PENDAHULUAN
2. Sekretariat memiliki beberapa tugas pokok untuk membantu kerja Kadin dalam
menyelenggarakan pelayanan, perencanaan, mengendalikan, memantau,
mengevaluasi program, aset, dan pengembangan dalam bidang medis serta
melakukan pembinaan administrasi. Sekretariat atau sekretaris membawahi
beberapa kepala sub bagian yaitu:
3. Kepala Bidang Layanan Medik & Farmasi memiliki tugas untuk membantu
Kadin melaksanakan kegiatan pelayanan medis dasar, pelayanan rujukan,
atau pelayanan khusus. Kepala bidang layanan kesehatan membawahi
beberapa seksi yaitu: Seksi Layanan Medik Dasar, Rujukan, Spesialis
Seksi Farmasi dan Makanan & Minuman
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Dinas Kesehatan Kabupaten Tana Toraja pada
tanggal 21-19 april 2018. Dalam lingkup wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Tana
Toraja, seorang Apoteker memiliki tugas yang cukup banyak terutama dalam hal yang
berhubungan dengan pengadaan obat dan alat kesehatan, perijinan dan pembinaan terkait
kefarmasian, perijinan dan pembinaan terkait makanan dan minuman, serta pembinaan dan
pengawasan kegiatan kefarmasian di UPT seperti Puskesmas.
Selama kegiatan PKL berlangsung, mahasiswa mendapatkan pengetahuan lebih
mengenai kegiatan yang dilakukan di Dinas Kesehatan dengan ikut serta dalam beberapa
kegiatan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Koordinator Farmasi Makanan dan
Minuman (Farmamin) di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Beberapa kegiatan yang
dilakukan diantaranya yaitu:
1. Mengikuti kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) obat bersama tim Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas Unit Farmamin ke Puskesmas yang ada di Kabupaten
Banyumas Yaitu Puskesmas II Sokaraja, Puskesmas Somagede. Kegiatan ini rutin
dilakukan 2 kali setiap tahun untuk memantau dan mengevaluasi penggunaan,
penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas dan sub unitnya serta
kegiatan administrasinya. Dalam kegiatan ini tim dari Unit Farmasi DKK akan melihat
cara penyimpanan obat-obatan, mengecek obat-obatan yang sudah atau hampir
kadaluarsa, memeriksa buku kegiatan harian, buku penggunaan obat dan menyesuaikan
antara sisa stok yang tertulis dengan fisik yang ada, serta parameter-parameter lain yang
terdapat dalam lembar monitoring dan evaluasi. Dan hasil dari kegiatan monev tersebut
antara lain di gudang tidak ada pengatur suhu ruangan & tidak ada AC, belum ada
lemari narkotik seharusnya lemari narkotik ada walaupun tidak menyediakan obat
narkotik, tidak ada ruangan konseling, tidak ada etiket biru dan plastik, dokumentasi
untuk obat rusak dan ED belum tersedia. Tindak lanjut dari kegiatan ini yaitu dengan
dilakukan pembinaan bersama selama tidak melakukan pelanggaran. Namun apabila
ada indikasi pelanggara, maka dipanggil dan disuruh membikin surat pernyataan.
Apabila masih tetap, maka diberi surat peringatan (SP 1, SP 2, dst).
2. Mengikuti kegiatan monitoring dan evaluasi (Monev) bersama tim Dinas Kesehatan
Kab. Pemalang Unit Farmamin ke Apotek Whotara dan Apotek Menmari. Kegiatan
monev di apotek dilakukan sesuai dengan target program kerja yang telah ditetapkan.
Kegiatan ini bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi terhadap pendistribusian,
penyimpanan dan pengelolaan obat serta bahan medis habis pakai yang di apotek.
Evaluasi yang dilakukan antara lain yaitu melakukan pengecekan terhadap distributor
obat dan alkes apakah merupakan distributor resmi atau untuk beberapa apotek cabang
distribusi obat dilakukan sendiri atau dari apotek induk. Untuk penandatanganan surat
pesanan dan fraktur ditandatangani oleh apoteker masing-masing apotek. Kemudian
pemasangan SOP pada apotek masih belum disiplin. Karena keseluruhan apotek yang
kami datangi masih belum memasang SOP. Beberapa apotek sudah menggunakan
sistem komputerisasi sehingga memudahkan pengecekan. Secara umum hasil dari
kegiatan tersebut yaitu kurangnya kebersiahan di Apotek dan ditemukan obat ED yang
masih bercampur dengan obat yang belum ED.
3. Mengikuti pengawasan makanan dan jajanan SD bersama tim Dinas Kesehatan Kab.
Pemalang Unit Farmamin ke SD N 2 Pliken. Dalam kegiatan ini ditemukan produk
makanan buatan sendiri yang belum ada PIRT. Oleh karena itu disarankan untuk
mengajukan PIRT untuk makanan atau produk yang dibuat sendiri oleh ibu-ibu. Syarat
pengajuan PIRT yaitu melakukan pelatihan di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas
untuk mendapatkan sertifikat PKP. Pelatihan tersebut diadakan setiap bulan, biasanya
pada akhir bulan.
Tugas lain Apoteker di Dinas Kesehatan adalah :
1. Registrasi dan Perijinan Bidang Kefarmasian.
Registrasi, izin praktik, dan izin kerja tenaga kefarmasian diatur dalam
Permenkes No 889/Menkes/PER/V/2011, beberapa hal yang diatur dalam permenkes
tersebut adalah setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian
wajib memiliki STRA (surat tanda registrasi apoteker) dan STRTTK (Surat Tanda
Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian).
STRA (surat tanda registrasi apoteker) dikeluarkan oleh KFN (Komite Farmasi
Nasional), sedangkan STRTTK dikeluarkan oleh kepala dinas kesehatan propinsi,
STRA maupun STRTTK berlaku selama 5 tahun dan apoteker maupun tenaga teknis
kefarmasian wajib melakukan registrasi ulang STRA atau STRTTK minimal 6 bulan
sebelum habis masa berlakunya.
Adapun syarat-syarat memperoleh STRA yaitu :
a. Ijazah apoteker
b. Sertifikat kompetensi profesi
c. Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji apoteker
d. Surat keterangan sehat
e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi
Sertifikat kompetensi profesi dikeluarkan oleh organisasi profesi setelah lulus uji
kompetensi. Sertifikat kompetensi ini berlaku selama 5 tahun, namun bagi Apoteker
yang baru lulus pendidikan profesi dianggap telah lulus uji kompetensi dan dapat
memperoleh sertifikat kompetensi profesi secara langsung.
1) Disusun dengan sistem modifikasi FIFO artinya obat atau barang dengan tanggal
produksi lebih awal dikeluarkan lebih dahulu (obat atau barang yang tanggal
produksinya lebih awal diletakkan di bagian depan atau atas dari tanggal
produksinya belakangan.
2) Obat atau barang dalam jumlah sedikit diletakkan atau disusun dalam rak secara
rapi.
3) Obat atau barang dalam jumlah besar (banyak) dilletakkan atau disusun diatas
palet.
4) Obat-obatan jenis antibiotik disimpan dalam ruang ber-AC.
5) Obat-obatan jenis injeksi dan suppositoria sedapat mungkin disimpan dalam
kulkas atau minimal ruang ber-AC.
6) Obat yang sudah berusia 5 (lima) tahun atau lebih dihitung dari tanggal
produksinya harus dikeluarkan dari stok (dianggap obat ED).
3. SOP Pengeluaran Barang
a. Daftar permintaan obat (LPLPO atau PKO) dari puskesmas harus sudah diterima di
UPKF sesuai jadwal yang telah ditentukan UPKF. Untuk obat program dan alkes
sesuai ketentuan dari DKK. Untuk permohonan obat diluar UPT DKK Banyumas
harus ada persetujuan dari kepala DKK Banyumas.
b. Mengalokasikan jumlah obat yang akan diberikan dengan metode konsumsi + buffer
25% dengan memperhatikan sisa stok di gudang. Kemudian langsung dilakukan
pencatatan (pengurangan) pada kartu stok meja.
c. Dokumen LPLPO atau PKO yang telah ada alokasi jumlah pemberitahuannya,
diserahkan kepada petugas gudang obat untuk disiapkan obatnya. Form LPLPO
dapat dilihat pada lampiran 1. Form Permintaan Kekurangan Obat (PKO) dapat
dilihat pada lampiran 2.
d. Petugas gudang obat menyiapkan obat sesuai jumlah pemberian yang telah tertulis
pada LPLPO atau PKO.
e. Bila petugas gudang memberikan obat atau barang tidak sesuai atau tidak sama
dengan yang tertulis pada LPLPO harus segera dikonfirmasikan untuk disesuaikan
kembali.
f. Setelah semua obat selesai disiapkan, dokumen LPLPO/PKO diserahkan ke petugas
pencatat kartu stok gudang untuk dicatat pengeluarannya. Setelah selesai dicatat
pada kartu stok gudang, kemudian dilakukan pencatatan pada kartu stok meja.
g. Dokumen LPLPO/PKO atau dokumen lainnya yang telah selesai diproses, dientry ke
komputer. Kemudian diarsipkan pada file barang keluar.