Anda di halaman 1dari 8

 About

 Contact Us
 Privacy Policy
 Disclaimer
 Sitemap
 Iklan

 Facebook
 Twitter
 Google Plus
 Linkedin
 Pinterest
 YouTube
 RSS

 Home
 Beranda
 Artikel
 Area Download
 Forum Ternak
 Informasi

Beranda » Artikel » Layer » Penyakit Ternak » PENYAKIT PADA PETERNAKAN AYAM


PETELUR DAN SOLUSINYA (2)
PENYAKIT PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR
DAN SOLUSINYA (2)
Oleh Ferry Tamalluddin
Thursday, August 11, 2016
Bagikan :
Ternak Pertama - PENYAKIT PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DAN
SOLUSINYA - Pada postingan terdahulu mengenai penyakit pada peternakan ayam
petelur dan solusinya bagian 1 telah di jelaskan 4 penyakit yang sering menyerang
ayam petelur. Selanjutnya akan dibahas kembali penyakit lainya.

1. Fowl Cholera

Kolera. Daerah pial dan muka membesar


Penyebab : bakteri Pasteurella multocida
Gejala Klinis: sering mati tanpa gejala yang jelas, diare berwarna hijau kekuningan,
keluarnya kotoran dari mata, daerah pial dan muka membesar dan biasanya kehitaman,
lumpuh karena pembengkakan pada kaki.
Patologi anatomi: perdarahan titik pada jantung, selaput proventikulus dan lemak
perut, hati membengkak dan gelap belang, duodenum mebengkak berisi eksudat
kental.
Diagnosa banding : ND, CRD, Snot
Faktor predisposisi: ventilasi udara yang tidak lancar, transportasi, perubahan cuaca
atau kekurangan vitamin A
Penularan : penularan terjadi secara horizontal baik secara langsung maupun tidak
lagsung, yaitu dari ayam sakit ke sehat dan dari peralatan, petugas kandang dll.
Pencegahan: sanitasi kandang dan peralatan kandang, mencegah tamu keluar-masuk
kandang, manajemen yang baik, ventilasi cukup, pakan yang seimbang
Pengobatan: Tetrasiklin, Oksitetrasiklin, Sulfadiazine, Amoksisilin, Enrofloksasin
Kerugian: kematian cukup tinggi, penurunan berat badan

2. Gumboro (Infectious Bursal Disease)

Gumboro. Bursa fabrisius membesar


Penyebab: virus dari golongan Birnaviridae
Gejala Klinis: hilangnya nafsu makan, bulu merinding, gemetar, berak putih,
mengantuk.
Patologi anatomi: pembengkakan bursa fabrisius, perdarahan garis pada otot dada
dan paha, ginjal membengkak, perdarahan titik pada mucosa proventikulus (perbatasan
proventikulus-ventriculus).
Diagnosa banding: Leucocytozoonosis, ND
Faktor predisposisi: stess akibat pergantian cuaca, pergantian pakan, cuaca dingin,
pergantian sekam (turun sekam)
Penularan: umumnya karena pencemaran lingkungan oleh virus yang keluar bersama
tinja, bahan muntahan yang mengandung virus, secara tidak langsung melalui pakan,
air minum, peralatan kandang yang tercemar.
Pencegahan: vaksinasi, perbaikan manajemen, bioscurity, pemberian vitamin untuk
meningkatkan daya tahan tubuh (saat turun sekam, pergantian cuaca dll)
Pengobatan: tidak ada obat. Pemberian air gula (5-8%), parasetamol, multivitamin
untuk meningkatkan kondisi tubuh dan proses penyembuhan, pemberian pemanas untu
anak ayam, antibiotik (3-5 hari) untuk mencegah infeksi sekunder. Pilih antibiotik yang
tidak mempengaruhi kerja ginjal
Kerugian: mortalitas rendah sampai tinggi tergantung keanasan virus, pertumbuhan
terhambat, menimbulkan efek immunosuppressif (menghambat pembentukan zat kebal)
sehingga mudah terserang penyakit lain

3. Tetelo/ND (Newcastle Disease)

ND. Kepala tortikolis (terpelintir)


Penyebab: virus Paramyxo
Gejala Klinis: bervariasi dari tidak jelas sampai sangat jelas, gangguan pernafasan
(batuk, sesak nafas, gorok, lender keluar dari hidung), gangguan pencernaan (diare
hijau keputihan), gangguan saraf (tubuh gemetar, kejang, kelumpuhan kaki da sayap,
leher terpuntir dan ayam berputar-putar)
Patologi anatomi: perdarahan di kerongkongan, perdarahan pada saluran pencernaan
(keropeng), bintik perdarahan di proventrikulus, bintik-bintik perdarahan pada lemak
tubuh, perdarahan di ovarium.
Diagnosa banding: IB, ILT, Snot, CRD, Guboro
Faktor predisposisi: sanitsai jelek, amoniak dalam kandang tinggi, terkena penyakit
yang bersifat immunosuppressive, stess
Penularan: kontak langsun dengan ayam sakit, melalui alat yang tercemar, petugas
kandang, binatang peliharaan , transportasi.
Pencegahan: vaksinasi, bioscurity dan manajemen pemeliharaan baik
Pengobatan: tidak ada obat, antibiotik selama 3-5 hari untukl mencegah adanya
penyakit sekunder oleh bakteri, multivitamin untuk meningkatkan kondisi tubuh dan
proses penyembuhan, penyediaan ransum dan air minum segar. Revaksinasi
(vaksinasi ulang) jika diperlukan terutama jika umur pemeliharaan masih
memungkinkan.
Kerugian: mortalitas bisa mencapai 100%, ganguan saraf, pernafasan dan
pencernaan, pertumbuhan terhambat, konversi pakan jelek.

4. Afian Influenza (AI)

AI. Leban pada kaki dan daerah dada


Penyebab: virus orthomixso H5N1
Gejala Klinis: ayam kadang mati mendadak tanpa gejala yang jelas, pial berbarna
gelap, telapak kaki merah (seperti bendun darah), kelopak mata dalam ada tonjolan
putih).
Patologi anatomi: perdarahan (keropeng merah-hitam) pada proventikulus, bintik
merah pada daging paha dada, bursa fabrisius bengkak dan merah, peradangan pada
trachea, paru-paru hitam (lebam darah), jantung terdapat bercak darah, iritasi usus dan
keropeng pada seka tonsil.
Diagnosa banding: ND, Gumboro
Faktor predisposisi: bioscurity jelek, manajemen pemeliharaan kurang baik
Penularan: melalui tinja dan melalui kontak langsung dengan ayam maupun tinja
ayam. Bersifat zoonosis (menular pada manusia) melalui kontak langsung dengan
ayam yang sakit atau saat mengolah daging ayam terutama bagian penceranaan.
Pencegahan: sanitasi disinfeksi kandang dan peralatan, manajemen pemeliharaan
dilakukan dengan baik, mencegah burung-burung dan tamu keluar masuk kandang,
disinfeksi mobil pakan, panen dan pengangkut kotoran ayam, dan vaksinasi didaerah
yang pernah terjangkit AI.
Pengobatan: tidak ada obat, pemberian multivitamin untuk meninkatkan daya tahan
tubuh.
Kerugian: mortalitas tinggi mencapai 100% dan bila satu kandang ada yang terkena
maka seluruh ayam harus dimusnahkan dengan cara dibakar.
5. Infectious Bronchitis (IB)

IB. Dapat mengakibatkan abnormal telur


Penyebab: virus golongan Corona virus dan mempunyai struktur RNA. Dikenal 8
serotipe, yaitu Massachusetts, Conecticut, Georgia, Delaware, lowa 97, lowa 69, New
Hampshire dan Australian T.
Gejala Klinis: keluar lendir dari hidung, sesak nafas, ngorok, panting, bersin dan batuk
serta nafsu makan turun. Mutu dan kualitas telur menurun dan putih telur encer.
Patologi anatomi: dinding trachea menjadi tebal, berwarna keputih-putihan, terdapat
lendir, pada selaput lendir terdapat bercak-bercak perdarahan. Kerusakan pada indung
telur dan saluran telur. Indung telur berdarah, membengkak, lembek dan pecah
sehingga tidak bervungsi lagi. Jika pada indung telur terdapat kuning telur yang siap
diovulasikan (sudah matang) biasanya kuning telur akan pecah dan mengalir keluar
pada rongga perut. Pembengkakan ginjal disertai pengendapan asam urat pada ureter
(saluran kencing).
Diagnosa banding: ND, ILT, EDS’76, CRD dan SNOT
Faktor predisposisi: stress dan bioscurity dan manajemen pemeliharaan jelek.
Penularan: melalui lendir yang keluar akibat batuk, atau lendir yang dikeluarkan dari
mata/lubang hidung. Melalui udara yang mengandung partikel virus dan melalui
manusia.
Pencegahan: sanitasi disinfeksi kandang dan peralatan, manajemen pemeliharaan
dilakukan dengan baik, mencegah burung-burung dan tamu keluar masuk kandang,
disinfeksi mobil pakan, panen dan pengangkut kotoran ayam, dan vaksinasi. Vaksinasi
sangat penting untuk melindungi alat reproduksi telur.
Pengobatan : tidak ada obat, pemberian multivitamin untuk meninkatkan daya tahan
tubuh serta antibiotik broad spectrum untuk mencegah infeksi sekunder.
Kerugian: Kematian 0-40% pada anak ayam, pada ayam muda pertumbuhan dan
produksinya terhambat, kerusakan alat reproduksi telur sehingga tidak bisa
menghasilkan telur. Pada ayam dewasa produksi telur turun 10-50% dan kualitas telur
rendah karena kerabang telur bentuknya abnormal, kasar atau lunak. Putih telur
berubah dari kental menjadi encer.

6. Egg Drop Syndrome (EDS’76)

EDS. Seperti IB dapat mengakibatkan telur abnormal


Penyebab: virus golongan Adenovirus yang bersifat mengaglutinasikan
(menggumpalkan) sel-sel darah merah unggas
Gejala Klinis: ayam tampak sehat tetapi penurunan produksi telur secara mencolok
disertai penurunan kualitas telur. Kerabang telur menjadi pucat, lembek atau kasar,
telur berubah bentuk atau kecil.
Patologi anatomi: Limpa sedikit membesar dan bagian bintik putihnya membesar,
oviduct kendur dan pengecilan ringan pada calon kuning telur.
Diagnosa banding: ND, IB
Faktor predisposisi: stress, bioscurity jelek, manajemen pemeliharaan kurang baik
Penularan: penularan secara horisontal (dari ayam ke ayam) dan secara vertikan dari
induk ke anak ayam.
Pencegahan: sanitasi disinfeksi kandang dan peralatan, manajemen pemeliharaan
dilakukan dengan baik, mencegah burung-burung dan tamu keluar masuk kandang,
disinfeksi mobil pakan, panen dan pengangkut kotoran ayam, dan vaksinasi EDS.
Pengobatan: tidak ada obat, pemberian multivitamin untuk meninkatkan daya tahan
tubuh.
Kerugian: meskipun ayam tampak sehat tetapi penyakit ini akan menyebabkan
penurunan kualitas telur yang tajam disertai penurunan kualitas kerabang telur serta
ukuran telur.

Artikel Sebelumnya :

 CARA BETERNAK AYAM PETELUR


 PENYAKIT PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DAN SOLUSINYA (2)
 RAHASIA MENINGKATKAN PRODUKSI TELUR

Anda mungkin juga menyukai