Oleh :
TANA TORAJA
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah “Bahan
Tambahan Makanan Pengawet” tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan
ini Penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen
Pembimbing dan semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya, untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, atas kritik
dan sarannya, Penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan tambahan makanan dikenal istilah BTM adalah bahan atau campuran bahan secara
alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambah kedalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa,
anti gumpal, pemucat dan pengental. Bahan tambahan makanan untuk membuat makanan tampak
lebih berkualitas, lebih menarik, serta rasa dan teksturnya lebih sempurna. Zat-zat itu
ditambahkan dalam jumlah sedikit, namun hasilnya memuaskan bagi produsen maupun
konsumen.
BTM ternyata sudah lama digunakan dalam pengawetan makanan, apalagi penggunanya
sering dijumpai. Penggunaan bahan tambahahan makanan atau zat adiktif makanan didefinisikan
sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk
meningkatkan mutu. Di sini bahan tambahan makanan atau zat adiktif makanan sudah termasuk:
pewarna, penyedap, pengawet, pemantap, antioksidan, pengemulsi, penggumpal, pemucat,
pengental dan anti gumpal.
BTM atau zat adiktif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses
produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat adiktif dalam
makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk
mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan. Bahan
adiktif yang diberikan pada makanan dengan tujuan untuk menambah nilai gizi, misalnya yodium
yang diberikan kedalam garam dapur, vitamin D yang ditambahkan kedalam susu, vitamin C yang
ditambahkan kedalam minuman, vitamin A yang diberikan kedalam mentega. Kalsium yang
diberikan kedalam biskuit dan lain-lain.
Bahan Tambahan Makanan alami yang berasal dari tumbuah-tumbuhan tidak
menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Bahan Tambahan Makanan
bukan alami dikenal dengan istilah zat adiktif sintesis, yang bahan baku pembuatannya adalah
dari zat-zat kimia yang kemudian direaksikan. Zat adiktif sintesis yang berlebihan dapat
menimbulkan beberapa efek samping, misalnya gatal-gatal dan kanker.
Sesungguhnya yang menjadi masalah dalam penggunaan adiktif makanan di Indonesia
sehingga timbulnya bahaya bagi konsumen terutama karena penggunaan bahan-bahan kimia yang
tidak semestinya. Sebagai contoh, penggunaan pewarna tekstil untuk makanan, penggunaan
bahan kimia bukan adiktif makanan sebagai pengawet, contohnya formalin, borax, terusi dan
sebagainya.
1.2 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian Bahan Tambahan Makanan
2. Mengetahui fungsi dan tujuan Bahan Tambahan Makanan
3. Mengetahui pengertian dan tujuan dari pengawet
4. Mengetahui batasan maksimum bahan tambahan pengawet
5. Mengetahui pengawet yang di larang digunakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.3 Pengawet
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk memperpanjang masa simpan bahan makanan yang
mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat proses degradasi
bahan pangan terutama yang disebabkan oleh faktor biologi. Penggunaan pengawet dalam
makanan harus tepat, baik jenis maupun dosisnya. Suatu bahan pengawet mungkin efektif untuk
mengawetkan makanan tertentu, tetapi tidak efektif untuk mengawetkan makanan lainnya karena
makanan mempunyai sifat yang berbeda-beda sehingga mikroba perusak yang akan dihambat
pertumbuhannya juga berbeda. Zat pengawet dibedakan menjadi pengawet oganik dan anorganik.
1. Zat Pengawet Organik
Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, hidrogen
peroksida, nitrat dan nitrit. Selain sebagai pengawet sulfit dapat berinteraksi dengan gugus
karbonil. Hasil reaksi itu akan mengikat melanoidin sehingga mencegah timbulnya warna
coklat. Sulfur dioksida berfungsi sebagai anti oksidan dan meningkatkan daya kembang
terigu.
Garam nitrat dan nitrit digunakan pada proses curing daging untuk memperoleh
warna yang baik dan mencegah pertumbuhan mikroba seperti clostridum botulinum.
Selain nitrit, ada juga bahan pengawet alami yang lain, seperti :
a. Gula merah: Selain sebagai pemanis gula merah juga bersifat mengawetkan seperti
halnya gula tebu.
b. Garam: Garam merupakan pengawet alami yang banyak dihasilkan dari penguapan air
laut. Ikan asin dapat bertahan hingga berbulan-bulan karena pengaruh garam.
c. Kunyit: Kunyit, selain sebagai pewarna, juga berfungsi sebagai pengawet. Dengan
penggunaan kunyit, tahu atau nasi kuning menjadi tidak cepat basi.
d. Kulit kayu manis: Di beberapa tempat di belahan Kulit kayu manis merupakan kulit
kayu yang berfungsi sebagai pengawet karena banyak mengandung asam benzoat.
Selain itu, kayu manis juga berfungsi sebagai pemanis dan pemberi aroma.
e. Cengkih : Cengkih merupakan pengawet alami yang dihasilkan dari bunga tanaman
cengkih. Selain sebagai pengawet, cengkih juga berfungsi sebagai penambah aroma.
2. Zat Pengawet Anorganik
Zat kimia yang sering dipakai sebagai bahan pengawet adalah asam sorbat, asam
propionat, asam benzoat, asam asetat, dan epoxida.
a. Benzoat: Benzoat banyak ditemukan dalam bentuk asam benzoat maupun natrium
benzoat (garamnya). Berbagai jenis soft drink (minuman ringan), sari buah, nata
de coco, kecap, saus, selai, dan agar-agar diawetkan dengan menggunakan bahan
jenis ini.
b. Sulfit: Bahan ini biasa dijumpai dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit.
Potongan kentang, sari nanas, dan udang beku biasa diawetkan dengan
menggunakan bahan ini.
c. Propil galat: Digunakan dalam produk makanan yang mengandung minyak atau
lemak dan permen karet serta untuk memperlambat ketengikan pada sosis. Propil
galat juga dapat digunakan sebagai antioksidan.
d. Garam nitrit: Garam nitrit biasanya dalam bentuk kalium atau natrium nitrit.
Bahan ini terutama sekali digunakan sebagai bahan pengawet keju, ikan, daging,
dan juga daging olahan seperti sosis, atau kornet, serta makanan kering seperti kue
kering. Perkembangan mikroba dapat dihambat dengan adanya nitrit ini. Misalnya,
pertumbuhan clostridia di dalam daging yang dapat membusukkan daging.
e. Asam asetat: Asam asetat dikenal di kalangan masyarakat sebagai asam cuka.
Bahan ini menghasilkan rasa masam dan jika jumlahnya terlalu banyak akan
mengganggu selera karena bahan ini sama dengan sebagian isi dari air keringat
kita. Asam asetat sering dipakai sebagai pelengkap ketika makan acar, mi ayam,
bakso, atau soto. Asam asetat mempunyai sifat antimikroba. Makanan yang
memakai pengawet asam cuka antara lain acar, saos tomat, dan saus cabai.
f. Propianat: Jenis bahan pengawet propianat yang sering digunakan adalah asam
propianat dan garam kalium atau natrium propianat. Propianat selain menghambat
kapang juga dapat menghambat pertumbuhan bacillus mesentericus yang
menyebabkan kerusakan bahan makanan. Bahan pengawetan produk roti dan keju
biasanya menggunakan bahan ini.
g. Sorbat: Sorbat yang terdapat di pasar ada dalam bentuk asam atau garam
sorbat.Sorbat sering digunakan dalam pengawetan margarin, sari buah, keju,
anggur, dan acar. Asam sorbat sangat efektif dalam menekan pertumbuhan kapang
dan tidak memengaruhi cita rasa makanan pada tingkat yang diperbolehkan.
II.4 Tujuan Penggunaan Bahan Pengawet
Secara umum penambahan pengawet pada penambahan bahan pangan bertujuan sebagai
berikut :
a. Menghambat mikroba pembusuk pada pangan, baik yang bersifat patogen maupun yang
tidak bersifat patogen.
b. Memperpanjang umur simpan pangan.
c. Tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa dan bau bahan pangan yang diawetkan.
d. Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah.
e. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak
memenuhi persyaratan.
f. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.
II.7 SANKSI
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan ini dapat dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan secara tertulis;
b. larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk penarikan kembali
dari peredaran;
c. perintah pemusnahan, jika terbukti tidak memenuhi persyaratan keamanan atau mutu;
dan/atau
d. pencabutan izin edar.
b. boraks
Borak merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai industri non pangan,
khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Namun saat ini banyak pula
digunakan oleh para pembuat dan penjual bakso, mie ayam, dan berbagai jenis makanan lainnya.
Penambahan ini bertujuan agar produk makanan tersebut memiliki sifat tekstur lebih kenyal
sehingga menambah sensasi kenikmatan ketika disantap (Saifudin, 2008). Di industri farmasi
boraks digunakan sebagai ramuan bahan baku obat seperti bedak, larutan kompres, obat oles
mulut, semprot hidung, salep dan pencuci mata. Bahan hasil industri farmasi tersebut tidak boleh
diminum karena beracun (Winarno, 1997). Boraks digunakan oleh masyarakat dan industri kecil
untuk pembuatan gendar, kerupuk rambak tiruan, mie dan bakso. Boraks secara local dikenal
sebagai air bleng atau cetitet, garam bleng atau pijer. Boraks sebetulnya sudah dilarang
penggunaannya oleh pemerintah sejak Juli 1978 dan diperkuat lagi melalui SK Menteri Kesehatan
RI No.722/Menkes/Per/Per/IX/1988 (Winarno, 1997). Boraks sangat bahaya jika terhirup,
mengenai kulit, mata dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa iritasi pada saluran
pencernaan, iritasi pada kulit dan mata, mual, sakit kepala, nyeri hebat pada perut bagian atas.
Jika dikonsumsi dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan ginjal, kegagalan sistem
sirkulasi akut bahkan kematian. Konsumsi boraks 5-10 gram oleh anak-anak dapat menyebabkan
shock dan kematian. Beberapa penyalah gunaan boraks dalam pangan diantaranya bakso, cilo
Batas
No. Maksimum
Kategori Kategori Pangan (mg/kg)
Pangan dihitung sebagai
asam sorbat
01.1.1 Susu dan buttermilk (plain) 1000
Batas
No. Maksimum
Kategori Kategori Pangan (mg/kg)
Pangan dihitung sebagai
asam sorbat
Batas
Maksimum
No.
(mg/kg)
Kategori Kategori Pangan
dihitung
Pangan
sebagai asam
benzoat
01.7 Makanan pencuci mulut berbahan 200
dasar susu (misalnya puding,
yoghurt berperisa atau yoghurt
dengan buah)
02.2.1.2 Margarin dan produk sejenis 1000
02.2.1.3 Campuran margarin dan mentega 1000
(blends of butter and margarine)
02.2.2 Emulsi yang mengandung lemak 1000
kurang dari 80%
02.3 Emulsi lemak tipe emulsi minyak 1000
dalam air, termasuk produk
campuran emulsi lemak dengan
atau berperisa
02.4 Makanan pencuci mulut berbasis 1000
lemak tidak termasuk makanan
pencuci mulut berbasis susu dari
kategori 01.7
04.1.2.5 Jem, jeli dan marmalad 200
04.1.2.6 Produk oles berbasis buah 1000
(misalnya chutney) tidak termasuk
produk pada kategori 04.1.2.5
04.1.2.8 Bahan baku berbasis buah, 1000
meliputi bubur buah, pure, topping
buah dan santan kelapa
04.1.2.9 Makanan pencuci mulut (dessert) 200
berbasis buah termasuk makanan
pencuci mulut berbasis air berflavor
buah
04.1.2.10 Produk buah fermentasi 500
04.1.2.11 Produk buah untuk isi pastri 500
04.1.2.12 Buah yang dimasak 350
04.2.2.5 Pure dan produk oles sayur, kacang 500
dan biji-bijian (misalnya selai
kacang)
04.2.2.6 Bahan baku dan bubur (pulp) 500
sayur, kacang dan biji-bijian
(misalnya makanan pencuci mulut
Batas
Maksimum
No.
(mg/kg)
Kategori Kategori Pangan
dihitung
Pangan
sebagai asam
benzoat
dan saus sayur, sayur bergula)
tidak termasuk produk dari kategori
04.2.2.5
No. Batas
Kategori Kategori Pangan Maksimum
Pangan (mg/kg)
04.1.2.5 Jem, jeli dan marmalad 1000
No. Batas
Kategori Kategori Pangan Maksimum
Pangan (mg/kg)
04.1.2.3 Buah dalam cuka, minyak dan larutan garam 250
04.1.2.5 Jem, jeli dan marmalad 1000
06.4.1 Pasta dan mi mentah serta produk sejenisnya 500
06.4.3 Pasta dan mi pra-masak serta produk sejenis 250
12.2.2 Bumbu dan kondimen 600
12.6.2 Saus non-emulsi (misalnya, saus tomat, saus 1000
keju, saus krim, gravi coklat)
12.6.4 Saus bening (misalnya kecap ikan) 1000
12.9.2.1 Saus kedelai fermentasi 600
12.9.2.2 Saus kedelai non-fermentasi 600
12.9.2.3 Saus kedelai lainnya 250
12.10 Protein produk 600
14.1.2.1 Sari buah 1000
14.1.2.2 Sari sayur 1000
14.1.5 Kopi, kopi substitusi, teh, seduhan herbal, dan 450
minuman biji-bijian dan sereal panas, kecuali (untuk
cokelat produk-
produk cair
siap minum)
5. Sulfit (Sulphites)
Belerang dioksida (Sulphur dioxide)
INS. 220
ADI : 0–0,7 mg/kg berat badan
Sinonim : -
Fungsi lain : -
Batas
Maksimum
No.
(mg/kg)
Kategori Kategori Pangan
dihitung
Pangan
sebagai residu
SO2
04.1.1.2 Buah utuh segar dengan permukaan diberi 30
perlakuan
04.1.2.2 Buah kering 100
04.1.2.3 Buah dalam cuka, minyak dan larutan 100
garam
04.1.2.5 Jem, jeli dan marmalad 50
04.1.2.6 Produk oles berbasis buah (misalnya 100
chutney) tidak termasuk produk pada
kategori 04.1.2.5
04.1.2.7 Buah bergula 100
04.1.2.8 Bahan baku berbasis buah, meliputi bubur 100
buah, pure, topping buah dan santan kelapa
04.1.2.9 Makanan pencuci mulut (dessert) berbasis 100
buah termasuk makanan pencuci mulut
berbasis air berflavor buah
04.1.2.10 Produk buah fermentasi 100
04.1.2.11 Produk buah untuk isi pastri 50
04.2.2.1 Sayur, kacang dan biji-bijian beku 50
04.2.2.2 Sayur, rumput laut, kacang, dan biji-bijian 100
kering
4.2.2.3 Sayur dan rumput laut dalam cuka, 100
minyak, larutan garam atau kecap kedelai
04.2.2.5 Pure dan produk oles sayur, kacang dan 300
biji-bijian (misalnya selai kacang)
04.2.2.6 Bahan baku dan bubur (pulp) sayur, kacang 200
dan biji-bijian (misalnya makanan pencuci
mulut dan saus sayur, sayur bergula) tidak
termasuk produk dari kategori 04.2.2.5
04.2.2.7 Produk fermentasi sayuran (termasuk 100
jamur, akar dan umbi, kacang dan aloe
vera) dan rumput laut, tidak termasuk
kategori pangan 12.10
04.2.2.8 Sayur dan rumput laut yang dimasak 200
05.4 Dekorasi (misalnya untuk bakery), topping 100
(non-buah) dan saus manis
06.2 Tepung dan pati 70
Batas
Maksimum
No.
(mg/kg)
Kategori Kategori Pangan
dihitung
Pangan
sebagai residu
SO2
06.4.3 Pasta dan mi pra-masak serta produk 20
sejenis
07.2.1 Keik, kukis dan pai (isi buah atau 50
custard,vla)
09.4 Ikan dan produk perikanan awet, meliputi 200
ikan dan produk perikanan yang (tidak termasuk
dikalengkan atau difermentasi, termasuk yang
moluska, krustasea dan ekinodermata dikalengkan)
11.1.2 Tepung gula, tepung dekstrosa 15
11.1.3 Gula putih lunak (soft white sugar), gula 20
merah lunak (soft brown sugar), sirup
glukosa, sirup glukosa kering (dried glucose
syrup), gula pasir mentah
11.1.5 Gula kristal putih 15
11.2 Gula merah, tidak termasuk dalam kategori 40
pangan 11.1.3
11.4 Gula dan sirup lainnya (misal xilosa, sirup 40
maple, gula hias). Termasuk semua jenis
sirup meja (misal sirup maple), sirup untuk
hiasan produk bakeri dan es (sirup karamel,
sirup beraroma) dan gula untuk hiasan kue
(contohnya kristal gula berwarna untuk
kukis)
12.2 Herba, rempah, bumbu dan kondimen 200
(misalnya bumbu mi instan)
12.3 Cuka makan 100
12.4 Mustard 250
(kecuali
penggunaan
untuk mustard
dijon 500
mg/kg)
12.6 Saus dan produk sejenis 300
12.9.2.3 Saus kedelai lainnya 300
14.1.2.3 Konsentrat sari buah 50
14.1.2.4 Konsentrat sari sayur 50
14.1.3.3 Konsentrat nektar buah 50
14.1.3.4 Konsentrat nektar sayur 50
14.2 Minuman beralkohol, termasuk minuman 50
serupa yang bebas alkohol atau rendah
alkohol
Batas
Maksimum
No.
(mg/kg)
Kategori Kategori Pangan
dihitung
Pangan
sebagai residu
SO2
15.1 Makanan ringan – berbahan dasar kentang, 50
umbi, serealia, tepung atau pati (dari umbi
dan kacang)
6. Nisin (Nisin)
INS. 234
ADI : 0 - 33000 unit/kg berat badan
Sinonim : Nisin preparation
Fungsi lain : -
No. Batas
Kategori Kategori Pangan Maksimum
Pangan (unit)
01.6 Keju dan keju analog 11250 setara
dengan 12.5
mg/kg
7. Nitrit (Nitrites)
Kalium nitrit (Potassium nitrite)
INS. 249
ADI : 0– 0,06 mg/kg berat badan
Sinonim : -
Fungsi lain : -
No. Batas
Kategori Kategori Pangan Maksimum
Pangan (mg/kg)
01.6 Keju dan keju analog 20
08.2 Produk olahan daging, daging unggas dan 30
daging hewan buruan, dalam bentuk utuh
atau potongan
No. Batas
Kategori Kategori Pangan Maksimum
Pangan (mg/kg)
08.3 Produk-produk olahan daging, daging 30
unggas dan daging hewan buruan yang
Dihaluskan
8. Nitrat (Nitrates)
Natrium nitrat (Sodium nitrate)
INS. 251
ADI : 0– 3,7 mg/kg berat badan
Sinonim : Chile saltpetre; cubic or soda nitre
Fungsi lain : -
No. Batas
Kategori Kategori Pangan Maksimum
Pangan (mg/kg)
01.6 Keju dan keju analog 50
08.2 Produk olahan daging, daging unggas dan
daging hewan buruan dalam bentuk utuh 50
atau potongan
08.3 Produk-produk olahan daging, daging
unggas dan daging hewan buruan yang 50
Dihaluskan
Batas
No. Maksimum
Kategori Kategori Pangan (mg/kg)
Pangan dihitung
sebagai asam
01.1.2 Minuman berbasis susu yang berperisa dan
atau difermentasi contohnya susu coklat,
2500
eggnog, minuman yoghurt, minuman
berbasis whey)
01.6.4 Keju olahan 2000
02.2.2 Emulsi yang mengandung lemak kurang
2000
dari 80%
04.1.2.5 Jem, jeli dan marmalad 1000
04.1.2.6 Produk oles berbasis buah (misalnya
chutney) tidak termasuk produk pada 2000
kategori 04.1.2.5
07.0 Produk bakeri 2000
12.6.1 Saus teremulsi (misalnya mayonais, salad
2000
dressing)
14.1.2 Sari buah dan sari sayuran 2000
10. Lisozim hidroklorida (Lysozyme hydrochloride)
INS. 1105
ADI : Tidak dinyatakan (not specified)
Sinonim : -
Fungsi lain : -
No. Batas
Kategori Kategori Pangan Maksimum
Pangan (mg/kg)
01.6.2 Keju peram CPPB
14.2.2 Cider dan Perry 500
14.2.3 Anggur 500
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam
makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan teribat dalam proses pengolahan,
pengemasan, dan atau penyimpanan.
2. Pengawet (Preservative) adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau
menghambat fermentasi, pengasaman, penguraian, dan perusakan lainnya terhadap
pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
3. BTM pengawet yang dilarang untuk digunakan adalah boraks dan formalin
DAFTAR PUSTAKA
Anggrahini, Sri. 2008. Keamanan Pangan Kaitannya dengan Penggunaan Bahan Tambahan
dan Kontaminan. Diakses di : http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/732_pp0906016.pdf