Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI

Oleh :
JOKO AJI PRANOTO, S.Kep

Pembimbing Klinik : Ns. Jumatinah, S.Kep


Pembimbing Akademik : Ns. Zakiyah, S.Kep
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
BINAWAN JAKARTA
TAHUN 2012
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang

lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart dan Laraia, 2001. dalam

Keliat, 2004). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus

ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan,

ketidaksamaan, kesukaan,dan menarik (Yalom, 1995. dalam dalam Keliat, 2004). Semua

kondisi ini akan memengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok member dan

menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok

(Keliat, 2004).

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan

perawat kepada kelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.

Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam

kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan, dan

menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki

perilaku lama yang maladaptive.

Tindakan keperawatan yang ditujukan pada sistem klien, baik secara individu,

keluarga, kelompok, dan masyarakat merupakan upaya menyeluruh dalam menyelesaikan

masalah klien. Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi modalitas keperawatan untuk

ditujukan pada kelompok klien dengan masalah yang sama. Terapi aktivitas kelompok yang

dikembangkan adalah sosialisasi, stimulasi persepsi, stimulasi sensori, dan orientasi realita

(Keliat, 2004).
Atas dasar itu, saya melakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi

(halusinasi) dengan harapan klien dapat mengontrol halusinasinya dan dapat beraktivitas

tanpa ada halusinasi yang mengikutinya.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Klien dapat berespon terhadap stimulus panca indra yang diberikan.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Klien dapat menyebutkan nama gambar yang dilihat

b. Klien dapat memberikan pendapat terhadap isi gambar

c. Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Halusinasi

2.1.2 Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya

rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi

pada saat kesadaran individu itu penuh/baik (Stuart dan Sundenn, 1998).

Halusinasi adalah ketidak mampuan klien untuk menilai dan berespon terhadap

realita. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal dan tidak dapat

membedakan antara lamunan dan kenyataan. Tidak mampu berespon secara akurat

sehingga tampat perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan. Dapat

diambil kesimpulan bahwa halusinasi merupakan respon seseorang terdapat rangsangan

yang tidak nyata (Stuart dan Sundeen, 1998).

2. Penyebab

Rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara

psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi,

marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai, tidak dapat mengendalikan

dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri.

Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk

terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara

sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan
seperti menikmati sesuatu. Juga keterangan dari klien sendiri tentang halusinasi yang

dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan)

3. Tanda dan Gejala

a. Berbicara dan tertawa sendiri

b. Bersikap seperti mendengar dan melihat sesuatu

c. Berhenti berbicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu

d. Disorientasi

e. Merasa ada sesuatu pada kulitnya

f. Ingin memukul atau melempar barang-barang

4. Tipe Halusinasi

a. Halusinasi pendengaran

Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising yang

tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebuah kata atau kalimat yang

bermakna. Suara tersebut dapat dirasakan berasal dari jauh atau dekat, suara biasanya

menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula ancaman, mengejek,

memaki.

b. Halusinasi Penglihatan

Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik) biasanya sering

muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat

gambaran-gambaranyang mengerikan.

c. Halusinasi penciuman
Halusinasi ini biasanya berupa mencium bau sesuatu bau tertentu dan

dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau

dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu kombinasi

moral.

d. Halusinasi pengecapan

Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penghidung,

penderita merasa mengecap sesuatu.

e. Halusinasi perabaan

Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak dibawah kulit

terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.

