Anda di halaman 1dari 10

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at:


https://www.researchgate.net/publication/321124478

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH


TEMPERATUR UDARA LUAR DAN
KECEPATAN ANGIN MELINTASI KO....

Conference Paper · August 2017

CITATIONS READS

0 76

3 authors, including:

Jeri Tangalajuk Siang


Universitas Atma Jaya Makassar
8 PUBLICATIONS 6 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Performance of a single duct portable propane air conditioner View project

All content following this page was uploaded by Jeri Tangalajuk Siang on 17 November 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jeri Tangalajuk Siang, Febri Yanto, Heru Sawati, Studi Eksperiment Pengaruh Temperatur Udara Luar
dan Kecepatan Angin Melintasi Kondensor Terhadap Kinerja Mesin Pendingin

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR UDARA LUAR DAN


KECEPATAN ANGIN MELINTASI KONDENSOR TERHADAP KINERJA MESIN
PENDINGIN
Jeri Tangalajuk Siang1, Febri Yanto2, Heru Sawati3
1,2,3
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,Universitas Atma JayaMakassar
Jl.Tanjung Alang 23 Makassar 90244
Telp. (0411) 833395
E-mail: jeritsiang@uajm.ac.id

ABSTRAKS
Tekanan operasi kondensor memegang peranan penting dalam pengoperasian sebuah mesin pendingin. Untuk
menghindari pemakaian energi yang berlebih atau pemakaian energi yang tidak efisien yang ditandai dengan
menurunnya COP dari suatu mesin pendingin, tekanan operasi pada kondensor didesain dengan baik. Pada
penelitian ini ditampilkan variasi nilai tekanan kondensor yang diambil pada keadaan kapasitas pendinginan
tetap. Penelitian ini menggunakan refrigeran propane (R290) yang ramah lingkungan. Diperoleh bahwa
kecepatan udara melintasi kondensor mempunyai pengaruh terhadap naik turunnya tekanan operasi kondensor.
Apabila kecepatan udara melintasi kondensor dinaikkan dari 3.15 m/s menjadi 3.68 m/s pada temperatur udara
sekeliling kondensor 33ºC, tekanan kondensor akan turun dari 1.71 MPa menjadi 1.64 MPa (turun sebesar
4.1%), sedangkan pada temperatur udara sekeliling 35ºC, tekanan kondensor turun sebesar 0.1%. Perubahan
temperatur mempunyai pengaruh yang berkebalikan dengan kecepatan udara. Apabila naiknya kecepatan udara
akan menurunkan tekanan operasi kondensor, maka sebaliknya naiknya temperatur udara sekeliling akan
menaikkan tekanan operasi kondensor. Pada penelitian ini jika temperatur udara sekeliling naik dari 31ºC ke
35ºC, maka tekanan kondensor akan naik dari 1.64 MPa menjadi 1.73 MPa (6.1% kenaikan). Turunnya tekanan
kondensor menandakan bahwa pada saat tersebut COP mesin pendingin naik

Kata Kunci: tekanan kondensor, kecepatan udara, temperatur udara, COP

ABSTRACTS
Condenser operational pressure has an important role in air conditioner process. To avoid excess energy or
energy inefficiency which is signed by decrease in COP of an air conditioner, the condenser operational
pressure should be well designed. In this research, it will be presented and analysed variation of condenser
pressure at constant cooling capacity. Propane (R290) was used in this research as R290 is an environmentally
friendly refrigerant. It was found that condenser pressure is affected by air speed over the condenser. At 33ºC
surrounding temperature, the condenser pressure decreases from 1.71 MPa to 1.64 MPa when the air speed is
increased from 3.15 m/s to 3.68 m/s (decreases 4.1%). At 35ºC surrounding temperature, the condenser pressure
decreases 0.1% if the air speed over the condenser is increased from 3.15 m/s to 3.68 m/s. Contrary to the
increase in air speed over the condenser, increase in the surounding temperature increases the condenser
operational pressure. The condenser pressure increases from 1.64 MPa to 1.73 MPa (increases 6.1%) when the
surrounding temperature increases from 31ºC to 35ºC at 3.15 m/s air speed over the condenser. Decrease in
condenser pressure at constant cooling capacity increases COP of the air conditioner.

