Case Report
Case Report
HEMOPTISIS
Disusun oleh:
AMANDA PUTRI
1102014017
M. IZAG FALDI
1102012177
Pembimbing:
dr. Yahya, SpP
II. Anamnesis
Autoanamnesis, dilakukan di ruang Parkit I
A. Keluhan Utama
Batuk disertai dengan muntah darah sejak seminggu yang lalu
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan batuk kering disertai darah sejak seminggu
sebelum masuk rumah sakit. Keluhan batuk pasien makin bertambah serta terus
mengeluarkan darah. Darah yang dikeluarkan berwarna merah segar dan kalau
ditampung sebanyak 240ml. Selain batuk, pasien sempat demam selama seminggu
dan mengeluh nyeri dada. Pasien merasa sesak yang dirasakan sejak 2 minggu yang
lalu. Sesak hilang timbul dan paling sering timbul menjelang maghrib. Keluhan lain
adalah, pasien merasa lemas dan nafsu makan menurun. Riwayat buang air kecil
normal dan buang air besar tidak terlalu lancar dalam batas normal. Pasien merupakan
perokok aktif dan mulai merokok sejak tahun 1994 sampai sekarang dan dapat
menghabiskan lebih dari 1 bungkus dalam satu hari.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah merasakan sakit seperti ini sebelumnya.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan yang sama tidak terdapat pada anggota keluarga lainnya. Riwayat
penyakit hipertensi. Tekanan darah tertinggi ±170 mmHg.
E. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat maupun makanan.
F. Anamnesis Sistem Organ Tubuh
Kulit: Tidak ada keluhan
Kepala: Rambut berwarna hitam
Mata: Tidak ada kelainan
Telinga: Tidak ada kelainan
Hidung: Tidak ada kelainan
Mulut: Tidak ada kelainan
Leher: Tidak ada kelainan
Toraks: Tidak ada kelainan
Abdomen: Perut supel, tidak ada kelainan
Saluran kemih: BAK lancar, BAB kurang lancar
G. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Baik
Kesadaran: Composmentis
Tekanan darah:110/70 mmHg
Nadi: 83x/menit
Suhu: 37°C
Mata : Exophthalmus :-/-
: Endophtalmus :-/-
: Kelopak mata : Tidak ada kelainan
: Conjungtiva Anemis : +/ +
: Sklera Ikterik :-/-
Pulmo (depan) : Inspeksi : Gerakan statis dan dinamis pada kedua
hemitoraks,
Tidak tampak adanya sikatrik,
hematoma, udem, massa, deformitas,
dan fraktur pada kedua hemitoraks.
Tidak terlihat pengunaan otot nafas
tambahan.
: Palpasi : Taktil dan Vokal Fremitus kanan
simetris
I. HEMOPTOSIS
Definisi
Batuk darah merupakan suatu gejala atau tanda dari suatu penyakit infeksi.
Volume darah yang dibatukkan bervariasi dan dahak bercampur darah dalam jumlah
minimal hingga masif, tergantung laju perdarahan dan lokasi perdarahan. Batuk darah
atau hemoptisis adalah ekspektorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di
bawah laring, atau perdarahan yang keluar melalui saluran napas bawah laring.
Sumber perdarahan hemoptisis dapat berasal dari sirkulasi pulmoner atau
sirkulasi bronkial. Sirkulasi pulmoner memperdarahi alveol dan duktus alveol, sistem
sirkulasi ini bertekanan rendah dengan dinding pembuluh darah yang tipis. Sirkulasi
bronkial memperdarahi trakea, bronkus utama sampai bronkiolus dan jaringan
penunjang paru, esofagus, mediastinum posterior dan vasa vasorum arteri pulmoner.
Sirkulasi bronkial ini terdiri dari arteri bronkialis dan vena bronkialis. Asal anatomis
perdarahan berbeda tiap proses patologik tertentu: (a). bronkitis akibat pecahnya
pembuluh darah superfisial di mukosa, (b) TB paru akibat robekan atau ruptur
aneurisma arteri pulmoner (dinding kaviti “aneurisma Rassmussen”). atau akibat
pecahnya anastomosis bronkopulmoner atau proses erosif pada arteri bronkialis, (c)
infeksi kronik akibat inflamasi sehingga terjadi pembesaran & proliferasi arteri
bronchial misal : bronkiektasis, aspergilosis atau fibrosis kistik,(d) kanker paru akibat
pembuluh darah yg terbentuk rapuh sehingga mudah berdarah (Menaldi Rasmin,
2009).
Tingkat kegawatan dari hemoptisis ditentukan oleh tiga faktor:
Terjadi afiksia akibat bekuan darah di dalam saluran pernapasan. Kejadian ini
tergantung pada jumlah perdarahan yang terjadi, reflex batuk yang berkurang atau
efek psikis pasien.
Jumlah darah yang keluar dapat menyebabkan renjatan hipovolemik (hypovolemic
shock). Bila perdarahan cukup banyak, hemoptisis digolongkan ke dalam
hemoptisis masif.
Suatu infeksi yang terjadi beberapa jam atau hari setelah perdarahan akan
menyebabkan adanya pneumonia aspirasi. Keadaan ini merupakan keadaan gawat
karena bagian jalan napas dan bagian fungsionil paru tidak dapat berfungsi akibat
terjadinya obstruksi total.
Etiologi
Etiologi dari hemoptisis ini bervariasi, namun secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu penyakit saluran nafas, penyakit parenkimal, dan penyakit
vaskuler. Perdarahan dapat berasal dari pembuluh darah besar maupun kecil.
Perdarahan dari pemburuh darah kecil biasanya bersifat fokal atau difus alveolar,
paling sering disebabkan oleh penyakit imunologi, vaskulitis, kardiovaskular, dan
gangguan koagulasi. Penyebab perdarahan dari pembuluh darah besar biasanya
disebabkan oleh infeksi, kardiovaskular, kongenital, neoplasma, dan penyakit
vaskulitis. Namun penyebab tersering hemoptisis adalah bronkiektasis, tuberkulosis,
kanker, dan infeksi jamur. Perdarahan bisa berasal dari arteri pulmonal maupun arteri
bronkial. Sekitar 90% dari hemoptisis masif disebabkan oleh perdarahan dari arteri
bronkial karena memiliki tekanan yang lebih tinggi dibandingkan arteri pulmonal.
Hemoptisis dari arteri pulmonal dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan
nekrosis, seperti tuberkulosis, abses paru, aspergilosis, dan karsinoma (Telly Bahar,
2016).
Klasifikasi
a. Saluran napas
abses paru.
b. Sistem kardiovaskuler
c. Lain-lain
Disebabkan oleh benda asing, ruda paksa, penyakit darah seperti hemofilia,
Berdasarkan jumlah darah yang dikeluarkan maka hemoptisis dapat dibagi atas (2) :
1. Hemoptisis masif
Bila darah yang dikeluarkan adalah 100-160 cc dalam 24 jam.
- Bila perdarahan kurang dari 600 cc dan lebih dari 250 cc / 24 jam, akan
- Bila perdarahan lebih dari 600 cc / 24 jam dan Hb kurang dari 10 g%,
Kriteria dari jumlah darah yang dikeluarkan selama hemoptoe juga mempunyai
Oleh karena itu suatu nilai kegawatan dari hemoptoe ditentukan oleh :
· Apakah terjadi obstruksi total maupun parsial dari bronkus yang dapat
· Lamanya perdarahan.
kesadaran.
+ : batuk dengan perdarahan yang hanya dalam bentuk garis-garis dalam sputum
Positif satu dan dua dikatakan masih ringan, positif tiga hemoptisis sedang, positif
Patofisiologi
Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi
dari cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi pada
jaringan paru bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya
untuk pertukaran gas.
Patogenesis terjadinya batuk darah atau hemoptisis yang disebabkan oleh
berbagai penyakit yang mendasarinya pada prinsipnya hampir sama, yaitu bila terjadi
penyakit/kelainan pada parenkim paru, sistem sirkulasi bronkial atau pulmoner,
maupun pleura sehingga terjadi perdarahan pada kedua sistem sirkulasi tersebut;
1 Infeksi
1.1. Tuberkulosis
Ekspektorasi darah dapat terjadi akibat infeksi tuberkulosis yang masih aktif ataupun
akibat kelainan yang ditimbulkan akibat penyakit tuberkulosis yang telah sembuh.
Susunan parenkim paru dan pembuluh darahnya dirusak oleh penyakit ini sehingga
terjadi bronkiektasi dengan hipervaskularisasi, pelebaran pembuluh darah bronkial,
anastomosis pembuluh darah bronkial dan pulmoner.
Penyakit tuberkulosis juga dapat mengakibatkan timbulnya kaviti dan terjadi
pneumonitis tuberkulosis akut yang dapat menyebabkan ulserasi bronkus disertai
nekrosis pembuluh darah di sekitarnya dan alveoli bagian distal. Pecahnya pembuluh
darah tersebut mengakibatkan ekspektorasi darah dalam dahak, ataupun hemoptisis
masif.
Hemoptisis masif juga dapat terjadi pada bekas penderita tuberkulosis. Hal tersebut
dapat terjadi akibat erosi lesi kalsifikasi pada arteri bronkial sehingga terjadi
hemoptisis masif. Selain itu ekspektorasi bronkolit juga dapat menyebabkan
hemoptisis.
Diagnosis
Hal utama yang penting adalah memastikan apakah darah benar- benar bukan
dari muntahan dan tidak berlangsung saat perdarahan hidung. Hemoptisis sering
mudah dilacak dari riwayat. Dapat ditemukan bahwa pada hematemesis darah
berwarna kecoklatan atau kehitaman dan sifatnya asam. Darah dari epistaksis dapat
tertelan kembali melalui faring dan terbatukkan yang disadari penderita serta adanya
Untuk menegakkan diagnosis, seperti halnya pada penyakit lain perlu dilakukan
urutan-urutan dari anamnesis yang teliti hingga pemeriksaan fisik maupun penunjang
1. Anamnesis
mendapatkan data-data :
- Lamanya perdarahan
dan batuk
- Wheezing
Untuk membedakan antara batuk darah dengan muntah darah dapat digunakan
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dicari gejala/tanda lain di luar paru yang dapat
mendasari terjadinya batuk darah, antara lain : jari tabuh, bising sistolik dan
teleangiektasi. (5)
3. Pemeriksaan penunjang
Foto toraks dalam posisi AP dan lateral hendaklah dibuat pada setiap
perdarahannya. (5)
4. Pemeriksaan bronkoskopi
dalam membersihkan jalan napas dari bekuan darah serta mengambil benda
Penanganan
Pada umumnya hemoptoe ringan tidak diperlukan perawatan khusus dan
biasanya berhenti sendiri. Yang perlu mendapat perhatian yaitu hemoptisis yang
masif.
3. Menghentikan perdarahan
napas yang menyebabkan asfiksi. Bila terjadi afsiksi, tingkat kegawatan hemoptisis
paling tinggi dan menyebabkan kegagalan organ yang multipel. Hemoptisis dalam
jumlah kecil dengan refleks batuk yang buruk dapat menyebabkan kematian. Dalam
- Terapi konservatif
- Pasien harus dalam keadaan posisi istirahat, yakni posisi miring (lateral
decubitus). Kepala lebih rendah dan miring ke sisi yang sakit untuk
terjadi.
- Pemberian oksigen.
bronkoskopi.
2. Terapi pembedahan
pada perdarahan yang masif menurun dari 70% menjadi 18% dengan
tindakan operasi.
1. Apabila pasien mengalami batuk darah lebih dari 600 cc / 24 jam dan dalam
lebih dari 250 cc / 24 jam jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%,
serat lentur dengan posisi pada lokasi bronkus yang berdarah. Masukkan
larutan NaCl fisiologis pada suhu 4°C sebanyak 50 cc, diberikan selama
mm.