Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ENCHEPHALITIS

A. DEFINISI
Encephalitis adalah infeksi jaringan atas oleh berbagai macam mikroorganisme (Ilmu
Kesehatan Anak, 2006).
Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,virus, jamur
dan protozoa (Mansjoer dkk, 2000).
Encephalitis adalah penyakit yang menyerang susunan saraf pusat dimedula spinalis dan
meningen yang disebabkan oleh japanese encephalitis virus yang ditularkan oleh nyamuk
(Soedarmo dkk, 2008).
Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau
mikroorganisme lain yang non-purulen (+) (Muttaqin Arif, 2008).
B. ETIOLOGI
1. Encephalitis disebabkan oleh mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing, jamur,
spirokaeta dan virus. Macam-macam Encephalitis virus menurut Robin :
a) Infeksi virus yang bersifat epidermik :
 Golongan enterovirus = Poliomyelitis, virus coxsackie, virus ECHO.
 Golongan virus ARBO = Western equire encephalitis, St. louis encephalitis,
Eastern equire encephalitis, Japanese B. encephalitis, Murray valley
encephalitis.
b) Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek, herpes zoster,
limfogranuloma, mumps, limphotic, choriomeningitis dan jenis lain yang
dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
c) Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca
vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti infeksi
traktus respiratorius yang tidak spesifik.
a. Reaksin toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox.
b. Keracunan : arsenik, CO.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut Soedamo dkk, (2008) adalah :
a. Encephalitis fatal yang biasanya didahului oleh viremia dan perkembangbiakan virus
ekstraneural yang hebat.
b. Encephalitis subklinis yang biasanya didahului viremia ringan, infeksi otak lambat dan
kerusakan otak ringan.
c. Encephalitis dengan infeksi asimptomatik yang ditandai dengan hampir tidak adanya
viremia dan terbatasnya replikasi ekstraneural.
d. Enchepalitis dengan infeksi persisten, yang dikenal dengan Japanese B Encephalitis.
D. PATOFISIOLOGI

Faktor-faktor predisposisi pernah mengalami


campak, cacar air, herpes, dan
bronchopneumonia

Virus/bakteri masuk jaringan otak secara


lokal, hematogen dan melalui saraf-saraf

Resiko Infeksi

Infeksi menyebar melalui darah Infeksi menyebar melalui saraf

Peradangan di otak

Peningkatan TIK

Ensephalitis

Pembentukan Reaksi kuman Iritasi korteks Kerusakan Kerusakan


transudat dan patogen serebral area saraf V saraf IX
eksudat fokal

Peningkatan Kesulitan Kesulitan


Edema serebral suhu tubuh mengunyah makan
Kejang Nyeri
Risiko kepala
Hipertermi
ketidakefektifan
perfusi jaringan otak Ketidakseimbangan
Resiko cidera Nyeri
nutrisi kurang dari
akut
kebutuhan tubuh
Penurunan
kesadaran Gangguan persepsi sensori visual

Gangguan mobilitas fisik


Penumpukan sekret

Koping individu tidak efektif


Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
E. TANDA DAN GEJALA
Gejala-gejala dari encephalitis termasuk demam yang tiba-tiba, sakit kepala, muntah,
kepekaan terhadap penglihatan pada sinar, leher dan punggung yang kaku, kebingungan,
keadaan mengantuk, kecanggungan, gaya berjalan yang tidak mantap, dan mudah terangsang.
Kehilangan kesadaran, kemampuan reaksi yang buruk, serangan-serangan, kelemahan otot,
demensia beratyang tiba-tiba kehilangan memori dapat juga ditemukan pada pasien-pasien
dengan encephalitis.
a. Demam h. Pucat
b. Sakit kepala dan biasanya pada bayi disertai jeritan i. Halusinasi
c. Pusing j. Kaku kuduk
d. Muntah k. Kejang
e. Nyeri tenggorokan l. Gelisah
f. Malaise m. Iritable
g. Nyeri ekstrimitas n. Gangguan kesadaran

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologi :
a. CT Scan
Computed Tomography pada kasus encephalitis herpes simpleks, CT-scan kepala
biasanya menunjukan adanya perubahan pada lobus temporalis atau frontalis, tapi
kurang sensitif dibandingkan MRI. Kira-kira sepertiga pasien encephalitis herpes
simpleks mempunyai gambaran CT-scan kepala yang normal

Encephalitis pada herpes simplex


b. MRI
MRI (magnetic resonance imaging) merupakan pemeriksaan penunjang yang paling
dianjurkan pada kasus encephalitis. Bila dibandingkan dengan CT-scan, MRI lebih
sensitif dan mampu untuk menampilkan detil yang lebih bila terdapat adanya
kelainan-kelainan. Pada kasus encephalitis herpes simpleks, MRI menunjukan
adanya perubahan patologis, yang biasanya bilateral pada lobus temporalis medial
dan frontal inferior.

Gambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan.Biasanya berwarna jernih,


jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfosit.Kadar protein meningkat, sedangkan
glukosa masih dalam batas normal. Pada fase awal penyakit encephalitis viral, sel-
sel di LCS sering kalipolimorfonuklear, baru kemudian menjadi sel- sel. LCS
sebaiknya dikultur untuk mengetahui adanya infeksi virus, bakteri &jamur. Pada
encephalitis herpes simpleks, pada pemeriksaan LCS dapat ditemukan peningkatan
dari sel darah merah, mengingat adanya proses perdarahan diparenkim otak.
Disamping itu dapat pula dijumpai peningkatan konsentrasi protein yang
menandakan adanya kerusakan pada jaringan otak.Pada feses ditemukan hasil yang
positif untuk entero virus.Dengan pemeriksaan pencitraan neurologis
(neuroimaging), infeksi virus dapat diketahui lebih awal dan biasanya pemeriksaan
ini secara rutin dilakukan pada pasien dengan gejala klinis neurologis.
c. EEG (Electroencephalography)
Didapatkan penurunan aktivitas atau perlambatan.Procedure ini setengah jam,
mengukur gelombang aktivitas elektrik yang diproduksi oleh otak.Ini sering
digunakan untuk mendiagnosa dan mengatur penyakit kejang.Abnormal EEG
menunjukkan encephalitis. Elektroensefalografi (EEG) pada encephalitis herpes
simpleks menunjukan adanya kelainan fokal seperti spike dan gelombang lambat
atau (slow wave) atau gambaran gelombang tajam (sharp wave) sepanjang daerah
lobustemporalis. EEG cukup sensitif untuk mendeteksi pola gambaran abnormal
encephalitis herpes simpleks, tapi kurang dalam halspesifisitas. Sensitifitas EEG kira
kira 84 % tetapi spesifisitasnyahanya 32.5% Gambaran elektroensefalografi (EEG)
sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah yang sesuai dengan kesadaran
yang menurun
d. Biopsi Otak
Paling sering digunakan untuk diagnosis dari herpes simplex encephalitis bila tidak
mungkin menggunakan metode DNA atauCT atau MRI scan. Dokter boleh
mengambil sample kecil dari jaringan otak. Sampel ini dianalysis dilaboratorium
untukmelihat virus yang ada.Dokter boleh mencoba treatment dengan antivirus
medikasi sebelum biopsi otak.
G. PENATALAKSANAAN
a. Terapi suportif : Tujuannya untuk mempertahankan fungsi organ, dengan mengusahakan
jalan nafas tetap terbuka (pembersihan jalan nafas, pemberian oksigen, pemasangan
respirator bila henti nafas, intubasi, trakeostomi), pemberian makanan enteral atau
parenteral, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, koreksi gangguan asam basa
darah. Untuk pasien dengan gangguan menelan, akumulasi lendir pada
tenggorok,dilakukan drainase postural dan aspirasi mekanis yang periodik.
b. Terapi kausal : Pengobatan anti virus diberikan pada encephalitis yang disebabkan virus,
yaitu dengan memberikan asiklovir 10 mg/kgBB/hari IV setiap 8 jam selama 10-14hari.
Pemberian antibiotik polifragmasi untuk kemungkinan infeksi sekunder.
c. Terapi Ganciklovir : pilihan utama untuk infeksi citomegali virus. Dosis Ganciklovir 5
mg/kgBB dua kali sehari, kemudian dosis diturunkan menjadi satu kali, lalu dengan
terapi maintenance. Preparat sulfa (sulfadiasin) untuk encephalitis karenatoxoplasmosis.
d. Terapi Simptomatik : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang.
Tergantung dari kebutuhan obat diberikan IM atau IV. Obat yang diberikan ialah valium
dan luminal. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan surface cooling dengan
menempatkan es pada permukaan tubuh yang mempunyai pembuluh besar,misalnya pada
kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan diatas
kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan
4mg/kgBB/hari IV atau IM dibagi dalam 3 kali pemberian. Diberikan antipiretikum sepeb
rti parasetamol, bila keadaan telah memungkinkan pemberian obat peroral. Untuk
mengurangi edema serebri dengan deksametason 0,2 mg/kgBB/hari IM dibagi 3 dosis
dengan cairan rendah natrium. Bila terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial, dapat
diberikan manitol0,5-2 g/kgBB IV dalam periode 8-12 jam.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi encephalitis dapat terjadi:
a. Akut
 Edema otak
 SIADH
 Status konvulsi
b. Kronik
 Cerebral palsy
 Epilepsy
 Gangguan visual dan pendengaran
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
(1) Identitas Pasien
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa
medis.
(2) Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS. keluhan utama pada
penderita encephalitis yaitu sakit kepala, kaku kuduk, gangguan kesadaran, demam dan
kejang.
(3) Riwayat penyakit sekarang.
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan hebatnya keluhan,
mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang pernah dialami sebelumnya. Biasanya
pada masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari ditandai dengan demam,sakit kepala,
pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstrimitas dan pucat. Kemudian
diikuti tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung dari distribusi dan luas lesi pada