5. Tingkatan Halusinasi

a. Tingkat I

1) Memberi rasa nyaman

2) Tingkat orientasi sedang

3) Unsur umum halusinasi merupakan suatu kesenangan

b. Tingkat II

Menyalahkan

c. Tingkat III

1) Mengontrol tingkat kecemasan berat

2) Pengalaman sensorik (Halusinasi) tidak dapat ditolak lagi


d. Tingkat IV

1) Klien sudah dikuasai oleh halusinasi

2) Klien panik

6. Fase-fase Halusinasi

a. Fase 1

Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut

diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit

karena berbagai stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat narkoba,

dihianati kekasih, masalah di kampus, penyakit, hutang, dll. Masalah terasa menekan

karena terakumulasi sedangkan support system kurang dan persepsi terhadap masalah

sangat buruk. Sulit tidur berlangsungnya terus-menerus sehingga terbiasa

mengkhayal.

b. Fase 2

Pasien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan cemas,

kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan fikiran pda

timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya

dapat ia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini ada kecenderungan klien

merasa nyaman dengan halusinasinya.

c. Fase 3

Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias. Klien

mulai merasa tidak mampu lagi mengontrol dan mulai berupaya menjaga jarak antara
dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien mulai menarik diri dari orang lain

dengan intensitas waktu yang lama.

d. Fase 4

Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abdonrmal yang datang,

Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase

psychotic.

e. Fase 5

Pengalaman sensorinya terganggu, klien mulai merasa terancam dengan

datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman atau

perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung selama

minimal 4 jam atau seharian bila klien tidak mendapat komunikasi terapeutik. Terjadi

gangguan psikotik berat.

B. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

1. Pengertian TAK

Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi

psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan

meningkatkan hubungan antar anggota (Depkes RI, 1997).

Terapi aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu anggotanya untuk identitas

hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku yang maladaptive (Stuart &

Sundeen, 1998).

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan

perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas digunakan sebagi terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan

(Kelliat, 2005).

2. Tujuan TAK

Depkes RI (1997) mengemukakan tujuan terapi aktivitas kelompok secara rinci

sebagai berikut:

a. Tujuan umum

1) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh pemahaman

dan cara membedakan sesuatu yang nyata dan khayalan.

2) Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk berkumpul,

berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan memberikan tanggapan

terhadap pandapat maupun perasaan orang lain.

3) Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri dengan

prilaku defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri dari rasa tidak enak

karena merasa diri tidak berharga atau ditolak.

4) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti

fungsi kognitif dan afektif.

b. Tujuan khusus

1) Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai identifikasi

diri tentang mengenal dirinya di dalam lingkungan nya.

2) Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat dibutuhkan oleh

seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di dalam kelompok akan ada

waktu bagi anggotanya untuk menyalurkan emosinya untuk didengar dan

dimengerti oleh anggota kelompok lainnya.


3) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-hari,

terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling berkominikasi yang

memungkinkan peningkatan hubungan sosial dalam kesehariannya.


BAB III

ISI

A. Konsep TAK

1. Kriteria anggota kelompok

a. Klien yang mengikuti TAK stimulasi persepsi adalah klien dengan halusinasi,

isolasi sosial, menarik diri, harga diri rendah.

b. Klien sudah kooperatif

2. Proses seleksi

a. Perawat mengidentifikasi jenis TAK yang akan diberikan yaitu

TAK stimulasi persepsi

b. Perawat mengidentifikasi masalah keperawatan klien yaitu klien

dengan halusinasi, isolasi sosial, menarik diri, harga diri rendah.

c. Perawat mengidentifikasi jumlah klien dengan dengan halusinasi, isolasi sosial,

menarik diri, harga diri rendah.

3. Uraian struktur kelompok

a. Tempat Pertemuan : Ruangan Belimbing

b. Hari/Tanggal/Jam : Senin/24 Desember 2012/Pkl 15.00-15.30 WIB

c. Lama : 20 menit

d. Jumlah Anggota : 5 orang


e. Perilaku yang Diharapkan : Peserta dapat mengungkapkan pendapat dari

gambar yang diperlihatkan

f. Metode : Diskusi dan dinamika kelompok

g. Alat yang Digunakan : Gambar, name tag, speaker, handphone.

h. Pengorganisasian :

1) Leader : Joko Aji Pranoto, S.Kep

Tugas:

a) Menyusun rencana aktifitas kelompok (proposal)

b) Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan

c) Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan,

mengajukan pendapat dan memberikan umpan balik

d) Sebagai “role model”

e) Memotivasi anggota untuk mengemukakan pendapat dan memberikan

umpan balik, mengungkapkan perasaan dan pikiran

f) Menciptakan suasana dimana anggotanya dapat menerima perbedaan

dalam perasaan dan perilaku dengan anggota lain

g) Membuat tata tertib bagi anggota kelompok demi kelancaran diskusi

2) Co-Leader : Indah Juwita Sari, S.Kep

Tugas :

a) Membantu leader dalam mengorganisir anggota kelompok

b) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke pimpinan


c) Mengingatkan pimpinan bila diskusi menyimpang

d) Bersama leader menjadi contoh untuk kerja sama yang baik

3) Fasilitator :

a) Ivke Alen Makasihi, S.Kep

b) Prishila Sulu. P, S.Kep

Tugas :

a) Membantu leader memfasilitasi dan memotivasi anggota untuk berperan

aktif

b) Menjadi contoh bagi klien selama proses kegiatan

c) Mengatur musik

4) Observer : Rizky Aulia Rachman, S.Kep

Tugas :

a) Mengobservasi setiap respon klien

b) Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku klien

c) Memberikan umpan balik pada kelompok

i. Setting Tempat : Peserta dan Terapis duduk bersama

dalam lingkaran, ruangan nyaman dan tenang.


Keterangan :

L : Leader F : Fasilitator

O : Observer P : Peserta

CL : Co-Leader M: Musik

B. Konsep Stimulasi

1. Langkah-langkah kegiatan

a. Tahap Persiapan

a) Terapis memilih klien sesuai dengan indikasi

b) Terapis membuat kontrak dengan klien

c) Terapis mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

d) Peserta dan Terapis memakai name tag


b. Tahap Orientasi

1) Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada klien

2) Evaluasi/Validasi

Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.

c. Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu melihat gambar dan memberi pendapat

tentang gambar tersebut.

2) Terapis menjelaskan aturan main yaitu :

a) Bila ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada

fasilitator dan jika dia meninggalkan lebih dari 3 menit kita kasih hukuman

b) Lama kegiatan 20 menit

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

d. Tahap Kerja

1) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu melihat gambar

dan klien memberi pendapat tentang gambar tersebut.

2) Terapis memutarkan musik ke klien sambil bermain ular-ularan.

3) Saat musik berhenti, maka klien yang tertangkap di suruh untuk memberi

pendapat tentang gambar tersebut yang sebelumnya memberitahu nama lengkap,

nama panggilan dan hobi.

4) Setelah itu di minta salah satu klien sesuai keinginan terapis untuk

memberikan tanggapan tentang pendapat yang diberikan oleh klien lain.

5) Begitu seterusnya sampai semua klien mendapat giliran


6) Setiap kali klien selesai memberi pendapat dan tanggapan tentang

gambarnya, terapis mengajak klien lain bertepuk tangan.

7) Terapis menyimpulkan hasil TAK yang sudah berhasil dicapai.

e. Tahap Terminasi

1) Evaluasi

a) Evaluasi subjektif

Terapis menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti kegiatan

TAK stimulasi sensori.

b) Evaluasi objektif

(1) Terapis menayakan kembali gambar apa dan apa maknanya pada klien

(2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

2) Tindak Lanjut

Terapis menganjurkan klien untuk memaknai gambar-gambar disekitar

rumah sakit dan mencoba untuk mengartikan gambar tersebut.

3) Kontrak Yang Akan Datang

(1) Terapis membuat kontrak untuk TAK yang akan datang yaitu menonton

TV

(2) Menyepakati waktu dan tempat

2. Jalanya strategi pelaksanaan

a. Orientasi

1) Salam Terapeutik
“Assalammualaikum teman-teman.....?” ”Selamat pagi semua...?” “ada yang

kenal sama saya? baiklah perkenalkan nama saya Joko Aji Pranoto, biasa di

panggil Joko. saya sebagai leader/ketua kelompok disini, disebelah kiri saya

adalah co-leader namanya suster Indah, disebelah kanan saya observer

namanya Rizky, dan yang disamping teman-teman sebagai fasilitator yaitu

sebelah kiri saya yaitu Ivke, sebelah kanan saya yaitu Chila”.

2) Evaluasi/Validasi

“Bagaimana kabarnya hari ini..?” “Istirahatnya semalam bagaimana enak

atau tidak..?”

3) Kontrak

“Bapak-bapak tujuan kegitan kita kumpul disini yaitu akan melakukan TAK

melihat gambar-gambar yang sudah dipersiapkan oleh kami. Kemudian nanti

teman-teman memberi pendapat tentang gambar tersebut.” “sampai detik ini

ada yang mau ke kamar mandi?”

“Baiklah teman-teman ya, aturan main kita yaitu barang siapa yang mau

meninggalkan tempat permainan ini misalnya dia mau ke WC atau mau

minum, terlebih dahulu dia meminta izin sama fasilitator yang ada di belakang

teman-teman. Jika siapa yang meninggalkan permainan ini lebih dari 3 menit

dia kita kasih hukuman menjelaskan gambar terlebih dahulu.”

“Lama permainan yaitu 20 menit, dan lamanya melihat gambar yaitu 2

menit ya teman-teman, jika nanti kalau sudah selesai melihat gambar,

gambarannya diletakan diatas kursi dan bapak semuanya berdiri kita bermain
ular-ularan dengan fasilitator memutar musik, teman-teman sambil

mengelilingi kedua perawat dan jika pada saat musik berhenti salah satu

teman-teman yang terangkul oleh kedua tangan perawat dia wajib mengambil

gambarnya tersebut dan menyebutkan apa gambarnya dan apa arti dari

gambar tersebut”

“Semua bapak-bapak wajib mengikuti kegiatan sampai selesai ya”

“Tujuan umum yaitu teman-teman dapat merespon terhadap kegiatan yang

saya berikan seperti menggambar.

“Tujuan khususnya bapak-bapak adalah :

1. Bapak-bapak mampu merespon terhadap suara yang di dengar saat

kami memutar musik nanti.

2. Teman-teman mampu merespon terhadap gambar yang dilihat.

3. Teman-teman mampu memberikan tanggapan tentang pendapat orang

lain.”

b. Fase Kerja

“Baiklah teman-teman ya, nanti teman-teman melihat gambar sesuai dengan apa

yang ada di depan teman-teman, nanti teman-teman yang tertangkap sebutkan

kepada teman-teman bapak gambar apa? Misalnya gambar orang sedang cuci

tangan, apa arti dari gambar tersebut? Misalnya cuci tangan adalah tindakan

untuk menghilangkan kuman”

“Kami akan membagikan gambar-gambar ini yah, nanti teman-teman lihat gambar

apa yang ada dikertas ini dan fikirkan makna dari gambar tersebut”

“Terapis melihat respon dari klien dan sambil memberikan semangat saat gambar-

gambar itu ada di depan klien”


“Baiklah teman-teman yah, sekarang lihat gambar tersebut selama 2 menit,

oke.....waktu sedah selesai untuk melihat gambarnya, harap berdiri semua dan

gambarnya diletakan diatas kursi masing-masing dan kita bermain ular-ularan,

(main ular-ularan dengan di iringi musik) yap.....ada yang tertangkap rupanya.

Oke......yang lain duduk. Dan yang tertangkap coba ambil gambarnya dan artikan

gambar apa itu?” “pinter banget......” “Beri tepuk tangan........prok prok prok......”