Key words: condenser pressure, air speed, air temperature, COP

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan refrigeran sintetik sekarang ini sudah mulai dibatasi karena pengaruh negatifnya terhadap
lingkungan hidup. Seperti kita ketahui bersama bahwa fluida kerja yang digunakan pada mesin pendingin saat ini
masih didominasi oleh fluida kerja atau refrigeran dari kelompok senyawa sintetik (Gartshore, 1997). Hal negatif
yang menjadi kendala penggunaan refrigeran sintetik adalah dapat merusak ozone dan menyebabkan pemanasan
glogal, seperti R22 yang walaupun produksinya sudah dihentikan, akan tetapi masih banyak dijumpai dipasaran.
Berita bagus dari perkembangan refrigeran adalah, refrigeran sintetik yang digunakan sekarang ini sudah
bersahabat dengan ozone dalam arti refrigeran ini tidak merusak lapisan ozone jika suatu waktu refrigeran ini
lepas ke udara terbuka. Akan tetapi refrigeran ini masih tetap mempunyai resiko yang tinggi terhadap pemanasan
global karena masih mempunyai nilai potensi pemanasan global yang tinggi seperti R410A, R407C atau R134a
(Teng et al., 2012). Olehnya itu, sampai sekarang ini usaha untuk mencari refrigeran lain yang bersahabat
dengan lingkungan terus dilakukan.
Salah satu refrigeran yang sangat bersahabat dengan lingkungan adalah refrigeran alamiah senyawa
hidrokarbon. Refrigeran ini tidak merusak ozone dan pengaruhnya terhadap pemanasan global dapat diabaikan.
Selain itu refrigeran ini mempunyai karakteristik pendinginan yang mirip dengan refrigeran sintetik yang sudah
Seminar Nasional Riset dan Teknologi Terapan 2017 (RITEKTRA 2017) ISBN 978-602-50244-0-5
Kupang, 2 – 4 Agustus 2017

ada. Sebagai contoh, propane (R290) mempunyai sifat pendinginan yang mirip dengan R22 (Maclaine-cross,
2004). R290 mempunyai massa jenis yang lebih ringan dari R22 sehingga dalam penggunaannya, hanya
membutuhkan kurang lebih setengah dari refrigeran yang sudah ada. R290 mempunyai COP yang lebih tinggi
dari R22 pada sistem yang sama tapi, kapasitas pendinginannya sedikit lebih rendah dari R22 (Park et al., 2007).
Meninjau karakteristik R290 yang mirip dengan R22, sangat besar peluang R290 untuk digunakan sebagai
refrigeran pada masa yang akan datang. Pada massa transisi sekarang ini di mana penggunaan refrigeran sintetik
yang tidak ramah lingkungan mulai dikurangi, R290 dapat digunakan sebagai refrigeran alternatif karena
dengan sifat yang mirip dengan R22, R290 dapat digunakan langsung pada sistem yang menggunakan R22 tanpa
melakukan modifikasi pada sistem tersebut. Akan tetapi disamping sifat termalnya yang sangat menguntungkan,
R290 mempunyai satu kekurangan yaitu refrigeran ini mudah terbakar. Sehingga prinsip keamanan pada mesin
pendingin yang menggunakan R290 perlu diperhatikan terutam pada resiko kebocoran.
Tekanan kondensor sangat penting bagi sistem pendinginan udara karena tekanan kondensor menentukan
baik tidaknya kinerja dari sistem pendinginan. Jika tekanan kondesor rendah maka temperatur kondensor tidak
cukup tinggi untuk membuang panas yang diserap oleh evaporator. Tekanan kondensor yang tinggi sangat baik
untuk proses perpindahan panas dari kondensor dan lingkungan sekeliling karena temperatur kondensor juga
akan tinggi, akan tetapi tingginya tekanan kondensor berakibat juga pada lebih beratnya kerja kompressor untuk
memberikan tekanan ke kondensor yang lebih tinggi..
Penelitian terdahulu mengatakan bahwa naiknya temperatur kondensor yang juga berarti naiknya tekanan
kondensor akan menaikkan kapasitas pendinginan suatu mesin pendingin (Joo et al 2011). Akan tetapi penelitian
lain mengatakan bahwa jika tekanan kondensor naik, maka COP mesin pendingin akan turun (Joo 2011,
Corberan 2011, Padmanabhan 2013).
Penelitian ini akan difokuskan pada pengaruh temperatur udara sekitar dan kecepatan udara melintasi
kondensor terhadap tekanan operasional kondensor dan performans dari mesin pendingin.

