Askep 1 PDF
Askep 1 PDF
KONSEP DASAR
A. Pengertian
1. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu
tubuh ( suhu rectal lebih dari 380 C ) yang disebabkan oleh suatu proses
2. Kejang demam atau convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikkan suhu tubuh ( suhu rectal lebih diatas 380 C ) yang disebabkan
3. Kejang demam adalah suatu kondisi saat tubuh anak sudah dapat menahan
terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan
tiba-tiba terjadi gangguan kesadaran ringan aktifitas motorik dan atau atas
adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu lebih dari 380C
yang disebabkan oleh proses ekstrakranium atau akibat dari pembesaran listrik
6
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
antara sistem saraf perifer dan pusat, menyalurkan informasi dengan cepat
kejang demam ini akan diuraikan sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer.
1. Saraf Pusat
a. Otak
sebut tengkorak, yang juga melindungi otak dari cedera. Empat tulang
temporal dan oksipital. Pada dasar tengkorak terdiri dari tiga bagian
tengah fosa berisi lobus parietal, temporal dan okspital dan bagian fossa
7
1) Serebrum.
badan sel saraf memenuhi korteks serebri, nukleus dan basl ganglia.
hemineglect.
daerah ini.
8
Gambar 2.1
Gambar otak terlihat dari luar yang memperlihatkan bagian penting dan lobus
(Brunner, 2002)
2) Batang Otak
ini terdiri dari otak tengah, pons dan medula oblongata. Otak tengah
Pons terletak di depan serebelum antara otak tengah dan medula dan
9
Medula oblongata meneruskan serabut-serabut motorik dari otak ke
3) Serebelum
Gambar 2.2
(Brunner, 2002)
10
Fosa bagian tengah atau diensefalon berisi talmus, hipotalamus dan kelenjar
hipofisis.
1) Talmus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel dan aktifitas
agresif dan seksual dan pusat respons emosional ( misal ras malu,
organ-organ lain. Hipofisis merupakan bagian otak yang tiga kali lebih
a. Medulla spinalis
11
pada L 2. Medulla spinalis menjadi lancip pada daerah thoracic
efferent dari akar ventral dan saraf spinal. Tanduk dorsal berisi
badan sel dan sel dendrit dari neuron eferant dan reseptor sensori
tanduk ventral dan dari setengah medula spinalis ke yang lain. Jalur
neuron motor atas / upper motor neuron ) atau kepada sistem saraf
12
Refleks hanya melibatkan satu tingkat dari medula spinalis ( refleks
Lihat karakteristik normal dari CSF berikut dibawah ini, yaitu: BD:
1.007, pH: 7.35 sampai 7.45, chloride: 120 sampai 130 mEq/L,
13
glucose: 50 sampai 80/100ml, tekanan: 50 sampai 200 mm air,
yang terletak di luar sistem saraf pusat. Saraf perifer merupakan saraf
sensorik dan motorik ). Saraf perifer terdiri dari 12 pasang saraf kranial,
yang membawa impuls ke dan dari medulla spinalis. Tiap saraf spinal
aferen dan sensori, saraf perifer yang mengirim informasi dari pusat
saraf disebut eferen atau motorik. Pada sistem saraf perifer motorik dan
masuk ke bagian anterior atau akar motorik. Sistem saraf perifer dibagi
14
akson menyalurkan neuro transmitor acetycholin ke sel-sel otot skelet,
bagian kepala yang ke luar dari otak dan melewati lubang yang terdapat
pada tulang tengkorak berhubungan erat dengan otot panca indera mata,
telinga, hidung, lidah dan kulit. Di dalam kepala ada 2 saraf kranial,
dan saraf sensorik tetapi ada yang terdiri dari saraf motorik dan saraf
sensorik saja, misalnya alat-alat panca indera. Saraf kepala terdiri dari:
Fungsinya saraf pembau yang keluar dari otak di bawah dahi yang
cita rasa ke otak. Fungsinya sebagai saraf kembar 3 di mana saraf ini
15
besar yang mengandung serabut saraf penggerak. Dan di ujung
rongga tengkorak.
sela tursika. Sesudah sampai di lekuk mata lalu menuju ke otot lurus
sisi mata.
pendengar.
16
saraf tambahan, terbagi atas 2 bagaian, bagian yang berasal dari
ranting-ranting pada otot yang melekat pada tulang lidah dan otot
lidah.
C. Etiologi.
tidak jarang ditemukan lebih dari satu penyebab kejang pada neonotus.
1. Gangguan vaskuler.
Perdarahan berupa petekia akibat anaksia dan asfiksia yang dapat terjadi
17
Trombosis, adanya penyakit perdarahan seperti defisiensi vitamin K,
2. Gangguan metabolisme
3. Infeksi
inclusion,
4. Kelainan kongenital
dari otak )
5. Lain-lain
D. Patofisiologi.
metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah
18
oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui
energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2
dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu
lipoid dan permukaan luar yaitu ionic. Dalam keadan normal membran sel
dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium ( K+) dan sangat sulit dilalui oleh
ion natrium (Na+ ) dan eletrolit lainnya, kecuali ion klorida (CL-). Akibatnya
konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrsi Na+ rendah, sedang di
luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial
dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu,
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun
19
ion natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang
tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada
kenaikkan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah,
kejang telah terjadi pada suhu 380C sebab anak dengan ambang kejang yang
tinggi kejang baru terjadi bila suhu mencapai 400C atau lebih. Dari kenyataan
ini dapat disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam lebih sering terjadi
tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjai
anaerobic, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan
20
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang
yang spontan. Karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat
1997 ).
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi dan
anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikkan suhu badan yang tinggi dan
cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat misalnya
tosilitis, otitis ade akut, bronkitis, furunkolosis dan lain-lain ( Ngastiyah, 1997:
231 ).
Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun, kejang demam
bangkitan dapat berbentuk tonik, klnik, tonik dan klonik, umumnya akan
berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam.
21
2. Kejang demam kompleks.
Kejang demam dengan ciri: kejang lama lebih dari 15 menit, kejang fokal
atau parsial satu sisi atau kejang umum didahulai kejang parsial, berulang
F. Penatalaksanaan.
1. Keperawatan
Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien kejang demam ialah resiko
terjadi kerusakkan sel otak akibat kejang, suhu yang meningkat di atas
suhu normal, resiko terjadi bahaya / komplikasi, gangguan rasa aman dan
sel otak dan dapat terjadi kelumpuhan sampai retardasi mental bila
22
berlangsung lama kebutuhan O2 lebih banyak karena selain diperlukan
selalu dalam keadaan hipirpireksia tetapi yang jelas bahwa pada kejang
terjadi. Pada anak dengan ambang kejang rendah, bila suhu naik
menjadi 380C atau lebih sedikit saja sudah timbul kejang. Oleh karena
itu, jika sudah diketahui suhu anak di atas normal anak akan menderita
kejang maka setelah diketahui suhu mulai naik di atas normal anak akan
misalnya lidah tergigit atau akibat gesekkan dengan gigi; akibat terkena
benda tajam atau keras yang ada disekitar anak, serta dapat juga
23
terjatuh. Oleh karena itu, setiap anak mendapat serangan kejang harus
Gangguan ini juga dapat terjadi seperti pasien lain sebagai akibat
24
dapat kejang terutama yang berhubungan dengan kenaikkan suhu tubuh,
diajari bagaimana cara menolong pada saat anak kejang ( tidak boleh
kejang.
Yang perlu dijelaskan adalah : harus selalu tersedia obat penurun panas
lagi) dan pemberian obat diteruskan sampai suhu sudah turun selama 24
kejang terlalu lama walapun telah diberikan obat, segera bawa pasien
25
kepada dokter/petugas imunisasi bahwa anaknya penderita kejang
2. Non Keperawatan.
penyebab.
efek toksik yang serius hampir tidak dijumpai apabila diberikan secara
minimal dalam spuit 7,5 mg, dan di atas 20 kg 0,5 mg/kgBB. Biasanya
pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada anak yang
lebih besar .
bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang
26
diberikan suntikan ketiga dengan dosis sama akan tetapi pemberiannya
intravena.
b. Pengobatan penunjang
penunjang.
mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan napas bebas untuk
diberikan oksigen.
cairan degan kadar natrium yang terlalu tinggi. Jika suhu meningkat
secara suntikan.
27
Untuk mencegah edema otak diberikan kortikosteroid dengan dosis 20 –
membaik.
c. Pengobatan rumat
mungkin diperlukan dosis yang lebih tinggi dari pada biasa. Dengan
pertama dan kedua, diteruskan untuk hari berikutnya dengan dosis biasa
28
memungkinkan antikovulsan diberikan secara suntikan dan bila telah
oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis
penyakit tersebut.
Secara akedemis pasien kejang demam yang datang untuk pertama kali
natrium dan faal hati. Bila perlu rontgen foto tengkorak, EEG,
G. Komplikasi
1. Kerusakkan neurotransmiter.
pada neuron.
2. Epilepsi.
29
3. Kelainan anatomis di otak.
kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada anak baru berumur 4 bulan
sampai 5 tahun.
demam.
( PP.IDAI, 2005: 6 )
H. Pengkajian Fokus
dan hal yang penting dilakukan baik saat klien pertama kali masuk Rumah
Data yang diperoleh dapat digolongkan menjadi 2 yaitu data dasar dan data
khusus
1. Data Dasar.
b. Pola Eliminasi
30
c. Pola Istirahat dan Tidur
Pemeriksaan Fisik
nadi ( takikardi ).
2. Data Khusus
Data khusus digolongkan menjadi 2 yaitu: data subjektif dan data objektif:
b. Data Objektif: suhu tinggi, mukosa kering, BB turun, urin kurang, mata
cekung.
dari komponen yang diharapkan dan yang tidak diharapkan. Setiap tahao
31
a. Pertumbuhan
lebar, gigi sudah mulai tumbuh merata di bagian rahang belum tumbuh,
b. Perkembangan
Pada usia 6 – 12 tahun masuk tahap anak usia sekolah lebih banyak
dapat menggunakan hal ini untuk mendapat petunjuk dalam konsep diri
dan citra tubuh dapat berubah pada saat ini karena anak terus berubah
Pada usia 6 – 12 tahun masuk tahap anak usia sekolah yang lebih banyak
32
Pemeriksaan Penunjang
a. Uji laboratorium
kemungkinan keracunan.
penatalaksanaan.
b. Elektroensefalografi.
c. Neuroimaging.
33
dengan menggunakan gambaran Computed Tomagraphy Scan ( CT
Scan ) kepala.
tertutup oleh struktur tulang, misal: sereblum atau batang otak ( Erny,
Darto, 2007:6 ).
34
I. Pathways Keperawatan
P e n in g k a ta n su h u tu b u h (d e m a m )
P e n in g k a ta n m e ta b o lism e b a sa l 1 0 -1 5 %
P e n in g k a ta n k e b u tu h a n o k sig e n 2 0 %
P a d a a n a k ± 3 ta h u n
S irk u la sa i k e o ta k 6 5 %
P e ru b a h a n k e se im b a n g a n d a ri
m e m b ra n e s e l n e u tro n
d ifu si io n K + d a n N a +
L e p a s m u a ta n listrik y a n g b e sa r K e ja n g
N e u ro tra n sm itte r
M e lu a s k e se lu ru h tu b u h
K e ja n g d e m a m
P e n u ru n a n K e ru s a k a n le b ih D a ri 1 5 m e n it K e le m a h a n K u ra n g in fo rm a si
K o n d isi tu b u h n e u ro tra n sm itte r te n ta n g p e n y a k itn y a
C em as pada K e h ila n g a n k o o rd in a si
anak O to t b e sa r & k e c il
( S u m b e r: N g a stiy a h , 1 9 9 7 )
35
J. Diagnosa Keperawatan.
2000, hal 21 ).
( Doenges, 1999 ).
K. Fokus Intervensi.
2000, hal 21 ).
Kriteria hasil : Suhu tubuh normal, klien tidak demam, pasien tampak
nyaman
Intervensi:
a. Kaji tanda dan gejala adanya peningkatan suhu tubuh dan penyebabnya
36
b. Monitor TTV, suhu, tiap 4 jam sekali.
yang banyak.
1997: 236 )
Kriteri hasil: Kerusakan sel otak tidak terjadi, komplikasi tidak terjadi, tidak
Intervensi:
selama kejang.
Rasional: Meningkatkan aliran darah agar tidak terjadi cidera kepala atau
komplikasi lain.
37
b. Longgarkan pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen.
c. Masukkan spatel ke lidah atau jalan nafas buatan dan gulungan benda
Intervensi:
Rasional : Berbagai obat dan stimulasi lain seperti: kurang tidur atau
38
b. Pertahankan bantalan lunak pada penghalang tempat tidur yang terpasang
keadan normal.
cara perawatannya.
khususnya di rumah
39
Intervensi
perlunya pengobatan atau penanganan dalam jangka waktu yang tepat dan
indikasi.
b. Berikan petunjuk yang jelas pada klien dan keluarganya untuk minum obat
untuk klien dan keluarga dalam memberi tahu tentang perawatan dan
pemberian obat.
khusus.
Kriteria hasil : anak kooperatif dan tidak rewel dapat istirahat dengan
tenang .
40
Intervensi:
41