“oke teman-teman kita lanjutkan lagi yah sampai selesai permainannya....”.

c. Terminasi

a. Evaluasi Subjektif

“Baiklah teman-teman, bagaimana perasaannya setelah kita melihat gambar

dan bermain ular-ularan sambil menyebutkan arti dari gambar kepada orang

lain?”

b. Evaluasi Objektif

“Baiklah teman-teman ya, saya akan tanya kembali pada teman-teman untuk

menyebutkan gambar yang tadi, ini gambar apa? Apa artinya teman-teman?

(Beri pujian jika bapak-bapak bisa menjawab pertanyaan dari terapis). Tepuk

tangan untuk semua teman-teman prok.. prok.. prok..... semuanya bagus-bagus

dan pinter-pinter.... untuk yang lain yang masih ragu-ragu untuk bicara,

jangan malu kita semua adalah teman dan jangan merasa takut dengan kami,

yah......”

c. Rencana Tindak Lanjut

“Baiklah teman-teman sekalian, nanti teman-teman lihat gambar-gambar yang

ada di sekeliling teman-teman dan coba artikan apa gambar itu”

d. Kontrak yang akan Datang


“Baiklah teman-teman, nanti kita bertemu kembali besok untuk menonton TV”

“teman-teman maunya besok berapa lama kita menontonTV........?”

“Tempatnya maunya dimana yah yang enak.........?”

BAB IV

PENUTUP

A. Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek

yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK

stimulasi persepsi halusinasi, kemampuan yang diharapkan adalah klien dapat merespon

terhadap stimulus pancaindra yang diberikan, klien dapat memberikan pendapat tentang arti
dari gambar, klien dapat memberi tanggapan tentang pendapat yang diberikan oleh orang

lain.

Formulir evaluasi sebagai berikut:

Stimulasi persepsi :Melihat Gambar


Kemampuan memberi respon terhadap gambar

1. Kemampuan Verbal
Nama Klien
No Aspek Yang Dinilai
1 Mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir
2 Melihat gambar sampai selesai
3 Menyebutkan dan mengartikan gambar
4 Memberi tanggapan dari pendapat orang
lain
Jumlah

2. Kemampuan Non Verbal


Nama Klien
NO Aspek yang dinilai
1 Kontak Mata
2 Duduk Tegak
3 Menggunakan bahasa tubuh yang
sesuai
4 Mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir
Jumlah

Petunjuk :

a. Tulis nama klien pada format nama

b. Beri tanda ( √ ) jika klien bisa menggambar dan menyebutkan makna gambarnya

dan beri tanda ( - ) bila klien tidak bisa menggambar sama sekali

c. Jumlahkan kemampuan yang dilakukan oleh klien:

1) Setiap kemampuan yang dilakukan memiliki nilai 25%


2) Kemampuan Verbal, disebut mampu jika didapat nilai ≥ 75%, disebut belum

jika didapat nilai ≤ 75%

3) Kemampuan Non verbal, disebut mampu jika didapat nilai ≥ 75%, disebut

belum mampu jika didapat nilai ≤ 75%.

B. Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses

keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 3 TAK stimulasi persepsi melihat

gambar. Klien mengikuti sampai selesai. Klien mampu melihat gambar dengan seksama,

menyebutkan nama gambar, dan memberikan pendapat tentang arti gambar. Menganjurkan

klien untuk memperhatikan gambar di sekeliling ruangan.

DAFTAR PUSTAKA
Biak. 2012. Proposal terapi Aktivitas Kelompok (Tak) Halusinasi. Online

Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DirjenYanmed

Herawaty, Netty. 1999. Materi Kuliah Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.

Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2004. Keperawatan Jiwa: terapi aktivitas kelompok. Editor:
Monica Ester. Jakarta: EGC

Putra,Wirahman.2012.http://wirahmanputra.wordpress.com/2011/03/10/proposal-terapi-
aktivasi-kelompok-stimulasi-persepsi-sensori-halusinasi/. Diakses tanggal 23 Desember
jam 07.00 WIB.

Stuart, Gail Wiscart & Sandra J. Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi
3. Jakarta : EGC

Yosep, Iyus . 2007. Keperawatan Jiwa . Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai