). Artinya bahwa ether itu tidak ada
 Cahaya tidak memerlukan medium untuk merambat konsekuensinya semua
benda bersifat relative

3. Postulat Einstein
Dua postulat dasar dari teori relativitas khusus adalah
 Hukum-hukum fisika haruslah mempunyai bentuk yang sama untuk seluruh
pengamat (kerangka referensi) yang bergerak dengan kecepatan konstan
terhadap kerangka referensi lainnya.
 Kecepatan cahaya haruslah sama untuk seluruh pengamat inersial, tidak
bergantung pada relative masing-masing.

Postulat Einstein mulai mengungkap tabir misteri kecepatan cahaya yang telah
dicari pada percobaan Michelson-Morley.

4. Transformasi Lorentz
Untuk kasus kecepatan benda mendekati kecepatan cahaya, kita menggunakan
transformasi Lorentz. Transformasi ini berupa set persamaan yang
menghubungkan koordinat ruang dan waktu dari dua kerangka inersial S dan S’
yang bergerak dengan kecepatan relative v konstan terhadap S.

Gambar 3. Kerangka Acuan


Persamaan transformasi Lorentznya menjadi
𝑥 ′ = 𝛾(𝑥 − 𝑣𝑡)
𝑦′ = 𝑦
𝑧′ = 𝑧
𝑡 ′ = 𝛾(𝑡 − 𝑣𝑥 ⁄𝑐 2 )
Transformasi Lorentz (inversnya) menjadi
𝑥 = 𝛾(𝑥 ′ + 𝑣𝑡 ′ )
𝑦 = 𝑦′
𝑧 = 𝑧′
𝑡 = 𝛾(𝑡 ′ + 𝑣𝑥 ′ ⁄𝑐 2 )
1
Dengan 𝛾=
√1−(𝑣 2 ⁄𝑐 2 )

Transformasi kecepatan Lorentz didapatkan


𝑢𝑥 − 𝑣
𝑈′𝑥 =
1 − (𝑢𝑥 𝑣 ⁄𝑐 2 )
Inversnya
𝑢′𝑥 − 𝑣
𝑈𝑥 =
1 − (𝑢′𝑥 𝑣⁄𝑐 2 )

5. Momentum dan energi relativistik


Momentum relativistic yaitu momentum dalam mekanika klasik yang besarannya
kita modifikasi menjadi besaran yang berkaitan dengan relativitas agar dapat
diaplikasikan untuk menghitung besar momentumnya. Persamaan yang kita
dapatkan
𝑝 = 𝛾𝑚0 𝑣
1
Dengan 𝛾 =
√1−(𝑣 2 /𝑐 2 )
Memodifikasi sudah menjadi syarat yang tertuang dalam postulat Einstein untuk
mendapatkan momentum relativistic. Ketika mendekati kecepatan cahaya, besar
momentumnya hampir konstan tidak membesar lagi.

6. Massa relativistic
Berdasarkan persamaan momentum relativistic kuantitas 𝛾𝑚0 merupakan massa
relativistic dengan rumusan
𝑚 = 𝛾𝑚0
Ketika mendekati kecepatan cahaya, massa relativistic menjadi beberapa kali
lebih besar dari massa diam

7. Energy kinetik relativistic


Modifikasi energy kinetic dibuat sedemikian rupa hingga mendapatkan energy
kinetic relativistiknya
𝐾 = 𝛾𝑚0 𝑐 2 − 𝑚0 𝑐 2
Dimana m0c2 adalah energy partikel dalam keadaan diam E0 (kesetaraan massa-
energi dari Einstein) sedangkan 𝛾𝑚𝑐 2 adalah energy total partikel E atau
𝐸 = 𝛾𝐸0 , sehingga pernyataan energy relativistic dapat dituliskan menjadi 𝐾 =
(𝛾 − 1)𝐸0 . Ketika kelajuan mendekati cahaya, harga energy kinetic relativistic
hampir konstan (tidak bertambah lagi)

8. Massa sebagai ukuran energy


Massa dikonversikan sebagai energy ketika benda diam, dimana 𝛾 = 1. Sehingga
partikel memiliki sejumlah massa 𝐸 = 𝑚𝑐 2 .

9. Hubungan antara energi total dan momentum relativistic


Dinyatakan dalam persamaan 𝐸 2 = 𝑝2 𝑐 2 + (𝑚𝑐 2 )2
Ketika momentum p nya 0 maka energy totalnya sama dengan energy diamnya
𝐸 = 𝑚𝑐 2
Ketika partikelnya tak bermassa maka energinya menjadi 𝐸 = 𝑝𝑐
B. Konsekuensi
 Time Dilatation (Pemuluran Waktu)
Akibat penting dari postulat Einstein dan transformasi Lorentz yaitu selang
waktu antara dua kejadian yang terjadi pada tempat yang sama dalam suatu
kerangka acuan selalu lebih singkat dari pada selang waktu antara kejadian sama
diukur dalam kerangka acuan lain yang kejadiannya terjadi pada tempat yang
berbeda. Dilatasi waktu memiliki rumus
2𝑑 1
∆𝑇 = = 𝛾∆𝑇 ′
𝑐 2
√1 − 𝑣2
𝑐
𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝛾 > 1 𝑚𝑎𝑘𝑎 ∆𝑇 > ∆𝑇′
 Kontraksi panjang
Suatu fenomena yang berhubungan dengan pemekaran waktu adalah penyusutan
panjang. Panjanf benda yang diukur dalam kerangka acuan dimana bendanya
berada di keadaan diam (L’). Persamaan ini diberikan
1
𝐿 = 𝐿′
𝛾
Dengan L adalah panjang benda yang diukur oleh pengamat yang bergerak
relative terhadap benda dengan kelajuan konstan,

L’ adalah panjang benda yang diukur oleh pengamat yang diam terhadap
benda (proper length).

 Massa benda yang dalam keadaan bergerak relative terhadap seorang pengamat
akan membesar dengan factor 𝛾 𝑦𝑎𝑖𝑡𝑢 𝑚 = 𝑚′𝛾
C. Bukti

Dilatasi waktu

Percobaan untuk membuktikan dilatasi waktu saat ini sudah cukup banyak, percobaan yang
paling akurat untuk membuktikan dilatasi waktu yaitu waktu hidup muon. Muon memiliki
kesamaan dengan electron. Muon terbentuk dari tumbukan antar partikel yang diinduksi oleh
partikel akselerator atau dengan hujan cosmic yang terjadi di ketinggian tertentu dalam atmosfer
kemudian partikel-partikel tersebut jatuh ke permukaan bumi. Waktu muon jatuh ke permukaan
bumi dan waktu hidupnya lah yang dicari oleh para ilmuwan. Jika muon jatuh dari atmosfer ke
permukaan bumi, diperkirakan sebelum sampai di permukaan bumi muon mengalami kerusakan.
Muon (seperti yang tadi telah dijelaskan) memiliki waktu hidup singkat yaitu sekitar 2.197 μs,
waktu hidup ini secara logika hanya mampu menempuh 650 m (dengan kecepatan 0.99c) dari
ketinggian atmosfer 10 km sebelum mengalami peluruhan. Harga hidup yang diperlukan muon
yaitu 15.3 setengah hidup. Teori relativitas menjelaskan mengapa muon yang bergerak dengan
kecepatan 0.99c memiliki factor dilatasi waktu sebesar 7.09 sehingga harga hidup sebuah muon
menjadi 15.3/7.09 = 2.18 setengah hidup saja.

Eksperimen ini terlebih dahulu dilakukan oleh Rossi dan Hall pada tahun 1941. Muon di ukur di
ketinggian 2 km (yaitu di gunung Washington) hingga di dasar gunung. Hasilnya tentu saja lebih
kecil dari pada percobaan di ketinggian 10 km. Faktor dilatasi waktunya berkurang menjadi 1.26
(muon bergerak dengan kecepatan cahaya 0.994c), bila kita bandingkan dengan muon yang tidak
mengalami dilatasi waktu, faktornya sebesar 8.5. berikut dilampirkan table hasil eksperimen
Rossi dan Hall

Relativity Newtonian
frame of muon frame of ground
distance 0.219 km 2 km 2 km
time 0.734 μs 6.71 μs 6.71 μs
half-lives 0.337 0.337 3.08
reduction 1.26 1.26 8.5

Satu lagi bukti yang menguatkan yaitu percobaan yang dilakukan oleh Bailey et al pada 1970.
Percobaannya menggunakan CERN generated muon dengan kecepatan sebesar 0.9994c. Muon
ini dikondisikan, berada diantara partikel akselerator (di laboratorium). Hasilnya didapatkan
kurang lebih 29.3 kali masa hidup muon.

Kontraksi Panjang

Belum ada bukti yang dikuatkan hasil percobaan, tetapi kita dapat melihat fenomena ini pada
listrik magnet. Untuk selebihnya bisa ditelusuri lebih dalam dengan membaca buku listrik
magnet.

Massa Benda

Bukti konkrit sudah di publikasikan lewat berbagai jurnal ilmiah, termasuk dalam bidang
partikel. Dapat ditemukan pula dalam partikel pemercepat. Kita ambil contoh pemercepat LHC
CERN yang keluar tahun 2007, alat ini dapat mempercepat proton-proton hingga 7 TeV, setara
dengan 7000 kali mass diamnya.

Kesetaraan Massa Energi (E = mc2)

Tahun 1932, Cockcroft and Walton melakukan eksperiman pada berbagai atom nuclei yang
berbeda yang dibombardir oleh proton kemudian dilihat reaksinya terhadap bombardir tersebut.
Cockroft dan Walton menggunakan Lithium denan nomer atom 7 sebagai nuclei yang
dibombardir oleh proton. Mereka menemukan bahwa dalam prosesnya ada massa yang hilang
tetapi kemudian muncul lagi sebagai kelebihan energy pada produknya. Berikut rincian jumlah
massa yang hilang dan energy yang muncul. Jumlah massa proton dan nucleus Lithium sebagai
reaktan adalah 1.0072+7.0104=8.0176 amu, jumlah dua partikel α (produk) adalah 8.0022 amu.
Untuk energinya ditemukan 125 KeV pada Li dan total energy kinetic dari dua partikel α
(produk) menjadi 17.2 MeV. Cockroft dan Walton menegaskan bahwa secara implicit massa
yang hilang (0.0154 amu) setara dengan pembebasan energy (14.3 ± 2.7) × 106 𝑉𝑜𝑙𝑡 Mereka
menyatakan bahwa nilai energy kinetic rata-rata dua partikel alpha setara dengan nilai energy
kinetic sebuah partikel alpha.

Tahun 2005, Rainville et al mempublikasikan hasil percobaan mereka dimana mereka


menemukan metode untuk membuktikan persamaan E = mc2 (kesetaraan massa energy), yaitu
dengan membandingkan secara langsung massa diam dalam sebuah reaksi penangkapan neutron
dengan pancaran sinar gamma γ. Untuk lebih lanjutnya lihat persamaan reaksi dibawah ini.
Sulfur dan Silikon di reaksikan secara terpisah, masing-masing direaksikan dengan neutron dan
menghasilkan isotop baru dengan satu nomer lebih tinggi dari sebelumnya dengan tambahan
pancaran sinar γ. Reaksi ini disebut penangkapan neutron.

32 33
n + S → S + γ

28 29
n + Si → Si + γ

Menurut teori Einstein massa diam neutron plus nucleus disebelah kiri dan isotop baru pada
sebelah kanan reaksi harus setara dengan energy yang dipancarkan sinar gamma. Lewat
pengukuran yang dilakukan Reinville, persamaan Einstein mendapat akurasi minimal 0.00004%
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Teori Relativitas khusus Einstein telah diterima dan dipercaya oleh para ilmuwan karena
memang telah banyak hasil eksperimen yang menguatkan teori tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Tipler, Paul A. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.

Sumber Internet

Reid, John S. [2005] [diakses pada 23 Oktober 2016]


http://spacetimecentre.org/vpetkov/courses/reid.html

[2005] [diakses pada 23 Oktober 2016] http://plato.stanford.edu/entries/equivME/#4

Anda mungkin juga menyukai