1.2 Tinjauan Pustaka


Pada penelitian ini akan dihitung berapa kapasitas pendinginan dan COP yang dicapai oleh mesin pendingin
yang digunakan pada penelitian ini.
Rumus yang digunakan untuk menghitung kapasitas pendinginan didasarkan pada kemampuan evaporator
untuk menurunkan temperatur udara yang melintasi evaporator yaitu :
(1)
di mana :
: laju aliran massa udara (kg/s)
Cpud : Kalor specific udara (kJ/kg K)
ΔTud : beda temperatur masuk dan keluar udara melintasi evaporator (ºC)
Laju aliran massa udara ( ) diperoleh dari persamaan:

(2)
di mana:
ρud : densitas udara (kg/m3)
Vud : kecepatan udara melintasi evaporator (m/s)
Awt : luas saluran wind tunnel (m2)

Besarnya daya yang diserap oleh evaporator untuk menurunkan temperatur udara melintasi evaporator adalah
sama dengan besarnya daya yang diserap oleh refrigeran pada evaporator. Sehingga diperoleh persamaan:

(3)
di mana:
Qref : kapasitas pendinginan berdasarkan perhitungan entalpi refrigeran (kW)
: laju aliran massa refrigeran (kg/s)
h1, h4 : entalpi refrigeran keluar dan masuk evaporator (kJ/kg)

Kerja kompressor (wkomp) dihitung berdasarkan rumus:

(4)
di mana:
h2, h1 : entalpi keluar dan masuk compressor (kJ/kg)
Jeri Tangalajuk Siang, Febri Yanto, Heru Sawati, Studi Eksperiment Pengaruh Temperatur Udara Luar
dan Kecepatan Angin Melintasi Kondensor Terhadap Kinerja Mesin Pendingin

Entalpi pada titik 1 (h1) diperoleh berdasarkan tekanan jenuh evaporator dan entropi pada titik 2 (kondisi
masuk ke kondenser), di mana pada titik tersebut diukur tekanan dan temperatur refrigeran. Sedangkan entalpi
refrigeran pada saat masuk evaporator (h4) adalah sama dengan entalpi refrigeran pada saat refrigeran keluar
kondenser (dianggap tidak terjadi perubahan entalpi pada saat refrigeran melewati pipa kapiler, diasumsikan
terjadi ekspaksi adiabatic pada pipa kapiler).
Nilai COP dihitung berdasarkan persamaan:

(5)

1.3 Metodologi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental. Mesin pendingin yang digunakan adalah mesin pendingin
¾ PK Toshiba RA-3085A tipe window. Mesin pendingin diletakkan di dalam sebuah ruangan yang didesain
khusus untuk pengambilan data mesin pendingin. Mesin pendingin yang digunakan adalah mesin pendingin
komersial yang sudah dimodifikasi untuk keperluan penelitian. Bagian evaporator diletakkan dalam sebuah wind
tunnel kecil yang diletakkan didalam ruangan. Hal ini memudahkan untuk mengukur laju aliran udara yang
melintasi evaporator dan mengukur temperatur udara sebelum dan setelah melewati evaporator. Bagian
kondenser diletakkan di luar ruangan pendingin dan diatur sedemikian rupa sehingga pengukuran kecepatan
udara yang melintasi kondensor serta temperatur udara dapat dilakukan dengan baik. Alur penelitian dapat
dilihat pada Gambar 1.

Mulai

Studi Pustaka

(1)Pengambilan Data

(2) Kecepatan udara 3.15 m/s

(3) Temperatur 31 ºC, 33 ºC dan 35 ºC

tidak
Ulangi langkah 1 – 3 untuk (4) Semua
temp. 33 ºC dan 35 ºC Temperatur sudah
selesai?

ya

Ulangi langkah 1 – 4 untuk kecepatan 3.68 m/s

Hitung kap. pendinginan, COP, kerja kompressor

Analisis

Kesimpulan

Selesai

Gambar 1. Alur Penelitian (sumber: desain sendiri)


Pengukuran dilaksanakan pada saat temperatur udara yang melintasi evaporator sudah tidak berubah.
Tekanan refrigeran di kondenser diasumsikan tidak berubah sama halnya dengan tekanan refrigeran yang
mengalir di evaporator juga diasumsikan tidak berubah. Proses kompressi yang terjadi di kompressor dianggap
Seminar Nasional Riset dan Teknologi Terapan 2017 (RITEKTRA 2017) ISBN 978-602-50244-0-5
Kupang, 2 – 4 Agustus 2017

isentropik sedangkan proses ekspansi yang terjadi di pipa kapiler dianggap adiabatik. Temperatur refrigeran
masuk dan keluar kondensor diukur, sedangkan pada evaporator yang diukur hanya tekanannya saja. Temperatur
refrigeran masuk evaporator adalah temperatur jenuh evaporator, sedangkan temperatur refrigeran keluar
evaporator dihitung berdasarkan kapasitas pendinginan dari evaporator.
Alat ukur yang digunakan adalah termokoppel, anemometer tipe fan, alat ukur tekanan jenis tabung bourdon.
Untuk mengukur temperatur ruangan digunakan termometer batang.

2. PEMBAHASAN
Dari hasil pengambilan data dan hasil perhitungan yang diperoleh dirangkum dalam bentuk tabulasi Tabel 1,
Tabel 2 dan Tabel 3. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai perubahan yang terjadi di dalam
sistem maka data – data tersebut ditampilkan dalam beberapa grafik.
Entalpi refrigeran dihitung berdasarkan temperatur dan tekanan refrigeran. Dari prosedur penelitian, yang
diukur adalah tekanan evaporator dan kondensor serta temperatur masuk dan keluar kondensor. Entalpi masuk
dan keluar kondensor diukur berdasarkan temperatur dan tekanan yang diukur, sedangakan entalpi masuk dan
keluar evaporator berdasarkan proses yang terjadi pada kompressor dan pipa kapiler. Pada kompressor, proses
yang terjadi dianggap kompressi isentropis serta ekspansi pada pipa kapiler dianggap proses ekspansi adiabatik.
Berdasarkan entalpi di atas, COP dan kerja kompressor dapat dihitung.

Tabel 1 Data hasil pengamatan


No. Vud Tud-in-con Pevap Pkond Tud-in-evap Tud-out-evap
(m/s) (ºC) (MPa) (MPa) (ºC) (ºC)
1 3.15 31 0.68 1.63 32 22
2 3.15 33 0.68 1.71 32 22
3 3.15 35 0.68 1.73 32 22
4 3.68 33 0.67 1.64 32 22
5 3.68 35 0.67 1.71 32 22
Sumber: pengamatan laboratorium