neuron. Gejala terebut berupa gelisah, irritable, screaning attack, perubahan perilaku,
gangguan kesadaran dan kejang kadang- kadang disertai tanda neurologis fokal berupa
afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia dan paralisi saraf otak
(4) Riwayat kehamilan dan kelahiran.
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal. Dalam riwayat
prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita oleh ibu terutama penyakit
infeksi. Riwayat natal perlu diketahui apakah bayi lahir dalam usia kehamilan aterm atau
tidak karena mempengaruhi system kekebalan terhadap penyakit pada anak. Trauma
persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya aspirasi ketuban untuk
anak. Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui keadaan anak setelah lahir. Contoh
: BBLR, & apgar score.
(5) Riwayat penyakit yang lalu.
Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis akan meningkatkan kemungkinan
terjdinya peradangan atau infeksi pada jaringan otak. Imunisasi perlu dikaji untuk
mengetahui bagaimana kekebalan tubuh anak. Alergi pada anak perlu diketahui untuk
dihindarkan karena dapat memperburuk keadaan.
(6) Riwayat kesehatan keluarga.
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya dengan penyakit yang
dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan keluarga perlu diketahui, apakah ada
anggota keluarga yang menderita penyakit menular yang ada hubungannya dengan
penyakit yang dialami oleh klien (Soemarno marram, 1983).
(7) Kebutuhan dasar (aktifitas sehari-hari).
Pada penderita ensepalitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan sehari-hari antara lain:
gangguan pemenuahan kebutuhan nutrisi karena mual muntah, hipermetabolik akibat
proses infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial. Pola istirahat pada penderita sering
kejang, hal ini sangat mempengaruhi penderita. Pola kebersihan diri harus dilakukan di
atas tempat tidur karena penderita lemah atau tidak sadar dan cenderung tergantung pada
orang lain perilaku bermain perlu diketahui jika ada perubahan untuk mengetahui akibat
hospitalisasi pada anak.
(8) Pemeriksaan fisik.
Pada klien ensephalistis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pad apemeriksaan neurologis.
Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan secara umum meliputi :
a Keadaan umum.
Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami perubahan atau
penurunan tingkat kesadaran. Gangguan tingkat kesadaran dapat disebabkan oleh
gangguan metabolisme dan difusi serebral yang berkaitan dengan kegagalan neural
akibat prosses peradangan otak.
b Gangguan system pernafasan.
Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial menyebabakan
kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan tidak teratur. Apabila
tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan.
c Gangguan system kardiovaskuler.
Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pada daerah
tersebut, hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah
meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnya transmitter
rangsang parasimpatis ke jantung.
e. Gangguan system gastrointestinal.
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan intrakranial
yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus sehingga meningkatkan
sekresi asam lambung. Dapat pula terjd diare akibat terjadi peradangan sehingga
terjadi hipermetabolisme.
f. Pertumbuhan dan perkembangan.
Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronis atau mengalami
hospitalisasi yang lama, kemungkinan terjadinya gangguan pertumbuhan dan
perkembangan sangat besar. Hal ini disebabkan pada keadaan sakit fungsi tubuh
menurun termasuk fungsi social anak. Tahun-tahun pertama pada anak merupakan
“tahun emas” untuk kehidupannya. Gangguan atau keterlambatan yang terjadi saat ini
harus diatasi untuk mencapai tugas –tugas pertumbuhan selanjutnya. Pengkajian
pertumbuhna dan perkembangan anak ini menjadi penting sebagai langkah awal
penanganan dan antisipasi. Pengkajian dapat dilakukan dengan menggunakan format
DDST.
B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan sekret
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan makan
3. Hipertermi b.d reaksi kuman patogen
4. Nyeri akut b.d iritasi korteks serebral area fokal
5. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d edema serebral
6. Risiko infeksi virus/bakteri yang masuk ke jaringan otak
7. Risiko cidera b.d kejang
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil
No Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
1. Ketidakefektifan NOC : Airway Management
bersihan jalan nafas Respiratory status : a. Buka jalan nafas
b.d penumpukan Airway Patency menggunakan head tilt
sekret Setelah dilakukan chin lift atau jaw thrust
tindakan keperawatan bila perlu
..x.. jam diharapkan b. Posisikan pasien untuk
mampu mempertahankan memaksimalkan
kebersihan jalan nafas ventilasi
dengan kriteria : c. Identifikasi pasien
a. Pernafasan dalam perlunya pemasangan
batas normal alat jalan nafas buatan
b. Irama pernafasan (NPA, OPA, ETT,
teratur Ventilator)
c. Kedalaman d. Lakukan fisioterpi
pernafasan normal dada jika perlu
d. Tidak ada akumulasi e. Bersihkan secret
sputum dengan suction bila
diperlukan
f. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
g. Kolaborasi pemberian
oksigen
h. Kolaborasi pemberian
obat bronkodilator
i. Monitor RR dan status
oksigenasi
j. Anjurkan pasien untuk
batuk efektif
k. Berikan nebulizer jika
diperlukan
2. Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari Nutritional status : food Nutrition manajement
kebutuhan tubuh b.d and fluid intake a. Kaji kemampuan
kesulitan makan Nutritional status : pasien untuk menelan
nutrient intake b. Berikan informasi
Weight intake kepada keluarga
Setelah dilakukan tentang kebutuhan
tindakan keperawatan nutrisi pasien
..x.. jam diharapkan c. Kolaborasi dengan ahli
intake nutrisi tubuh gizi untuk menentukan
menjadi adekuat dengan jumlah kalori dan
kriteria : nutrisi yang
a. Tidak ada tanda dibutuhkan pasien
tanda malnutrisi d. Berikan nutrisi yang
b. Menunjukan telah di tentukan sesuai
peningkatan fungsi intruksi ahli gizi
pengecap dari Nutrition monitoring
menelan a. Monitor BB, TB, LILA
c. Tidak terjadi sesuai dengan batas
penurunan berat normal
badan yang berarti b. Monitor kalori dan
d. BB dan Lila dalam intake nitrisi
batas normal c. Monitor turgor kulit
e. Hasil pemeriksaan d. Monitor mual ataupun
Hb dan albumin muntah
dalam batas normal e. Anjurkan penggunaan
(Hb : 13,0 mg/dl dan NGT bila pasien
albumin) kesulitan menelan atau
mengalami mual
muntah yang tak
terkontrol
f. Monitor kadar
albumin, total protein,
hb dan kadar
hematokrit
3. Hipertermi b.d reaksi NOC NIC :
kuman patogen Thermoregulation Fever treatment
Setelah diberikan asuhan a. Monitor suhu sesering
keperawatan selama ...x mungkin
jam, suhu tubuh dalam b. Monitor IWL
batas normal dengan c. Monitor warna dan
kriteria hasil: suhu kulit
a. Suhu tubuh dalam d. Monitor tekanan darah,
rentang normal nadi dan RR
b. Nadi dan RR dalam e. Monitor penurunan
rentang normal tingkat kesadaran
c. Tidak ada perubahan f. Monitor WBC, Hb,
warna kulit dan tidak dan Hct
ada pusing, merasa g. Monitor intake dan
nyaman output
h. Berikan anti piretik
i. Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam
j. Selimuti pasien
k. Berikan cairan
intravena
l. Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
m. Tingkatkan sirkulasi
udara
n. Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya menggigil
4. Nyeri akut b.d iritasi NOC NIC
korteks serebral area Pain Level Analgesic Administration
fokal Setelah dilakukan asuhan a. Tentukan lokasi,
keperawatan selama karakteristik, kualitas,
….x… jam diharapkan dan derajat nyeri
nyeri dapat terkontrol sebelum pemberian obat
dengan kriteria hasil : b. Cek instruksi dokter
a. Melaporkan gejala tentang jenis obat, dosis,
nyeri terkontrol. dan frekuensi
b. Melaporkan c. Cek riwayat alergi
kenyamanan fisik dan d. Pilih analgesik yang
psikologis. diperlukan atau
c. Mengenali faktor kombinasi dari
yang menyebabkan analgesik ketika
nyeri. pemberian lebih dari
d. Melaporkan nyeri satu
terkontrol (skala nyeri e. Tentukan pilihan
<4 dari rentang 0-10). analgesik tergantung
e. Tidak menunjukkan tipe dan beratnya nyeri
respon non verbal f. Tentukan analgesik
adanya nyeri. pilihan, rute pemberian,
f. Menggunakan terapi dan dosis optimal
analgetik dan non g. Pilih rute pemberian
analgetik. secara IV, IM untuk
g. Tanda-tanda vital pengobatan nyeri secara
dalam batas normal. teratur
h. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
i. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
j. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
5. Risiko NOC NIC
ketidakefektifan Tissue Perfusion: Cerebral perfusion
perfusi jaringan otak Cerebral promotion
b.d edema serebral Setelah dilakukan asuhan
a. Konsultasi dengan
keperawatan selama
dokter untuk
...x... jam, didapatkan
menentukan parameter
kriteria hasil :
hemodinamik, dan
a. Tidak ada tanda
mempertahankan
peningkatan tekanan
hemodinamik dalam
intrakranial (tidak
rentang yg diharapkan
lebih dari 15 mmHg)
b. Berikan agents yang
b. Tidak ada hipertensi
memperbesar volume
ortostatik
intravaskuler misalnya
c. Tekanan sistole dan
(koloid, produk darah,
diastole dalam
atau kristaloid)
rentang yang
c. Monitor ICP dan CPP
diharapkan
d. Monitor protrombine
d. Dapat berkomunikasi
time (PT) dan partial
dengan jelas dan
thromboplastine time
sesuai kemampuan
(PTT)
e. Menunjukan
perhatian, e. Konsultasi dengan
konnsentrasi, dan dokter untuk
orientasi mengoptimalkan posisi
kepala (15-30 derajat)
dan monitor respon
pasien terhadap
pengaturan posisi
kepala
f. Berikan calcium
channel blocker,
vasopressin, anti nyeri,
anti coagulant, anti
platelet, anti
trombolitik
g. Monitor nilai PaCO2,
SaO2 dan Hb dan
cardiac out put untuk
menentukan status
pengiriman oksigen ke
jaringan

6. Risiko infeksi NOC NIC


virus/bakteri yang Immune status Infection control (control
masuk ke jaringan Knowledge: infection infeksi)
otak control a. Pertahankan teknik
Risk control isolasi
Setelah dilakukan asuhan b. Batasi pengunjung bila
keperawatan selama perlu
….x… jam diharapkan c. Intrusikan pada
terhindar dari infeksi pengunjung untuk
dengan kriteria hasil mencuci tangan saat
Kriteria hasil berkunjung dan setelah
g. Klien bebas dari tanda berkunjung ketika
gejala infeksi meninggalkan pasien
d. Gunakan sabun
antimikroba untuk cuci
tangan
e. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
f. Gunakan APD yang
cukup
g. Berikan terapi antibiotic
bila perlu untuk
memproteksi terhadap
infeksi
h. Monitor tanda gejala
infeksi
7. Risiko cidera b.d NOC : NIC :
kejang Risk Control Environment
Setelah dilakukan asuhan management
keperawatan selama (….) a. Sediakan lingkungan
jam diharapkan pasien yang aman untuk
terbebas dari cedera pasien
dengan kriteria hasil: b. Identifikasi kebutuhan
a. Klien terbebas dari keamanan pasien
cedera saat kejang c. Menghindarkan
berlangsung lingkungan yang
berbahaya
d. Memasang side rail
tempat tidur
e. Menyediakan tempat
tidur yang nyaman
f. Membatasi pengunjung
g. Menganjurkan
keluarga menemani
pasien
h. Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan
i. Memindahkan barang
barang yang
membahayakan
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E . 1993. Nursing Care Plans, F.A.Davis Company :Philadelphia.


Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC

Joanne, dkk. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth Edition. Amerika: Mosby

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Ed. III, jilid 2. jakarta: Media Aeseolapius.

Moorhead, dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. Amerika:
Mosby

Muttaqin Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:


Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai