Anda di halaman 1dari 5

Nama : Bona bargot riezky nagabe siregar

Nim : 0406171001

Prodi : Ilmu hadis

Semester : II

Mata kuliah : Tasawuf

Pengertian ilmu tasawuf, ruang lingkup, dan pembagiannya

A. Pengertian ilmu tasawuf

Tasawuf menurut bahasa memiliki banyak arti seperti : baris), sufi (suci), sophos
(Yunani: hikmah), suf (kain wol) 1. Tasawuf menurut istilah adalah upaya mensucikan diri
dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada
Allah Swt.

Dapat di simpulkan bahwa Tasawuf adalah moralitas-moralitas yang berasaskan


islam. Artinya, bahwa pada prinsipnya tasawuf bermakna moral dan semangat islam, karena
seluruh ajaran islam dari berbagai aspeknya adalah prinsip moral2

B. Ruang lingkup ilmu tasawuf


Tasawuf bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari Tuhan.
Hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran, bahwa manusia
sedang berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan menuju kontak komunikasi dan
dialog antara ruh manusia dengan Tuhan. Hal ini melalui cara bahwa manusia perlu
mengasingkan diri. Keberadaannya yang dekat dengan Tuhan akan berbentuk “Ijtihad”(dekat)
dengan Tuhan. Demikian ini menjadi inti persoalan “Sofisme” baik pada agama islam
maupun di luarnya.
Dengan pemikiran di atas, dapat dipahami bahwa “tasawuf/mistisisme islam” adalah
suatu ilmu yang mempelajari suatu cara, bagaimana seseorang dapat mudah berada di hadirat
Allah SWT (Tuhan). Maka gerakan “kejiwaan” penuh dirasakan guna memikirkan betul suatu
hakikat kontak hubung yang mampu menelaah informasi dari Tuhannya.

1
Mohd.musthafa hilmi, al-hayah al-ruhiyah fi al islam, (tp) :kairo 1945),hal 83

2
Ibrahim basuni, nas-ah al tasawuf al islam, tahun 1969 hal 36
Tasawuf atau mistisisme dalam islam beresensi pada hidup dan berkembang mulai dari
bentuk hidup “kezuhudan” (menjauhi kemewahan duniawi). Tujuan tasawuf untuk bisa
berhubungan langsung dengan Tuhan. Dengan maksud ada perasaan benar-benar berada di
hadirat Tuhan. Para sufi beranggapan bahwa ibadah yang diselenggarakan dengan cara formal
belum dianggap memuaskan karena belum memenuhi kebutuhan spiritual kaum sufi.
demikian, maka tampaklah jelas bahwa ruang lingkup ilmu tasawuf itu adalah hal-hal
yang berkenaan dengan upaya-upaya atau cara-cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan
yang bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus secara langsung dari Tuhan.
Kawasan pembahasan ilmu akhlak adalah seluruh aspek kehidupan manusia baik sebagai
individu perorangan atau kelompok.3

C. Pembagian ilmu tasawuf


Secara umum para ahli tasawuf membagi tasawuf menjadi 3 (Tiga) macam :
tasawuf akhlaqi, tasawuf amali dan tasawuf falsafi. Ketiga jenis tasawuf tersebut pada
prinsipnya mempunyai tujuan yang sama yaitu sama-sama bertujuan “mendekatkan diri
kepada Allah” dengan cara membersihkan diri dari perbuatan tercela dan menghiasinya
dengan perbuatan terpuji. Namun ketiga jenis tasawuf tersebut mempunyai perbedaan dalam
penerapan “pendekatan” yang di gunakan.4
Pendekatan-pendekatan dari masing-masing jenis tasawuf, sekaligus merupakan
spesifikasi dan ajaran inti masing-masing jenis tasawuf tersebut. Para tasawuf yang
bercorak akhlaki, pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan “moral”, atau biasa di
sebut pencerdasan emosi.
Untuk tasawuf yang bercorak falsafi, maka pendekatan yang di gunakan adalah
pendekatan “rasio” memberdayakan akal pikiran yang biasa di sebut pencerdasan inteligen.
Sedangkan tasawuf yang bercorak amali,pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
“amaliah”, memperbanyak aktifitas yang bersifat rohani yang biasa disebut pencerdasan
spiritual.

3
Muhammad al ghazali, akhlak Seorang Muslim, (terj.) dari Moh.Rifa’I dari judul khuluq al-muslim, (Semarang
: Wicaksana: 1993),cet.IV. hlm. 68.

4
Asmaran AS, Pengantar Ilmu Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1994, h. 46
Ketiga bentuk corak tasawuf itu merupakan perwujudan untuk meng-Esakan Tuhan secara
mutlak, dan itu berarti kita harus menyadari bahwa meng-Esakan dan memahami Tuhan tidak
bisa di jangkau atau didekati hanya dengan rasio atau akal semata, tetapi memahami Tuhan
harus dibantu dengan pendekatan moral atau emosi dan spiritual yang keduanya itu bertempat
dalam hati sebagai tempatnya iman bersemayam.5
1. Tasawuf akhlaqi
Tasawuf akhlaqi adalah tasawuf yang berkonstrasi pada teori-teori perilaku, akhlaq
atau budi pekerti atau perbaikan akhlaq. Dengan metode-metode tertentu yang telah
dirumuskan, tasawuf seperti ini berupaya untuk menghindari akhlaq mazmunah dan
mewujudkan akhlaq mahmudah. Tasawuf seperi ini dikembangkan oleh ulama’ lama
sufi.[3]
Taswuf Akhlaqi ialah ajaran tasawuf yang berhubungan dengan pendidikan mental dan
pembinaan serta pengembangan moral agar seseorang berbudi luhur atau berakhlak mulia.
Secara singkat menurut pendapat para ahli sufi tasawuf akhlaqi di bagi atas tiga
tahapan:

1.takhalli

Ialah usaha mengosongkan hati dari perilaku dan akhlak tercela, membuang semua
kecintaan terhadap duniawi.

2. tahalli

Ialah usaha menghiasi diri dengan akhlak dan perilaku yang terpuji, tahalli di lakukan
setelah kita melaksanakan takhalli. Dengan melakukan ibadah baik secara eksternal
seperti shalat, puasa dan lain lain, atau internal seperti keimanan, ketaatan dan
kecintaan.

3. tajalli

Ialah usaha setelah mengosongkan diridari perilaku tercela, kemudian mengisinya


dengan akhlak dan perilaku terpuji. Maka akan timbullah tajalli yaitu usaha
menampakkan diri, dia harus selalu menampakkan dirinya pada setiap hal yang telah
di perintahkan oleh Allah.

5
H. A. Rivay Siregar, Tasawuf Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme, (Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002), h.52.
2. Tasawuf amali
Tasawuf amali yaitu ajaran tasawuf yang mementingkan pengalaman-pengalaman
ibadah baik secara lahiriah maupun batiniah. Tasawuf amali di anggap oleh sebahagian
sufi sebagai bagian dan lanjutan dari taswuf akhlaki. Menurut sufi yang menganutnya
bahwa untuk dekat dengan Allah SWT. Maka seseorang harus menggunakan
pendekatan amaliah dalam bentuk memperbanyak aktifitas, amalan lahir dan batin.6
3. Tasawuf falsafi
Tasawuf falsafi ialah ajaran tasawuf yang menggabungkan ajaran tasawuf dan filsafat,
oleh sebab itu tasawuf ini berbeda dengan tasawuf amali dan akhlaqi karena memadukan
teori teori tasawuf dengan filsafat.
Walaupun tasawuf falsafi banyak menggunakan term filsafat, namun tidak bisa
dianggap sebagai filsafat. Sebab ajaran dan metodenya dipadukan pada rasa (zauq).
Sebaliknya tidak dikategorikan sebagai tasawuf murni, sebab ajarannya sering diungkap
dalam bahasa filsafat yang sering cendrung pada pantaisme.7

6
Ummu Kalsum, Ilmu Tasawuf, (Cet. II; Makassar: Yayasan Fatiyah Makassar, 2002),h 56
7
Hamka, Tasawuf Dari Masa ke Masa, Jakarta: Pustaka Islam, 1960, h. 150
Daftar pustaka

Asmaran AS, Pengantar Ilmu Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1994

Hamka, Tasawuf Dari Masa ke Masa, Jakarta: Pustaka Islam, 1960

Kalsum, Ummu, Ilmu Tasawuf, (Cet. II; Makassar: Yayasan Fatiyah Makassar, 2002)

Siregar, H. A. Rivay, Tasawuf Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme, (Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002)

Syukur, Amin.1999.Menggugat Tasawuf.Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset.

http://atin.staff.iainsalatiga.ac.id/2013/09/10/materi-akhlak-tasawuf/

http://zhebaulil.blogspot.com/2013/03/pengertian-dn-manfaat-mempelajari.html

Anda mungkin juga menyukai