Gambar 2. Variasi Tekanan kondensor pada kecepatan udara kondensor 3.15 m/s dan 3.68 m/s
(sumber: pengolahan data hasil pengamatan)
Dari Tabel 1 Data Pengamatan dan Gambar 2 Variasi tekanan kondensor pada kecepatan udara kondensor
dapat dilihat bahwa apabila temperatur udara sekitar berubah, maka tekanan refrigeran di dalam kondensor akan
berubah. Perubahan tekanan kondensor adalah dari 1.71 MPa pada temperatur udara sekeliling 33ºC menjadi
1.73 MPa pada temperatur udara sekeliling 35ºC pada kecepatan udara melintasi kondensor 3.15 m/s. Hal serupa
juga terjadi pada kondisi kecepatan udara sebesar 3.68 m/s, tekanan kondensor akan naik dari 1.64 m/s pada
temperatur udara sekeliling 33ºC menjadi 1.71 MPa pada temperatur udara sekeliling 35ºC.
Apabila diamati pada kondisi temperatur sekitar yang tidak berubah, maka disini terlihat bahwa tekanan
kondensor akan turun jika kecepatan udara bertambah. Seperti pada kondisi temperatur sekeliling 33ºC, tekanan
kondensor turun dari 1.71 MPa pada kecepatan udara 3.15 m/s menjadi 1.64 MPa pada kecepatan udara 3.68
m/s. Hal yang sama tejadi pada temperatur udara sekeliling 35ºC, tekanan refrigeran pada kondensor turun dari
1.73 MPa pada kecepatan udara 3.15 m/s menjadi 1.71 MPa pada kecepatan udara 3.68 m/s.
Jeri Tangalajuk Siang, Febri Yanto, Heru Sawati, Studi Eksperiment Pengaruh Temperatur Udara Luar
dan Kecepatan Angin Melintasi Kondensor Terhadap Kinerja Mesin Pendingin

Penurunan tekanan akibat bertambahnya kecepatan udara pada kondensor oleh karena dengan bertambahnya
kecepatan maka laju energi yang dilepaskan oleh kondensor juga bertambah sedangkan jumlah energi yang
diserap oleh evaporator tidak berubah (lihat tabel 2). Akibatnya untuk kesetimbangan energi, maka tekanan di
kondensor harus turun untuk menurunkan perbedaan temperatur udara sekitar dengan temperatur kondensor.

Tabel 2. Hasil perhitungan berdasarkan kecepatan udara melintasi kondensor


No. Vud Tud-in-con Pevap Pkond Wcomp Qdingin COP
(m/s) (ºC) (MPa) (MPa) (kW) (kW)
1 3.15 33 0.68 1.71 0.1222 0.7687 6.2892
2 3.15 35 0.68 1.73 0.1274 0.7687 6.0356
3 3.68 33 0.67 1.64 0.1182 0.7687 6.5062
4 3.68 35 0.67 1.71 0.1240 0.7687 6.1976
Sumber: Pengolahan data hasil pengamatan

Tabel 2 memperlihatkan data hasil perhitungan perubahan kerja kompressor, dan COP pada dua kecepatan
udara kondensor berbeda.
Apabila kecepatan udara bertambah dalam hal ini dari 3.15 m/s menjadi 3.68 m/s, maka kerja kompressor
akan turun dari 0.1222 kW menjadi 0.1182 kW pada temperatur sekeliling 33ºC. Kerja kompressor akan turun
dari 0.1274 kW menjadi 0.1240 pada temperatur sekeliling 35ºC jika kecepatan udara melintasi kondensor naik
dari 3.15 m/s menjadi 3.68 m/s (lihat Gambar 3).
Penurunan kerja kompressor ini disebabkan karena dengan bertambahnya kecepatan udara melintasi
kondensor maka tekanan kondensor akan turun. Penurunan tekanan ini menyebabkan kerja kompressor menjadi
lebih ringan karena tekanan output kompressor juga berkurang.
Perubahan COP dari mesin pendingin akibat perubahan kecepatan udara melintasi kompressor dapat dilihat
pada Tabel 2 dan Gambar 4. Terlihat bahwa pada dua kondisi temperatur sekeliling (33 ºC dan 35 ºC) terlihat
COP bertambah dengan bertambahnya kecepatan udara. Dari Tabel 2 terlihat bahwa COP bertambah dari 6.2892
menjadi 6.5062 pada kondisi temperatur sekeliling 33 ºC dan bertambah dari 6.0356 menjadi 6.1976 pada
kondisi temperatur sekeliling 35 ºC. Hal ini disebabkan karena pada kondisi kapasitas pendinginan tetap, kerja
kompressor berkurang dengan bertambahnya kecepatan udara.

Gambar 3 Variasi kerja kompressor pada kecepatan udara kondensor 3.15 m/s dan 3.68 m/s
(sumber: pengolahan data hasil pengamatan)
Seminar Nasional Riset dan Teknologi Terapan 2017 (RITEKTRA 2017) ISBN 978-602-50244-0-5
Kupang, 2 – 4 Agustus 2017

Gambar 4 Variasi COP pada kecepatan udara kondensor 3.15 m/s dan 3.68 m/s
(sumber: pengolahan data hasil pengamatan)
Pada penelitian ini juga dianalisa pengaruh kenaikan temperatur sekeliling terhadap performans mesin
pendingin. Pada penelitian ini kecepatan udara yang melintasi kondensor dijaga pada nilai 3.15 m/s. Hasil
perhitung pengaruh perubahan temperatur sekitar terhadap performans mesin pendingin dapat dilihat pada Tabel
3 dan untuk memberikan gambaran yang lebih baik ditampilkan dalam bentuk grafik pada Gambar 5, 6 dan 7.

Tabel 3 Hasil perhitungan berdasarkan kecepatan udara melintasi kondensor


No. Vud Tud-in-con Pevap Pkond Wcomp Qdingin COP
(m/s) (ºC) (MPa) (MPa) (kW) (kW)
1 3.15 31 0.68 1.63 0.1152 0.7687 6.6717
2 3.15 33 0.68 1.71 0.1222 0.7687 6.2892
3 3.15 35 0.68 1.73 0.1274 0.7687 6.0356
Sumber: Pengolahan data hasil pengamatan

Variasi tekanan kondensor dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 5. Dari Tabel 3 terlihat bahwa tekanan
kondensor akan bertambah jika temperatur udara sekeliling bertambah. Tekanan kondensor akan bertambah dari
1.63 MPa pada temperatur ruangan 31ºC naik menjadi 1.71 MPa pada temperatur 33ºC dan menjadi 1.73 MPa
pada temperatur 35ºC. Kenaikan ini menunjukkan 4.9% jika temperatur udara berubah dari 31 ºC ke 33 ºC.
Persentase kenaikan tekanan kondensor menunjukkan 6.1% jika temperatur berubah dari 31 ºC menjadi35 ºC.
Sama halnya dengan perubahan kecepatan udara terhadap tekanan kondensor, perubahan temperatur udara
sekeliling juga akan mempengaruhi proses perpindahan panas dari kondensor ke udara sekitar yakni pada beda
temperatur antara kondensor dan temperatur sekeliling. Dengan dibuat konstannya kapasitas pendinginan dari
mesin pendingin, maka akan lebih mudah kita melihat perilaku kondensor dalam kesetimabangan energi. Jika
temperatur udara bertambah maka akan mengurangi beda temperatur antara kondensor dan temperatur sekeliling.
Agar jumlah energi yang dipindahkan ke lingkungan sama dengan jumlah energi yang diserap oleh evaporator,
maka temperatur kondensor harus naik yaitu dengan cara menaikkan temperatur jenuh kondensor. Atau dengan
kata lain jika temperatur jenuh naik maka tekanan jenuh juga akan naik dalam hal ini tekanan kondensor.
Jeri Tangalajuk Siang, Febri Yanto, Heru Sawati, Studi Eksperiment Pengaruh Temperatur Udara Luar
dan Kecepatan Angin Melintasi Kondensor Terhadap Kinerja Mesin Pendingin

Gambar 5. Variasi tekanan kondensor pada tiga kondisi temperatur udara sekitar
(sumber: pengolahan data hasil pengamatan)
Gambar 6 memperlihatkan perubahan kerja kompressor terhadap perubahan temperatur sekeliling. Dari
Grafik terlihat bahwa kerja kompressor akan naik jika temperatur sekeliling juga naik. Kerja kompressor naik
dari 0.1152 kW pada 31 ºC menjadi 0.1222 kW pad temperatur 33 ºC dan menjadi 0.1274 kW pada 35 ºC. Hal
ini memperlihatkan persentasi kenaikan kerja kompressor sebesar 6.1% jika temperatur udara naik dari 31 ºC
menjadi 33 ºC. Jika temperatur udara naik dari 31 ºC menjadi 35 ºC, maka persentase kenaikan kerja kompressor
adalah 10.4%. Kenaikan kerja kompressor ini disebabkan oleh naiknya tekanan kondensor jika temperatur udara
naik.

Gambar 6. Variasi kerja kompressor pada tiga kondisi temperatur udara sekitar
(sumber: pengolahan data hasil pengamatan)
Variasi COP terhadap perubahan temperatur udara sekeliling diperlihatkan pada Gambar 7. Gambar 7
memperlihatkan bahwa COP mesin pendingin akan turun dengan naiknya temperatur udara sekeliling. Gambar 7
memperlihatkan penurunan COP jika temperatur udara sekeliling naik. COP turun dari 6.6717 pada temperatur
sekeliling 31 ºC menjadi 6.2892 atau menunjukkan penurunan sebesar 5.7%. Dan jika temperatur naik dari 31 ºC
menjadi 35 ºC maka COP akan turun sebesar 0.6361 atau turun sebesar 9.5%. Perubahan COP ini akan selalu
berhubungan dengan perubahan kerja kompressor. Oleh karena kapasitas pendinginan dikondisikan tidak
berubah, maka apabila kerja kompressor naik, maka COP mesin pendingin akan turun.
Seminar Nasional Riset dan Teknologi Terapan 2017 (RITEKTRA 2017) ISBN 978-602-50244-0-5
Kupang, 2 – 4 Agustus 2017

Gambar 7. Variasi COP mesin pendingin pada tiga konisi temperatur udara sekitar
(sumber: pengolahan data hasil pengamatan)
Dari pembahasan diatas dapat dijelaskan bahwa hasil yang diperoleh sejalan dengan hasil penelitian
terdahulu yang mengatakan bahwa tekanan kompressor akan naik jika temperatur udara sekitar naik (Sharifian
and Siang, 2015). Untuk perubahan kecepatan udara yang melintasi kondensor sesuai dengan teori perpindahan
panas (persamaan 1). Dengan daya yang diserap dari evaporator tetap, maka daya yang dilepaskan oleh
refrigeran pada kondensor juga tetap. Jika kecepatan udara melintasi kondensor dinaikkan, maka tekanan
kondensor akan turun untuk menyesuaikan jumlah panas yang dilepaskan oleh kondensor. Turunnya tekanan
kondensor ini untuk memperkecil beda temperatur antara kondensor dan udara sekeliling, sehingga dengan
bertambahnya kecepatan angin, maka panas yang dilepaskan oleh kondensor tidak berubah.
Hal yang sama juga terjadi jika temperatur udara sekeliling bertambah, artinya beda temperatur antara
kondensor dan udara sekeliling berkurang sehingga sistim akan menaikkan tekanan kondensor untuk
memberikan kondisi agar panas yang dilepaskan kondensor tetap sama pada kondisi temperatur udara sekeliling
kondensor yang lebih rendah.

3. KESIMPULAN
Dari bagian pembahasan yang sudah dipaparkan diatas, dapat dilihat bahwa perubahan kecepatan udara yang
melintasi kondensor mempengaruhi tekanan kerja dari kondensor. Hal ini disebabkan karena dengan kapasitas
pendinginan tetap, maka panas yang dilepaskan oleh kondensor juga tidak berubah. Naiknya kecepatan udara
maka temperatur kondensor harus turun untuk memenuhi persamaan energi. Turunnya tremperatur kondensor
juga berarti turunnya tekanan kondensor. Perubahan tekanan kondensor ini mempengaruhi kinerja dari mesin
pendingin. Terlihat bahwa apabila kecepatan udara bertambah, maka tekanan operasi kondensor akan turun yang
mengakibatkan COP akan naik. Naiknya COP sistem karena kerja kompressor turun.
Hal sebaliknya terjadi pada perubahan temperatur sekeliling. Jika temperatur sekeliling naik maka tekanan
operasi kondensor juga akan naik yang mengakibatkan COP akan turun. Dilihat dari sisi perpindahan panas
maka dengan panas yang sama yang akan dilepas, maka beda temperatur antara kondensor dan udara sekeliling
harus naik yang berarti tekanan kondensor harus naik.
Hal ini dapat digunakan sebagai dasar untuk tetap menjaga mesin pendingin tetap bekerja optimal. Jika
temperatur udara sekeliling sedang tinggi, maka akan lebih baik jika kecepatan udara kondensor dinaikkan untuk
tetap menjaga tekanan operasi kondensor tidak naik. Sehingga akan mengakibatkan kerja kompressor dapat
dijaga tidak naik terlalu besar. Akan tetapi perlu penelitian yang lebih tertuju pada perbandingan energi yang
disimpan jika tekanan kondensor turun atau tetap dengan besarnya energi listrik yang digunakan untuk
menambah kecepatan udara yang melintasi kondensor.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa untuk menjaga kapasitas pendinginan tidak terpengaruh oleh kondisi
udara luar maka dapat dilakukan dengan tidak mengkondisikan kecepatan udara melintasi kondensor pada
kecepatan konstan. Artinya dimasa mendatang dapat didesain sebuah mesin pendingin ruangan yang kecepatan
udara melintasi kondensor dapat disesuaikan dengan kondisi temperatur udara sekeliling secara otomatis. Hal ini
dapat diterapkan pendeteksi otomatis sebagai fungsi beda temperatur bukan pada fungsi temperatur tertentu
seperti yang sekarang ada pada mesin pendingin di pasaran.
Jeri Tangalajuk Siang, Febri Yanto, Heru Sawati, Studi Eksperiment Pengaruh Temperatur Udara Luar
dan Kecepatan Angin Melintasi Kondensor Terhadap Kinerja Mesin Pendingin

PUSTAKA

Çengel, Y. A. 2004. Heat transfer: a practical approach. New York, McGraw-Hill.


Corberán, J. M., Martínez-Galván, I., Martínez-Ballester, S., Gonzálves-Maciá, J. & Royo-Pastor, R. 2011.
Influence of the source and sink temperatures on the optimal refrigerant charge of a water to water heat
pump. International Journal of Refrigeration, 34(4): 881 – 892.
Gartshore, J. 1997. Refrigerant Appliances using Hydrocarbon Refrigerants: Manual for Safe Design,
Manufacturing, Servicing and Drop-in Conversion of Commercial and Domestic Refrigeration
Appliances, An ECOFRIG.
Joo, Y., Kang, H., Ahn, J. H., Lee, M. & Kim, Y. 2011. Performance characteristics of a simultaneous cooling
and heating multi-heat pump at partial load conditions. International Journal of Refrigeration, 34(4):893
– 901.
Macline-Cross, I. L. 2004. Usage and risk of hydrocarbon refrigerants in motor cars for Australia and the United
States. International Journal of Refrigeration, 27, 339-345
Padmanabhan, V. M., & Palanisamy S. K. 2013. Exergy efficiency and irreversibility comparison of R22,
R134a, R290 and R407C to replace R22 in an air conditioning system. Journal of Mechanical Science
and Technology, 27(3): 917 – 926.
Sharifian, A. & Siang, J. T. 2015. Impacts of Room Temperature on the Performance of a Portable Propane Air
Conditioner. International Journal of Air-Conditioning and Refrigeration, 1550015.
Teng, T. P., H. E. Mo, H, E., Lin, H., Tseng, Y. H., Liu, R. H. & Long, Y. F. 2012. Retrofit Assessment of
Window Air-conditioner. Applied Thermal Engineering, 32: 100 – 107.
Park, K.-J., SEO, T. & JUNG, D. 2007. Performance of alternative refrigerants for residential air-conditioning
applications. Applied Energy, 84, 985-991.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai